• Tidak ada hasil yang ditemukan

Insiden Penyakit Hodgkin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari 1197- Desember 2001.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Insiden Penyakit Hodgkin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari 1197- Desember 2001."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

IIISIDET{ PE$YAI(IT HODGKru

DI

LABORATORIUM

PNTOIOET

ASTATOIIII

F*KUTTAS

KEDOKTERAN

ANDALAS

PERIODE

JA]IIUARI

L997

-

DESEMBER

2OO1

ffi1"49

fu

f

a futttas t{e{*Qgeran Aaizrcrsitas

Aulaks

Eatang w 6agai

pemenufian

q6rat w*a{&qtdepdt{g*

ge{ar

sarjaw'l{9{olgeran

Oleh.'

gt$fi*-agT*{

Pi€Rpnr{a

NBP.

95 120

043

FAKULTAS

XTDOKTfRAf{

UilN'ERSITA$

AIIOAIiS

(2)

IHSIDEH PEXVNTIT

HOT}GKIN DI

I.ABCIRATORII.JTfr

PATOLOGI

Al{ATAffi.F.#UL;TA$:

ut{lvERglT,Ag,

lDi!il

S

?W,,.J#**I&|

1W+,Wfre

lffi

ry;4,,

sr(Rtp3t

OLIVIA PUTRI PERDANA

Telah

Disetujui

obh

Pembimbing

Skrfpsi

Fakuftas

Kedolrbran

tlntoesifaS,

lae

Pembimbing

Skripi

wml!&iF|ng'fi,',,,

(3)

I|{giffi,p€t{y_Ail(ltHot}CKlit

D{

LABORATOR{UIIfi'PATOIOG*','','

1' ;',; :,:::,.,;;',

AHA

TOilI.PffiT'gTAS

KEDOK:TERAT{ UNIVERSIT.

A$ AilIDAIJtS

p€roODE.'.tAtIUAlll1#7.;,''F€$EI|BER n'.',

;

oleh

1

'

.,

QLIYIi

A'

FUTRI

PERD*!{*

95{200+3.

',.::

:

: ,,.,Teldh'dr

,Al

tffii.W*Satrsik*F;f;f*ldlqry'KedokFran

'

'.

'

Universila$

nndaf**'Padaag

p*

gal'f:*gttgtqs'ffi?'

sKRrpsr

TUi:f

ta

*"'a

',,,'.

': :' :

',

.::. ,
(4)
(5)

ABSTRACT

Hodgkin's

Disease fncidence

in

Pathology

Anatomy

Laboratory

Faculty

of

Medicine Andalas

University

Period

January

1997

-

Deccmbcr 2001

By

OLTWA PUTRI PERDANA

Malignant Lymphoma

is

a

primary Malignant

disease

witch

attack

lymphatic tissues.

This

disease divided

into two big

groups,

witch

are

Hodgkin's

disease and

Non-Hodgkin's

Lymphoma.

Hodgkin's

disese

is primary Malignant

disease

in

Lymphatic tissues

with

heterogen charateristic base on histopathology

appearance and

clinical

history.

Less

health

facilities

in

detecting

Hodgkin's

disease, make

this

disease

undetectable earlier concerning increasing incidences inclination.

Retrospective descriptive study

in

Pathology Anatomy laboratory Medical

Faculty

of

Andalas

University

Padang had been conducted

during

Jamary

1997

until

Decenber 2001.

Data was

collected base

on

patient's record

with

hi stopathologicaly diagnoss as Hodgkin' s disease.

It

was

found

86 patient

with

Malignum

Lymphoma consist

of

16 patient

with Hodgkin's

disease (18,61%) and 70 patient

with

Non-Hodgkin's

Lpnphoma

(8tj9%).

From

16 patient

Hodgkin's

disease,

it

was

found

10 male (62,50/o) and

6 female (37,5%). The highest

of Hodgkin's

disease found

in

3140

age years

old

group, about

5

patient (31,25%). The

majority

type

which found

in

Lymphocyte
(6)

ABSTRAK

Insiden

Penyakit Hodgkin di

Laboratorium

Patologi

Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Padang

Periode

Januari

1997- Desember 2001

Oleh

OLIVIA

PUTRI PERDANA

Limfoma

Malignum

adalah

penyakit

keganasan

primer

yang menyerang

jaringan

limfatik.

Penyakit

ini

dibagi

dalam dua golongan besar

yaitu

penyakit

Hodgkin dan Limfoma

Non-Hodgkin. Penyakit

Hodgkin

merupakan penyakit

keganasan

primer

pada

jaringan

limfoid

yang bersifat

heterogen berdasarkan gambaran histopatologi dan ped alanan kl iniknya.

Kurangnya sarana kesehatan

dan informasi dalam

mendeteksi penyakit

Hodgkin

memungkinkan

penyakit

ini

tidak

dapat dideteksi

lebih dini,

sehingga

dikhawatirkan

te{adi

peningkatan insiden.

Telah

dilakukan penelitian retrospektif deskriptif dibagian

Patologi

Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Periode Januari 1997 sampai Desember 2001. Data dikumpulkan berdasarkan status pasien yang telah

didiagnosa secara histopatologi sebagai penyakit Hodgkin.

Didapatkan insiden

Limfoma Malignum

sebanyak 86 kasus,

terdiri

atas 16

orang (18,61%) menderita penyakit

Hodgkin

dan

70

orang

(5I,39%)

menderita

Limfoma Non-Hodgkin.

Dari

16

orang yang

menderita

penyakit

Hodgkin,

terdapat 10 orang pria

(62,50/o)

dan

6

orang

wanita (37,5%). Insiden

penyakit

Hodgkin terbanyak ditemukan pada golongan

umur 3l-40

tahun, yaitu sebanyak 5
(7)

KATA PtrNGANTAR

Bismillahinahmanirrahim,

Syukur

Alhamdulillah

penulis panjatkan ke hadirat

Allah

SWT yang telah

melimpahkan rahmat

dan

karunia-Nya

sehingga

penulis

dapat menyelesaikan

skripsi

ini

dengan

judul

Insiden Penyakit

Hodgkin

di

Laboratorium

Patologi

Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

Periode

Januari

1997

-Desember

2001 yang diajukan

sebagai salah satu syarat

untuk

mendapat gelar

Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Dalam

penyusunan

skripsi

ini

penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena

itu

izinkanlah penulis dengan segala kerendahan hati

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1.

Bapak Dekan,

Staf

pengajar

dan

karyawan

Fakultas

Kedokteran

Universitas Andalas.

2.

Dr. H.

Rusydi Abbas, Sp

PA

selaku pembimbing

I

serta

Ibu

Dra.

Hasmiwati,

M,

Kes

selaku

pembimbing

II

dalam

penulisan

skripsi

ini,

yang

telah

berkenan meluangkan

waktunya untuk

memberikan nasehat,

saran, bimbingan sertia pengarahan sejak perencanaan sampai penyusunan

skripsi ini.

3.

Bapak dan

Ibu

Staf

Pengajar

serta seluruh

karyawan

Bagian

Patologi

Anatomi Fakultas Kedokteran Unand atas bantuannya selama pemeriksaan

(8)

tl.

Iln

b

4.

Papa

dan mamq

Abang

Deni,

Abang

David dan Adek

serta

seluruh

keluarga

tercinta atas segala

do'a

dan

kasih

sayang,

yang

selalu

memberikan

semangat, dorongan

baik moril

maupun

rnateril

serta

motivasi selama ini.

5.

Sahabat-sahabatku

Rafia

Yuliana, Tomy Noverza,

dan

yang telah banyak

memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Hanya kepada

Allah

SWT penulis memohon agar rahmat dan

karunia-Nya

selalu

dilimpahkan

kepada semua

pihak

yang

telah

membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa

skripsi

ini

masih

jauh dari

kesempurnaan,

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis

miliki,

oleh

karena

itu

penulis

mengharapkan saran

dan kritikan untuk

kesempurnaan

skripsi

ini.

Semoga skripsi

ini

bermanfaat bagi

kita

semua dan bernilai ibadah

di

sisi

Allah

SWT.

Padang,

Agustus 2002

Penulis

(9)

DAFTAR

ISI

ABSTRACT

ABSTRAK

11

KATA PENGANTAR

DAFTAR

ISI

DAFTAR

TABEL.

BAB

I

PBNDAHTILUAI\I

A.

LatarBelakang...

B.

Perumusan Masalah

C.

Tujuan Penelitian

D.

Manfaat Penelitian

BAB

II

TINJAUAI{ PUSTAKA

...:

A.

Defenisi Penyakit Hodgkin....

B.

Histologi Jaringan

Limfoid...

C.

Epidemiologi Penyakit Hodgkin

D.

Klasifikasi

Penyakit Hodgkin

D.l

Ktasifftasi

Jackson dan Parker

D.2

Klasifikasi

Lukes

Asli

...

D.3

Klasifikasi Lukes

Modifikasi

D.4

Hubungan

AntarKlasifikasi

E.

Gejala

Klinis

Penyakit Hodgkin...

F.

DiagnosaPenyakitHodgkin
(10)

G.

Stadium

PenyakitHodgkin...

18

H.

Terapi Penyakit

Hodgkin....

19

L

PrognosaPenyakit

Hodgkin

..

20

BAB

Itr

METODE

PENELITIAN...

2I

A.

Lokasi Penelitian

B.

Jenis Penelitian.

C.

Populasi dan Sampel

D.

Cara Pengumpulan Data...

E.

Pengolatran dan Analisa Data...

BABIV

HASIL

PEI{ELMIAN

'NENV

DISKUSI

A.

Pembahasan Flasil.

B.

Kesimpulan dan Saran

ARPUSTAKA

MnfIvaYAT

HIDUP

2l

2t

2I

22 22

23

27 27 29

(11)

Tabel

4.1 [image:11.500.26.470.223.742.2]

Tabel4.2

Tabel4.3

Tabel4.4

Tabel4.5

Tabel4.6

DAFTAR

TABEL

Insiden penderita

Limfoma

Malignum di Laboratorium Patologi

Anatomi

FKUA

Padang periode Januari l997-Desember 2001 ..

Insiden penderita Penyakit

Hodgkin

menurut

jenis

kelamin

di

Laboratorium Patologi Anatomi

FKUA

Padang periode Januari

1997 - Desember 200 1 ...

Insiden

penderita

Penyakit Hodgkin menurut

umur

di

Laboratorium Patologi Anatomi

FKUA

Padang periode Januari

l997-Desember 2001

Insiden penderita Penyakit

Hodgkin

menurut

Histopatologi di

Laboratorium Patologi Anatomi

frcUA

Padang periode Januari

1997-Desember 2001

Insiden pendgrita Penyakit

Hodgkin

menurut

jenis

kelamin dan

Histopatologrnya

di

Laboratorium

Patologi Anatomi

FKUA

Padang periode Januari l997-Desember 2001

Insiden penderita Penyakit

Hodgkin

menurut

umw

dan

Histo-patologinya

di

Laboratorium Patologi

Anatomi

FKUA

Padang

periode Januari l997-Desember 200

I

23

24

25

25

(12)

BAB

I

PENDATIT]LUAN

A.

Latar

Belakang

Awal abad-2l

masyarakat Indonesia mengalami perubahan pola penyakit.

Peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

tingkat

sosial

ekonomi,

telah

merubah pola makanan dan gaya hidup serta peningkatan usia harapan hidup.

Hal

ini

mengakibatkan angka penderita penyakit degeneratif dan kanker meningkat,

seiring dengan makin berkurangnya angka penderita penyakit infeksi yang selama

ini

merupakan masalah utama

di

negara berkembang

di

bidang kesehatan seperti

di

Indonesia. Perubahan pola penyakit

ini

dapat

dilihat

dan

peningkatan insiden

penyakit kanker sebagai penyebab kematian

di

Indonesia dalam 10 tahun terakhir

yaitu dari urutan ke-12 menjadi urutan ke-6 (r):

Dari data yang dipublikasikan oleh WHO, didapatkan pertambahan

jumlah

kasus penyakit kanker baru sebanyak 6,25

juta

kasus setiap tahunnya

di

dunia.

Di

Amerika

Serikat tereatat

I

juta

kasus kanker baru pada tahun 1994.

Di

Indonesia,

berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga yang dikeluarkan Depkes. Tiap

tahunnya, diperkirakan

ada

100 kasus kanker

baru untuk

setiap

100.000 penduduk. Kalau penduduk Indonesia berjumlah 190 juta

jiwa

malia diperkirakan ada

190.000

orang baru yang

terdeteksi

kanker

setiap tahunnya G).

Dapat

diperkirakan

di

abad 21

ini

pola penyakit

di

indonesia mendekati pola penyakit

di

negara

maju,

dimana penyakit kanker

berada

di

urutan

ke-3

setelah penyakit
(13)

Salah satu

jenis

kanker yang

terbanyak ditemukan

di

lndonesia adalah

Limfoma

Malignum.

Berdasarkan

laporan

dari

laboratorium Patologi

Anatomi

Fakultas

Kedokeran

Universitas Andalas

periode

1981-1982

untuk

Sumatera

Barat kanker

ini

menempati urutan ke-Z (9,2o/o)

dari

10

tumor

ganas

di

Sumatera

Barat (a). Tumor ganas kelenjar

limfe

primer dan sekunder

juga

menempati urutan kedua dengan 160 kasus (12,61%) berada 1 peringkat

di

bawah kanlier payudara

dengan

205

kasus (16,15%).

Sedangkan

pada periode

1997-1999

terjadi

pergeseran peringkat

Linfoma

Malignurn yaitu menjadi peringkat 5

dari

10 kasus

tumor ganas yang ada

di

Sumatera Barat. Khusus untuk pria tumor ganas kelenjar

limfe ini

menempati urutan teratas dengan

umur

rata-rata 45-74 tahun (5).

Limfoma

Hodgkin

jarang

ditemukan

di

Indonesia (to).

Hasil

registrasi

kanker yang dilakukan bagian patologi anatomi Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia (1986) menunjukan kasus Lirnfoma Non-

Hodgkin

162 kasus (88,05%)

sedangkan

Limfoma Hodgkin

22

kasus

(i1,95%)

(tt).

Berdasarkan

data

di

Poliklinik

RS

Pringadi Medan, frekuensi

Hodgkin lebih sedikit dari

pada

Non-Hodgkin. Dimana Napitupulu

dan

Lubis

melaporkan

51

kasus

Limfoma

Malignum

dalam

5

tahun, didapatkan hanya

8

kasus penyakit

Hodgkin,

dan 43 kasus adalah kasus

Limfoma Non-Hodgkin

('t).

Menurut

data yang dikumpulkan

oleh

"Cancer Organization"

(1997)

ada 61.100 kasus

baru, 7500

kasus adalah penyakit Hodgkin dan 53.600 kasus adalah Limfoma Non-Hodgkin (ri).

Berdasarkan

data diatas penyakit

Hodgkin

memang

bukan

kasus yang

banyak

ditemukan,

tapi

merupakan

salah

satu bentuk kanlier yang

sering
(14)

penulisan mengenai penyakit

ini

masih

sedikit.

Hal

ini

yang mendorong penulis

untuk

melakukan

penelitian

mengenai

frekuensi penyakit

ini di

Laboratorium

Patologi Anatomi Fakultas Kedokleran Universitas Andalas.

B. Perumusan Masalah

Dengan banyaknya ditemukan

penyakit

kanker

di

laboratorium Patologi

Anatomi dan

seringnya ,penyakit

Hodgkin

mengenai

kelompok

dewasa muda

maka 4ilalqrrkan penelitian:

1.

Adakah

terdapat peningkatan

insiden penyakit Hodgkin

di

laboratorium

Patologi Anatomi

Faliultas Kedokteran Universitas Andalas periode Januari

l997-Desember 2001?

2.

Apa jenis penyakit Hodgkin yang ditemukan pada periode tersebut?

C.

Tujuan

Pcnclitian

1.

Tujuan

Umum

Mengetahui insiden penyakit Hodgkin yang diperiksa

di

laboratorium Patologi

Anatomi

Fakullas Kedokteran Universitas Andalas Padang periode Januari l997-Desember 2001

2.

Tujuan Khusus

a.

Mengetahui

distribusi

frekuensi penyakit

Hodgkin

berdasarkan

histopatologi dan prognosanya,

b.

Mengetahui

distribusi

frekuensi penyakit

Hodgkin

berdasarkan

jenis

kelamin.

(15)

D.

Manfaat

Penelitian

l.

Sebagai masukan sehingga dapat

diketatrui

lebih

banyak

informasi

tentang

penyakit

ini

baik di kalangan medis
(16)

BAB

TT

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Defenisi

Penyakit Hodgkin

Penyakit Hodgkin

yang

dikemukakan

oleh

Thomas Hodgkin

pada pertengahan abad

ke

19,

telah

dianggap sebagai suatu

limfoma

ganas selama bertahun-tahun karena penyakit

ini jelas

merupakan penyakit kelenjar

limfe

yang

mengakibatkan pembesaran

kelenjar

limfe

dan sering meluas

dari

suatu daerah

kelenjar ke daerah didekatnya@2)

Sel yang

khas adalah

sel

Reed-Sternberg,

yang

merupakan

sel

besar

binuklear atau multinuklear dengan nuklei vesikuler sertia menonjol. Bentuk sel

ini

mirip

dengan

mata burung hantu.

Sifat

ganas

sel

tersebut

diperlihatkan

lewat

pertumbuhan tanpa batas dalam kultur jaringan. Pembentukan tumor pada mencit

yang kekebalannya ditekan (Imunosupresif) dan aneuploidi(22).

Semakin banyak

bukti

bahwa

sel

Reed-Sternberg

tersebut

merupakan suatu

derivat

dari

garis makrofag dan

monosit

dan

bukan

suatu

limfosit

ganas.

Tipe

dan distribusi imunoglobulin serta komplemennya pada permukaan sel lebih

menyerupai

tipe

dan

distribusi

pada sel-sel makrofag ketimbang pada

limfosit.

Sel-sel tersebut mampu mengadakan fagositosis. Dengan pemeriksaan mikroskop

elektron, sitoplasma sel makrofag dan monosit daripada sitoplasma

limfosit.

Akan

tetapi

inti

selnya benar-benar menyerupai

inti

sel

limfosit,

dan enzim-enzim yang

tipikal

pada sel makrofag

tidak

ada. Dengan demikian persoalan tersebut belum
(17)

suatu

limfosit-T

ganas.

Ada

beberapa

kelainan imunologis khas

yang

jelas

mengenai sistem sel-T. Jadi mungkin akan ditemukan alergi tes

kulit,

kegagalan

menolak cangkokan dan kegagalan

lirnfosit Hodgkin

untuk menimbulkan

GVHD

(Graft-Versus-Host Disease), maupun

untuk

bereaksi terhadap berbagai mitogen

dalam pembenihan atau terhadap

limfosit

allogenik Limfopenia

sering terdapat,

kecuali pada kebanyakan stadium awal, dengan pengurangan sel-T maupun sel-B.

Abnormalitas ditemukan

pula

pada rasio

sel

supresor

helper yang

meningkat

dalam darah dan kelenjar

limfe

tetapi menurun dalam

lien.

Fungsi dan distribusi

sel-T yang abnormal dihubungkan dengan

aktivitas

sekretorik monosit supresor,

Yang

mungkin

adalah sel Reed-Stemberg

itu

sendiri, namun penyebab dasarnya

tidak

diketahui.

Untuk

sebagian besar

faal

sel-B

(yang

diukur

dengan kadar

Imunoglobulin

sirkulasi

dan

sintesis antibodi) normal, demikian

pula

faal

makrofag

dan

neutrofil,

sekalipun ada sejumlah laporan terpisah

tentang abnormal itas yang ringane2).

Penyakit

Hodgkin

merupakan

tumor

ganas yang mengandung kedua

jenis

sel jaringan

limfoid yaitu limfosit

dan retikulurn. Dalam

perkembangannya

terdapat pertumbuhan

sel

Daltia

o.

Terbentuknya sel

Datia

ini

meialui

proses

mitosis

amitotic

dan transformasi sel-sel

retikulum

yang tersusun seperti

biji

kopi

(to).

Ci.i

khas nya adalah dua

inti

yang berbayangan cermin yang masing-masing

mengandung

nucleolus

asidofil

besar

yang

dikelilingi

oleh

zona yang jernih

(halo),

memberikan gambaran seperti

mata burung hantu atau dikenal

dengan

*Lacunar

Cell"

(18)

Kelenjar

limfe

yang

rnengalami keganasan

diinfiltrasi

oleh

sel-sel

mononuclear abnormal,

sel-sel binuclear yang besar

(sel

Reed

Sternberg),

limfosit,

sel plasma, makrofag, eosinofil dan jaringan fibrosa. Sel Reed Sternberg

adalah patogonomik untuk penyakit Hodgkin.

B.

Histologi Jaringan

Limfoid

Sebagian besar organ dalam

tubuh

manusia

terdiri

dari

jaringan

limfoid

yang merupakan variasi

jaringan ikat.

Jaringan

limfoid terdiri

dari

2

komponen

utama yaitu:

l.

Jaringan retikuler

terdiri

dari anyaman serat retikuler dengan sel retikuler.

2.

Sel bebas : terutama

limfosit

yang terdapat dicelah-celah jaringan

retikuler

(16).

Jaringan

limfoid

terdiri

:

1.

Jaringan

limfoid

difus: yaitu jaringan yang tidak mempunyai batas tegas terhadap j aringan sekitarnya.

2.

Jaringan limfonodulus: yaitu bentuk yang lebih padat dan unsur selnya

berkelompok dengan rapat.

3.

Bentuk peralihan: yaitu jaringan

limfoid

yang merupakan bentuk arltara

.

keduajenis diatas (ro).

Organ

limfoid

secara garis besar dibagi menjadi

2bagtan:

1.

Organ

limfoid

primer (sentral),

terdiri

atas sumsum tulang dan timus.

2.

Organ

limfoid

skunder (perifer),

terdiri

atas limfonodulus (kelenjar

limfe),

(19)

Organ

limfoid

sentral merupakan tempat dimana

lirnfosit

baru diproduksi

secara

otonom,

sedangkan

bagian

perifer

merupakan

tempat dimana lirnfosit

rnemberikan respon terhadap antigen.

Organ

limfoid

diisi

sccara padat

olch limlosit

karcna

kctcrlibatannya

dalam pernbentukan

lirnfosit

dan

respon

imun.

Ada

2

jenis

respon

imun

pada

organ

limfoid

ini:

l.

Itcspon itnun

humoral (bcrasal <Iari

limlbrlt

A;,

bcrhubungan dengan sel

plasma yang menghasilkan imunoglobulin.

2.

Respon irnun seluler (ber.asal dari

limfosit T):

disebut juga

killer

cell (r7).

Seluruh organ

limfoid

merupakan

bagian

dari

sistem

imun.

Selain

berfungsi sebagai sistem imun, limfonodus

juga

merupakan gistem

limfatik

yaitu

bagian

dari

sistem sirkulasi yang menampung, membawa, dan nrenyaring cairan

limfe

yang akan masuk

ke

peredaran darah. Cairan

limfe

berasal

dari

kelebihan

cairan jaringan yang tidak sanggup discrap

olch

kapilcr <larah. Cairan

ini

rncngalir

sepanjang

sistern

pernbuluh

limfe

ke

dalam duktud

thorasikus

dan

duktus

limfatikus

kanan yang merupakan

2

saluran

limfe

besar yang bermuara

ke

vena

Subklavia dan vena Jugularis Interna (lD.

Distribusi

kelenjar

limfe tidak

sama

di

setiap bagian tubuh, kecuali daerah

cervical,

paravertebrae,

mesenterium,

aksilla dan

inguinal

jurnlah

kelenjar

limfenya harnpir sama.

Kelenjar

limfe

ditemukan dalam bentuk rantai

atau berkelompok. Tiap
(20)

Pernrukaannya konveks kecuali pada daerah hilus, yaitu ternpat keluar masuknya pembuluh linrfe (17).

Secara histopatologi Lirnfbrna

Malignum

dapat dikelornpokl<an rnenjadi 2

kelompok

besar

yaitu

penyakit Hodgkin dan

limfoma

Non-Flodgkin

(LNH)

(6).

Kedua kelornpok besar

ini

dapat

dibedakan

lagi

berdasarkan

klasifikasi

atas

beberapa

jenis

histopatologinya. Penyakit Hodgkin dapat diklasifikasikan rnenjadi 3

jenis

yaitu

menurut Jackson dan Parker, Lukes, dan Lukes

modiflkasi

(7). Ada

klasifikasi

tunggal penyakit

Hodgkin

yang dapat

diterima

secara universal yaitu

klasifikasi

Ry.

t*). Lirnfbrna

Non-llodgkin

selain

wHo

ada 6(enam) orang yang

telah mcmbuat klasifikasinya

yaitu

Lukes, Lennert,

Gerard

Marchant,

Bennet"

Dorfrnan, Reppaport (e).

C.

Bpidemiologi Pcnyakit

llodgkin

Insiden penyakit

Hodgkin

berdasarkan poputasi

di

Indonesia

belum

ada.

Berdasarkan

KOPAPDI

v

di

Semarang melaporkan bahwa

di

Medan selama 5

tahun terdapat 51 penderita

Limfoma Malignum, 8

orang diantaranya menderita

penyakit

Hodgkin (15%).

Perbandingan

antara

pria dan wanita 4,4:1

dengan

frekuensi untuk pria 3'6l100.ir00 orang pertahun dan untuk wanita ''"lroo.oooorang

per-1u1.,un tcXls).

Penyebab penyakit Hodgkin

ini

belum jelas. Diduga disebabkan oleh virus

Epstein-Barr,

yang berawal

dari

satu kelenjar

getah

bening dan

menyebar ke

sekitarnya secara perkontinuitatum. Jarang menyerang organ-organ ekstranodal

(21)

D.

Klasifikasi

Penyakit Hodgkin

i.

Jackson

dan

Parker

(1944)

mernbagi

penyakit Hodgkin

secara patologis

rnenjadi (7) :

a.

Paragranuloma Flodgkin

Berlangsung

lama

dan

bersilat

stasioner tanpa mengganggu kesehatan

penderita

clan

bersifat local

('a).

Hanya

mengenai

kelenjar

getah

bening,

terutama

di

leher (80-90%).

Makroskopis:

t

Kelenjar

limfe

yang membesar saling terpisah dan

tidak

melekat pada

jaringan sekitarnya.

0

Pcnampang berwarna kuning kclabu.

Mikroskopis.

t

Scbukan

limfosit

yang merata, hingga struktur normal kelenjar hilang

sama sekali.

t

Banyak tersebar sel datia Reed Sternberg.

|

'fidak

tcrdapat nekrosis, fibrosis maupun

cosinolll

{7).

b.

Granuloma Hodgkin

Bentuk

rnirip

dengan radang menahun (granulornatosa) (7). Prognosanya

buruk, penderita meninggal dalam waktu 7 tahun (lu).

Mikroskopis:

Terlihat fibrosit

yang luas dengan sebukan granulosit terutama

eosinoltil,

limfosit,

dan sel plasrna. lferdapat

juga

sel

retikulurn (histiosit).

Sel Reed
(22)

Sternberg

paling banyak ditemukan. Sering terlihat

daerah

nekrosis mcnycrupai

inlark

0).

c.

Sarkoma Hodgkin

Mcrupakan lanjutan

dari

granuloma

dan

para

granuloma.

Scring

ditemukan pada

usia

16 tahun, dengan perbandingan

pria

dan

wanita

salna.

Gambaran

histologinya

mirip

dengan sarcoma

sel

retikulum.

Pertumbuhan

pada

sarcorna

Hodgkin

lebih

cepat dibanding bentuk penyakit

Hodgkin

lainnya.

Mikroskopis:

Tcrdiri

dari

scl-scl

yang unifbrm.

Tanda-tanda kcganasan sangat

jclas

yaitu: sel

besar-besar, sitoplasma

banyak, nucleolus

jelas

dan

banyak

ditemukan rnitosis

(7).

Prognosa

sangat

buruk

dan

harapan

hidup singkat (la).

Seiring

dengan perjalanan

penyakit bentuk

granuloma

dan

paragranuloma berkembang menjadi bentuk yang lebih ganas yaitu sarcoma.

2.

Klasifikasi

Lukes yang asli (1963) adalah (7):

a.

Limfositik

dan atau

histiositik

:

o

Noduler

o

Diffuse

b.

Sklerosis

noduler:

Pada

bentuk

ini

serabut kolagen

mengelilingi

kel.ompok-kelompok

jaringan

limfoid

yang mula-mula

terdiri

dari

lirnfosit,

histiosit

yang

hiperlobuler

dan

sel datia

Reed

Sternberg. Pada

stadium

lanjut

terdapat

juga

netrofil

dan

eosinofil,

serabut kolagen yang bertambah padat, sehingga akhirnya seluruh

kelenjar

limfe

mengalami sclerosis yang mengandung sedikit sel.
(23)

e.

Carnpuran (mixed)

Ditemukan berbagai bentuk sel

yaitu histiosit,

limfosit,

eosinofil,

sel plasma

dan

banyak

sel

datia Reed

Sternberg. Terdapat

fibrosis

ringan dan

sedikit

nekrosis.

Fibrosis merata

(difllse

fibrosis)

Adanya fibrosis yang

luas, daerah nekrosis.

Jumlah sel

relatif

sedikit,

tapi

masih ditemr"rkan

kclompok-kelompok liml'osit

dan sel

dalia l{eed

Sternberg

masih ditemukan dalam

jumlah

yang cukup banyak.

Retikuler

Pada bentuk

ini

unsure yang

paling

banyak adalah sel datia Reed Sternberg. .lurnlah

limfosit

sedikit sekali.

Klasifikasi

Lurkes dan kawan-kawan (l.ukcs

Modifikasi)

'B' :

Penyakit

l-lodgkin

dengan

limfosit

predominan

(Tipe

Lyrnphoclte Predorlinant).

'l'crdapat

limfbsit

matur

bcrcampur dengan histiosit

.jinak

dalam jLrmlah

besar, yang secara

difus

memenuhi nodus

limfatik

dan rnenghilangkan bentuk

normal, atau tcrscmbunyi dalarn area nodular yang sukar ditentukan. Sel datia

Reed Sternbcrg

tcrsebar luas dan sukar

ditcnrLrkan,

rlcskipun

varian

yang

memiliki

nucleoli lebih kecii

jurniahnya banyak.

Eosinofii, neutrofil,

dan sel

plasma,

sedikit

atau bahlian

tidak

ditemukan

sama

sekali.

Jarang

terlihat

nekrosis atau fibrosis. Banyak ditemukan pada pria" berusia dibarvah 35 tahun,

dan

mempunyai

gejala penyakit lertentu

(8). Prognosis sangat

baik

karena

lirnfosit bersif-at sebagai rnediator imunity (r1).

J

a.

(24)

b.

Penyakit Hodgkin sclerosis nodular (Tipe Nodular Sclerosis)

Tipe

ini

berbeda

dari

bentuk lainnya, secara

kiinik

dan

histologik. Morfotogi

ditandai oleh dua sifat:

Sel

datia

Reed Sternberg mempunyai

varian

khusus,

sel

lacuna.

Sel ini

besar dan

memiliki

satu

inti

tunggal, yang

terdiri

dari banyak

nucleoli kecil

dan

sitoplasma

berlimpah, warna pucat dan

batas

tepi

yang

tegas. Jika

jaringan difiksasi fbrmalin,

sitoplasma

menyusut,

sehingga

sel

tampak

berada dalarn ruang kosong cerah atau'-lacuna".

Sifat

lain

yang sering ditemukan yaitu adanva pita kolagen.vang membelah

jaringan limfoid ke

dalam nodul yang

terbatas. Fibrosis

bisa

ditemukan

dalam

jumlah

banyak atau sedikit,

infiltrasi

sel dapat berupa perbandingan

limfosit dan

lacuna yang

bewariasi. Sei

Reed

Sternberg

klasik

jarang

ditemukan.

Kalau

jumiah pita

koiagen yang ditemukan

sedikit,

diagnosa tergantung

identifikasi

sel lacuna. Secara

klinik

penyakit Hodgkin sclerosis

nodular

rnerniliki

beberapa sifat khas: satu-satLrnya penyakit

l{odgkin

yang

lebih

banyak ditemukan pada wanita dibanding pria" cenderung menyebar

ke

nodus-nodus

limfatik

leher

bagian bawah,

sr"rprakiavikula, dan

mediastinum. Paling banyak mengenai kelornpok umur remaja dan dervasa

muda.

Prognosa

baik,

khususnya

bila

terdeteksi pada stadiurn

klinik

I

dan

ll.

(25)

d.

Penyakit

ltodgkin

bentuk campuran sel (Tipe

Mixed Ceilularity)

Gambaran

kliniknya

antara

limtbsit

predonrinan dan

limfosit

sedikit. Sel datia Reed Sternberg yang khas banyak diternukan,

jumlah lirnfosit

sedikit kwang

dibanding

limfosit

donrinan. Penyebarannya difus

di

nodus

limfatik. Ciri

khas

lain dari tipe

penyakit

Hodgkin

ini

adaiah

dari

inliltrasinya

yang heterogen

dari

sel-sel

eosinofil, sel

plasma

dan histiosit

jinak.

Daerah nel<rosis dan

fibrosis tidak selelas

iipe limfosit

sedikit. Banyak diternukan pada laki-laki.

Meskipun penyakit tersebut

didiagnosa

dalarn setiap stadium

klinik,

bila

dibandingkan dengan tipe

lirnfbsit

dominan, lebih banyak penderita mengidap

penyakit yang menyebar, dan penderita

ini

lebih

sering

rnemiliki

manifestasi

sistemik. Prognosa lebih buruk.

Penyakit l-lodgkin

limfosit

sedikit (Tipe Lymphoscy.te Depleted).

Pola

ini

ditandai

oleh

kekurangan

lirnposit dan kelebihan

relatif sel

Reed

Stenberg atau

jenis

pleornorfiknya.

Ada

2

bentuk

nrorlologi

yaitur:

fibrosit

difus

dan

jenis

retikuler.

Pada

jenis

fibrosis difus,

nodus bersiiat hiposeluler

dan sebagian besar diganti oleh bahan berserat sejenis protein yang mervakili

jaringan

ikat

tanpa batas

tepi

secara

tidak

teratur.

Histiosit

pieomorfik,

Sel

Reed Sternberg yang khas dan

tidak

khas, beberapa

limfosit

tersebar dalam

bahan

fibrilar.

Sedangkan

jenis retikuler

lebih mengandung sel -vang terbentuk oleh sel yang sangat anaplasi, besar dan juga pleomorfik. menyerupai sel Reed Stemberg. Hanya beberapa

Sei

Reed Sternberg yang dapat

dikenali.

Banyak

mengenai

usia

tua,

mengalami

penyebaran

yang menunjuklian

rnanif-estasi

sistemik dan bentuk agresifnya. Prognosa paling buruk.

(26)

Mengenai prognosa dari penyakit Hodgkin

erat

antara gambaran

mikroskopis dan

prognosa

klasifikasi tersebut :

Jackson dan

Parker

Lukes

Asli

(1963)

(tee4)

Paragranuloma

b.

Merata

Granulonra

ini,

dikatakan bahwa hubungan

penderita

dari

ketiga

macam

Lukes,

dkk

(1966)

Modifikasi

\

f"l$jjl;[

i^y

Predominasi rimrosit

Sclcrosis nodulcr

Campuran

Sclcrosis nodulcr

Campuran Fibrosis merata

\

Retikular

\-

Hilangnya

limfosit

Sarkoma

E.

Gejala

klinis

penyakit Hodgkin

Gejala utama adalah pembesaran kelenjar yang

paling

sering dan mudah

dideteksi adalah pembesaran kelenjar

di

daerah leher. Pembesaran

di

daerah dada

atau abdomen

lebih

susah'dideteksi. Gejala

lain

tergantung pada lokasi dan organ yang diserang. Pada

tipe

ganas (prognosa

jelek)

dan stadium

lanjut

sering disertai gejala sistemik yaitu:

a.

Panas

yangtidakjelas

sebabnya

b.

Pruritus

c.

Berkeringat malam

d.

Penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan.

e.

Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri saat penderita minum alcohol
(27)

Penyakit

ini

menyerang sebagian

besar sistem tubuh seperti

traktus

gastrointestinal,

traktus

tespiratorius, sistem saraf, sistem peredaran darah dan

lain-lain

(6). Pada

stadium

awal

(stadium

I

dan

II)

tidak

disertai

manifestasi

sistemik

(D.

Demam

bersifat

siklik

yaitu

demam

tinggi

selama beberapa hari

diikuti

oleh periode afebril disebut demam Pel Ebstein (r5).

F. Diagnosa

Penyakit Hodgkin

1.

Anamnesa

Keluhan terbanyak adalah pembesaran

dan

inguinal yang

dise*ai

dengan

berkeringat (3).

2.

Pemeriksaan

fisik

kelenjar getah bening

di

leher, aksilla

penumnan

berat badan

dan

sering

Palpasi:

pembesaran

kelenjar

getah

bening

di

leher,

aksilla dan

inguinal.

Kadang-kadang

teraba

pembesaran

hati

dan

lien.

Perneriksaan

THT

perlu

dilakukan untuk

menentukan

kemungkinan

adanya

keterlibatan

"Cincin

Waldeyer".

Jika

area

ini

terlibat

lanjutkan

dengan pemeriksaan

gastrointes-tinal, karena

keterlibatan2

area

ini

sering bersamaan.

3.

Sitologi biopsy aspirasi

Biasanya diagnosa

limforna

dengan

cara biopsy kelenjar yang

dikenai.

Diperiukan jaringan yang

cukup

untuk mengenal secara lengkap stnrl-h5 dan

proses patologinya (re).

Biopsi

ini

sering digunakan

urtuk

diagnosa

pendahulu-an limfadenopati

untuk identifikasi

penyebab kelainan tersebut seperti reaksi

hiperylastik kelenjar getah bening,

metastasis

karsinoma

dan

lirnfoma

malignum (3).

(28)

4. Histopatologi

Tindakan

ini

dilakukan

untuk identifikasi

sub-tipe. Jaringan

yang

diambil

untuk biopsy dipastikan dapat memberikan

infonnasi

yang adekuat, biasanya

pada rantai kelenjar getah bening

di

leher, sedangkan

kelenjar

getah bening

inguinal,

leher bagian belakang

dan

submandibular

jarang

dipilih

sebagai

tempat biopsy

karena pembesaran

kelenjar

ili

daerah tersebut

lebih

sering

disebabkan

oleh

proses radang.

Teknik

biopsy

sangat

penting

diperhatikan.

Diseksi kelenjar

dengan mengangkat

keienjar

secara

utuh

adalah pilihan

terbaik, tergantung kondisi tumor dan diambil yang besar (3).

Dignosa penyakit Hodgkin sepenuhnya tergantung pada identifikasi cermat sel

Reed

Sternberg

pada

sebagian

varian dan

sel

lacuna pada

tipe

sclerosis nodular.

Radiologi

a.

Foto

thorak,

dipergunakan

untuk

menentukan keterlibatan kelenjar getah

bening mediastinum (3).

b.

Limfangiografi

dan

cr-Scan,

bermanfaat

dalam

menegakkan diagnosa.

Limfangiografi menunjukkan perincian

kelenjar

yang

lebih

besar, sedangkan CT-Scan mencakup daerah yang lebih lebar (te).

c.

USG:

Banyak

dipergunakan

untuk melihat

pembesaran

kelenjar

getah

bening

di

paraaorta dan sekaligus menuntun

biopsy

aspirasi

jarurn

halus

untuk konfinnasi sitologi (3).

5.

(29)

6.

Laparatorni

Sering

dilakukan untuk melihat kondisi kelenjar

getah bening

di

iliaka

dan

mesenterium dengan

tujuan untuk

menentukan

stadium.

Tapi

sekarang

tindakan

laparatomi

tidak

diperlukan

lagi

dengan adanya

USG

dan sitologi

biopsy aspirasi

jarum

halus (3).

Indikasi

laparatomi dilakukan

jika

hasil

CT-Scan

atau

limfangiografi

memberikan gambaran yang samar atau

bila

daerah hati dan limpa

tidak

dapat

dinilai

secara perkusi. Kemudian

bila

radioterapi digunakan untuk rnelindungi

fungsi ovarium (le).

G. Stadium

Penyakit

Hoilgkin

Secara

klinik,

stadium

ini

penting

karena perjalanan

penyakit,

pilihan

terapi dan

prognosa berhubungan

erat

dengan penyebaran penyakit. Penentuan

stadium mencakup pemeriksaan

fisik

yang

teliti

ditunjang

dengan pemeriksaan

lainnya seperti limfangiografi,sinar-X thorak, biopsy

hati

dan

sumsum tulang,

pengamatan hari dan limpa serta CT-Scan.

Stadium limforna menurut Ann

Arbor (Sutcliffe

dan Chapman, 1986)

o

Stadium

I

Keterlibatan daerah nodus tunggal

(I)

atau daerah ekstra nodus tunggal (IE).

t

Stadium

II

Keterlibatan dua atau lebih daerah nodus pada sisi yang sama pada diafragma

(II)

atau keterlibatan yang

terlokalisir

dari organ ekstra nodus pada sisi yang

sama dari diafragma

(IiE)

(30)

t

Stadium

III

Keterlibatan

daerah

nodus pada kedua

sisi

diafragma

(II),

hanya

anodus

abdomen

atas dan

limfa terlibat (IIIA1), baik

nodus

atas maupun bawah

terlibat

(IIIA2),

keterlibatan

daerah

ekstra

nodus

tunggal atau organ lain

sebagai penambahan

(IIIE)

atau mencakup

limfa

(III

S) atau keduanya

(IIi

SE),

o

Stadium

IV

Keterlibatan satu atau

lebih

organ atau jaringan ekstralimfatik

secara

menyebar, dengan atau tanpa pembesaran nodul

limfatik.

Gejala

A

atau B

Tarnbahan huruf

A

diberikan

bila

tanpa gejala sistemik, tarnbahan huruf

B

diberikan

bila

disertai gejala sistemik yaitu:

a.

Demam naik turun yang disebut demam pel Ebstein.

b.

Penurunan

berat badan

I0%o

atau

lebih dari

6

bulan yang

tidak

dapat

dij elaskan

penyebabnya.-c.

Keringat

malam/kombinasi dengan

2

gejala

diatas

selama

6

bulan

perjalanan penyakit.

H.

Terapi Penyakit Hodgkin

Para

ahli lebih

suka rnenggunakan

radiasi

atau kemoterapi- Radioterapi

dianjurkan untuk stadium

I A

dan

rI

A,

dan

beberapa

ahli

menganjurkan penggunaannya

untuk

stadium

I

B,

II

B,

dan

IIi

A.

Kemoterapi digunakan

untuk

:

stadium

IV.

Penggunaan kemoterapi dengan tambahan

radioterapi

pada daerah
(31)

yang dikenai dianjurkan untuk pasien dengan stadium I1

tapi

daerah yang terlibat lebih luas (le).

Kombinasi

obat

yang

sering digunakan sebagai

terapi

penyakit Hodgkin

dan limfoma

lainnya

yaitu "MOPP

(Ir4ekloretanin,

Oncovin,

Prokarbazin dan

Prednison)". Masing-masing

obat

menpunyai mekanisme

yang

berbeda.

Mekloretamin (mustard nitrogen)

merupakan suatu agen

alkilasi,

Prokarbazin

memutuskan polimerasi

DNA. Vincristin

(Oncovin)

merusak protein, gelendong serta steroid,

limpolitik

dan

ABVD

(Adriamisin, Bleomisin,

vinkristin,

DTIC).

Tetapi radiasi

bersama dengan

kombinasi

kemoterapi

telah

membuat dampak

bermakna atas

terapi

penyakit Hodgkin. Karena

pola

penyebaran

telah

dapat

diramalkan

dalam penyakit Hodgkin,

mak4

hampir 90%

kelangsungan

hidup

5

tahun

telah

dapat dicapai

untuk

stadium

dini (I,

II,

III

A).

Untuk

stadium lebih

lanjut terapi utamanya kemoterapi (1e).

L

Prognosa

Penyakit Hodgkin

Stadium

I

dan

II

prognosa

lebih

baik

dibandingkan stadium

III

dan

IV.

Penyakit Hodgkin

tipe

sclerosis

nodular

prognosanya

baik

khususnya yang mengenai daerah mediastinum pada

wanita.

Penyakit

Hodgkin

tipe

predominan

limfosit jugd

mempunyai prognosa yang baik dibandingkan dengan tipe selularitas

campuran atau tipe

limfosit

sedikit.

Gejala-gejala

B,

anemia,

LED

yang

tinggi

dan hitung

limfosityang

rendah

merupakan

ciri-ciri

prognosa

yang

buruk.

Secara keseluruhan

remisi

lengkap

terjadi

pada80% kasus, dan sekitar 60% masih hidup dalam keadaan sehat setelah

1o tahun (20)

(32)

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian

Penelitian

dilakukan

di

Laboratorium

Patologi Anatomi

Fakuitas

Kedokleran Universitas Andalas Padang.

B.

Jenis

Penelitian

Penel

itian

dilaksanakan secara

retrospeklif

deskriptif ,

yaitu

menggambar-kan

jumlah limfoma Hodgkin,

dengan menggunakan data sekunder yang berasai

dari

status penderita yang telah

di

diagnosa linrforna i-lodgkin secara hispatologi

di

Laboratorium

Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

Padang Januari 1997

-

Desember 2001.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian

ini

: semua pasien yang secara Patologi Anatomi

dipastikan menderita

Limfoma Hodgkin.

Semua

populasi dimasukkan

dalam penelitian.

D.

Cara Pengumpulan Data

Data

diambil dari

status

jaringan

limfe

yang diperiksa

di

Laboratorium

Patologi

Anatorni

Fakultas Kedokleran Universitas Andalas selama

tahun

1997-2001.

(33)

Dari data tersebut dikelompokkan menurut :

+

Umur

*

Jenis kelamin

+

Jenis hispatologis

E.

Pengolahan dan

Analisa

Data

Dari

semua kasus (sediaan

jaringan) tumor

ganas

kelenier limfe

yang

masuk

ke

Laboratorium Patologi

Anatomi

Universitas Andalas

periode tahun

7gg7-20}1,

diidentifikasi

dan

dipisahkan khusus

untuk

penyakit

Hodgkin.

Kemudian

dari

semua data

yang

didapat, secara manual dengan menggunakan

metode

Tally (melidi)

dikelompokkan berdasarkan umur,

jenis

kelamin dan jenis

hispatologinya.

Hasil

pengolahan data tersebut kemudian

disajikan

dalam tabel,

yaitu dalam bentuk tabel distnbusi frekwensi.

(34)

BAB

IV

I{ASIL

PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap semua data yang ada

di

laboratorium

Patologi

Anatomi

Fakultas KedoLleran Universitas

Andalas

Padang

selama periode Januari 1997

-

Desember 2001, didapatkan 86 kasus Limfbma

Malignum

yang

terdiri dari

16 kasus penyakit Hodgkin dan 70 kasus Lirnfoma Non-Hodgkin,

seperti terlihat pada tabel 4.1.

Tabel

4.1.

lnsiden

Penderita

Limforna

Malignum

dr

Laboratoriu.rn Patologi

Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Periode

Januari 1997- Desember 2001

Berdasarkan

jenis

kelamin,

didapatkan penderita

penyakit

hodgkin yang

ditemukan

di

laboratorium Patologi

Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Padang yang

terdiri

dari

10

orang pria

(62,5a/o) dan

6

orang wanita

(37,5%) seperti terlihat pada tabel 4.2.

Tabel

4.2.

Insiden

Penderita Penyakit

Hodgkin Menurut Jenis Kelamin

di

Lab. PA FKUAPadang periode Januaril997- Desember 2001 No

Limfoma

Malignum

.Iumlah

Persentase (%o)

1 Penyakit Hodgkin 16 18,61

2 Non Hodgkin 70 81,39

Jumlah 86 100

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Persentase (7o)

I Pria 10 62,5

2 Wanita 6 37,5

Jumlah 16 100

[image:34.525.42.456.46.519.2] [image:34.525.44.468.222.746.2]
(35)

Dari

l6

kasus penyakit Hodgkin yang ditemukan, insiclen terbanyak pada

golongan

utnur

31-40 tahun,

yaitu 5

orang

(31,25%)

sedangkan yang terendah

pada

golongan

umur

6l-70

tahun,

71-80 tahun

dan

81-90

tahun

masing-masingnya sebanyak 1 orang(6,25o4), untuk lebih

rinci

dapat

dilihat

pada tabel 4.3

Tabel

4.3.

Insiden

Penderita

Penyakit

Hodgkin Menurut

urnur

di

Lab.PA

FKUA

Padang periode Januari 1997- Desember 2001

Berdasarkan

jenis

Histopatologinya,

tipe

Lyrnphocyte depletion

merupa-kan

jenis

yang terbanyak ditemukan

yaitu

sebanyak

7

kasus (43,75%). Insiden

jenis Histopatologi lainnya dapat

dilihat

pada

tabel4.4

berikut:

Tabel

4.4.

Insiden Penderita Penyakit

Hodgkin Menurut

Jenis

Histopatologi di

Lab. PA

FKUA

Padang periode Januari 1997- Desember 2001

No

Umur

Jumlah

Persentase (7o)

1 2 3 4 5 6 7

2l -30

31-40

41-50

51-60

6t

-70

71

-80

81-90

3 5 J 2 1

I

1 18,75 31,25 78,75

1)5

6,25 6,25 6,25

Jumlah 16 100

No Jenis

f{istologi

Jumlah

Persentase (%u)

1

2

J

4 5

Lymphocyte Predominant

Mixedcellularify'

Lymphocyte Depletion

Nodular Sclerosis

Tak tercatat

1 2 7 4 2 6,25 12,5 43,75 25 12,5

Jumlah 16 100

[image:35.516.41.455.64.460.2] [image:35.516.45.469.327.747.2]
(36)

Tabel

4.5

Insiden Penderita

I-listopatologi

di

Desember 2001

Penyakit Hodgkin

Lab.

PA

FKUA

menurut Jenis

Kelamin

dan Jenis

Padang

Periode Januari

1997-No. Jenis

Histopatologi

Pria

Wanita

Jumlah

1

2

J

4 5

Lymphocyte predominant

Mixed cellulanty

Lymphocyte depletion

Nodular sclerosis

Tak tercatat

0 1 7 1 1 1 I 0 J 1 I 2 7 4 2

Jumlah 10 6 16

Berdasarkan

Tabel 4.5

diatas didapat bahwa

tipe

Lymphocyte depletion

lebih

banyak

di

derita oleh pria

yaitu

sebanyak

7

orang, sedangkan tipe

Nodular

sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita yaitu sebanyak 3 orang.

Tabel

4.6

Insiden

Penderita

Penyakit

Hodgkin menurut

Umur dan

Jenis

Histopatologi

di

Lab.

PA

FKUA

Padang

Periode

Januari

1997-Desember 2001

No Jenis l{istopatologi

Umur

Jumlah

21-30 31-.10 .t1-50 5r-60 6r-70 71-80 81-90

I 2

J

4

5

Lymphocyte predominant

Mixed cellularity

Lymphocyte depletion

Nodular sklerosis

Tak tcrcatat I 0 t I 0 0 I 2 ,) 0 0 I 1 I 0 U 0 I 0 1 0 0 I 0 0 0 0 0 0 I 0 0 i 0 0 I 2 7 4 2

Jumlah J 5 J 2 I I I t6

Berdasarkan tabel 4.6

banyak

mengenai golongan

banyak antara

Lymphocyte

dapat

dilihat

bahwa insiden penyakit Hodgkin lebih

umur 31-40 tahun

dan

jenis

I{istopatologi

sama

depletion

dan Nodular

sclerosis.

Golongan

umur [image:36.517.48.460.81.318.2] [image:36.517.45.461.397.664.2]
(37)

kedua terbanyak adalah golgngan

umur 21-30

tahun dan

4t-50

tahur.r, masing-masing bequmlah 3 orang penderita, hampir semua

jenis

Histopatologi mengenai golongan umur

ini

secara merata.
(38)

BAB

V

DtsriUsr

A.

Pcmbahasan

llasil

Pada

periode

Januari

1997

-

Desember

2001

ditemukan

86

kasus

Limfoma

Malignum

yang

terdiri dari

penyakit

Hodgkin

sebanyak

16

kasus

(18,61

%)

dan Lirnfoma Non Hodgkin 70 kasus (81,39 %) seperti terlihat pada tabel 4.1.

Penelitian

yang dilakukan oleh Cool dan

Bitter

(lgg7)

di

Kenya

menemukan 73 kasus

Limfoma Malignum,

60 kasus (82 o/o) adalah

Limfoma

Non Hodgkin dan

13

kasus

(18

%)

adalah

penyakit

Hodgkin.

Sedangkan

mcnurut penclitian

di

.lepang,

ada234

pasicn

Linrloma

Malignum

dari

bulan

Juli

1990

sarnpai

Juni

1993.

194

(52,91

%)

rnerupakan

Limfoma

Non

Hodgkin dan 40 (17,09 o/o) rnerupakan penyakit Hodgkin (2r).

Berdasarkan laporan

di poliklinik

kanker RS. Pringadi selama 5 tahun didapatkan 51 kasus

Limfoma Malignum

yang

terdiri

dari 8

(15,69

%)

kasus

penyakit Hodgkin dan 3 (84,31 %) kasus merupakan Lirnforna Non Hodgkin.

Perbedaan

jumlah

penderita penyakit

Hodgkin

pria

dan

wanita

pada

penelitian

ini

cukup menyolok. Dimana diternukan 1.0 orang

pria(62,5

%)

dan

6

orang wanita (37,5

%)

(tabel

4.2).

Ijasil

ini

scsuai

dengan

penelitian

Hughes

-

Jones

(1995) rasio pria

dan

wanita

adalah sekitar

2

:

T. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

di

Amerika,

dari 7100 kasus didapati 3700
(39)

pada

pria

dan 3400 pada wanita, dimana perbandingan antara pria dan wanita

tidak menyolok. (13)

Pada tabel 4.3

terlihat

bahwa penyakit Hodgkin yang ditemukan pada

penelitian

ini

terbanyak berumur

3l

-

40 tahun dan 5 orang (31,25 %). Tidak

ada penderita yang berumur kurang

dari

1 tahun dan lebih dari 90 tahun.

Menurut Robbins dan Kumar (1995) secara umum penyakit

ini

timbul

pada usia dewasa muda dengan umur rata-rata 32 tahun.

Penyakit Hodgkin

ini

dapat dibagi pada anak-anak dan dewasa. Untuk

anak-anak berkisar dibawah usia 5 tahun dan untuk dewasa dibagi pula atas 2

kelompok umur yaitu : dewasa muda (antara 25

-

3ltahun)

dan kelompok tua

(> 55 tahun) (rr).

Cambaran

histopologi Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

Padang

adalah

menggunakan

klasifikasi Rye.

Jenis

Lymphocyte

depletion

paling banyak

ditemukan pada

penelitian

ini

yaitu

ada

7

orang

(43,75

o/o)

scpcrti terlihat

pada

tabel 4.4

dan

jcnis

yang

paling sedikit

adalah jenis

Lympocyte Predominant yaitu sebanyak

I

orang

(6,25

Yo). Ada beberapa data

yang tidak tercatat

jenis

histopatologinya dengan jelas.

Hal

ini

hampir

sama dengan

penelitian

yang

dilakukan

di

poliklinik

kanker

RS.

Pringadi Medan,

dimana

jenis

yang

paling

banyak ditemukan

adalah

jenis

Lymphocyte depletion.

Berbeda dengan

yang ditemukan

oleh

Robbins dan Kumar (1995)

dimana

jenis

paling

banyak

ditemukan

adalah

jenis

Sclerosis Nodular.
(40)

Sedangkan menurut

klasifikasi Rye, urutan

angka

kejadian

penyakit

Hodgkin adalah :

l.

Nodular Sclerosis

2.

Mixed

Celluarity

3.

Lyrnphocyte predominant

4.

Lymphocyte depletion

B.

Kesimpulan

dan Saran

l.

Kesimpulan

Sctclalr nrclakukan

pcngarnbilan

data

pcriodc .lanuari

1997

Desembcr 2001

di

laboratorium

Patologi

Anatonri

Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas maka dapat diarnbil beberapa kesimpulan :

a.

Data yang

diperiksa

seluruh kasus

Limfoma Malignum

pada periode

Januari

1997

-

Desember

2001 yang didapati

dari

laboratorium

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

b.

Jumlah

penderita

Limforna

Malignum

86

kasus yang

terdiri

atas 16

kasus penyakit Hodgkin dan 70 kasus Limfoma Non Hogdkin.

c.

Perbandingan penyakit Hodgkin menurut jenis

kelamin

yaitul,:

1

d.

Penyakit

ini

banyak mengenai golongan umur

3l

-

40

tahun dengan

jurnlah

kasus 5 orang (31,25 %).

e.

Menurut

jenis

Histopatologinya,

jenis

Lymphocyte depletion

paling

banyak.

(41)

2.

Saran

l.

Seseorang dengan pembesaran satu kelompok nodul dimana biasanya

tcrdapat

di

lchcr,

axilla,

rncdiastincl

hlnguinal

scbaiknya dipcriksa

: . .: t': -:1n:i_:.1 .

degan ccrrnat.

2.

Diugrrosa t'listopatologi hcntlaknya mcmakai

klasifikasiyang

sarna dan

dilcngkapi

dengan stadium penyakit

yeE

m€H$eftao f,aktor penting dalam diagnosa.
(42)

a J.

4.

DAFTAR

PUSTAKA

1.

Tjalrjono.

Detelcsi

Dini

Kanker:

Peran Pemeriksaan

Sitologik

dan Antisipasi

liru

I'usca Gerutm. Majalah Kcdoktcran Indoncsia 1999 ; 49

:278-9.

2.

Anonitn, Editorial. Kunker:

Kcgunusun

yung

llcltun

clupul

Dipudumkun.

Medika

1995 ,

XXI:559-60.

Tambunan WG. Diagnosa dan Tatolaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak

di Indones ia. Jakarta:EGc, 199

l.

Abbas

R.

I;rekuensi

Relatf

Tunrcr Ganas

di

Sumatera

Barat Periode

I98l-1982. Padang;

Laboratorium Patologi Anatomi

Universitas Andalas,

1982.

5.

Nizar RZ,

Agus

S. Frekuensi

Relatif

Tumor

Ganas

Pada Bagiun Patologi

Anatomi Fakultas Kedokleran

Universitas Andalas Padang Periode

1986-1988. Majalah Kedokteran Andalas 1993

:

17

:

19-30.

6.

Reksodiputro

H.

Limfoma Malignum Hodgkin. Dalam;

Soeparman.

Ilmu

Penyakit Dalam,

Jilid II.

Jakarta :

Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1996.

7.

Sri Widodo

SO.

Kelenjer

Getah Bening. Dalam;

Himawan

Sutisna. Patologi

Anatomi.

Jakarta

:

Bagian Patologi

Anatomi

Fakultas

Kedokteran

Univcrsitas lndoncsia, 1 994.

8.

Robbins SL dan Kumar

Y.

Sistem Hematopoiesis dan

Limfoid.

Dalarn : Buku

Ajar

Patologi

Il,

Edisi 4. Jakarta : EGC, 1995.

9.

Rcksodiputro I-1. l,imfomu Mulignum Non

lktdgkin.

Dalam : Socparman. Ilmu

Panyakit Dalam,

Jilid

II.

Iakarta: Balai Penerbit

FKUI,

1996.

l0.Reksodiputro

l-1.

I'rinsip

I'anatulaksanaan

Linfomu

Non-Hodgkin.

Cermin

Dunia Kedokteran 1993; 88.

11. Nazar

IM.

Aspek

Histologi

Limfoma

Malignum. Dalam: AzizM[F,

Roezin A.

eds. Kanker Dan Penatalaksanaannya. Jakarta: Muktamar Nasional

III

Penghimpun

Ahli

Bedah Tumor Indonesia,l 987.

12.

Napitupulo Hutur F, Lubis

Bakhtiar. Limfoma

Muligma

rJi

Poliktinik

Kanker

llumalz

Sakit

l'ringudi

seluma

5

'fuhun

I'enanggulungun

serla

I'roblenu yung Dihudupi.

Majalah

Kedokteran

Nasional

199

; XI

:
(43)

13.

Cancer

Facts

dan

Figures-1997

:

Lymphoma Disaese

dari

URL:

www. cancer. org/stati stic/97 c

ffl97

lym pho. htm I

14. Abbas

k

Perytokit

Limforetikuler.

Padang: Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

UNAND,

1 990.

15. Hughes-Jones, Wickramasingh

SN. [,ecture

Notes

on

Hematologrr.

Nurtjojo

HK,

Penerjqmah. Catatan

Kuliah

Hernatologi, Edisi 5 (1995). Jakarta :

EGC, 1995.

16. Leeson

C.R,

Leeson T.S, Paparo

A.a.

at al.

Textbook

of Histolory, Edisi

5

(1990). Siswoyo KS, Tambajong J, Winodirekso S, Penerjemah. Buku

Ajar Histologi. Jakarta : EGC, 1996.

17. Cormack

DI{

Jaringan

Limfotik

dan Sistem

Imun. Dalam :

HAM

Histologi,

Jilid

I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1994.

18. Forlenza TJ,

Piuiglio HD.

The Lymphomas. Dalam:

Pittiglio HD,

Sacher RA.

Clinical

Hematology and Fundamental

of

Hemastasis.

Philadelphia

:

FA Davis Company, 1987.

19. Sobiston

DC.

lissentials of Surgery. Andrianto Petrus, Penerjemah Buku

Ajar

Bedah, bagian

2. Jakarta

EGC, 1994.

20.

Linch

D,

Yates

AP. Colour Aids Haemcttologt. Wrjaya C, Penterjemah. Atlas

Bantu Haematologry. Jakarta:Hipokrates,l99 5.

21. Masaoka

T.

Bone

Marrow.

Trunsplation

In

Japan

For

Limfoma Leukemia.

Dalam Jakarta Intemational Cancer Conference.

Editor

Prof. Flans (J)

Berkel,MD.Phd dkk. Jakarta: PT Gaya Baru, 1995.

22. Sodeman

A.

William.

Penyakit Hodgkin.

Dalam

;

Sodeman. Patofisiologi,
(44)

DAFTARRIWAYAT

HIDTIP

Nama

:

OLIVIA

PUTRI PERDANA

Tempat/Tanggal

lahir

:

Padang

I 20Mei

1977

Agama

;

Islam

NanaOrangTua

:

Ayah

:

Dr.

lL

Yasril tlasan,

MQEI

Ibu

:

Hj. Ermiaty

Alamat

:

Ja

Banda Aceh F

m

/

16 Wisma Indah

IV

Padang

Riwayat

Pendidikan

:

1.

TK

Aisyiah

Bukittinggi,

lulus tahun 1983

2.

SD Negeri 10 Padang sampai tahun 1987

3.

SD Negeri No. 2 Payakumbuh,lulus

talun

1989

4.

SMP Negeri

I

Payakumbuh,

sampi

tahun 1990

5.

SMP Negeri I Painan, lulus tahun 1992

6.

SllANegeri

3Padanglulus

talun

1995

7.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang,

Gambar

Tabel4.3Insiden penderita Penyakit Hodgkin menurut umur diLaboratorium Patologi Anatomi FKUA Padang periode Januaril997-Desember 2001
Tabel 4.1. lnsiden Penderita Limforna Malignum dr Laboratoriu.rn PatologiAnatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Periode
Tabel 4.3. Insiden Penderita Penyakit Hodgkin Menurut urnur di Lab.PAFKUA Padang periode Januari 1997- Desember 2001
Tabel 4.5 Insiden PenderitaI-listopatologi di

Referensi

Dokumen terkait

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk

Daya tarik dari Monkasel adalah monumen kapal selam ini sendiri kemudian memberikan kontribusi yang berarti banyak bagi masyarakat Surabaya, dengan adanya pendirian monumen

Sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem per- ekonomian Indonesia, koperasi mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan perekonomian nasional bersama-sama dengan

Oleh karena itu, pemakalah menyusun makalah yang berjudul “Strategi Dan Perencanaan Pengembangan Moral Dan Nilai Agama Anak Usia Dini” yang membahas tentang

Bahwa Termohon (KPU) telah mengumumkan Penetapan Hasil Penghitungan Perolehan Suara pada tanggal 9 Mei 2014, dimana untuk hasil Pemilu anggota DPD RI Daerah pemilihan Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh laba bersih terhadap harga saham secara langsung dan tidak langsung melalui variabel dividen pada

Aspek kritis merupakan sikap kerja yang harus diperhatikan, sebagai berikut : Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang baku mutu limbah cair lingkungan hidup khususnya

Standar minimal yang ditetapkan adalah didasarkan pada skala yang digunakan untuk pengolah data, hasil pengolahan data kuisoner untuk prespektif proses bisnis