• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Seni Tari

Disusunoleh :

WIDIA NOVA RIZKI PUSPITA 1001692

PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Oleh:

Widia Nova RizkiPuspita

NIM : 1001692

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. TatiNarawati, M.Hum NIP. 195212051986112001

Pembimbing II

AgusSupriyatna, S.Sn, M.Pd NIP. 196708192005011002

Mengetahui

KetuaJurusanPendidikanSeniTari

(3)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Oleh

Widia Nova RizkiPuspita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas PendidikanBahasadanSeni

© Widia Nova RizkiPuspita 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Widia Nova Rizki Puspita,2014

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 11

C. Rumusan Masalah... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Metode Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian... 13

G. Struktur Organisasi ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Topeng... 16

B. Teori yang Digunakan... 20

1. Pendekatan Etnokoreologi... 20

2. Teori Koreografi... 22

3. Teori phisiognomi... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel... 27

B. Desain Penelitian... 27

C. Metode Penelitian... 29

D. Definisi Operasional... 30

E. Instrumen Penelitian... 31

F. Teknik Pengumpulan Data... 34

G. Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 38

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 38

2. Latar Belakang tari Topeng Sinok... 41

3. Koreografi Tari Topeng Sinok... 42

4. Busana Pada Tari Topeng Sinok... 55

5. Rias dan Karakter topeng Sinok... 63

6. Waditra dan Musik Pengiring Tari Topeng Sinok... 65

7. Keunikan Tari Topeng Sinok... 66

(5)

Widia Nova Rizki Puspita,2014

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Analisis koreografi... 67

2. Analisis Kostum atau Busana... 69

3. Analisis Rias Topeng Sinok... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA... 76

LAMPIRAN... 78

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Topeng dalam arti sempit adalah penutup muka. Topeng berfungsi menutupi atau

mengganti perwujudan muka pemakainya. Dalam arti luas topeng tidak hanya digunakan

sebagai penutup muka saja, tetapi ada pula topeng yang digunakan di atas kepala, atau di

perut (Suanda, 2005:6).

Terdapat dua jenis topeng yakni topeng Besar dan topeng Kecil. Topeng Besar

yaitu topeng yang berukuran besar, contohnya topeng reyog Ponorogo. Topeng ini cara

menggunakannya yaitu dengan digigit sehingga posisi topeng reyog Ponorogo hampir

selalu berada didepan muka pemainnya. Contoh lainnya, yaitu topeng bangbarongan,

topeng bangbarongan digunakan pada acara arak-arakan 17 Agustus yang dilakukan oleh

masyarakat Sunda. Topeng ini sejenis barongsai yang cara pemakaiannya dipegang dan

posisinya di atas muka pemain.

Selain dua contoh tersebut ada pula contoh lainnya yaitu ondel-ondel dari Betawi

dan barong landung Bali, dengan posisi topeng berada di atas kepala sehingga wujudnya

menyerupai boneka besar yang ukurannya melebihi manusia. Dalam topeng besar ada

pula topeng yang tidak dipakai pada muka yakni ogoh-ogoh di Bali, ogoh-ogoh semacam

patung yang terbuat dari kertas dengan kerangka bambu atau rotan yang diusung dalam

arak-arakan menjelang hari raya Nyepi (Suanda, 2005:6;10).

Topeng setengah muka dan topeng kecil adalah topeng yang berukuran kecil

bahkan lebih kecil daripada muka manusia dan atau hanya menutupi sebagian muka

pemakainya. Topeng setengah muka banyak digunakan diberbagai daerah di Indonesia

(7)

punakawan (pengiring) dan pelawak yang disebut bodres. Kebanyakan topeng seperti ini

menutupi bagian muka dari hidung atau bibir ke atas muka pemainnya.

Topeng bukan saja sebagai penutup muka atau mengganti perwujudan muka

pemakainya, tetapi sebagai seni pertunjukan. Seni pertunjukan topeng sudah lama

berkembang dimasyarakat Indonesia. Dalam kitab Negarakartagama (1365) yang ditulis pada zaman kerajaan Majapahit, drama tari topeng tersebut dikenal dengan nama “raket” yang betkembang sekitar abad ke-18. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Murgiyanto

(1980:7) bahwa :

Di Indonesia, pertunjukan tari topeng berlakon terdapat diberbagai daerah dengan nama yang tak jauh beda. Seperti halnya di Malang, di daerah Jogjakarta dan Surabaya, disebut dengan nama “Wayang Topeng”. Di Cirebon, Jawa Barat pertunjukan yang sama disebut Topeng Dalang, di daerah masyarakat Madura di Jawa Timur dikenal dengan Topeng Deleng, sementara di Bali dikenal dengan nama Topeng saja.

Kesenian topeng banyak terdapat di daerah-daerah di Indonesia. Hampir semua

daerah memiliki kesenian topeng, dengan berbagai jenis dan bentuk topeng yang berbeda.

Kesenian topeng pada mulanya digunakan untuk ritual atau upacara-upacara pemujaan

roh nenek moyang. Di Bali kesenian topeng terkenal dengan topeng barong. Kesenian

topeng di Bali sudah berkembang sejak zaman pemerintahan raja Jaya Pangus sekitar

abad X. Dalam kumpulan prasasti Jaya Pangus ini sudah ditemui beberapa istilah-istilah

seperti: atapukan yang artinya pertunjukan yang mempergunakan alat-alat penutup muka

atau topeng.

Di Cirebon terkenal dengan kesenian topeng Cirebon (Panji, Pamindo, Klana,

Tumenggung, Rumyang), Topeng Slangit, Topeng Sawitri. Di Indramayu ada pula

topeng yang terkenal yaitu Topeng Rasinah, sesuai dengan namanya, tari topeng ini

ditarikan oleh dalang topengnya yang bernama Mimi Rasinah.

Tidak hanya di Cirebon, Indramayu, Losari, Bali, dan Ponorogo saja kesenian

topeng hidup dan berkembang, di Betawi ada pula kesenian yang disebut dengan istilah

topeng, tari Topeng Tunggal dari Cisalak Depok ini sebenarnya kesenian ini dari Bekasi

(8)

kesenian ini diakui sebagai kesenian Betawi. Tari yang menggunakan tiga topeng dalam

pertunjukannya jelas disebut tari topeng Bteawi.

Pada masyarakat suku Dayak kesenian topeng terkenal dengan tari hudok, pada

masyarakat suku Batak terkenal dengan tari huda-huda. Hampir seluruh daerah di

Indonesia memiliki kesenian topeng dengan nama, bentuk, karakter dan fungsi yang

berbeda dari setiap daerahnya.

Pertunjukannya diposisikan untuk tujuan yang suci, sebagai persembahan dan

berbagai sarana untuk keselamatan dan kesejahteraan (Suanda, 2009:14). James R.

Brandon dalam bukunya Toto Amsar mengemukakan bahwa :

...seni prtunjukan dengan akar yang mungkin dari kebudayaan pra-India yang animistik adalah wayang topeng atau tari bertopeng. Topeng adalah kekayaan diantara budaya yang umum dari masyarakat anismistik di Asia Tenggara (Brandon, 2003:67).

Fungsi pertunjukan topeng pada mulanya digunakan untuk ritual-ritual yang

dianggap suci, keramat, dan berbau mistis. Perubahan fungsi dan bentuk pertunjukan

topeng terus berlanjut dari masa ke masa. Hingga saat ini pertunjukan topeng hanya

sebagai hiburan rakyat, dan terkadang masih menjadi ritual upacara adat pada acara-acara

tertentu. Semakin berkembangnya tari topeng di daerah-daerah membuat tarian ini

berubah fungsi.

Menurut mitos atau cerita turun temurun dari masyarakat Topeng yang kini hidup

dan berkembang di daerah Cirebon dan sekitarnya diyakini sebagai ciptaan Sunan

Kalijaga, beliau menciptakan pertunjukan topeng Cirebon sebagai sarana untuk

menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Ketika pusat pemerintahan berpindah dari Jawa timur ke Jawa Tengah dan para

raja memeluk agama Islam, pertunjukan topeng terlempar dari dalam istana dan kembali

dipelihara oleh rakyat yang belum sepenuhnya melepaskan kepercayaan asli mereka.

Dengan melihat kenyataan ini Sunan Kalijaga memanfaatkan pertunjukan topeng yang

digemari rakyat sebagai alat penerang dan penyebaran agama Islam kepada rakyat sekitar

(9)

Seiring berkembangnya zaman, pertunjukan topeng semakin jarang terlihat dalam

kehidupan sehari-hari, hanya pada waktu tertentu pertunjukan ini ditampilkan. Karena

fungsinya yang tidak lagi sebagai media penyebaran agama Islam, pertunjukan topeng

hanya dipertunjukan atau dipertontonkan pada saat acara-acara tertentu. Upacara atau

ritual contohnya, suku Batak menggunaka pertunjukan topeng pada upacara memanggil

hujan, dan sebagai hiburan raja-raja yang masih hidup.

Di Cirebon pertunjukan topeng digunakan pada upacara ngunjung, upacara yang

dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Cirebon, Indramayu dan sekitarnya. Ngunjung

atau Munjung sendiri berasal dari kata kunjung dengan maksud mengunjungi makam

leluhur sebagai salah satu wujud syukur masyarakat serta untuk berdoa. Upacara

Ngunjung sendiri biasanya dilaksanakan pada lokasi-lokasi atau makam leluhur serta

tokoh keagamaan yang dianggap keramat dengan maksud untuk memohon keselamatan

senantiasa mengingatkan pesan-pesan leluhur untuk melestarikan tradisi budayanya.

Upacara ngunjung dilaksanakan pada bulan Syuro dan Mulud

(http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest).

Dalam kesenian topeng Cirebon ada yang disebut dalang topeng, dalang topeng

adalah sebutan untuk seorang penari topeng. Dalang topeng juga lazim digunakan untuk

menunjuk penari topeng. Kata dalang tampaknya mempunyai makna untuk menunjuk

status kegiatan seseorang yang berkaitan keterampilan memainkan suatu kesenian. Maka

kata dalang artinya adalah penari topeng yang menarikan kelima kedok : Panji, Pamindo,

Rumyang, Tumenggung, dan Klana.

Pada pertunjukan topeng di Cirebon banyak terdapat dalang topeng, dan sebelum

menjadi dalang mereka harus melakukan pembersihan diri, seperti yang di ungkapkan

Groenenendael dalam bukunya Toto Amsar Suanda yaitu sebagai berikut :

(10)

Banyak dalang topeng dan dalang wayang yang secara teratur menjalankan laku,

seperti puasa, memuja leluhur, dan sebagainya. Seperti halnya Dewi dan Sawitri dalang

topeng asal Losari, Suteja, Sujaya, Sujana dalang topeng asal Slangit, ada juga Rasinah

dari pekandangan-Indramayu. Mereka adalah dalang topeng yang terkenal di masyarakat

Cirebon dan sekitarnya. Dalang yang menari sekaligus mempertunjukan kepada

masyarakat di sekitarnya.

Di Cirebon topeng memiliki dua bentuk pertunjukan, seperti yang disebutkan

Hazeu dalam disertasinya yaitu topeng babakan dan topeng dalang (Hazeu dalam

Narawati, 2003:63). Topeng babakan adalah bentk pertunjukan yang penyajiannya babak

perbabak, sedangkan topeng dalang adalah bentuk pertunjukan seperti dramatari yang

melakonkan cerita panji (Suanda, 2005:22).

Ada pula yang menyebutkan bahwa bentuk pertunjukan topeng dibagi menjadi

dua, yaitu tari topeng Cirebon dan tari topeng priyangan. Tari topeng Cirebon memiliki

bermacam-macam bentuk pertunjukan yaitu topeng babrangan atau barangan,

ngunjung, kuputarung, hanjataan atau binaan. Sedangan tari topeng priyangan hanya

tersaji dalam satu bentuk yang bersifat entertaiment atau penghibur

(http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest).

Adapun susunan penyajiannya dalam tari topeng Cirebon, yaitu panji dilakukan

pada bagian pertama, pamindo/samba, rumyang, tumenggung, dan klana atau rowana.

Karakter dari masing masing topeng adalah panji menggambarkan sebagai sosok manusia

yang baru lahir, penuh kesucian, gerakannya halus dan lembut. Pamindo/samba

menggambarkan fase ketika manusia memasuki dunia kanak-kanak, digambarkan dengan

gerakan yang luwes, lincah dan lucu. Rumyangmerupakan gambaran dari fase kehidupan

remaja pada masa akhil balig. Tumenggung gambaran kedewasaan dari seorang manusia

yang penuh dengan kebijaksanaan layaknya sosok seorang prajurit yang tegas, penuh

dedikasi dan loyalitas sebagai pahlawan. Klana atau rahwanamerupakan visualisasi dari

watak manusia yang serakah, penuh amarah dan ambisi, Gerakan topeng klana begitu

tegas penuh dengan ambisi layaknya seorang raja yang penuh ambisi duniawi

(11)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, topeng adalah penutup muka atau wajah.

Dalam kesenian topeng umumnya topeng yang digunakan adalah topeng yang hanya

menutup wajah, baik topeng besar seperti reyog, topeng kecil dan setengah muka

contohnya topeng-topeng yang digunakan dalam dramatari yang melakonkan karakter

lucu, topeng kecil atau normal adalah topeng yang umum digunakan dalam tari topeng

contohnya panji, pamindo, rumyang, tumenggung, klana, dan lain-lain. Ada pula topeng

yang menutup seluruh tubuh.topeng ini digunakan dalam pertunjukan reak,

bangbarongan.

Fungsi topeng dalam masyarakat umumnya untuk memanggil arwah nenek

moyang, untuk pemujaan terhadap roh-roh yang dianggap keramat. Ada pula yang

sebagai upacara adat seperti halnya di daerah Cirebon Jawa Barat, topeng digunakan

untuk upacara ngunjung sebuah upacara kunjungan atau mengunjungi makam para

leluhur untuk memohon keselamatan. Upacara ini dilaksanakan pada bulan Syuro dan

Mulud oleh masyarakat Cirebon, Inderamayu dan sekitarnya. Selain untuk upacara

ngunjung topeng juga digunakan pada upacara penggantian cungkup makam-makam

keramat. Di Subang topeng digunakan pada acara kenduri (khitanan dan pernikahan) dan

upacara adat di makam-makam buyut, upacara mapag sri di desa Pangkalan yang

dilaksanakan pada bulan April dan Mei, ada pula upacara ngarot yang dilaksanakan pada

bulan Oktober dan November saat hujan mulai turun yang dipertujukan di desa Lelea.

Selain untuk upacara adat topeng juga sebagai sarana hiburan rakyat, nilai estetis

yang terdapat dalam tari topeng dinikmati sebagai hiburan rakyat. Dengan

berkembangnya topeng pada masyarakat saat ini topeng banyak beralih fungsi, yang dulu

digunakan sebagai sarana pemujaan sekarang hanya sebagai hiburan saat hajatan atau

acara-acara tertentu digelar.

Beberapa dalang topeng atau penari topeng yang dikenal sebagai istilah untuk

penari yaitu topeng Jana atau topeng Sujana. Topeng Sujana berasal dari Slangit, topeng

Sujana merupakan tarian yang sesuai aturan baku dan tidak merubah pola atau gerak

yang sudah dipatenkan dalam tari topeng Cirebon. Topeng Rasinah atau lebih dikenal

(12)

dalam menarikan topeng tidak selalu sesuai dengan pola gerak yang sama, dari panggung

ke panggung selalu berbeda-beda gerak yang ditarikan, ini dikarenakan Mimi Rasinah

adalah dalang topeng yang kaya akan ragam gerak. Topeng Sawitri, Sawitri merupakan

dalang topeng dari Losari. Topeng sawitri hampir sama dengan topeng Sujana. Dalam

menarikan topeng, Sawitri selalu sesuai dengan pakem yang ada pada tari topeng. Dari

gerak, pola atau bentuk sesuai dengan ketentuan. Sehingga dari panggung ke panggung

Sawitri dalam menari topeng Cirebon sama.

Topeng sebagai bentuk seni pertunjukan diantaranya Topeng Slangit, topeng

Kandangan atau pekandangan, topeng Indramayu, topeng Betawi, dan topeng Cisalak.

Dari bentuk gaya pertunjukannya topeng-topeng tersebut dikenal dari nama daerah asal

dalang topengnya.

a. Seperti topeng Slangit, topeng Slangit dikenal karena dalang topeng Sujana berasal dari

desa Slangit Cirebon, Pertunjukan topeng pada gaya Slangit terdapat urutan tari topeng

yang dimulai dari topeng Panji, topeng Pamindo, topeng Rumyang, topeng Tumenggung,

dan terakhir topeng Klana. Pada umumnya dalam pertunjukan ini disisipi adengan

pertarungan pada topeng Tumenggung melawan topeng Jingga Anom

(http://digilib.itb.ac.id.pdf).

b. Topeng Kandangan atau Pekandangan, topeng pamindo ditarikan dengan

menggunakan lagu pengiringnya sama dengan nama tarinya yakni pamindo. Gaya

penampilan seperti ini juga dimiliki oleh dalang topeng Rasinah dari Pekandangan dan

Carpan dari Cibereng. Di daerah lain penampilan seperti tersebut tidak ditemukan

(http://lpsn.or.id/ensiklopedia/tari-topeng).

c. Topeng Indramayu tari topeng dipertunjukan dengan selingan banyolan (lawak)

antara tarian ke empat dan ke lima. Perbedaan gaya pertunjukan topeng Indramayu

dengan topeng lainnya adalah topeng Indramayu tidak memasukan tari topeng Rumyang

(13)

ditampilkan pada akhir pertunjukan dengan selingan banyolan dari topeng Klana ke

Klana udeng.

d. Topeng Betawi merupakan pertunjukan topeng yang di dalamnya terdapat unsur

drama, tari, dan musik. Hal itu diperkuat oleh Masunah (2003:9) “pertunjukan topeng

Betawi merupakan perpaduan drama, tari, dan musik dengan cerita yang diambil dari

kehidupan sehari-hari misalnya kehidupan rumah tangga”.

e. Topeng Cisalak adalah salah satu grup kesenian Topeng Betawi. Cisalak adalah nama

sebuah perkampungan di Cimanggis Depok yang dijadikan sebuah gaya topeng. Dalam

Topeng Cisalak ada sebuah jenis tari yaitu tari topeng Tunggal yang memiliki ciri khas

yang tidak dimiliki daerah lain yakni menggunakan tiga buah topeng atau kedok dalam

penyajiannya.

Tari topeng menyebar luas ke seluruh wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah,

karena ada penyebaran itu sehingga menjadi inspirasi para seniman daerah untuk

menciptakan jenis tari topeng. Seperti halnya tari Topeng Sinok, Topeng Sinok

merupakan tarian khas Brebes Jawa Tengah yang belum lama ini diciptakan oleh dewan

kesenian Brebes. Tarian Topeng Sinok diciptakan sebagai tarian khas Brebes yang pada

mulanya Brebes belum memiliki kesenian yang menjadi ciri khas seperti daerah lainnya.

Menurut wawancara dengan Kitarto selaku pencipta tari Topeng Sinok (30 maret 2014), “Tari ini menceritakan perempuan Brebes yang anggun, cantik, serta pekerja keras yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai petani”. Tarian ini juga menggambarkan perempuan Brebes sedang menanam bawang merah yang menjadi ciri khas Kabupaten

Brebes.

Tari topeng pada umumnya banyak dimiliki oleh berbagai daerah, dari setiap

daerah memiliki ke-khasan tersendiri baik dari koreografi maupun dari bentuk topengnya.

Begitu juga dengan Topeng Sinok dari Kabupaten Brebes. Dilihat dari namanya tari

(14)

pertunjukannya. Topeng yang digunakan adalah Topeng berparas cantik dengan bentuk

mata gabahan (gabah padi atau sipit).

Sinok sendiri berasal dari kata nok. Di daerah Jawa nok adalah panggilan untuk

anak perempuan, panggilan ini dikhususkan untuk prempuan yang belum menikah dan

digunakan oleh orang yang lebih tua laki-laki maupun perempuan untuk memanggil

perempuan yang usianya lebih muda. Brebes adalah pengguna kata nok untuk memanggil

perempuan, oleh karena itu tari Topeng Sinok diciptakan sebagai tarian perempuan.

Penggalian tari topeng sinok pada mulanya adalah pada tahun 2006 oleh

Suparyanto dan Kitarto sebagai dewan kesenian Kabupaten Brebes. Tarian ini berhasil

diciptakan kemudian ditampilkan pertama kali pada bulan Februari 2007 di Pendopo

Kabupaten Brebes, dan mulai diikut sertakan kedalam festival tari kreasi daerah di Jawa

tengah pada tahun 2008, selain itu pernah juga dipertunjukan di Bali dan di TMII Jakarta.

Penampilan berikutnya yaitu pada saat kirab budaya hari jadi Kabupaten Brebes yang

ke-333 pada bulan Januari di lapangan Karangbirahi Brebes. pertunjukan ini melibatkan 100

orang penari yang seluruhnya diambil dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Brebes.

Tarian ini merupakan tari masal karena dilakukan oleh banyak penari dengan

ragam gerak yang sama dan antara penari yang satu dengan penari yang lain tidak ada

jalinan gerak yang saling melengkapi. Topeng sinok juga bisa dijadikan tarian tunggal

atau kelompok, ini tergantung kebutuhannya. Tarian yang memiliki koreografi dan

struktur gerak yang jelas mudah diikuti oleh kalangan masyarakat umum.

Dari pemaparan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam

tentang tari Topeng Sinok, adapun yang melatar belakangi penelitian mengapa memilih

tari Topeng Sinok yaitu karena tari Topeng Sinok berbeda dengan tari topeng lainnya

yang memiliki keunikan dalam koreografi dan bentuk topengnya.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin

meneliti lebih dalam tentang tari Topeng Sinok sehingga peneliti dalam penelitian ini

(15)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas bahwa Brebes

memiliki kesenian topeng yang brebeda dari topeng lainnya yang memiliki keunikan dan

kekhasan, peneliti mengidentifikasi adanya beberapa masalah yang akan dibahas pada

bab IV yaitu mengenai latar belakang tari topeng Sinok dan koreografi tari topeng Sinok.

C. Rumusan masalah

Mengacu pada identifikasi masalah di atas supaya penelitian itu lebih berfokus,

maka peneliti merumuskan beberapa masalah ke dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimana latar belakang tari Topeng Sinok?

2. Bagaimana koreografi dalam tari topeng sinok?

3. Apa yang menjadi keunikan tari topeng sinok?

D. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini adalah :

1. Tujuan umum adalah untuk mendeskripsikan tari topeng sinok di kabupaten Brebes

Jawa tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan latar belakang tari topeng sinok di kabupaten Brebes Jawa

tengah.

b. Mendeskripsikan koreografi, kostum dan tata rias pada tari topeng sinok.

c. Mendeskripsikan keunikan tari topeng sinok.

E. Metode penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriftif analisis dengan

pendekatan kualitatif, yaitu cara penelitian yang menggunakan observasi terhadap

peristiwa dan kondisi dengan mencari dan mengumpulkan data serta suatu cara untuk

(16)

menganalisis data yang berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan atau tempat

penelitian. metode deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat

pencanderaan (deskripsi) mengenai situasi atau kejadian-kejadian. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk membuat pencanderaan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 2004:76 dan 97).

Kualitatif digunakan untuk menganalisis berbagai masalah ilmu sosial humaniora,

seperti: demokrasi, ras, gender, kelas, negara bangsa, globalisasi, kebebasan, dan

masalah-masalah kemasyarakatan pada umumnya (Kutha Ratna, 2010:93). Alasan

peneliti menggunakan metode ini dilakukan agar memperoleh gambaran yang nantinya

disusun secara sistematis, faktual dan akurat mengenai subjek yang diteliti.

1. Lokasi dan sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi dan sampel penelitian adalah :

a. Lokasi

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di kabupaten Brebes Jawa tengah.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tari topeng sinok.

2. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti sebagai langkah awal pengumpulan data dengan

jalan mengdakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung di lapangan

mengenai topeng sinok di kabupaten Brebes.

b. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara kepada narasumber mengenai tari topeng

sinok di kabupaten Brebes dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai

latar belakang tari topeng sinok, struktur penyajian topeng sinok, dan koreografi tari

topeng sinok.

c. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang mengacu pada sumber

(17)

3. Instrumen penelitian

Peneliti menggunakan instrumen penelitan untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang berupa beberapa

bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian sebagai pegangan dalam

melakukan wawancara dengan nara sumber yang dijadikan objek penelitian untuk

mendapatkan data-data yang akurat dan terpercaya.

4. Analisis data

a. Mendeskripsikan data tentang tari topeng sinok

b. Mendeskripsikan bentuk penyajian tari topeng sinok dilihat dari koreografi, tata

busana, dan rias.

c. Menarik kesimpulan dari data yang telah dipeoleh dan tersusun.

F. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi

peneliti,masyarakat,pelaku seni, pemerintah daerah, serta lembaga.

a. Bagi peneliti, peneliti ingin mengetahui kesenian yang ada di jawa tengah khususnya

di kabupaten Brebes,peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang tari topeng sinok,

peneliti ingin meningkatkan rasa cinta terhadap kesenian yang berkembang di daerah

kabupaten Brebes, peneliti dapat menghargai budaya lokal dengan mengetahui seni

tradisional budaya setempat.

b. Bagi masyarakat, masyarakat Brebes dapat mengetahui kesenian asli yang ada di

Brebes, masyarakat Lebih mencintai budaya lokal, masyarakat mendapatkan hiburan

dari kesenian tersebut, masyarakat memiliki kebanggaan atas kepemilikan kesenian

khas daerah tersebut

c. Bagi pelaku seni sebagai penghibur masyarakat daerah setempat, sebagai pelestari

budaya lokal, sebagai bahan untuk motivasi supaya dapat melestrikan,

mempertahankan kesenian, menunjukan eksistensinya dalam berkarya seni

d. Bagi pemerintah daerah membeikan motivasi kepada masyarakat untuk terus

(18)

e. Bagi lembaga, untuk kepentingan akademik secara tidak langsung, penelitian ini

diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

sebagai tambahan pustaka pengetahuan tentang kesenian daerah.

G. Struktur Organisasi

Bab I dalam skripsi ini merupakan uraian tentang latar belakang masalah, yang

isinya acuan peneliti dan penjelasan peneliti tentang alasan mengambil penelitian dalam

skripsi ini, kemudian terdapat rumusan masalah yang menjadi acuan dalam pembahasan

dalam penelitian, selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi semua pihak dan

yang terakhir yaitu struktur organisasi.

Pada bab II menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan dalam penelitian,

diantaranya terdapat penelitian yang relevan serta teori yang dipergunakan yang terdiri

dari, pendekatan Etnokoreologi, teori koreografi, dan teori phisiognomi.

Bab III berisi tentang uraian proses penelitian yang dilakukan peneliti dengan

menggunakan metode-metode yang sesuai untuk penelitian. Adapun uraian dari isi

metode penelitian diantaranya, lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan

pengelolaan data.

Bab IV merupakan penjabaran semua dari hasil penelitian dan pembahasan yang

di dalamnya membahas tentang data-data hasil penelitian dan analisis hasil penelitian

oleh peneliti.

Bab V berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari hasil penelitian dan

rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel

1. Lokasi Peneltian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Gandasuli Kecamata Brebes,

Kabupaten Brebes dengan alamat jalan Kenangan, No. 52 perumahan Gandasuli,

Kelurahan Gandasuli, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Alasan penelitian di lokasi

tersebut berkenaan dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu kediaman ketua Dewan

Kesenian Selaku Pencipta tari dan sebagai pusat informasi mengenai tari Topeng Sinok

kabuaten Brebes.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini diambil dari sekelompok objek dari populasi penelitian,

karena sampel merupakan kelompok kecil yang diamati. Pernyataan di atas dipertegas

oleh Arikunto (1997:117), bahwa:

sampel adalah sebagian dari wakil populasi yang diteliti maka teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena keterbatasan waktu, tenaga, dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar atau banyak.

Sampel dalam penelitian ini yaitu Tari Topeng Sinok di Kabupaten Brebes. alasan

peneliti mengambil sampel ini dikarenakan Tari Topeng Sinok tersebut merupakan

kesenian kreasi baru yang menjadi kesenian khas di Kabupaten Brebes serta memiliki

keunikan pada koreografi dan bentuk topengnya.

B. Desain Penelitian

1. Tahap Pra Pelaksanaan lapangan

a. Survei

(20)

c. Pembuatan proposal

d. Menentukan instrumen penelitian

2. Persiapan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari lapangan dilakukan peneliti dimulai dari bulan Desember

2013 sampai dengan bulan Juni 2014.

b. Konsultasi dengan pembimbing

Pelaksanaan proses bimbingan dilakukan oleh peneliti guna memperoleh berbagai

wejangan tentang langkah apa saja yang harus dilakukan dalam proses penelitian.

Adapun pembimbing yang sebelumnya telah ditunjuk dan diberi wewenang oleh

fakultas untuk memberi arahan pada peneliti dari mulai persiapan, pelaksanaan

sampai batas waktu untuk memasuki sidang.

c. Pengolahan data

Pengolahan data adalah salah satu bentuk meneliti kembali catatan-catatan yang

diperoleh peneliti untuk mengetahui apakah data tentang tari Topeng Sinok dan

informasi yang didapat cukup baik untuk menjawab maslah yang diajukan. Data

yang dianggap mendukung kemudian dianalisis berdasarkan metode yang

digunakan oleh penulis sehingga memperoleh uraian yang peneliti harapkan.

Adapun pengolahan data yang dilakukan peneliti antara lain:

Mencari kesesuaian data yang didapat dengan literatur dan narasumber.

 Menganalisa data berdasarkan temuan jawaban yang dipertanyakan dalam penelitian.

Memilih data sesuai dengan permasalahan penelitian. 3. Menyusun Laporan Penelitian

Laporan penelitian terdiri dari lima bab yang disusun dengan lengkap dan benar,

adapun penyusunan laporan penelitian tidak lepas dari proses bimbingan, baik dengan

pembimbing I maupun pembimbing II.

(21)

Berdasarkan latar belakang maslah dan rumusan masalah, maka metode yang

dipergunakan dalam menunjang terlaksananya penelitian ini adalah metode Deskriptif

Analisis. Metode ini dianggap sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti dan untuk

mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Tari Topeng Sinok di Kabupaten Brebes

Jawa Tengah. Metode ini digunakan atas pertimbangan-pertimbangan bahwa masalah

yang diteliti adalah permasalahan yang ada sekarang, dengan cara mengumpulkan data,

menyusun, mengklarifikasikan dan menganalisisnya.

Data yang tersedia diterima apa adanya tanpa ditambah atau dikurangi sedikitpun.

Sudjana (1989:69) mendefinisikan metode dekskripsi sebagai berikut:

penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Menurut Surakhmad (1990:140) metode deskriptif yaitu :

1. Memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang maupun

pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disimpan, dijelaskan kemudian dianalisis (karena

metode ini sering disebut metode analisis).

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

deskriptif selain ditunjukan untuk mengetahui gejala-gejala yang terjadi dimasyarakat

sekarang, juga untuk mencapai tujuan penelitian deskriptif dari masalah yang diteliti.

Berdasarkan ciri-ciri metode deskriptif tersebut, dituangkan pula pada penelitian ini yakni

data yang diperoleh dikumpulkan dan disusun, dijelaskan dan dianalisis yang akhirnya

dapat menjawab persoalan atau rumusan masalah dalam penelitian Tari Topeng Sinok di

Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu

cara penelitian yang menggunakan observasi terhadap peristiwa dan kondisi dengan

mencari dan mengumpulkan data serta suatu cara untuk menyelesaikan suatu persoalan

(22)

fakta-fakta yang ada di lapangan atau tempat penelitian. Alasan peneliti menggunakan

metode ini dilakukan agar memperoleh gambaran yang nantinya disusun secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai subjek yang diteliti.

D. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari terjadinya kesalah

pahaman, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut :

Tari : Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan

waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan

pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan

memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan

sehari-hari seperti berlari, berjalan, atau bersenam.

Topeng : Topeng adalah benda dari kertas, kayu, plastik, kain, atau logam yang

dipakai menutup wajah seseorang.

Sinok : sinok atau nok adalah panggilan untuk perempuan yang belum menikah

atau panggilan dari yang lebih tua kepada yang lebih muda di daerah Jawa, khususnya

Brebes.

Tari topeng sinok : tari Topeng Sinok adalah tarian kreasi yang diciptakan oleh

Dewan Kesenian dan menjadi tarian khas Kabupaten Brebes. Tari topeng sinok

menceritakan perempuan Brebes yang pekerja keras dan sangat mencintai pekerjaannya

sebagai petani bawang merah. Kabupaten Brebes adalah suatu wilayah yang secara

demolografis berada di provinsi Jawa tengah, tempat lahirnya Tari topeng Sinok yang

diciptakan oleh Dewan Kesenian Brebes Kitarto dan Suparyanto.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpul data menurut Suryabrata (2008:52) adalah alat yang

digunakan untuk merekam, pada umumnya secara kuantitatif, keadaan dan aktivitas

(23)

menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk

atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,

perangsangnya adalah pernyataan

(http://hartanto104.files.wordpress.com/2013/11/instrumen-penelitian.pdf).

Arikunto (2000:134) mengungkapkan bahwa “instrumen penelitian adalah

instrumen alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi merupakan teknik penelitian langsung ke lapangan. Pedoman

observasi ini disusun ke dalam beberapa bagian yakni pedoman observasi untuk

meninjau atau mengamati langsung ke lokasi penelitian, observasi terus terang dan

tersamar serta observasi tidak terstruktur.Observasi terus terang dan tersamar serta

observasi tidak terstruktur. Observasi terus terang adalah peneliti menyatakan terus

terang kepada narasumber bahwa peneliti akan melakukan penelitian, sedangkan

observasi tersamar adalah tidak menyatakan secara terus terang bahwa peneliti sedang

melakukan peneliti sedang melakukan penelitian hal ini dilakukan agar peneliti dapat

mendapatkan data yang masih dirahasiakan. Kemudian observasi tak berstruktur adalah

observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi

hal ini terjadi jika peneliti tidak tahu pasti tentang apa yang akan diamati.

Kegiatan observasi dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada

narasumber utama yang memahami tari Topeng Sinok, yaitu bapak Kitarto sebagai

pencipta tari Topeng Sinok serta narasumber pendukung yaitu ibu Artanti sebagai

pengajar tari Topeng Sinok di Kabupaten Brebes.

Peneliti melakukan observasi kepada para narasumber pada saat proses berlatih

tari Topeng Sinok berlangsung di kediaman ibu Artanti sebagai pusat tari Topeng Sinok

hidup dan berkembang. Selain di pusat keberadaan tari Topeng Sinok yaitu di

(24)

Kebudayaan Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Oleh karena narasumber yang dipilih

adalah orang-orang yang sangat memahami tari Topeng Sinok maka proses observasi

yang dilakukan peneliti pun tidak mengalami hambatan yang berarti.

2. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi ini berupa foto dan video yang digunakan untuk

mendokumentasikan kegiatan wawancara dengan narasumber dan pada saat penelitian.

Hal ini dirasa penting oleh peneliti, karena jika peneliti hanya mencatat hasil penelitian

terkadang tidak semua dicatat, sehingga agar terindar dari hal tersebut maka peneliti

mengambil foto dan video.

Informasi yang diperoleh tersebut disimpan ke dalam bentuk rekaman audio

visual dan foto, dengan cara mengambil gambar dan merekam dari keseluruhan

gerak-gerak tari topeng Sinok, rias, busana serta musik pengiring.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan peneliti diantaranya :

a. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara tatap muka. Dalam cara

ini peneliti langsung bertatap muka dengan pihak yang di wawancara seperti menemui

Koreografer atau pencipta tari Topeng Sinok yaitu bapak Kitarto selaku Dewan Kesenian

Kabupaten Brebes, ibu Artanti sebagai pelatih tari Topeng Sinok, bapak Lukman selaku

ketua Dewan Kesenian Kabupaten Brebes, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Brebes.

b. Wawancara tidak langsung. Wawancara yang dilakukan bukan secara tatap muka

melainkan melalui saluran komunikasi jarak jauh, misalnya melalui telepon, sms dan

sebagainya kepada koreografer tari Topeng Sinok, pelatih tari Topeng Sinok, ketua

(25)

membutuhkan informasi namun keadaan tidak memungkinkan untuk bertemu secara

langsung maka dilakukanlah wawancara tidak langsung.

c. Wawancara berstandar adalah wawancara yang direncanakan berdasarkan pedoman atau

daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dulu. Agar semua rumusan masalah dapat

terjawab maka peneliti membuat daftar pertanyaan agar wawancara lebih terfokus pada

permasalahan yang dibahas oleh peneliti yaitu seputar tari Topeng Sinok secara

keseluruhan.

d. Wawancara tidak berstanadar adalah wawancara yang tidak direncanakan berdasarkan

pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dulu. Disini, peneliti

mencoba bertanya hal-hal lain di luar daftar pertanyaan namun masih berkaitan dengan

tari Topeng Sinok, hal ini dikarenakan pada saat wawancara peneliti merasa ada hal-hal

yang masih dipertanyakan namun tidak ada dalam daftar pertanyaan yang telah dibuat.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunaka dalam penelitian iniyaitu:

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, karena sebuah fakta akan

didapat melalui observasi. Observasi dilakukan agar peneliti mendapat data yang

faktual, cermat dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan

situasi sosial serta konteks dimana kegiatan itu terjadi. Observasi adalah pencatatan

fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung

(Soeharto, 1987:117).

Observasi bertujuan untuk mengadakan pengamatan secara objektif tentang topik

(26)

observasi ini dilakukan dengan studi pendahulan dan melalui teknik ini peneliti dapat

melihat, mengenal dan mengidentifikasi masalah yang diteliti.

Peneliti melakukan observasi langsung ke lokasi sebanyak 10 kali kunjungan

selama 7 bulan. Penelitian ini difokuskam pada seluruh aspek berdasarkan rumusan

masalah yang ingin dicapai.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab atau

mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden atau

narasumber. Wawancara dilakukan langsung dengan orang yang dianggap menguasai

objek yang akan diteliti untuk mendapat informasi sebanyak-banyaknya. Untuk

memperoleh data sebagai bahan bukti dalam penelitian maka peneliti menggunakan

instrumen penelitian seperti pedoman wawancara.

Adapun beberapa orang yang dijadikan narasumber dalam wawancara ini di

antaranya adalah sebagai berikut:

a. Bapak Kitarto selaku sekertaris Dewan Kesenian dan pencipta tari Topeng

Sinok, mengenai koreografi, iringan musik tari topeng Sinok yang digunakan

beserta waditra yang digunakan. Kitarto adalah narasumber kunci pada

penelitian ini.

b. Bapak Lukman, S.Sn selaku ketua Dewan Kesenian serta team pencipta tari

Topeng Sinok, mengenai latar belakang terciptanya tari topeng Sinok.

c. Ibu Dra. Artanti Proborini, selaku Koordinator Tari Dewan Kesenian

Kabupaten Brebes serta pelatih tari Topeng Sinok, mengenai koreografi tari

topeng Sinok, rias serta busana yang digunakan oleh penari topeng Sinok.

Artanti adalah narasumber pendukung pada penelitian ini.

d. Bapak Wijanarto selaku sejarahwan Kabupaten Brebes mengenai sejarah dan

(27)

Perolehan data berdasarkan hasil, selanjutnya oleh peneliti diklasifikasikan

berdasarkan data mengenai latar belakang sejarah lahirnya tari topeng Sinok,

koreografi, struktur penyajian serta keunikan tari topeng Sinok di Kaqbupaten

Brebes.

3. Studi Kepustakaan

Studi Literatur (kepustakaan) yaitu suatu teknik memperluas wawasan terutama

teori dan analisis yang ada dalam literatur-literatur yang sesuai dengan tujuan

penelitian ( Sanipah Faisal, 1992;21). Studi literatur dimaksudkan untuk mencari dan

mengumpulkan berbagai data yang diperlukan dengan cara menggali dari berbagai

sumber kepustakaan yang ada, berupa buku-buku, media informasi, majalah, dan

media bacaan lainnya.

Untuk memperoleh buku sumber atau literatur, peneliti mengunjungi

perpustakaan-perpustakaan yang ada di Bandung maupun di daerah, misalnya di

perpustakaan umum Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan jurusan

Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan STSI Bandung,

perpustakaan umum daerah Kabupaten Brebes. buku yang berhasil diperoleh peneliti

di antaranya buku tentang tari, buku topeng, buku yang berkaitan dengan tari Topeng,

buku yang berkaitan dengan koreografi serta sumber-sumber lain yang menunjang

dalam penelitian ini.

4. Dokumentasi

“Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda dan sebagainya” (Arikunto, 1997:236). Informasi yang diperoleh tersebut

disimpan ke dalam bentuk rekaman audio visual dan foto, dengan cara mengambil

gambar dan merekam dari keseluruhan gerak-gerak tari topeng Sinok, rias, busana

(28)

menggambarkan situasi sebenarnya baik dalam wawancara maupun pada saat

pengambilan gambar.

G. Analisis data

Dalam penilaian kualitatif, data dapat diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus

menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada

umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada

pola yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis

(http://ichaledutech.blogspot.com/2013/04/analisisls-data-dalam-penelitian.html).

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa, analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data

kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakuakan sintesa dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif harus dapat menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal yaitu bagaimana latar belakang tari Topeng Sinok,

bagaimana koreografi tari Topeng Sinok di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, apa

keunikan tari Topeng Sinok, bagaimana busana dan rias pada tari Topeng Sinok.Oleh

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis secara ikonografis bentuk topeng pada topeng

Sinok adalah topeng Jawa dengan bentuk segitiga. Secara phisiognomi

dalam karakter topeng Sinok lebih menyerupai topeng Pamindo dari

Cirebon dengan topeng yang berwarna putih menyerupai topeng Panji

Cirebon melambangkan kesucian, kebaikan dan kelembutan yang

menggambarkan perempuan Brebes. Perpaduan antara gaya Jawa dan gaya

Cirebon pada topeng Sinok merupakan akulturasi budaya, karena Topeng

Sinok hidup di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Karakter lincah pada tari Topeng Sinok dianalisis melalui

pendekatan phisiognomi pada topengnya, bentuk topeng secara

ikonografis merupakan bentuk topeng Jawa dan secara phisiognomis

garis-garis wajah menyerupai topeng Pamindo dengan warna putih menyerupai

topeng Panji. Koreografi tari Topeng Sinok banyak menggunakan gerak

locomotion sehingga menandakan topeng Sinok berkarakter lincah. Bentuk

topeng dan koreografi merupakan keunikan dari tari Topeng Sinok.

Koreografi tari Topeng Sinok mempunyai karakteristik dan

keunikan yang tidak dimiliki tari topeng lainnya di Indonesia. Gerak yang

dinamis mudah untuk diikuti oleh kalangan umum baik anak-anak maupun

orang dewasa. Gerak yang dominan pada tari topeng Sinok adalah gerak

murni atau pure movement.

Riasan pada tari topeng Sinok terletak pada bentuk topengnya.

Karakter yang cantik, lincah, dan gigih atau pekerja keras dianalisis

(30)

menggambarkan kecantikan perempuan Brebes yang cantik dan gigih

dalam bekerja yaitu sebagai petani.

Busana yang digunakan berwarna cerah dan mencolok ini

menggambarkan tari topeng Sinok berenerjik atau lincah dengan dengan

karakter sedikit halus karena tarian ini merupakan tarian putri yang harus

menjaga kelembutannya. Warna yang digunakan yaitu merah muda atau

pink dan kuning cerah, serta dikombinasikandengan warna mas pada

beberapa perlengkapan busananya.

Kesenian tradisi itu memiliki pijakan pada pola atau pakem tradisi

itu sendiri. Seiring dengan kebutuhan dan perkembangan jaman Dewan

Kesenian menciptakan karya berbentuk tari yang menjadi ciri khas

Kabupaten Brebes, dengan keunikan dan kemasan yang berbeda dengan

tari topeng lainnya. Karena kebutuhan dan selera masyarakat lah yang

menjadi salah satu tujuannya, bahkan menurut Dewan Kesenian pula

bentuk pertunjukan bisa menambah satu bentuk keanekaragaman kesenian

tradisi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka penulis mengajukan

beberapa saran baik bagi masyarakat, pemerintah, sekolah dan penikmat

seninya, yakni :

1. Tari topeng Sinok sebaiknya di ajarkan di seluruh sekolah

tingkat SMP maupun SMA yang ada di kabupaten Brebes agar

sistem pewarisannya semakin meluas.

2. Dinas kebudayaan dan Dinas pendidikan bekerja sama untuk

lebih memperhatikan keberadaan tari Topeng Sinok yang

menjadi ciri khas Kabupaten Brebes agar terus hidup dan

(31)

3. Pemerintah melakukan sosialisasi dan pengenalan tari Topeng

Sinok pada acara-acara yang dianggap penting dan

mendatangkan masyarakat banyak.

4. Bagi masyarakat hendaknya lebih mengenal kesenian yang ada

di daerahnya sendiri terlebih dahulu baik anak-anak, remaja,

maupun orang tua.

5. Bagi lembaga pendidikan yang terkait (UPI), hendaknya para

mahasiswa mengenal dan mengetahui tentang keberadaan

kesenian tradisional yang ada di daerah-daerah guna

melestarikan budaya bangsa yang nantinya akan terjun ke

masyarakat sebagai tanggung jawab seorang pendidik di

(32)

Widia Nova Rizki Puspita,2014

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Perpustakaan.upi.edu|repository.upi.edu|upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Yunita. 2013 Tari Dwimuka karya Didik Nini Towok. Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia

Astuti, Rizki Puji. 2013. Tari topeng Tunggal kkhas Betawi di Kelurahan Cibubur

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan

Indonesia.

Atmadilaga, Adi. 2014. Seni Membaca Wajah (Fisionomi). [Online]. Tersedia :

Caturwati, Endang. 1997. Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS.

Ginanjar, Ajeng. 2009 Tari Topeng Tunggal Di Kampung Cisalak Kecamatan

Cimanggis Depok. Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia

Hadi, Sumadiyo. 2007. Kajian tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

http://atmadilaga27.blogspot.com/2011/09/seni-membaca-wajah-fisionomi.html

[19 april 2014].

Koentjaraningrat. 1999 Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Lestari, Kurnia A. 1999. Kesenian Buroq. Bandung: Skripsi IKIP Bandung.

Moleong, L. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreograf : Pengetahuan dasar Komposisi tari. Jakarta: Pendidikan dasar dan menengah Departemen Penidikan dan kebudayaan.

Narawati, Tati. 2003 Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST UPI

Nn. 2010. Topeng Cirebon [online]. Tersedia :

(http://www.cerbonan.wordpress.com). 28-04-2014 pukul 15:23 WIB.

Nn. 2013. Ngunjung. [Online]. Tersedia : http//Ngunjung-Dinas-Pariwisata-dan-Kebudayaan-Provinsi-Jawa-Barat.htm. 11 maret 2014 pukul 14:50 WIB.

(33)

Widia Nova Rizki Puspita,2014

TARI TOPENG SINOK DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Perpustakaan.upi.edu|repository.upi.edu|upi.edu

Pigeud. 1938. Pertunjukan Rakyat Jawa Sumbangan Bagi Ilmu Antropologi

(terjemahan Kanjeng Raden Tumenggung Muhamad Husodo Pringgokusumo

1991). Surakarta: Perpustakaan Rekso Pustaka.

Ratna, Nyoman K. 2010 Metodologi Penelitian kajiian budaya dan ilmu sosial

humaniora pada umumnya. Denpaar: Pustaka Pelajar

Sediawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia kajian arkeologi, seni, dan sejarah. Jakarta: Rajawali Press.

Simatupang, L. 2013. Pergelaran. Yogyakarta: Jalasutra.

Soedja,wahidin/CN27, 2011, Tari Topeng Sinok Karya Baru Brebes, [online]. Tersedia : tari-topeng-sinok-karya-baru-khas.html. 28-04-2014pukul14:35 WIB.

Suanda, Endo. 2005. Topeng. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara

Suanda, Toto A. 2009. Topeng Cirebon. Bandung. STSI.

Surakhmad, Winarno. 1984. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang (1) latar belakang sejarah tari Kretek di Kabupaten Kudus Jawa Tengah, (2) keberadaan tari sebagai identitas budaya, (3)

Peta kesesuaian lahan aktual untuk budidaya udang windu di tam bak Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.. Figur

Tari Topeng Ayu merupakan kesenian ciri khas Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan. Tari Topeng Ayu merupakan pengembangan gerak dari tari Topeng Ireng yang dikreasikan kembali.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kesesuaian lahan untuk budi- daya udang windu di tambak Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat dijadikan

BAB II, Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang dan keadaan medan gerilya DI/TII Jawa Tengah dan Wilayah Brebes Selatan, Darul Islam dalam konsep Negara

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk pertunjukan Tari Topeng Klana di Desa Slarang Lor 2) Bagaimana upaya pelestarian Tari Topeng

Sehingga dalam hal ini peneliti dapat membedah aspek-aspek yang terkait dengan tari topeng Lengger Wonosobo dari segi koreografi, serta asecara keseluruhan dalam bentuk

Model Rantai Nilai Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah pada tanggal 9 Januari 2015 dan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 2015 dirumuskan beberapa