• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGANANTARA POLA ASUH ORANGTUADENGAN KECERDASAN SPIRITUALANAK RAUDHATUL ATHFAL : Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec.Tarogong Kaler Kab.Garut Tahun Pelajaran 2014-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGANANTARA POLA ASUH ORANGTUADENGAN KECERDASAN SPIRITUALANAK RAUDHATUL ATHFAL : Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec.Tarogong Kaler Kab.Garut Tahun Pelajaran 2014-2015."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGANANTARA POLA ASUH ORANGTUADENGAN KECERDASAN SPIRITUALANAK RAUDHATUL ATHFAL (Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di RA Miftahul Huda

Kec.TarogongKalerKab.GarutTahunPelajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

AriyaniPutri

1003311

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

Spiritual Anak Raudhatul Athfal

Oleh Ariyani Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ariyani Putri 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN --- i

ABSTRAK --- ii

KATA PENGANTAR --- iii

UCAPAN TERIMA KASIH --- iv

DAFTAR ISI --- vi

DAFTAR TABEL ---viii

DAFTAR GRAFIK --- x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan --- 1

B. Perumusan Masalah --- 7

C. Tujuan Penelitian --- 7

D. Manfaat Penelitian --- 8

E. Struktur Organisasi Skripsi --- 8

BAB II. KONSEP POLA ASUH ORANGTUA DAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK A. Pola Asuh Orangtua ---10

1. Definisi Pola Asuh Orangtua ---10

2. Dimensi Pola Asuh Orangtua ---11

3. Model-Model Pola Asuh Orangtua ---14

B. Kecerdasan Spiritual Anak ---19

1. Konsep Kecerdasan Spiritual ---19

2. Model-Model Kecerdasan Spiritual Anak ---26

3. Strategi Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak ---30

C. Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dengan Kecerdasan Spiritual Anak ---31

D. Penelitian yang Relevan ---32

E. Asumsi ---33

F. Hipotesis ---34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ---35

B. Lokasi, Populasi dan Sampel ---36

(5)

E. Instrumen Penelitian ---47

F. Proses Pengembangan Instrumen ---50

G. Prosedur Penelitian ---56

H. Teknik Pengumpulan Data ---57

I. Analisis Data ---58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ---64

1. Profil Pola Asuh Orangtua Pada Anak Kelompok B Di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015---64

2. Profil Kecerdasan Spiritual Pada Anak Kelompok B Di RA Miftahul Huda Kec. TarogongKaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015 ---67

3. Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Kecerdasan Spiritual Anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015 ---70

B. Pembahasan ---75

1. Profil Pola Asuh Orangtua Pada Anak Kelompok B Di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015---75

2. Profil Kecerdasan Spiritual Pada Anak Kelompok B Di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015---77

3. Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Kecerdasan Spiritual Anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015 --- 81

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ---81

B. Rekomendasi ---82

DAFTAR PUSTAKA ---86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(6)

menfungsikan kognitif dan emosional seseorang, dengan demikian akan lebih baik jika kecerdasan spiritual dikembangkan sejak usia dini. Dalam pengembangan kecerdasan spiritual anak dibutuhkan pendidikan keluarga,dalam hal ini pola asuh yang akan digunakan oleh orangtua. Pola asuh yang baik akan mengembangkan kecerdasan spiritualyang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara pola asuhorangtua dengan kecerdasan spiritual anak Raudhatul Athfal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional menggunakanstatistic parametrik dengan uji korelasi product moment.Lokasi penelitian dilaksanakan di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut, dengan subjek seluruh anak kelompok B sebanyak 29 anak. Hasil penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai sig = 0,006 berdasarkan uji korelasi product moment lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan H0 ditolak atau terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual anak. Besarnya korelasi adalah 0,500. Hal ini menunjukan bahwa semakintinggi(authoritative) pola asuh orangtua maka kecerdasan spiritual anak semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah (permissive Indefferent) pola asuh orangtua maka kecerdasan spiritual anak semakin rendah.Koefisien determinasi diperoleh 25,00%. Hal ini berarti terdapat 75,00% kecerdasan spiritual anak yang dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis. Kesimpulannya adalah semakin tinggi (authoritative) pola asuh orangtua maka kecerdasan spiritual anak semakin tinggi dan sebaliknya.Adapun rekomendasi yang dapat diberikan untuk pihak sekolah sebaiknya guru mengadakan kegiatan parenting terkait dengan pola asuh orangtua dan untuk peneliti selanjutnya agar memasukan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan spiritual mengingat masih banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan spiritual anak selain pola asuh yang diterapkan orangtua.

(7)

ii ABSTRACT

RELETIONSHIP BETWEEN PARENTING PARENTS WITH SPIRITUAL QUOTIENT OF CHILDREN RAUDHATUL ATHFAL

Spiritual quotient is a necessary foundation for operating the person's cognitive and emotional, thus it would be better if the spiritual quotient developed from an early age. In the development of spiritual quotientof child needed family education, in this case parenting is to be used by parents. Good parenting will develop spiritual quotient are good also. This research intend for reveal reletionship between parenting parents with spiritual quotient of children raudhatul athfal. Research methods which be used is statistic parametric with correlation is product moment. Research location implemented in RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut with subject whole children group B as 29 children. Research result with level of confidence is 95%, values obtainedsig = 0,006based on product moment correlation test is smaller than 0.05, then it can be said Ho rejected or there is a relationship between parenting parents with children spiritual quotient. Large correlation is 0,500. It showed the higher (authoritative) parenting parents then the higher children spiritual quotient and otherwisethe lower (permissive indifferent) parenting parent then otherwise children spiritual quotient. The coefficient of determination is 25,00%. It showed there are 75,00% children spiritual quotient that is affected by other variables is not researched by writer. The conclusion isthe higher (authoritative) parenting parents then the higher children spiritual quotient and otherwise. The recommendationwhich can begiven to the school isteachers better conduct parenting activitiesrelated with parenting parents and for the next researcherto insert other factorsthat affect spiritual quotient remember still manyother factorsthat affect children spiritual quotient besides parenting parent which applied to parents.

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Hasan, 2009, hlm. 15). Pendidikan anak usia dini akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak sebagai titik awal pembentukan SDM yang berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggungjawab, inovatif, kreatif, proaktif dan patisipatif serta semangat mandiri. Maka dari itu pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan sejarah pekembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak (Mulyasa, 2012, hlm. 45-46).

Anak merupakan amanah dari Tuhan kepada orangtuanya, yang perlu dididik dan dibina dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut dikarenakan jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan, tapi jika dibiasakan dalam kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang maka dia akan menjadi ganas dan jahat (Idris, 2012, hlm. 1). Mansur (2011, hlm. 88), mengungkapkan bahwa anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses perkembangan yang bersifat unik baik itu dalam koordinasi motorik kasar dan halusnya, intelegensinya yaitu daya pikir, daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual, sosial emosional serta bahasa dan komunikasi yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(9)

2

keluarga memiliki peranan penting dalam mendidik dan membina seorang anak. Hal tersebut dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang akan dijadikan fondasi dalam pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Al-Hasan (1997, hlm. 10), yang mengungkapkan bahwa keluarga adalah lingkungan pertama tempat dimana anak dapat tumbuh dan berkembang. Maka dari itu pendidikan yang pertama dan utama keluargalah yang memegang peranan dan tanggung jawab. Lebih lanjut Ahid (2010, hlm. 3), juga mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga inilah anak-anak mendapatkan pengaruh sehingga keluarga disebut pula pendidik tertua yang bersifat informal dan kodrati. Maka dari itu orangtua memiliki kewajiban untuk menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga (Mansur, 2011, hlm. 253). Selain itu, Daryati (dalam Ibrahim, 2013, hlm. 1) juga mengungkapkan bahwa orangtua harus mampu memberikan pola asuh yang tepat agar anak mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.

Menurut Mansur (2011, hlm. 350), pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dilakukan orangtua ketika mendidik anak-anaknya sebagai wujud dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya tersebut. Hal itu dikarenakan pada dasarnya anak merupakan amanat yang harus dipelihara dan keberadaan anak itu adalah hasil dari buah kasih sayang antara ibu dan ayahnya yang diikat oleh tali perkawinan dalam sebuah keluarga (Mansur, 2002, hlm. 350). Maka dari itu orangtua memiliki peranan penting dalam hal mendidik anak. Orangtua adalah pendidik utama dan pertama karena menurut Tafsir (2002, hlm. 8), orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar untuk anaknya dan juga merupakan orang pertama yang dekat dengan anak karena sekolah, pesatren atau guru hanyalah institusi pendidikan yang hanya sekedar membantu orangtua dalam mengembangkan perkembangan anaknya.

(10)

dari itu orangtua memiliki kewajiban untuk menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anaknya. Menurut Baumrind (Ilmaeti, 2009, hlm. 21), terdapat empat pola asuh yang biasanya dilakukan oleh orang tua dalam hal mendidik anak, yaitu pola asuh authoritative, pola asuh authoritarian, pola asuh indulgent

dan pola asuh indifferent. Pola asuh authoritative adalah pola asuh yang ditandai dengan adanya kasih sayang, perhatian namun tidak melepaskan kontrol terhadap anak (Septriari, 2012, hlm. 171). Pola asuh authoritarian adalah pola asuh yang ditandai dengan aturan-aturan yang ketat bahkan hukuman-hukuman yang dilakukan dengan keras (Mansur, 2011, hlm. 354). Pola asuh indulgent adalah pola asuh yang ditandai dengan kecenderungan selalu memanjakan (Septriari, 2012, hlm. 171) namun, kontrol yang diberikan sangatlah lemah (Mansur, 2011, 356). Sedangkan pola asuh indefferent adalah pola asuh yang ditandai dengan tidak adanya kontrol ataupun kehangatan yang diberikan orangtua kepada anaknya (Baumrind dalam Ilmaeti, 2009, hlm. 22). Dari keempat pola asuh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang baik adalah pola asuh authoritative atau demokratis. Hal tersebut dikarenakan menurut Hurlock (dalam Mansur, 2002, hlm. 355), dengan pola asuh demokratis maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik, dia akan menjadi seseorang yang mandiri, bertanggung jawab dan percaya diri serta tidak akan selalu bergantung kepada orangtuanya. Selain itu, Darling(dalam Safitri & Hepi, 2007, hlm. 4), juga mengatakan bahwa

polaasuhdemokratismerupakan pola

asuhyangpalingmemberikankontribusipositifterhadap perkembangan anak yakni mengurangikecenderungan anak berperilakuagresifdan mampu menetralisirberbagaidampaknegatifyangsetiapkalidihadapioleh anak-anak.

(11)

4

Azzet (2013, hlm. 26) mengatakan bahwa di dalam psikologi dikenal ada tiga kecerdasan manusia yakni IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). Adapun perbedaan IQ dan EQ menurut Azzet (2013, hlm. 26), IQ merupakan kecerdasan seseorang dalam mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat berpikirnya sedangkan EQ merupakan kecerdasan seseorang dalam hal memanajemen emosinya, motivasi, empati dan mengatur kesadaran diri. Dan menurut Zohar dan Marshall (2007, hlm. 4), SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk menfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

Yosomulyo (2013, hlm. 3), mengungkapkan bahwa banyak orangtua yang

beranggapan tentang kesuksesan dari IQ yang sangat mendominasi, namun sebenarnya IQ pada anak itu hanya mempengaruhi 6-20% keberhasilan, dan sisanya ada pada EQ dan SQ anak. Maka dari itu menurut Agustian (2004, hlm. 65), unsur IQ, EQ dan SQ yang ada pada diri anak harus disatukan dalam sistem yang terintegrasi sehingga akan tercipta anak yang memiliki perkembangan yang baik dan seimbang dari ketiga kecerdasan tersebut. Dengan IQ anak mampu mengembangkan kognitifnya, dengan EQ anak mampu mengendalikan emosinya, namun tanpa SQ anak tidak mampu mengendalikan keduanya (Agustian, 2004, hlm. 65).

(12)

Menurut Siswanto (2010, hlm. 13), orang yang cerdas spiritualnya dia akan memiliki akhlak yang baik. Namun apabila kita melihat kenyataan di zaman sekarang banyak orang-orang yang melakukan pencurian, pembunuhan dan kejahatan lainnya yang memang menyimpang dari ajaran. Menurut Mardiyah (2008, hlm. 2),hal tersebut dikarenakan krisis akhlak yang menimpa Indonesia, yang berawal dari lemahnya penanaman nilai terhadap anak pada usia dini. Pembentukan akhlak tersebut terkait erat dengan kecerdasan emosi, sementara itu kecerdasan tidak akan berarti tanpa ditopang oleh kecerdasan spiritual. Prasekolah atau usia balita adalah awal yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak. Namun, yang terjadi di zaman sekarang ini malah sebaliknya. Anak lebih banyak dipaksa untuk mengekplorasi bentuk kecerdasan yang lain, khususnya kecerdasan intelektual, sehingga anak sejak awal sudah ditekankan untuk selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik, sehingga menyebabkan tercabutnya kepekaan anak.Sementara itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat kurang memberikan dukungan terhadap pertumbuhan kecerdasan spiritual pada anak. Di lingkungan keluarga anak lebih banyak berinteraksi dengan sesuatu yang justru menyebabkan semakin jauhnya kepekaan anak, bahkan yang lebih parah lagi apabila proses dehumanisasi itu terjadi justru di tengah lingkungan keluarga. Padahal seperti yang diketahui keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama malahan kering dari aspek pedagogis (Mardiyah, 2008, hlm. 2).

(13)

6

Fenomena yang dipaparkan di atas merupakan dampak yang akan dialami orang dewasa apabila sejak dini dia tidak mendapatkan penanaman kecerdasan spiritual. Maka dari itu menurut Azzet (2013, hlm. 12), orangtua jangan sampai mengabaikan pentingnya kecerdasan spiritual anak karena kecerdasan spiritual tersebut akan lebih baik jika ditanamkan orangtua sejak dini.

(14)

kepada anaknya akan menentukan kesuksesan anak dalam mengembangkan potensi spiritualnya. Selain itu Brocht,dkk.(dalam Safitri &Hepi, 2007, hlm. 7),menyatakan terdapathubunganantara kecerdasan spiritualdengan kemampuanmengasuh orangtua.

Berdasarkan permasalahan yang berkembang diatas terkait dengan kecerdasan spiritual anak di RA, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada "Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Kecerdasan Spiritual Anak Raudhatul Athfal".

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil pola asuh orangtua pada anak Kelompok B di RA

Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015?

2. Bagaimana profil kecerdasan spiritual anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015?

3. Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun Pelajaran 2014-2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana profil pola asuh orangtua pada anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut Tahun Pelajaran 2014-2015.

(15)

8

3. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua terhadap kecerdasan spiritual anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun Pelajaran 2014-2015.

D. Manfaat Penelitian

Berpijak pada latar belakang penelitian, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat baik untuk peneliti dan para pembaca dalam mengembangkan kecedasan spiritual anak taman kanak-kanak, Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang Pendidikan Anak Usia Dini mengenai hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual pada anak Raudhatul Athfal.

2. Bagi Orangtua

Setelah memahami konsep dari hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual pada anak diharapkan seluruh orangtua dapat memperhatikan pola asuh untuk anaknya agar kecerdasan spiritual anak dapat dikembangkan dengan baik dan akan berdampak positif pada masa depannya kelak.

3. Bagi Lembaga RA

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada lembaga penyelenggaraan pendidikan pada umumnya dan untuk lembaga RA pada khususnya dalam rangka mengembangkan kecerdasan spiritual anak.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini maka perlu adanya struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini, sebagai berikut:

(16)

melaksanakan penelitiandan pentingnya masalah itu diteliti. Identifikasi dan perumusan masalah dijabarkan dalam bentuk petanyaan. Tujuan penelitian menyajikan tentang hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Manfaat penelitian disajikan agar dapat memberikan kegunaan baik bagi orangtua, peniliti sendiri, dan lembaga.

Bab II Kajian Pustaka memaparkan kajian teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang menjelaskan lebih rinci tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian, yang didalamnya terdiri dari metode dan desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, prosedur penelitian serta teknik pengumpulan dan analisis data.

Bab IV membahas tentang hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah pendidikan serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian.

(17)

35 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual pada anak raudhatul athfal, maka diperlukan adanya sebuah metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2006, hlm. 270), “Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dari kedua variabel yang diteliti”.

Terdapat tiga karakteristik pada penelitian korelasi. Adapun karakteristik tersebut menurut Sukardi (2011, hlm. 166) antara lain:

a. penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen,

b. memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan nyata), dan

c. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang sigifikan. Maka dari itu dalam penelitian ini akan dikumpulkan data mengenai pola asuh orangtua dan kecerdasan spiritual pada anak RA kelompok B, selanjutnya dilakukan analisis apakah terdapat hubungan diantara kedua variabel tersebut. 2. Desain Penelitian

(18)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Variabel Bebas

Variabel terikat

Pola Asuh Orangtua (X)

Kecerdasan Spiritual Anak (Y) XY

B. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi

Lokasi penelitan dilaksanakan di Raudhatul Athfal (RA) Miftahul Huda. RA Miftahul Huda bertempat di Kp. Cukangkawung Ds. Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut.

2. Populasi

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B di RA Miftahul Huda Tahun Pelajaran 2014-2015 yang terletak di Kp. Cukangkawung Ds. Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler Kab Garut.

3. Sampel

(19)

37

ada kesalahan yang akan terjadi dalam menyimpulkan karena seluruh objek diukur, dikumpulkan datanya kemudian dianaliisis”.

Berikut data anak yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Data Sampel Penelitian

No Nama Anak No NamaAnak

1 A R 21 A M D P

2 D G 22 S A R S

3 M I 23 K R

4 L A 24 N D D

5 I M 25 R W

6 M A D 26 R A

7 M R A 27 D A

8 M R S 28 M S

19 M 29 V A

(20)

No Nama Anak No NamaAnak 18 N Q S P

19 Z P A 20 P C A

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah serta menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunaan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberian penegasan istilah-istilah sebagai berikut:

1. Pola Asuh Orangtua

Dimensi pola asuh orangtua yang digunakan dalam penelitian ini, dibagi ke dalam dua dimensi, yaitu:

a. Dimensi Kontrol (Demandigness)

Dimensi ini berhubungan dengan sejauh mana orangtua mengharapkan dan menuntut tingkah laku yang bertanggungjawab dari anak. Adapun aspek-aspek dalam dimensi ini diantaranya:

1) Restrictiveness/ pembatasan 2) Demandingness/ tuntutan 3) Strictness/ pendisiplinan 4) Intrusiveness/ campur tangan

5) Arbitary exercise of power/ penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang

b. Dimensi Kehangatan (Responsiveness)

Dimensi ini berhubungan dengan tingkatrespon orangtua terhadap kebutuhan-kebutuhan anak dalam penerimaan dan dukungan. Adapun aspek-aspek dalam dimensi ini, meliputi:

(21)

39

3) Orangtua bersedia meluangkan waktu agar bisa bekerjasama dalam satu kegiatan

4) Orangtua menunjukkan antusiasme terhadap keberhasilan anak 5) Peka terhadap keadaan emosi anak

2. Kecerdasan Spiritual Anak

Dimensi kecerdasan spiritual anak yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Kemampuan bersikap fleksibel b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi

c. Kemampuan untuk menghadapi penderitaan d. Kemampuan untuk menghadapi rasa takut

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu g. Kecenderungan nyata untuk bertanya

h. Pemimpin yang bertanggungjawab. D. Kisi-Kisi Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pola Asuh

Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orangtua disusun berdasarkan teori Baumrind (1971) dikembangkan oleh Listiana (2013).

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pola Asuh Sebelum Validasi

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

(22)
(23)

41

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

- +

Sumber:Baumrind (1971) dikembangkan oleh Listiana (2013)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pola Asuh Setelah Validasi

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

(24)

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

- +

orangtua membatasi aktivitas anak

Demandingness ,

Sejauh mana orangtua meletakkan tuntutan tinggi kepada anaknya

2, 3 18, 19 4

Strictness,

Sejauhmana orangtua menerapkan aturan yang ketat sehingga anak tidak

memungkinkan untuk

menentangnya

4, 5, 6, 7 20 5

Intrusiveness,

Sejauhmana orangtua ikut campur atau intervensi dalam aktivitas anak

8, 9, 10 21 4

Arbitrary exercise

of power, Sejauhmana

11, 12,

13, 14

(25)

43

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

- +

(26)

2. Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Spiritual Anak

Kisi-kisi Instrumen kecerdasan spiritual anak disusun berdasarkan teori Zohar & Marshall (2007) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Spiritual Anak Sebelum Validasi

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

(27)

45

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

+ -

(28)

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Spiritual Anak Setelah Validasi

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

(29)

47

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

+ -

Sumber: Zohar & Marshall (2007)

E. Instrumen Penelitian

(30)

Kuosioner atau sering disebut dengan angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bersifat tidak langsung. Dalam kuesioner ini terdapat beberapa item pertanyaan yang dibuat oleh peniliti untuk mendapatkan data dari responden. Arikunto (2006: 151), “Menegaskan bahwa kuosioner merupakan sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hal yang sedang diteliti”.

Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen penelitian pola asuh orangtua dan instrumen penelitian kecerdasan spiritual anak.

1. Instumen Penelitian Pola Asuh Orangtua

Instrumen penelitian pola asuh orangtua yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pola asuh Baumrind yang dikembangkan oleh Dr. Aan Listiana, M. Pd., lalu di jugdment oleh ahli pakar yaitu Heny Djoehaeni, S. Pd., M. Si., dan Asep Deni Gustiana, M. Pd.

Dalam instrumen ini terdapat item-item pernyataan berdasarkan dimensi pola asuh orangtua yaitu kontrol atau demandingnessdan kehangatan atau

responsiveness. Pengkategorian jenis pola asuh orangtua berdasarkan dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategorisasi Jenis Pola Asuh

Pola Asuh Responsivennes Demandingness

Authoritative Tinggi Tinggi

Authoritarian Rendah Tinggi

Indulgent Tinggi Rendah

Indifferent Rendah Rendah

(31)

49

responden untuk menjawab semua item pernyataan yang diajukan dengan cara memilih salah satu dari lima jawaban yang tersedia pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda cheklist (√) pada kolom yang disediakan sesuai dengan jawaban yang menjadi pilihan. Setiap item mempunyai lima pilihan jawaban yaitu SL (Selalu), PU (Pada Umumnya), SR (Sering), KD (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah). Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.Adapun mengenai pemberian skor, terdapat dua pola penskoran item yaitu favorable dan

unfavorable.

Tabel 3.8

Pola Penskoran Instumen Pola Asuh Orangtua

Pilihan Favorable Unfavorable

Selalu (SL) 5 1

Pada Umumnya (PU) 4 2

Sering (SR) 3 3

Kadang-kadang (KD) 2 4

Tidak Pernah (TP) 1 5

2. Instrumen Penelitian Kecerdasan Spiritual Anak

Instrumen penelitian kecerdasan spiritual anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kecerdasan spiritual menurut Zohar & Marshall (2007). Instrumen ini dikembangkan dari dimensi kecerdasan spiritual yang baik menurut Zohar dan Marshall (2007) yaitu kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi penderitaan, kemampuan untuk menghadapi rasa takut, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, kecenderungan nyata untuk bertanya dan pemimpin yang bertanggungjawab.

(32)

satu dari lima jawaban yang tersedia pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda cheklist (√) pada kolom yang disediakan sesuai dengan jawaban yang menjadi pilihan. Setiap item mempunyai lima pilihan jawaban yaitu SL (Selalu), PU (Pada Umumnya), SR (Sering), KD (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah). Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.Adapun mengenai pemberian skor, terdapat dua pola penskoran item yaitu favorable dan unfavorable.

Tabel 3.9

Pola Penskoran Instumen Kecerdasan Spiritual Anak

Pilihan Favorable Unfavorable

Selalu (SL) 5 1

Pada Umumnya (PU) 4 2

Sering (SR) 3 3

Kadang-kadang (KD) 2 4

Tidak Pernah (TP) 1 5

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diingnkan, dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat serta mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2006, hlm. 168). Adapun karakteristik validitas menurut Sukmadinata (2011, hlm. 228-229), antara lain:

a. Validitas menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya.

(33)

51

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu: a. Validitas Isi

Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen, validitas ini akan menunjukkan sejauhmana item-item pertanyaan menggambarkan atau mencakup kawasan isi yang hendak diukur (Sukmadinata, 2011, hlm. 229). Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Pertama para ahli diminta untuk mengamat secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi kemudian mereka diminta mengoreksi semua item yang telah dibuat (Sukardi, 2011, hlm. 123).

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk berkaitan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen (Sukmadinata, 2011, hlm. 229). Pengujian validitas kontruk dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

� = �∑ −∑ ∑

�∑ − ∑ �∑ − ∑

Keterangan :

� = Koefisien korelasi x = Skor item butir soal y = Jumlahskor total tiap soal n = Jumlah responden

(Sugiyono, 2010, hlm. 177)

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika r hitung positif dan r hitung ≥ 0,3 maka butir soal valid

 Jika r hitung negatif dan r hitung < 0,3 maka butir soal tidak valid.

(34)

tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Untuk lebih jelas tentang uji validitas item data, berikut disajikan hasil rekapituasi uji validitas pola asuh orang tua dan kecerdasan spiritual anak dengan menggunakan program Ms. Excel 2007 sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Pola Asuh Orangtua

(35)

53

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas diperoleh bahwa dari 55 pernyataan terdapat 45 pernyataan yang valid dan 10 pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid tersebut yaitu nomor 2,3,10,23,26, dan 27 untuk dimensi Kontrol atau

demandingnessdan nomor 29,33,35,36 untuk dimensi Kehangatan atau

(36)

Tabel 3.11

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kecerdasan Spiritual Anak

No r Hitung r Tabel Kriteria No r Hitung r Tabel Kriteria

(37)

55

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan tingkat ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen dikatakan memiliki tingkat reabilitas yang memadai apabila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama (Sukmadinata, 2011, hlm. 230). Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumusalfa cronbanch sebagai berikut:

� = �

�− − ∑��

Keterangan :

� = Reabilitas instrument

k = Banyakbutirpertanyaanatauvarianssoal ∑�� = Jumlah varians butir

�� = Varians total

Arikunto (2010, hlm. 196)

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2001, hlm. 149) yang disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.12

Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

(38)

Setelah diuji validitas, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah butir soal tersebut reliabel, untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program Ms Exel 2007 dan diperoleh sebagai berikut:

1. Reliabilitas Data Pola Asuh Orangtua (Variabel X) Jumlah varian (i ) = 83,78

Varian Total (t ) = 395,43 Reliabilitas = 0,80 (Sangat Kuat)

2. Reliabilitas Kecerdasan Spiritual Anak (Variabel Y) Jumlah varian (i ) = 91,11

Varian Total (t ) = 1006,28 Reliabilitas = 0,92 (Sangat Kuat) G. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dan tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan variabel-variabel yang hendak diukur dalam penelitian b. Melaksanakan penyusunan proposal penelitian yang di dalamnya

mencakup tentang penentuan judul, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitan, asumsi penelitian, definisi operasional variabel, metode penelitian, teknik pengumpulan data serta teori-teori yang mendukung proses penelitian.

c. Melakukan proses perizinan yang bertujuan agar mendapatkan izin melaksanakan penelitian yang dimulai dari pengurusan izin pada program PGPAUD, Fakultas, sampai pengurusan izin di RA Miftahul Huda.

(39)

57

f. Melaksanakan uji coba kepada sampel yang berbeda sebelum digunakan dalam proses penelitian yang sebenarnya.

g. Malaksanakan perhitungan validitas dan reabilitas, kemudian merevisi instrumen yang tidak valid.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian kepada orangtua. b. Memberikan penjelasan mengenai tata cara pengisian kuosiener. c. Menyebarkan kuosioner penelitian kepada orangtua yang telah

ditetapkan sebagai responden. 3. Tahap Penyelesaian

a. Melaksanakan penarikan kuosiner yang telah diisi.

b. Melakukan pengolahan terhadap data yang telah diperoleh. c. Menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tabel.

H. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data-data mengenai pola asuh orangtua dan kecerdasan spiritual anak maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuosioner. Pengumpulan data disusun dalam dua perangkat alat pengumpul data. Adapun alat pengumpul data tersebut adalah pola asuh orangtua dan kecerdasan spiritual anak. Kedua instrumen ini disusun dalam bentuk kuosioner atau pertanyaan tertulis diajukan kepada responden (orangtua) dengan alternaif jawaban sebagai berikut:

Pilihan Favorable Unfavorable

Selalu (SL) 5 1

Pada Umumnya (PU) 4 2

Sering (SR) 3 3

Kadang-kadang (KD) 2 4

(40)

Pelaksanaaan pengumpulan data penelitian ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membagikan kuosioner pola asuh kepada orangtua anak untuk mengetahui pola asuh yang biasa diberikan oleh orangtua kepada anaknya.

2. Membagikan kuosioner kecerdasan spiritual anak kepada orangtua untuk mengetahui bagaimana kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh anaknya. 3. Setelah itu peneliti memberikan waktu kepada orangtua untuk membawa

kuosioner dan mengisi kuosiorner tersebut. 4. Menarik kuosioner yang telah diisi oleh orangtua

5. Mengecek kembali kuosioner. Kelengkapan jawaban dari responden ini menentukan dapat tidaknya data tersebut diolah lebih lanjut.

6. Melakukan pengolahan data dengan statistik. 7. Melakukan analisis data.

I. Analisis Data

1. Profil Pola Asuh Orangtua

Perhitungan kategorisasi pola asuh orangtua dilakukan berdasarkan skor ideal antara dimensi kontrol (Demandingness) dan dimensi kehangatan (Responsiveness).

Tabel 3.13 Skor Ideal

Pola Asuh Orang Tua Anak Dimensi Kontrol (Demandingness) dan Dimensi Kehangatan (Responsiveness)

Langkah Perhitungan Dimensi Kontrol (Demandingness)

Jumlah soal x skor maksimal

22 x 5 = 110 23 x 5 = 115 Skor Minimal

Ideal

(41)

59

Berdasarkan tabel 3.13 didapat bahwa interval untuk dimensi kontrol berada pada skor 44 dan untuk dimensi kehangatan berada pada skor 46. Dari perhitungan skor ideal di atas, selanjutnya dilakukan penentuan kategorisasi pola asuh, dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini:

Tabel 3.14

Ketegorisasi Pola Asuh Orangtua Berdasarkan Dimensi Kontrol dan Kehangatan

Kategorisasi

Dimensi Kontrol

(Demandingness)

Kehangatan (Responsiveness)

Authoritarian X ≥ 44 (tinggi) X <46 (rendah)

Authoritative X ≥ 44 (tinggi) X ≥ 46 (tinggi)

Permissive Indulgent X <44 (rendah) X ≥ 46 (tinggi)

Permissive Indifferent X <44 (rendah) X <46 (rendah)

Dari penentuan kategorisasi pola asuh di atas, selanjutnya dilakukan penentuan pola asuh berdasarkan urutan kualitas pengasuhan, dapat dilihat pada tabel 3.15 berikut ini:

Tabel 3.15

Pola Asuh Berdasarkan Urutan Kualitas Pengasuhan Kualitas

Pengasuhan Pola Asuh

Dimensi Kontrol

(Demandingness)

(42)

2. Profil Kecerdasan Spiritual Anak

a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

No Dimensi Skor Maksimal Ideal

1 Keseluruhan 51 x 5 = 255

2 Dimensi 1 4 x 5 = 20

3 Dimensi 2 18 x 5 = 90

4 Dimensi 3 4 x 5 = 20

5 Dimensi 4 5 x 5 = 25

6 Dimensi 5 4 x 5 = 20

7 Dimensi 6 2 x 5 = 10

8 Dimensi 7 3 x 5 = 15

9 Dimensi 8 11 x 5 = 55

b. Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

No Dimensi Skor Maksimal Ideal

1 Keseluruhan 51 x 1 = 51

2 Dimensi 1 4 x 1 = 4

3 Dimensi 2 18 x 1 = 18

4 Dimensi 3 4 x 1 = 4

5 Dimensi 4 5 x 1 = 5

6 Dimensi 5 4 x 1 = 4

7 Dimensi 6 2 x 1 = 2

8 Dimensi 7 3 x 1 = 3

(43)

61

c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal

No Dimensi Skor Maksimal Ideal

1 Keseluruhan 255 – 51 = 204

2 Dimensi 1 20 – 4 = 16

3 Dimensi 2 90 – 18 = 72

4 Dimensi 3 20 – 4 = 16

5 Dimensi 4 25 – 5 = 20

6 Dimensi 5 20 – 4 = 16

7 Dimensi 6 10 – 2 = 8

8 Dimensi 7 15 – 3 = 12

9 Dimensi 8 55 – 11 = 44

d. Mencari interval skor:

Interval skor = Rentang skor / 3

No Dimensi Skor Maksimal Ideal

1 Keseluruhan 204 / 3 = 68

2 Dimensi 1 16 / 3 = 5.3

3 Dimensi 2 72 / 3 = 24

4 Dimensi 3 16 / 3 = 5.3

5 Dimensi 4 20 / 3 = 6,7

6 Dimensi 5 16 / 3 = 5.3

7 Dimensi 6 8 / 3 = 2,7

8 Dimensi 7 12 / 3 = 4

9 Dimensi 8 44 / 3 = 14,7

(44)

Tabel 3.16

Kriteria Profil Kecerdasan Spiritual Anak No Dimensi Kriteria Interval

(45)

63

3. Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Kecerdasan Spiritual Anak Raudhatul Athfal

Tahapan uji korelasi antara pola asuh orang tuadengan kecerdasan spiritual anak adalah sebagai berikut:

a. Menghitung korelasi antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan spiritual anak dengan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Item soal yang dicari validitasnya

Y = Skor total yang diperoleh sampel

c. Dasar Pengambilan Keputusan

 Jika nilai sig > 0.05 maka H0 diterima

 Jika nilai sig < 0.05 maka H0 ditolak d. Pengambilan keputusan

Keputusan diterima atau ditolak.

4. Analisis Koefisien Determinasi antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual anak

KD = r² x 100%

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Kesimpulan tersebut berdasarkan pada rumusan permasalahan yangtelah diajukan di BAB I, yaitu gambaran profil pola asuh orangtua pada anak kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun pelajaran 2014-2015, gambaran profil kecerdasan spiritual pada anak kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun pelajaran 2014-2015 dan hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual anak kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun pelajaran 2014-2015. Berikut ini dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu:

1. Pola asuh orangtua pada anak kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun pelajaran 2014-2015 berada pada kategori authoritative sebanyak 48,28%, authoritarian sebanyak 24,14%,

permissive indulgent sebanyak 17,24% dan permissive indifferent sebanyak 10,34%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua pada anak kelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun pelajaran 2014-2015berada pada kategori tinggi atau memiliki pola asuh authoritative. Dengan demikian orangtua anak kelompok B di RA Miftahul Hudamemiliki sikap-sikap yang penuh dengan kehangatan tanpa melepaskan kontrol sehingga bimbingan dan arahan selalu diberikan pula kepada anaknya.

(47)

84

3. Hasil penelitian diperoleh nilai sig = 0,006 berdasarkan uji korelasi product moment lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak atau terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan spiritual anakkelompok B di RA Miftahul Huda Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut tahun pelajaran 2014-2015. Besarnya korelasi adalah 0,500. Hal ini menunjukkan semakin tinggi (baik) pola asuh orangtua maka kecerdasan spiritual anak semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah (jelek) pola asuh orangtua maka kecerdasan spiritual anak semakin rendah. Berdasarkan pengkategorian pola asuh yang tinggiadalah pola asuh authoritative

sedangkan pola asuh yang rendah adalah pola asuh permissive indifferent.Koefisien determinasi diperoleh 25,00%. Hal ini berarti terdapat 75,00% kecerdasan spiritual anak yang dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang diberikan peneliti terhadap berbagai pihak adalah sebagai berikut:

1. Bagi Orangtua Anak

a. Orangtua sebaiknya menerapkan pola asuh yang baik yaitu pola asuh

authoritative yang ditandai dengan kontrol (demandingness)dan kehangatan (responsivness) yang seimbang sehingga mampu mengembangkan kecerdasan spiritual anak.

b. Orangtua merupakan model yang baik untuk anak dan anak merupakan meniru ulung, sehingga orangtua harus menunjukkan perilaku positif agar dapat dijadikan teladan bagi anak dalam mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

2. Bagi Lembaga Raudhatul Athfal

(48)

3. Bagi Guru

a. Guru hendaknya lebih mempelajari tentang pentingnya mengembangkan kecerdasan spiritual anak sejak dini.

b. Dalam pembelajaran sehari-hari sebaiknya guru memperhatikan strategi untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak, strategitersebut dapat dilakukan melalui permainan, cerita ataupun lagu.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Mengingat masih banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan spiritual anak selain pola asuh yang diterapkan orangtua, maka diharapkan peneliti selanjutnya mampu melakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap faktor-faktor tersebut.

(49)

86

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R. (tt). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Serbajaya Agustian, A. G. (2004). ESQ Power. Jakarta: PT. Arga.

Ahid, N. (2010). Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: PT. Pustaka Belajar.

Aisyah. (2010). “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Agresivitas Anak”. Jurnal Mendek. 2, (1), 1-27.

Al-Hasan, Y. M. (1997). Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: PT. Yayasan Al-Sofya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Arikunto, S. (2010). Posedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anwar & Ahmad, A. (2009). Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: PT. Alfabeta. Azzet, A. M. (2013). Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak.

Jogjakarta: PT. Kata Hati.

Dariyo, A. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dewi, I. P. V. (2011). Perbedaan Kecerdasan Emosional Anak Ditinjau Dari Pola

Asuh Orangtua. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Harisahaq. (2013). Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini

Melalui Pembelajaran Dengan Metode Bercerita. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hasan, M. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: PT. Diva Press. Idris, M. H. (2012). Pola Asuh Anak. Jakarta: PT Luxima.

Ibrahim. (2013). Pengaruh Pola Asuh Anak Terhadap Prestasi Anak. (Skripsi). Universitas Islam Negeri, Bandung.

Ilmaeti. (2009). Perbedaan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua. (Skripsi). Universtas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Justicia, R. (2014). Perbedaan Karakter Kingness Anak Usia Dini Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(50)

Mulyadi, S. (2006). Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan. Jakarta: PT. Erlangga

Mulyasa, H. E. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. NN. (2012). Didik Anak-Anak dengan Cinta dan Kasih Sayang. Haluan Rakyat, 8

November 2012, hlm. 1

Papalia, D. E., Old,S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development. Jakarta : PT. Kencana.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Atas Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pemerintah.

Pratisti, W. D. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Safitri, R & Hepi W. (2007). Hubungan Antara Spiritualitas dengan Pola Asuh Demokratis. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Septiari, B. B. (2012). Mencetak BalitaCerdas dan Pola Asuh Orangtua.

Yogyakarta: PT. Nuha Medika.

Siswanto, W. (2010). Mencetak Kecerdasan Spiritual Anak. Jakarta: PT. Amzah. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: PT. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: PT. Alfabeta.

Sukardi. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2002). Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

Untoro, S. (2010). Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Cerita Islami. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Zohar, D dan Ilan Marshall. (2007). SQ Kecerdasan Spiritual. Bandung: PT

Mizan Pustaka

(51)

88

Elia, Herman. Mengembangkan Kemampuan Pengendalian diri anak. [Online]. Tersedia di: http://www.eunikefamily.org/article/mengembangkan-kemampuan-pengendalian-diri-anak[Diakses 12 Mei 2014].

Kustanty, Eti (2011). Ciri-Ciri Kreativitas. [Online]. Tersedia di:

http://psikologikreativitasump.wordpress.com/2011/12/16/ciri-ciri-kreativitas/[Diakses 12 Mei 2014].

Kusumawati, H. (2013). Pendidikan Karakter Melalui Lagu Anak-Anak. [Online].

Tersedia di:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.%20Heni%20Kusum awati,%20M.Pd./PENDIDIKAN%20KARAKTER%20MELALUI%20LA GU%20ANAK%20FINAL.pdf[Diakses 29 April 2013].

Mardyah (2008). Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini.

[Online]. Tersedia di: http://harapanbunda.wordpress.com/category/berita/ [Diakses 9 Oktober 2013].

Nanda. (2012). Peningkatan Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia di: http://nanda-ari.blogspot.com/2012/06/peningkatan-kecerdasan-spiritual-anak.html [Diakses 9 Oktober 2013].

Ristiani, H. (2013). Peran Otak Kanan Terhadap Anak Usia Taman

Kanak-Kanak. [Online]. Tersedia di:

http://hernitapd.wordpress.com/2013/07/13/peran-otak-kanan-pada-anak-usia-taman-kanak-kanak/[Diakses 29 April 2014].

Syaodih, E. (tt). Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/PERKEMBANGAN_ANAK_TK.pdf[Diakse s 29 April 2014].

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pola Asuh Setelah Validasi
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. Google

Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti dan tidak mengikuti pembelajaran

[r]

mampu mengkaji kasus penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan bidang keahliannya dalam rangka menghasilkan

Penulis berharap dengan artikel ini, pembaca dapat memahami dan memanfaatkan artikel ini dengan sebaik-baiknya, dan kemudian penulis juga berharap agar yang

Berdasarkan hasil perancangan sistem pembangkit listrik hibrid menggunakan potensi energi angin dan surya untuk unit pengolahan ikan skala kecil yang berlokasi di

Ekstrak n -heksana, etil asetat, metanol dan minyak atsiri yang sudah dipartisi dengan etil asetat (daun dan bunga Asteraceae) dilarutkan dalam DMSO hingga konsentrasi

The problem of the study is to reveal value of tolerance reflected in The Secret Life of Bees movie directed by Gina Prince Bythewood published in 2008. The objectives