• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kreativitas yang Dimediasi oleh Creative Self Efficacy pada Wirausahawan yang Dibina oleh Bandung Creative City Forum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kreativitas yang Dimediasi oleh Creative Self Efficacy pada Wirausahawan yang Dibina oleh Bandung Creative City Forum."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Kreativitas merupakan faktor utama yang sangat penting untuk kemajuan dan kesuksesan sebuah usaha. Data BPS kota Bandung menujukkan bahwa jumlah unit usaha industri, terutama industri kecil non formal, mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak tahun 2010. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kreativitas dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah motivasi intrinsik dan creative self efficacy. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas jika dimediasi oleh creative self efficacy. Sample dalam penelitian ini adalah wirausahawan UKM di kota Bandung yang dibina oleh Bandung Creative

City Forum (BCCF) yang berjumlah 135 wirausahawan. Teknik analisis yang

digunakan adalah SEM dengan bantuan software Lisrel 8.70. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi intrinsik berpengaruh positif dan lebih kuat terhadap creative self efficacy (β=0,80) daripada terhadap kreativitas (β=0,26). Sedangkan creative self efficacy memiliki pengaruh positif terhadap kreativitas sebesar 0,64 (β=0,64). Dengan demikian, motivasi intrinsik berpengaruh lebih kuat terhadap kreativitas jika dimediasi oleh creative self efficacy (β=0,52) dibandingkan pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas (β=0,26). Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas wirausahawan yang dibina oleh BCCF memiliki derajat motivasi intrinsik, creative self efficacy dan kreativitas yang masih tergolong sedang.

(2)

ii

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Creativity is a main predictor for the growth and sustainability of the business. The data of BPS kota Bandung showed that since 2010 UKM in Bandung has declined significantly. Some former researchs showed that creativity is influenced by intrinsic motivation and creative self efficacy. The purpose of this research was to analyze the indirect effect of intrinsic motivation on creativity if that effect was mediated by creative self efficacy. The sample used in this research was a group of entrepreneur developed by Bandung Creative City Forum (BCCF). The statistical analysis used in this research was SEM with Lisrel 8.70. The outcomes of this research showed that intrinsic motivation had positive and stronger effect on creative self efficacy (β=0,80) than on creativity (β=0,26), meanwhile creative self efficacy had positive effect on creativity (β=0,64). The conclusion of this findings is that intrinsic motivation had stronger effect on creativity if that effect was mediated by creative self efficacy than the direct effect of intrinsic motivation on creativity. Meanwhile the majority of sample had moderate degree in intrinsic motivation, creative self efficacy and creativity.

(3)

vi

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ……….vi

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

BAB I PENDAHULUAN……...1

1.1 Latar Belakang Penelitian………..1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah………...14

1.3 Tujuan Penelitian……….16

1.4 Manfaat Penelitian………...17

1.4.1 Manfaat Teoritis………17

1.4.2 Manfaat Praktis……….17

1.4.3 Manfaat bagi Peneliti………17

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN...18

2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)...18

2.2 Pengertian Motivasi...18

2.2.1 Pendekatan Teori Motivasi...19

2.2.1.1 Pendekatan Kognisi...19

(4)

vii

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

2.2.2.1 Definisi Motivasi Intrinsik...20

2.2.2.2 Pandangan Awal Motivasi Intrinsik...21

2.2.2.3 Memfasilitasi atau Membatasi Motivasi Intrinsik...24

2.2.2.4 Pemahaman Kontemporer Tentang Motivasi Intrinsik…………..26

2.2.2.5 Hubungan antara Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik...33

2.2.2.6 Sinergi Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik...33

2.2.2.7 Elemen-elemen Motivasi Intrinsik...36

2.3 Pandangan Awal Mengenai Self Efficacy Beliefs...37

2.3.1 Prinsip-prinsip Dasar Mengenai Self Efficacy Beliefs………...39

2.3.1.1 The Nature of Human Agency………...39

2.3.1.2 Human Agency in Triadic Reciprocal Causation………40

2.3.1.3 Structure of Self-Efficacy scales………...42

2.3.2 Sumber-sumber self efficacy………...43

2.3.2.1 Mastery Experience………...43

2.3.2.1.1 Kesukaran tugas dan faktor lingkungan dalam diagnosis informasi kinerja...45

2.3.2.2 Vicarious Experience...47

2.3.2.2.1 Proses Yang Mengatur Pengaruh dari Modeling terhadap Self Efficacy………...49

2.3.2.2.2 Modes of Modeling Influence...51

2.3.2.3 Verbal Persuasion………...53

2.3.2.3.1 Kerangka dari Umpan Balik Kinerja...54

(5)

viii

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

2.3.2.4 Physiological and Affective States………...57

2.3.3 Efek dari Self Efficacy terhadap Fungsionalitas Manusia……...59

2.3.3.1 Self Efficacy dan proses kognitif………... 59

2.3.3.2 Self Efficacy dan Proses Motivasi………... 60

2.3.3.3 Self Efficacy dan Proses Afektif………...61

2.3.3.4 Self Efficacy dan Proses Seleksi………... 62

2.3.4 Creative self efficacy...62

2.4 Kreativitas...66

2.4.1 Definisi dan Pemahaman Tentang Kreativitas...66

2.4.2 Teori Komponen Kreativitas...68

2.4.2.1 Keahlian...68

2.4.2.2 Berpikir Kreatif...69

2.4.2.3 Motivasi Tugas Yang Bersifat Intrinsik...70

2.4.3 Dimensi-dimensi kreativitas...71

2.4.4 Karakteristik Individu Kreatif... 72

2.4.5 Kerangka Analistis dari Kewirausahaan, Kreativitas dan Organisasi (ECO)...74

2.5 Pengertian Wirausaha...76

BAB III RERANGKA PEMIKIRAN, MODEL DAN HIPOTESIS PENELITIAN...79

3.1 Pengaruh motivasi intrinsik terhadap creative self efficacy...79

(6)

ix

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

3.3 Pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas...88

3.4 Hipotesis Penelitian...91

BAB IV METODE PENELITIAN...92

4.1 Jenis dan tujuan Penelitian...92

4.2 Populasi dan teknik sampling...92

4.3 Metode pengumpulan data...93

4.4 Variabel Penelitian dan operasionalisasi variabel………..94

4.4.1 Variabel independen……….. ..94

4.4.2 Variabel intervening………..95

4.4.3 Variabel dependen………....95

4.4.4 Operasionalisasi Variabel………...96

4.5 Teknik Analisis Data………100

4.5.1 Analisis Statistik SEM...100

4.5.1.1 Langkah-langkah di pemodelan persamaan struktural...101

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas………...106

4.5.3 Uji Fit Model………...107

4.5.3.1 Fit absolute measures……….108

4.5.3.2 Incremental Fit measures...110

4.5.3.3 Parsimonious fit measures………..111

4.6 Uji Hipotesis………...113

(7)

x

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...115

5.1.1 Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Intrinsik...115

5.1.2 Validitas dan Reliabilitas Variabel Creative self efficacy...116

5.1.3 Validitas dan Reliabilitas Variabel Kreativitas...117

5.1.4 Hasil Uji Goodness of Fit model...118

5.1.5 Statistik Deskriptif...122

5.1.5.1 Kategorisasi Variabel...122

5.1.6 Hasil Uji Hipotesis...124

5.2 Pembahasan...131

5.2.1 Derajat Motivasi Intrinsik...131

5.2.2 Derajat Creative Self Efficacy...131

5.2.3 Derajat Kreativitas...131

5.2.4 Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Creative Self Efficacy...132

5.2.5 Pengaruh Creative Self Efficacy terhadap Kreativitas...134

5.2.6 Pengaruh Langsung Motivasi Intrinsik terhadap Kreativitas...137

5.2.7 Pengaruh Tidak Langsung Motivasi Intrinsik terhadap Kreativitas yang dimediasi oleh Creative Self Efficacy... .138

5.3 Implikasi Manajerial...143

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...145

6.1 Kesimpulan...145

6.2 Saran...146

(8)

xi

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

6.2.2 Saran Teoritis...148

(9)

xii

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pengusaha Kecil dan Menengah di Kota Bandung...4

Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha Industri di Kota Bandung...5

Tabel 1.3 NTB Industri Pengolahan Kota Bandung Periode 2009-2013...7

Tabel 4.1 Operasionalisasi Variabel………..96

Tabel 4.2 Metode Pengukuran Absolute Fit...110

Tabel 4.3 Metode Pengukuran Incremental Fit………...111

Tabel 4.4 Metode Pengukuran Parsimonious Fit………113

Tabel 5.1 Hasil Validitas Variabel Motivasi Intrinsik...115

Tabel 5.2 Hasil Validitas Variabel Creative self efficacy...116

Tabel 5.3 Hasil Validitas Variabel Kreativitas...117

Tabel 5.4 Statistik Deskriptif ...123

Tabel 5.5 Tabel Kategorisasi...123

Tabel 5.6 Hasil Kategorisasi...124

Tabel 5.7 Persamaan Struktural...126

Tabel 5.8 Koefisien Jalur (Pengaruh Langsung)...127

(10)

xiii

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Analitis CEO...74

Gambar 3.1 Model Rerangka Berpikir...91

Gambar 4.1 Model Diagram Jalur………....103

Gambar 5.1 Koefisien Jalur Model Struktural...124

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kreativitas merupakan sebuah faktor yang sangat penting dalam sebuah usaha atau dunia bisnis karena kreativitas berfungsi untuk memajukan usaha atau dengan kata lain untuk perkembangan dan kesuksesan sebuah usaha (PMC Teknikindo, 2014). Bahkan karena kreativitas begitu penting, maka Kao (1989:13) menyebut kreativitas sebuah sumber daya yang penting dari kekuatan kompetitif untuk semua organisasi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan.

Pentingnya kreativitas dalam dunia saat ini semakin diperlukan ketika arus globalisasi semakin pesat pengaruhnya. Dengan kemajuan teknologi dan informasi, maka dunia menjadi semakin terhubung. Masing-masing individu di belahan dunia dapat terhubung satu sama lain dengan menggunakan internet. Hal ini membuat arus informasi tersebar dengan begitu cepat, yang selanjutnya membuat manusia menjadi semakin mudah mendapatkan informasi dan membuat mereka menjadi semakin cerdas (Amir, 2014:2 ;Yahya, 2011:3).

(12)

2 untuk makan dan setelahnya mereka langsung pergi meninggalkan rumah makan tersebut. Namun saat ini, para konsumen tersebut tidak hanya datang ke rumah makan untuk makan saja, terkadang mereka di sana juga untuk mengobrol, bertemu teman-teman untuk bernostalgia dan bahkan mengerjakan pekerjaan kantor atau tugas-tugas kuliah.

Hal ini menuntut para wirausahawan kuliner perlu untuk menyesuaikan bisnisnya. Konsep bisnis mereka harus berubah yang dimulai dari perencanaan bisnis, pemanfaatan sumber daya manusia, strategi pemasaran, hingga keuangan (Alifuddin dan Razak, 2015:41). Perencanaan bisnis bisa dimulai dari konsep usaha yang dibentuk dan operasional usaha. Sumber daya manusia dimulai dari tipe/karaktristik dan keterampilan karyawan apa yang sesuai dengan konsep bisnis yang akan dijalankan. Strategi pemasaran berhubungan dengan bagaimana produk atau jasa akan dipasarkan kepada target market (pasar) sehingga dapat diterima oleh pasar. Selanjutnya dalam keuangan adalah bagaimana memperoleh modal untuk membuka usaha atau mengembangkannya (Saiman, 2014:10). Mereka tidak lagi hanya memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga keinginan konsumen (Amir, 2014:14).

(13)

3 kalah penting adalah kreativitas mendorong wirausahawan untuk tidak mudah menyerah karena kreativitas mampu membuatnya untuk selalu berkreasi, mengembangkan dan menerapkan berbagai solusi terhadap suatu permasalahan dengan cara mengambil berbagai inisiatif yang dibutuhkan (Amir, 2014:14; Diaz, 2011).

Saat ini tren ekonomi dunia sedang menuju ekonomi kreatif. Dalam ekonomi kreatif ini kreativitas memang ditekankan sebagai penopang utama untuk perekonomian. Sumber-sumber daya alam semakin lama semakin menipis, tetapi ide kreatif dan inovasi merupakan sumber daya yang terus terbarukan. Jadi tujuan ekonomi kreatif bagi suatu negara adalah untuk survive dalam perekonomiannya (Kementrian Perdagangan Republik Indonesia,(Kemendag) 2008). Tujuan lainnya adalah sebagai kunci penggerak dalam menciptakan keunggulan komersial dan kinerja bisnis yang lebih langgeng (Simatupang, 2014).

Di Indonesia juga sedang digalakkan program ekonomi kreatif. Hal ini dapat dilihat dari dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif yang langsung dibawah pimpinan Presiden. Semarak ekonomi kreatif dapat dilihat bahwa beberapa kota di Indonesia sedang dijadikan percontohan ekonomi kreatif. Salah satu kota tersebut adalah Bandung. Di wilayah kota Bandung sering diadakan pertemuan-pertemuan kreatif seperti helarfest, culinary night dan masih banyak lagi sejenisnya. Selain itu, kota Bandung juga sedang menggiatkan diri untuk membangun industri kreatifnya.

(14)

4 diberi nama Bandung Creative City Forum (BCCF). Salah satu tujuan dari didirikannya BCCF adalah mendayagunakan potensi kreatif dari para wirausahawan di kota Bandung. Agar tujuan ini dapat tercapai maka BCCF mengadakan pelatihan atau training kreativitas pada individu-individu yang ingin berwirausaha atau mengembangkan usahanya. Training atau pelatihan yang diberikan berupa berbagai macam keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan oleh para individu yang ingin menggeluti suatu bidang usaha atau yang ingin mengembangkan usahanya.

Data mengenai berapa jumlah wirausahawan yang bergerak dalam industri kreatif sulit untuk dikatakan secara pasti. Namun menurut Ibu Tita (Sekjen BCCF) wirausahawan yang bergerak di industri kreatif biasanya merupakan usaha kecil dan menegah (UKM). Berikut dipaparkan data yang menggambarkan kondisi UKM di kota Bandung.

Tabel 1.1

Jumlah Pengusaha Kecil dan Menengah di Kota Bandung

No Periode/Tahun

Pengusaha (orang)

Kecil Menengah

1 2009 3.119 663

2 2010 1.187 308

3 2011 1.187 308

4 2012 1.187 308

(15)

5 Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat adanya penurunan yang signifikan pada jumlah pengusaha kecil dan menengah. Hal ini sangat nampak jelas dari tahun 2009 hingga 2010. Pada rentang tahun tersebut, jumlah pengusaha kecil menurun drastis mencapai 62%. Sedangkan dari tahun 2010 hingga 2012 tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan.

Pada industri menengah dinamika yang sama juga terjadi. Dari tahun 2009 hingga ke 2010 terjadi penurunan jumlah pengusaha industri menengah sebesar 53,5%. Sedangkan dari tahun 2010 hingga 2012 tidak terjadi pertumbuhan ataupun penurunan jumlah pengusaha industri menengah.

Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha Industri di Kota Bandung

No Jenis Industri Periode/Tahun

2010 2011 2012 2013

1 Industri kecil formal 3108 27 3164 3170

2 Industri kecil non formal 12.023 1.422 12.266 6382

3 Industri menengah 176 61 211 216

Sumber: Kota Bandung dalam angka 2011,2012,2013 dan 2014 BPS kota Bandung

(16)

6 Sektor industri kecil non formal dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Namun dari tahun 2011 ke 2012 sektor industri ini mengalami pertumbuhan kembali dan selanjutnya pada tahun 2013 mengalami penurunan hampir sebesar 50%. Jika dilihat dari rentang waktu antara 2010 hingga 2013, dapat dikatakan bahwa sektor industri kecil non formal mengalami penurunan sangat signifikan, yaitu sebesar 53%.

Sektor industri menengah menujukkan dinamika yang sama dengan sektor industri kecil formal, yaitu dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan yang sangat signifikan, namun dari tahun 2011 ke 2013 sektor industri ini mengalami kenaikan. Kenaikan paling signifikan terjadi dari tahun 2011 ke 2012. Secara keseluruhan, selama rentang waktu 3 tahun, 2010-2013, sektor industri menengah mengalami pertumbuhan walaupun kecil, yaitu sebesar 1,23%.

(17)

7 Perkembangan wirausahawan pada sektor industri kecil dan menengah yang belum signifikan juga ditandai dengan semakin menurunnya peranan Nilai Tambah Bruto (NTB) industri pengolahan terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Bandung. Pada tahun 2013 peranan industri pengolahan terhadap PDRB kota Bandung hanya sebesar 21,56%.

Tabel 1.3 NTB Industri Pengolahan Kota Bandung Periode 2009-2013

% NTB Industri Pengolahan

2009 2010 2011 2012 2013

24,49% 24,38% 23,51% 22,55% 21,56%

Sumber: Statistik Daerah Kota Bandung tahun 2014 BPS Kota Bandung

(18)

8 Dengan melakukan wawancara terhadap beberapa wirausahawan industri kreatif di kota Bandung diketahui bahwa perkembangan industri kreatif mereka mulai mengalami penurunan sejak tahun 2010. Beberapa wirausahawan tersebut berkata bahwa konsumen saat ini semakin lama menjadi semakin cerdas. Konsumen mulai berani untuk menuntut para wirausahawan tersebut untuk membuat dan menghasilkan produk yang lebih inovatif.

Beberapa wirausahawan mengatakan bahwa dahulu jika mereka memasarkan produk kepada konsumen maka produk tersebut pasti laku. Namun mulai tahun 2010 keadaaan telah berubah, yang ditandai dengan tuntutan konsumen yang menginginkan produk yang lebih kreatif. Menurut mereka masalah utama yang dihadapi adalah masalah kualitas sumber daya manusia.

Mereka mengakui bahwa kebanyakan dari mereka belum memiliki keahlian dan kemampuan untuk membuat produk yang lebih kreatif. Mereka berpendapat bahwa menciptakan sebuah produk dengan desain yang berbeda terlalu beresiko. Resiko yang ditakutkan oleh mereka adalah apakah pasar akan menerima dan jika pasar tidak menerima maka mereka akan rugi.

(19)

9 Kebanyakan para wirausahawan ini tidak memasarkan produknya langsung kepada konsumen, melainkan melalui para distributor. Para distributor ini menuntut kepada para wirausahawan tersebut untuk tidak menaikkan harga jual, jika tidak demikian maka keuntungan distributor akan semakin menipis. Akibat dari hal tersebut adalah bahwa keuntungan yang didapatkan oleh para wirausahawan menjadi semakin menipis. Hal ini semakin diperparah lagi oleh keengganan para wirausahawan untuk berusaha memasarkan produk dengan cara yang lebih kreatif.

Dari hasil wawancara dengan para wirausahawan dari berbagai sektor industri tersebut diketahui bahwa memasarkan produk dengan cara yang lebih kreatif membutuhkan usaha yang lebih besar. Di sini mereka mengatakan bahwa mereka sangat enggan untuk melakukan hal yang kreatif karena menurut mereka kreatif itu rumit dan membutuhkan modal usaha yang lebih besar. Selain itu mereka menambahkan bahwa mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk memasarkan produk secara kreatif ataupun menghasilkan produk yang lebih kreatif. Keadaan ini mungkin saja membuat banyak wirausahawan menyerah dan memilih untuk meninggalkan profesi wirausahawan dan kembali lagi menjadi karyawan pada industri atau perusahaan orang lain.

(20)

10 besar karena banyak keputusan yang harus dibuat walaupun mungkin kurang menguasai permasalahannya.

Alifuddin dan Razak (2015:16) mengatakan bahwa ketika seseorang memilih wirausaha sebagai pegangan hidup, maka jalan yang dilalui tidak akan mulus. Akan ada berbagai hambatan yang merintangi. Hambatan tersebut bermacam-macam, bisa muncul dari dalam diri maupun dari luar diri. Hambatan yang muncul dari luar diri adalah peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kewirausahaan. Contohnya adalah ketertiban hukum (law and order), ketidakstabilan makro, kurangnya infrastruktur, masalah regulasi, finansial dan minimnya tenaga kerja terlatih.

Hambatan-hambatan dari dalam diri juga dapat menghalangi perkembangan wirausahawan. Jenis hambatan dalam diri yang pertama adalah sikap mental. Seringnya banyak wirausahawan ketika menghadapi kegagalan, maka mereka meratapi kegagalan tersebut dan malas bangkit ataupun mencoba kembali. Selanjutnya jenis hambatan yang lain adalah kurangnya kreativitas dalam menjalankan usaha. Kerapkali ketika para wirausahawan menjalankan satu usaha, maka mereka cenderung berkutat di usaha tersebut dan tidak ada usaha kreatif untuk mengembangkan atau mendiversifikasikan usahanya tersebut (Alifuddin dan Razak, 2015:16). Keadaan inilah yang sedang terjadi dan dialami oleh para wirausahawan UKM pada beberapa sektor industri.

(21)

11 kemungkinan ide kreatif yang mereka hasilkan tidak diterima oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stella Cotrell, bahwa keterampilan berpikir kreatif seringnya tidak teratur, terstruktur dan bahkan tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, buah pemikiran kreatif dianggap lebih beresiko dan tidak pada biasanya/ tidak pada umumnya sehingga kemungkinan besar ide kreatif akan dianggap sebagai sebuah kesalahan (Palgrave study skill, n.d).

Beberapa tahun terakhir ini penelitian mengenai kreativitas lebih ditekankan kepada keunikan dari individu yang kreatif. Beberapa penelitian ini menekankan pada creative self efficacy (CSE). Berdasarkan pada hasil dari beberapa penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa CSE memegang peranan yang sangat penting karena CSE merupakan prediktor untuk kreativitas (Mathisen & Bronnick, 2009; Gong, Huang & Fahr, 2009; Tierney & Farmer, 2010; Hsu, Hou & Fan, 2011; Karwoski, 2011; Karwoski, Lebuda & Wisnieska, 2012). Creative self efficacy memiliki dampak terhadap kreativitas karena inidividu dengan self efficacy yang tinggi cenderung tetap termotivasi untuk bertindak hingga mencapai tujuannya, sebaliknya individu dengan self efficacy yang rendah cenderung kurang termotivasi apabila menghadapi hambatan (Bandura, 1997:39).

Mathisen & Bronnick (2009); Gong, Huang & Fahr (2009) mencoba meneliti mengenai pengaruh pelatihan kreativitas dan orientasi belajar terhadap creative

self efficacy. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan

(22)

12 pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Selain itu mereka juga diberikan cognitive modelling (cara berpikir) bagaimana menyelesaikan suatu tugas dan umpan balik yang menunjukkan mengenai tingkat kemajuan mereka dalam pelatihan (Mathisen & Bronnick, 2009).

Pengalaman keberhasilan menguasai tugas-tugas dalam pelatihan tersebut membuat mereka lebih yakin akan kemampuannya dan lebih bertahan dalam menghadapi kesulitan karena keyakinan mereka bahwa kesulitan dapat diatasi jika mereka berusaha dengan lebih keras, bukan karena kekurangan keterampilan dan pengetahuan. Hal ini membuat mereka cepat bangkit ketika menghadapi kegagalan. Dengan demikian, para individu tersebut mampu menunjukkan kreativitasnya (Gong, Huang & Fahr, 2009; Mathisen & Brownick, 2009).

Hal ini sejalan dengan pendapat dari Bandura (1997:80) yang mengemukakan bahwa enactive experience (pengalaman seseorang dalam suatu aktivitas tertentu) dapat meningkatkan atau menurunkan performa atau kinerja seseorang. Jika seseorang mengalami keberhasilan atau kegagalan dalam suatu aktivitas maka hal tersebut dapat menguatkan atau melemahkan seseorang bahwa dia juga akan berhasil atau gagal dalam aktivitas yang sama atau aktivitas yang lain dengan sub keterampilan yang sama.

(23)

13 lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang melakukan pekerjaan dikarenakan oleh motivasi eksternal.

Hal ini disebabkan karena motivasi intrinsik dapat menimbulkan perasaan gembira yang berhubungan dengan tugas (Gist & Mitchell, 1992), yang mana hal ini mampu membuatnya lebih bersemangat dalam menjalankan kegiatannya (Anggarani, 2015). Selanjutnya hal ini ternyata juga berdampak terhadap keyakinan dirinya (self efficacy), terutama untuk tugas atau bidang dimana dia belum memiliki pengalaman (Bandura, 1997:112). Wirausahawan dengan perasaan takut/cemas karena dihadapkan pada sebuah tugas akan merasakan kurangnya keyakinan diri (self efficacy) bahwa dia mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sebaliknya, wirausahawan dengan perasaan gembira akan merasa lebih yakin akan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang dihadapinya. Selanjutnya Zang & Bartol (2010) meneliti mengenai pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas. Namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas signifikansi hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung yang dimediasi oleh creative process engagement.

Zang & Bartol (2010) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik saja tidak cukup untuk menghasilkan kreativitas jika derajat keterlibatan seseorang dalam creative

process engangement-nya kurang, yaitu jika seseorang memberikan perhatian

(24)

14 proses kreatif karena ketidakyakinan seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sukses dan ketidakbebasan (autonomi) yang dirasakan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas (Bandura, 1997:1).

Banyaknya resiko dan hambatan yang harus dihadapi dalam berwirausaha mempersyaratkan bahwa motivasi intrinsik, keyakinan diri (self efficacy) dan kreativitas merupakan bagian dari persyaratan utama dalam keberhasilan usaha yang dijalankan. Ditambah lagi dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menekankan efek positif dari motivasi intrinsik dan creative self efficacy terhadap kreativitas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kreativitas yang diberi judul “Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kreativitas yang Dimediasi oleh Creative Self Efficacy pada Para Wirausahawan yang Dibina oleh Bandung

Creative City Forum“

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kreativitas dalam berbagai bidang usaha sangat diperlukan terutama untuk mereka yang berprofesi sebagai wirausahawan. Kreativitas sangat penting untuk wirausahawan karena melalui kreativitas maka akan terjadi peningkatan dan pengembangan usaha. Bahkan Kao (1989:13) menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kunci utama untuk tetap menjadi kompetitif.

(25)

15 tidak akan diterima oleh masyarakat pada umumnya. Selain itu kurangnya keterampilan dan pengetahuan untuk menjadi kreatif semakin menghambat mereka untuk menampilkan kreativitas dalam bidang usaha yang dilakukan.

Beberapa penelitian mengenai kreativitas mengungkapkan bahwa kreativitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang diantaranya adalah motivasi intrinsik (Amabile, 1997; Ryan & Deci, 2000) dan creative self efficacy (Tierney & Farmer, 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa motivasi intrinsik memengaruhi kreativitas (Amabile 1997) dan kreativitas juga dipengaruhi oleh creative self efficacy (Tierney & Farmer, 2010).

Amabile (1997) mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik dengan derajat yang tinggi mampu untuk memunculkan kreativitas. Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Zang & Bartol (2010) menyatakan bahwa derajat signifikansi pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas lebih rendah jika dibandingkan dengan derajat signifikansi pengaruh tidak langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas melalui creative process engangement.

Salah satu hal yang membuat wirausahawan untuk enggan terlibat lebih dalam proses kreatif adalah masalah kurangnya keyakinan diri untuk mampu bertindak kreatif (CSE). Penelitian sebelumnya tidak memasukkan variabel creative self

efficacy dan disinilah muncul research gap. Oleh karena itu, berbagai identifikasi

masalah yang telah dijelaskan tersebut akan dituangkan menjadi research

question (pertanyaan penelitian) dalam format perumusan masalah seperti berikut:

(26)

16 2) Bagaimana derajat creative self efficacy wirausahawan yang dibina oleh

BCCF?

3) Bagaimana derajat kreativitas wirausahawan yang dibina oleh BCCF? 4) Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik terhadap creative self efficacy? 5) Bagaimana pengaruh creative self efficacy terhadap kreativitas?

6) Bagaimana pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas? 7) Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas jika dimediasi

oleh creative self efficacy?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat motivasi intrinsik, creative self efficacy dan kreativitas wirausahawan yang dibina oleh BCCF dan bukti empiris mengenai pengaruh antara variabel motivasi intrinsik dan creative self efficacy dengan kreativitas, yang tertuang seperti berikut:

1) Menganalisis derajat motivasi intrinsik wirausahawan yang dibina oleh BCCF

2) Menganalisis derajat creative self efficacy wirausahawan yang dibina oleh BCCF

3) Menganalisis derajat kreativitas wirausahawan yang dibina oleh BCCF 4) Menganalisis pengaruh motivasi intrinsik terhadap creative self efficacy 5) Menganalisis pengaruh creative self efficacy terhadap kreativitas

(27)

17 7) Menganalisis pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas jika

dimediasi oleh creative self efficacy 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini mencoba mengintegrasikan antara teori kreativitas, teori sosial kognitif dan teori motivasi.

2) Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara kreativitas, creative self efficacy dan motivasi intrinsik.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Memberikan manfaat mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh BCCF dalam rangka mengembangkan kreativitas para wirausahawan di kota Bandung.

2) Memberikan penjelasan kepada para wirausahawan mengenai pentingnya untuk tetap ikut tergabung secara aktif dalam komunitas kreatif.

1.4.3 Manfaat bagi Peneliti

1) Peneliti menjadi lebih memahami pentingnya peran dari motivasi intrinsik dalam kaitannya dengan kreativitas

2) Memperluas pengertian peneliti mengenai teori self efficacy terutama dalam kaitannya dengan kreativitas.

3) Membuat peneliti memahami hubungan antara motivasi intrinsik, creative

(28)

145

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Mayoritas wirausahawan yang dibina oleh BCCF memiliki derajat motivasi intrinsik yang tergolong sedang. Sedangkan sisanya sama-sama memiliki derajat yang tergolong rendah dan tinggi.

2) Pada creative self efficacy mayoritas wirausahawan yang dibina oleh BCCF memiliki derajat yang tergolong sedang. Kemudian disusul oleh responden yang memiliki derajat yang tergolong rendah dan terakhir sisanya merupakan responden yang memiliki derajat tinggi. Artinya bahwa mayoritas creative self efficacy responden tergolong rendah cenderung sedang

3) Mayoritas derajat kreativitas wirausahawan yang dibina oleh BCCF tergolong sedang, kemudian disusul oleh responden yang memiliki derajat kreativitas tergolong rendah dan terakhir sisanya merupakan responden yang memiliki derajat kreativitas tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas responden masih tergolong rendah cenderung sedang. 4) Motivasi intrinsik berpengaruh lebih kuat terhadap creative self efficacy

(29)

146

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

5) Creative self efficacy memiliki pengaruh lebih kuat terhadap kreativitas

(β=0,64) jika dibandingkan dengan pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas (β=0,26).

6) Motivasi intrinsik berpengaruh paling lemah terhadap kreativitas (β=0,26) jika dibandingkan dengan pengaruh motivasi intrinsik terhadap creative

self efficacy (β=0,80) dan pengaruh creative self efficacy terhadap kreativitas (0,64).

7) Pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas lebih kuat jika dimediasi oleh creative self efficacy (β=0,52). Sebaliknya, jika creative self efficacy dihilangkan maka pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas lebih lemah (β=0,26).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi intrinsik dan creative self

efficacy merupakan variabel yang sangat penting dalam menentukan kreativitas

wirausahawan karena pengaruh motivasi intrinsik lebih kuat jika dimediasi oleh

creative self efficacy. Selain itu nilai R2 pengaruh motivasi intrinsik dan creative

self efficacy secara simultan sebesar 75% yang artinya bahwa kreativitas dapat

dijelaskan sebesar 75 % oleh motivasi intrinsik dan creative self efficacy.

6.2 Saran

6.2.1 Saran Praktis

(30)

147

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

1) Para wirausahawan diberikan pelatihan kreativitas yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan wirausahawan. Pelatihan kreativitas tersebut dapat berupa pengetahuan mengenai cara membuat suatu produk yang lebih kreatif atau informasi mengenai pemasaran kreatif. Dengan memiliki informasi yang cukup dan tepat, maka para wirausahawan akan lebih berani bertindak.

2) Perlunya diadakan pertemuan-pertemuan untuk wirausahawan UKM kota Bandung dengan tujuan saling tukar pendapat mengenai masalah-masalah bisnis yang dihadapi. Kemudian dihadirkan juga narasumber yang telah berpengalaman dan berhasil dengan tujuan untuk memberikan solusi-solusi yang bermanfaat. Selain itu, pertemuan yang diadakan juga bertujuan agar para wirausahawan lebih yakin diri bahwa jika orang lain maka dirinyapun pasti juga bisa.

Dalam upaya meningkatkan motivasi intrinsik, maka terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan:

(31)

148

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

2) Para wirausahawan sebaiknya diberikan pengetahuan mengenai berbagai bidang usaha lainnya yang memungkinkan untuk dijalankan. Kemudian mereka diberikan kesempatan untuk memilih bidang usaha yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Hal ini bertujuan agar para wirausahawan lebih mampu bertindak secara mandiri nantinya dalam mengatasi berbagai hambatan dan tantangan ke depannya nanti. Sehingga mereka lebih mampu bertahan dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

3) BCCF sebaiknya bekerja sama dengan Pemkot melakukan investasi untuk perkembangan wirausahawan terutama UKM di kota Bandung. Tujuannya agar para wirausahawan tersebut dapat melakukan eksplorasi untuk mengembangkan usahanya. Mereka tidak perlu lagi terlalu dibatasi dengan masalah permodalan sehingga mereka lebih mampu memunculkan kreativitas dalam bidang usahanya.

6.2.2 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh motivasi intrinsik terhadap creative self efficacy sebesar 64%. Sedangkan sisanya 36% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Amabile (1997) mengatakan bahwa kreativitas dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: motivasi intrinsik, keahlian dan berpikir kreatif.

(32)

149

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

seseorang akan melibatkan keahlian dan keterampilan berpikir kreatifnya dalam performa kreatif/kreativitas. Sampai batas tertentu, derajat yang tinggi dari motivasi intrinsik dapat menutup kekurangan dari keahlian atau keterampilan berpikir kreatif (Amabile, 1997).

Namun hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik mampu menjelaskan creative self efficacy sebesar 64%. Oleh karena itu disarankan bahwa untuk penelitian selanjutnya, keahlian dan berpikir kreatif diikutsertakan dalam model penelitian sehingga dapat diketahui apakah 36% sisanya merupakan komponen kreativitas lainnya. Perlu diingat bahwa creative self efficacy perlu untuk tetap dimasukkan dalam penelitian selanjutnya sebagai variabel mediasi karena terbukti bahwa creative self efficacy memperkuat pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas.

Penelitian Zhang dan Bartol (2010) menemukan bahwa pengaruh tidak langsung motivasi intrinsik terhadap kreativitas lebih kuat jika dimediasi oleh

creative process engagement. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa

koefisien jalur pengaruh motivasi intrinsik ke creative process engagement sebesar 0,71. Namun hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa koefisien jalur pengaruh motivasi intrinsik terhadap creative self efficacy sebesar 0,80. Oleh karena itu disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas dengan dimediasi oleh creative self efficacy dan creative process engagement

Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pada variabel creative self

(33)

150

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

penelitian ini hanya dua saja, yaitu idea generation dan fokus, dari tiga dimensi yang seharusnya muncul. Hal ini dapat terjadi karena dimensi ini memang tidak relevan dalam menggambarkan mengenai creative self efficacy dari para wirausahawan yang digunakan sebagai subjek penelitian.

Pada penelitian diketahui bahwa dimensi uncertainty, yaitu penilaian diri individu mengenai creative self efficacy saat berada pada situasi yang tidak pasti atau ambigu, memiliki nilai validitas kurang dari 0,40. Hal ini bisa saja disebabkan oleh keterbatasan subjek penelitian ini yang dapat memengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya tetap menggunakan alat ukur creative self efficacy ini tetapi jumlah subjek penelitian ditambah menjadi 200 responden jika menggunakan metode structural

(34)

151

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Daftar Kepustakaan

Alifuddin, M. & Razak, M. (2015). Kewirausahaan: Strategi membangun

kerajaan bisnis. Jakarta: Magnascript Publishing

Amabile, T.M., Hill, K.G., Hennessey, B.A., & Tighe, E.M. (1994). The work preference inventory: Assesing intrinsic and extrinsic motivational orientations. Journal of Personality and Social Psychology, 66(5), 950 967.

Amabile, T. M. (1997). Motivating creativity in organizations: On doing what you love and loving what you do. Journal of Management science,

40(1), 39-58.

Amir, F.M. (2014). Kreativitas & inovasi dalam bisnis: Menggali potensi diri

untuk berkreasi dan berinovasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi (2nd ed). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2011). Kota Bandung dalam angka

2011. katalog: 1102001.3273. Bandung, Indonesia

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2012). Kota Bandung dalam angka

2012. katalog: 1102001.3273. Bandung, Indonesia

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2013). Kota Bandung dalam angka

2013. katalog: 1102001.3273. Bandung, Indonesia

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2014). Kota Bandung dalam angka

2014. katalog: 1102001.3273. Bandung, Indonesia

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2012). Statistik daerah kota Bandung tahun

2012. katalog: 9213.3273. Bandung, Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2014). Statistik daerah kota Bandung tahun

2014. katalog: 9213.3273. Bandung, Indonesia.

Bandura, A. (1977). Self efficacy: Toward unifying theory of behavioural change.

Psychological Review, 84(2), 191-215.

Bandura, A. (1997). Self efficacy: The exercise of control. New York, NY: W.H Freeman and Company.

(35)

152

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Exploring the relationship between students’s creative self-efficacy and teacher ratings of creativity. American Psychological Association, doi: 10.1037/a0022834.

Binneweis, C., Gromer, M. (2012). Creativity and innovation at work: The role work characteristic and personal initative. Psicothema, 24(1), 100-105. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan ekonomi

kreatif Indonesia 2025: Rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2009-2015. Jakarta, Indonesia

Diaz, R. (2011). Kreativitas dalam wirausaha. Diunduh dari

http://rizqidiaz.blogspot.com/2011/12/kreativitas-dalam-wirausaha.html Editya, A. (2008). Hubungan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik dengan overt

integrity pada karyawan CV.P. Diunduh dari

https://www.academia.edu/3617555/HUBUNGAN_ANTARA_MOTIV SI_INTRINSIK_DAN_EKSTRINSIK_DENGAN_OVERT_INTEGRIT _PADA_KARYAWAN_PRODUKSI_CV.P

Feldman, Robert S. (1996). Understanding Psychology (4th ed). New York

NY: McGraw-Hill, Inc.

Gist, M.E., Mitchell, T.R. (1992). Self efficacy: A theorithical analysis of its determinants and malleability. Academy of Management Review,17(5), 183-211

Gong, Y., Huang, J.C., Farh, J.L. (2009). Employee learning orientation,

transformational leadership, and employee creativity: The mediating role of employee creative self efficacy. Academy of Management Journal,

52(4), 765-778.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. & Black, W.C. (1998). Multivariate data

analysis (5th ed). New Jersey, NJ: Prentice Hall

Hill, A., Tan, A.G., Kikuchi, A. (2008). International high school student’s perceived creativity self efficacy. The Korean Journal of Thinking &

Problem Solving, 18 (1), 105-115.

Hsu, M.L.A., Hou, S.T., Fan, H.L. (2011). Creative self efficacy and innovative behaviour in a service setting: Optimism as a mediator. Journal of

Creative Behavior, 45 (4), 258-272.

Janssen, O. (2000). Job demands, perceptions of effort-reward fairness and innovative behaviour. Journal of Occupational and Organizational

(36)

153

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Kao, John J. (1989). Entrepreneurship, creativity, and organization. New Jersey, NJ: Prentice Hall

Karwowski, M., Lebuda, I., & Wiiseniewska, E. (2012). Measurement of creative self efficacy and creative role identity: High Ability Studies. Academy of

Special Education, 1-30.

Karwowski, M. (2011). The creative mix? Teacher creative leadership

school, creative climate and students creative self efficacy. Academy of

special education, 25-43

Kumar, R. (1999). Research Methodology: A step-by-step guide for beginners (2nd

ed). London, England: Sage Publications.

Latan, Hengky. (2012). Structural equation modelling: Konsep dan aplikasi

menggunakan program lisrel 8.80. Bandung, Indonesia: Penerbit Alfa

Beta.

Latan, Hengky. (2013). Model persamaan struktural: Teori dan implementasi

amos 21.0 (1sted). Bandung, Indonesia: Penerbit Alfa Beta.

Lim, H.S., Choi, J.N. (2009). Testing an alternative relationship between individual and contextual predictors of creative performance. Social

Behavior and Personality, 37, 117-135.

Mathisen, G.E., & Bronnick, K.S. (2009). Creative self efficacy: An intervention study. International Journal of Educational Research, 48, 21-29.

Muretta, R.J. Jr. (2004). Exploring the four sources of self efficacy. Diunduh dari www.uky.edu/~eushe2/Pajares/EffMuretta.pdf

Palgrave study skills. (n.d). Creative thinking skills. Diunduh dari

http://www.palgrave.com/studentstudyskills/page/creative-thinking-skills/ PMC Teknikindo. (2014). Pentingnya inovasi dan kreativitas dalam

berwirausaha.http://www.pmct.co.id/pentingnya-inovasi-dan-kreativitas dalam-berwirausaha/

Pintrich, Paul.R. & Schunk, Dale.H. (2002). Motivation in education: Theory,

research and applications (2nded).New Jersey, NJ: Merill Prentice Hall

Ryan, M. Richard & Deci, Edward L. (2000). Intrinsic and extrinsic motivations: Classic definitions and new directions. Contemporary Educational

(37)

154

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2013). Organizational behaviour (15thed). New

Jersey NJ: Pearson

Saiman, Leonardus. (2014). Kewirausahaan: Teori,praktik dan kasus

kasus(2nded).Jakarta, Indonesia: Penerbit Salemba Empat

Simatupang, T.M. (2014, Desember 19). Peluang dan tantangan ekonomi kreatif. diunduh dari https://cumcumika.wordpress.com/2014/12/

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian (3rded). Bandung, Indonesia:

Penerbit Alfabeta

Sunjoyo., Setiawan, R., Carolina V., Magdalena N., Kurniawan A. (2013).

Aplikasi spss untuk smart riset. Bandung, Indonesia: Penerbit Alfabeta

Tan, Oon Seng. (2009). Problem-based learning and creativity. Singapore: Cengage Learning.

Tierney, P., & Farmer, Stevan M. (2010). Creative self-efficacy development and creativity performance over time. Journal of Applied

Psychology, 96(2), 277-293.

Widianti, Nurdini. (2013). Pengaruh pelaku kewirausahaan dan diferensiasi

terhadap pendapatan: Survey terhadap pengusaha sentra industri kreatif cinderamata di kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung, Indonesia.

Wijanto, Setyo H. (2008). SEM dengan lisrel 8.8. Yogyakarta: Graha Ilmu Yahya, A. (2011). Creativity to commerce (c2c). Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Yamin, Sofyan. (2014). Rahasia olah data lisrel. (1sted). Jakarta, Indonesia: Mitra

Wacana Media

Zhang, X., & Bartol, M.K. (2010). Linking empowering leardership and employee creativity: The influence of psychological empowerment, intrinsic

motivation, and creative process engagement. Academy of Management

Journal, 53(1), 107-128.

Zhou, J. & George, M. J. (2001). When job dissatication leads to creativity:

Encouraging the expression of voice. Academy of Management

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Pengusaha Kecil dan Menengah di Kota Bandung
Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha Industri di Kota Bandung
Tabel 1.3 NTB Industri Pengolahan Kota Bandung Periode 2009-2013

Referensi

Dokumen terkait

Program System of Rice Intensification (SRI) yang berjalan tidak sesuai dengan harapan petani.. Pengadaan bantuan membuat petani

Data mining yang didukung oleh pengetahuan merupakan perhatian dalam data mining, diarahkan pada jenis pengetahuan yang dianggap berguna dibandingkan dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada

ձեռքբերովի, դրանք փոխանցվում են ժառանգաբար, թե այլ եղանակով: Բազմաթիվ հետազոտությունները, տարբեր ազգերի ժեստերի կիրառման դիտումները

Indikator mutu pelayanan Siloam Hospitals Manado menerapkan Standar Pelayanan Minimal sesuai dengan keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008

Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan,apabila perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua kali saja,atau mungkin dia memberikan

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dimana mengatur tentang sanksi yang terkait pemalsuan akta antara lain yaitu: Penelitian Yuridis Normatif adalah

mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi biometana yang dapat.. digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik menggantikan batu