• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Etika Moral Dan Akhlak Di Ajukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Etika Moral Dan Akhlak Di Ajukan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pengertian akhlak, Ruang lingkup akhlaak, Manfaat

Diposkan oleh inggrat welano on Rabu, 17 September 2014 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabi’ah), perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-din).1[1]

Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:

1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.

2. Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena membicarakan

ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.2[2]

Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S. al-ahzab,33:21)

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.3[3]

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli :

a. Ibnu Maskawaih

Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.

b. Prof. Dr. Ahmad Amin

1[1]Tiswarni, “Akhlak Tasawuf” (jakarta: Bina Pratama, 2007). Hal: 1

2[2] Mahjuddin, “Akhlak Tasawuf” (jakarta:Kalam Mulia,2009). Hal: 7

(3)

Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di perbuat.1

c. Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat

yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.4[4]

Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.

Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :

1) Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan

manusia, tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya.

2) Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat

sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata)

3) Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai

hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham) dari allah swt.

Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

«

َنِم اَنَأَو ُت ْرِمُأ َكِلَذِبَو ،ُهَل َكيِرَش َل َنيِمَلاَعْلا ّبَر ِ ل ِل يِتاَمَمَو َياَيْحَمَو يِكُسُنَو يِت َلَص لنِإ

.

َئّيَس يِنِقَو ، َتْنَأ للِإ اَهِنَس ْحَ ِل يِدْهَي َل ِق َل ْخَ ْلا ِنَس ْحَأَو ِلاَمْعَ ْلا ِنَس ْحَ ِل يِنِدْها لمُهلللا َنيِمِلْسُمْلا

تْنَأ للِإ اَهَئّيَس يِقَي َل ِق َلْخَ ْلا َئّيَسَو ِلاَمْعَ ْلا

َ

»

(4)

"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari amalan dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain Engkau". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Hadist tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu, terutama untuk umat islam saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin seorang muslim, mencerminkan kesucian hati dan fikirannya, sedangkan akhlak buruk mencerminkaan seseorang yang telah gelap hatinya sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang baik dan buruk baginya karena keburukan itu telah mendarah daging dalam dirinya.

Beberapa ciri-ciri khusus dari akhlak yaitu:

a. Akhlak mempunyai suatu sifat yang teranam kuat di dalam jiwa atau lubuk hati seseorang yang

menjadi kepribadiannya dan itu akan membuat berbeda dengan orang lain.

b. Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam keadaan bagaimana

pun juga. Dengan kata lain akhlak merupakan adat kebiasaan yang selalu dilakukan oleh seseorang.

c. Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan karena kesadaran sendiri, bukan karena di paksa,

atau mendapatkan tekanan dan intimidasi dari orang lain.

d. Akhlak merupakan manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas, tidak di buat-buat.5[5]

Selain dari kata akhlak, ada beberapa kata yang sama dengan kata akhlak yaitu: 1. Etika

Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi didalam kamus bahasa indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat yaitu menyelidiki mana yang baik, dan mana yang buruk menurut perbuatan manusia.6[6]

5[5] Ibid, h. 2

(5)

2. Moral.

Berasal dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Meskipun etika dan moral mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun dari sisi lain mempunyai unsur perbedaan, misalnya :

a. Istilah etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang ada. Karena itu, etika merupakan suatu

ilmu.

b. Istilah moral digunakan utnuk memberikan criteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu,

moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.

3. Kesusilaan dan Kesopanan

Kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “su” yang berarti lebih baik, dan kata “sila” berarti prinsip atau aturan hidup. Jadi kesusilaan adalah dasar-dasar aturan hidup yang lebih baik.

Sedangkan kesopanan berasal dari bahasa Indonesia yang berasal dari kata sopan yang artinya tenang, beradab, baik dan halus (perkataan ataupun perbuatan)

Istilah Etika dan ilmu Aklak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlaq sama pengertianya sebagai suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.

Istilah etika dan ilmu akhlaq dinyatakan sama bila ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu keduanya berbeda. Dimana etika bersumber dari filsafat yunani, tetapi ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-qur’an dan hadits dan sumber pengembangannya adalah filsafat.

(6)

tertuju kepada manusia dan makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt semata. Tetapi kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian saja).

B. Ruang Lingkup Akhlak

Ruang lingkup ilmu akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan itu tergolong baik atau tergolong buruk. Ilmu Akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kita katakana baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran normative.

Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun sosial. Tapi sebagian orang juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia, namun perlu ditegaskan bahwa yang dijadikan obyek kajian ilmu akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, sebenarnya mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya.

Banyak contoh perbuatan yang termasuk perbuatan akhlak dan begitu juga sebaliknya. Seseorang yang membangun mesjid, gedung sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan pos keamanan termasuk perbuatan akhlak yang baik karena itu berdasarkan kemauan manusia itu sendiri yang telah dipersiapakan sebelumnya. Tetapi jika seseorang yang memicingkan mata dengan tiba-tiba pada waktu benda berpindah dari gelap ke terang, atau menarik tangan pada waktu tersengat api atau binatang buas, bernapas, hati yang berubah rubah, orang yang menjadi ibu-bapak kita, tempat tinggal kita, kebangsaan kita,warna kulit kita, dan tumpah darah kita itu tidak termasuk perbuatan akhlak karena semua itu diluar perencanaan, kehendak atau pilihan kita.

Jadi sekarang kita bisa memahami yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan-perbuatan demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk.7[7]

(7)

C. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilik nya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.8[8]

Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan.9[9] Keterangan tersebut memberikan panduan

kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau buruk

Selanjutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan baik, dan perbuatan yang buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan baik dan perbuatan yang buruk. Selain itu ilmu akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.

8[8] Ahmad Amin, loc.cit.,hlm.1.

(8)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.

(9)

DAFTAR PUTAKA

Mahjudin. 2009. Akhlak Tasawuf I. Jakarta : Kalam Mulia.

Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers. Tiswarni. 2007. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Bina Pratama

Zahri, Mustafa. 1995. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu. Departemen Agama.1987. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta : Serajaya Santra

MAKALAH AKHLAK “Pengertian Akhlak, Konsep Akhlak,

dan Urgensi Akhlak dalam Kehidupan”

Posted on Januari 17, 2015 by Annafi Muja Standar

(10)

1. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

1. Rumusan Masalah

2. Apakah pengertian dari akhlak?

3. Bagaimana konsep akhlak dalam kehidupan? 4. Bagaimana urgensi akhlak dalam kehidupan?

1. C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian akhlak

2. Untuk mengetahui konsep akhlak dalam kehidupan

3. Untuk mengetahui urgensi akhlak dalam kehidupan sehari-hari

BAB II PEMBAHASAN

1. PengertianAkhlak

[1]Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari bahasa Arab,merupakan bentuk jamak dari ”khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata”khalq” yang berarti kejadian.Ibnu ‘Athir menjelaskan bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat

(11)

sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya:”Bahwasanya aku (Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”;. Secara

terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Abdullah Darraz mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang buruk)”. Selanjutnya menurut Abdullah Darraz,perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat, yaitu :

1. Perbuatan perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.

2. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena adanya tekanan dari luar,seperti adanya paksaan yang menimbulkan

ketakutan atau bujukan dengan harapan mendapatkan sesuatu.

Disamping istilah “akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia.Perbedaannya terletak pada standar masing-masing.Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan

Sunnah.Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran,dan moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat

1. Etika

Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang

mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “ etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.( Asmaran, 1992: 7). Etika menurut Ki Hajar Dewantara“ etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).

2. Moral

Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat

kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk.Perbedaan antara moral dan etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat

praktis.Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.(Asmaran, 1992: 8-9).

(12)

Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila

selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.Orang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.

2. KONSEP AKHLAK

Dari beberapa pengertian tersebut diatas,dapat disimpulkan bahwa [2]akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang,yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,sehinnga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan,tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki.Hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi kebiasaan,maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi. Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah

perbuatan,melainkan gambaran batin (jiwa) yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat

kejiwaan/abstrak),sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu’amalah) atau tingkah laku (suluk) merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan dilakukan secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau kehendak,dan bisa juga perbuatan itu dilakukan sekali atau beberapa kali saja,atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa disertai ikhtiar (kehendak bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatan-perbuatan tersebut diatas tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan,apabila perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua kali saja,atau mungkin dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau dibawah tekanan) yang sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya,atau mungkin untuk memberikan hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan perhitungan dan pertimbangan.Padahal factor kehendak ini memegang peranan yang sangat penting,karena dia menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan,sehingga suatu perbuatan bisa disebut perbuatan akhlak.

3. URGENSI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

Aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya merupakan aspek – aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak yang baik.Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam.Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.Beliau bersabda : ىقهيبلاودمحأهاورِقَل ْخَ ْلاَمِراَكَمَمّمَتُ ِلُتْثِعُباَملنٳ “Aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Apakah Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak?Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada

dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada

(13)

diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang,“demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek. ” sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi). [3]Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh

perbedaannya. BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan

“Barangsiapa yang diundang kepada walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya”. c) Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang

Hal ini telah dijelaskan pada bagian atas bahwa tentang etika sebagai sebuah bidang studi atau ilmu yang menghususkan diri dalam mempelajari tentang baik dan yang buruk

Tuntutan dasarnya adalah agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan, dan karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh dikembangkan dengan didasarkan pada

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah

Seseorang yang berakhlak mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak, dia melakukan kewajibannya terhadap

Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.6 Etika dalam arti lain merupakan ilmu

Dalam definisi yang agak panjang Ahmad Amin menjelaskan bahwa akhlak adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada