• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN DURASI TIDUR DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN (OVERWEIGHT DAN OBESITAS) REMAJA DI SMPN 1 SAWAHLUNTO TAHUN 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN DURASI TIDUR DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN (OVERWEIGHT DAN OBESITAS) REMAJA DI SMPN 1 SAWAHLUNTO TAHUN 2011."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHU TIDUR D

(OVERW

Diajukan ke Program Studi Andalas Seb

G

PROGRAM ST FAKULTAS K

HUAN TENTANG GIZI, AKTIVITAS FISIK DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN RWEIGHT DAN OBESITAS) REMAJA

DI SMPN 1 SAWAHLUNTO TAHUN 2011

Skripsi

di Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokt Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NOVY AFDAL No. BP. 07122010

STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAK S KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDAL

PADANG, 2011

SIK, DAN DURASI

okteran Universitas an

(2)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Agustus 2011

NOVY AFDAL, No. BP. 07122010

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN DURASI TIDUR DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN (OVERWEIGHT DAN OBESITAS) REMAJA DI SMPN 1 SAWAHLUNTO TAHUN 2011

viii + 55 halaman, 12 tabel, 6 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK

Prevalensi kelebihan berat badan pada remaja meningkat. Di Indonesia tahun 2010, prevalensi kelebihan berat badan remaja mencapai 2,5%, survei awal pada 15 remaja di SMPN 1 Sawahlunto diperoleh sepertiga remaja mengalami kelebihan berat badan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang gizi, aktivitas fisik, dan durasi tidur dengan kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto tahun 2011.

Desain penelitian cross sectional, yang dilakukan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juni 2011 di SMPN 1 Sawahlunto, populasi penelitian ini seluruh remaja kelas VII dan VIII dengan jumlah sampel 77 orang, pengumpulan data primer dan sekunder. Sampel diambil secara acak bertahap pada masing-masing kelas. Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder, pengolahan data dengan program SPSS 15.0. Analisa data univariat dan bivariat dengan uji chi-square pada derajat kemaknaan 0,05.

Hasil penelitian ini didapatkan proporsi kelebihan berat badan (9,10%), pengetahuan tentang gizi yang rendah (51,90%), aktivitas fisik yang ringan (50,60%), durasi tidur yang tidak normal (80,50%). Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi, aktivitas fisik, dan durasi tidur dengan kelebihan berat badan remaja (p>0,05).

Walaupun pengetahuan tentang gizi tidak berbeda antara remaja yang kelebihan berat badan dan yang tidak, pengetahuan remaja tentang gizi masih rendah. Untuk itu diharapkan kepada Dinas Pendidikan dan Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dalam menyusun program bersama untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi secara berkala.

Daftar Pustaka : 49 (1999-2011)

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 10 tahun dan berakhir pada usia 19 tahun. Banyak perubahan yang terjadi dengan bertambahnya massa otot dan jaringan lemak dalam tubuh. Selain itu juga terjadi perubahan hormonal, perubahan dari aspek sosiologis maupun psikologisnya. Perubahan ini berpengaruh terhadap kebutuhan gizinya. Kondisi hormonal pada usia remaja menyebabkan aktivitas fisiknya makin meningkat sehingga kebutuhan energi juga meningkat.1

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial, dan kesibukan pada remaja akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.2,3

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak di kalangan remaja. Misalnya, di tahun 1960-an makanan berupa hot dog dan minuman coca-cola menjadi sangat populer bagi remaja-remaja di Amerika Serikat. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-remaja di berbagai negara lain termasuk di Indonesia.3

(4)

Di masa sekarang sudah banyak beredar produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas. Makanan tersebut merupakan jenis makanan siap santap (fast food) seperti KFC, hamburger, pizza dan berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food)

yang sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal makanan tersebut mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat memicu kelebihan berat badan.3

Kelebihan berat badan terjadi dalam bentuk overweight dan obesitas. Obesitas yang muncul di usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan lansia. Kejadian overweight dan obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak baik di negara maju maupun negara berkembang. 10,4

Menurut WHO, obesitas sudah merupakan epidemi global dan menjadi masalah kesehatan yang harus segera diatasi. Berdasarkan penelitian University of North Carolina (UNC) Gillings School of Global Public Health, 29,4% dari orang dewasa di Carolina Utara mengalami obesitas dan 38 negara bagian di Amerika Serikat memiliki prevalensi obesitas dewasa diatas 20% pada tahun 2010. Sedangkan obesitas pada anak usia 10 sampai 17 tahun mencapai lebih dari 12 juta kasus.5

Di negara berkembang, jumlah anak remaja dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Menurut penelitian Ito & Murata (1999) dalam Hadi (2005), di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5% s/d 11%.4,10

(5)

Hudha (2006) terhadap remaja di SMP Theresiana Semarang menyatakan persentase 25% siswa mengalami obesitas.8,10,7

Di Propinsi Sumatera Barat, prevalensi kelebihan berat badan pada kelompok umur 13 sampai 15 tahun menunjukkan angka 2,7 % (2010). Ini menandakan prevalensi Propinsi Sumatera Barat melebihi prevalensi nasional.8

Kelebihan berat badan umumnya terjadi di daerah perkotaan. Seiring berjalannya waktu, kelebihan berat badan sudah banyak terjadi di pedesaan. Pada tahun 2009, di Kota Sawahlunto prevalensi obesitas sentral pada pria umur di atas 18 tahun merupakan yang tertinggi dari kota lainnya di Sumatera Barat (17,4%).8,9

Kelebihan berat badan menimbulkan dampak fisik dan psikologis pada remaja yang mengalaminya. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, arthritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit. Di Kota Sawahlunto, penyakit hipertensi merupakan penyakit degeneratif dengan peningkatan prevalensi dari tahun 2008 sampai 2010. 15,6

Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan perilaku individu dalam mengkonsumsi makanan. Selain itu remaja dalam memilih makanan juga dipengaruhi oleh selera dan keinginan. Makanan yang sesuai dengan selera dan keinginan remaja cenderung tinggi kalori dan lemak. Remaja yang sering memakan makanan ini dapat memicu kelebihan berat badan.13

(6)

fisik yang seimbang maka seseorang remaja mudah mengalami kegemukan. Berdasarkan penelitian Hudha (2006), remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan. 4,7

Lamanya tidur seseorang juga berhubungan dengan berat badan. Menurut penelitian Weiss dkk (2010) terhadap 240 orang remaja menemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari 8 jam per hari cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk makan dari pada remaja yang durasi tidurnya cukup (8,5 – 9,25 jam). Penelitian lain yang dilakukan oleh Shi dkk (2004) pada anak-anak Australia usia 5-15 tahun menemukan bahwa hubungan antara durasi tidur (< 9 jam) dan obesitas lebih kuat pada kelompok remaja awal. 16,17,18

SMPN 1 Sawahlunto merupakan salah satu SMP favorit di Kota Sawahlunto. Para siswa biasanya berkendaraan ke sekolah baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kegiatan belajar yang cukup padat membuat para siswa memiliki peluang yang cukup besar untuk makan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan jadi dengan pola makan yang tidak seimbang. Pengamatan awal yang dilakukan peneliti terhadap 15 orang siswa, diperoleh 5 orang mengalami kelebihan berat badan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa tersebut, kegiatan yang mereka lakukan sepulang sekolah biasanya kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan kalori, seperti bermain games komputer, menonton televisi, membaca. Selain itu, durasi tidur mereka per hari rata-rata 10 jam dan pengetahuan tentang gizi tergolong rendah.

(7)

1.2. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang gizi, tingkat aktivitas fisik, dan durasi tidur dengan kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto tahun 2011 ?

1.3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang gizi, tingkat aktivitas fisik, dan durasi tidur dengan kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto tahun 2011.

b. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya distribusi frekuensi kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto.

2) Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja di SMPN 1 Sawahlunto. 3) Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat aktivitas fisik remaja di SMPN 1

Sawahlunto.

4) Diketahuinya rata-rata durasi tidur remaja di SMPN 1 Sawahlunto.

5) Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto.

6) Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto.

(8)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi peringatan awal bagi orang tua dalam mencegah obesitas sejak dini.

b. Dapat memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam menyusun kebijakan dalam rangka memutuskan mata rantai kelebihan berat badan pada remaja yang akan meningkat menjadi obesitas.

(9)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Masih besarnya masalah kelebihan berat badan remaja di SMPN 1 Sawahlunto.

b. Sebagian besar remaja di SMPN 1 Sawahlunto memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang gizi.

c. Sebagian besar remaja di SMPN 1 Sawahlunto memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan.

d. Lebih dari separuh remaja di SMPN 1 Sawahlunto memiliki durasi tidur yang tidak normal.

e. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang gizi dengan kelebihan berat badan di SMPN 1 Sawahlunto.

f. Tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik remaja dengan kelebihan berat badan di SMPN 1 Sawahlunto.

g. Tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi tidur remaja dengan kelebihan berat badan di SMPN 1 Sawahlunto.

6.2. Saran

Mengingat cukup tingginya angka kelebihan berat badan pada remaja di sekolah lanjutan tingkat pertama, maka disarankan kepada :

(10)

b. SMPN 1 Sawahlunto agar dapat membentuk kegiatan ekstrakurikuler yang merangsang aktivitas fisik remaja di sekolah dan dapat menambah pengetahuan siswa tentang gizi seperti mengaktifkan kembali kelompok-kelompok remaja yang berminat akan cabang olahraga tertentu, seperti voli.

c. Dinas Pendidikan Nasional dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat untuk menyusun program yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi remaja, yaitu peningkatan penyuluhan gizi pada remaja secara berkala, seperti penyuluhan zat gizi mikro dan penyebab obesitas.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Proverawati, Atikah. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

2. Sayogo, Savitri. Gizi Remaja Putri. Jakarta : FKUI ; 2006.

3. Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Remaja [Online] 2011. http://id.shvoong.com. [11 Mei 2011].

4. Faktor Risiko Obesitas Pada Remaja [Online] 2010. Dari :

http://www.bacaanonline.com [10 Januari 2011].

5. The World Is Fat. Carolina Public Health Magazine [Online] 2010 Fall-Obesity. Dari http://www.sph.unc.edu/cph. [27 Desember 2010].

6. Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto. Profil Kesehatan Kota Sawahlunto Tahun 2010. 7. Hudha, Luthfiana Arifatul. Hubungan Antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan

Obesitas Pada Remaja Kelas I SMP Theresiana I Yayasan Bernadus Semarang [Skripsi]. Semarang : Teknologi Jasa dan Produksi FT Universitas Negeri Semarang ; 2006.

8. Balitbangkes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta : Depkes RI ; 2010.

9. Balitbangkes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007. Jakarta : Depkes RI ; 2007.

10.Hadi, H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FK UGM : Yogyakarta ; 5 Februari 2005.

11.Sediaoetama. Ilmu Gizi Jilid I. Yogyakarta : Dian rakyat ; 2007.

12.Overweight dan Obesitas Sebagai Suatu Risiko Penyakit Degeneratif [Online] 2011. Dari : http://www.suyotohospital.com [24 Mei 2011]

13.Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 2010.

14.Silitonga, Nelvin. Pola Makan dan Aktifitas Fisik Pada Orang Dewasa yang Mengalami Obesitas dari Keluarga Miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 [Skripsi]. Medan : FKM USU; 2008.

15.Misnadiarly. Obesitas dan Berbagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta : Pustaka Obor Populer ; 2007.

(12)

17.Weiss A, Xu F, Storfer-Isser A, Thomas A, Ievers-Landis CE, Redline S. The Association of Sleep Duration With Adolescents' Fat And Carbohydrate Consumption. Sleep [Online]. 2010 Sep 1;33(9):1201-9. Dari :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov. [27 Desember 2010].

18.Shi Z, Taylor AW, Gill TK, Tuckerman J, Adams R, Martin J. Short Sleep Duration

And Obesity Among Australian Children. BMC Public Health [Online]. 2010 Oct 15;10:609. Dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov. [27 Desember 2010].

19.Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja. [Online] 22 Agustus 2005. Dari : http://www.depkes.go.id. [November 2010].

20.Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Remaja. [Online] 2010. Dari :

http://wihans.web.id. [Januari 2011].

21.Latifah, Melly. Pertumbuhan Fisik dan Kesehatan Remaja [Online] 2008. Dari : http://

tumbuhkembanganak.edu.org. [11 Mei 2011].

22.Definisi Kelebihan Berat Badan dan Obesitas. [Online] 2010. Dari : http://

www.roche.co.id. [2 Mei 2011].

23.Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI ; 2003.

24.Body Mass Indeks = Indeks Massa Tubuh. [Online] 2007. Dari :

http://www.obesitas.web.id. [2 Mei 2011].

25.Supariasa, I Dewa Nyoman. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC ; 2002.

26.Bustan, M. N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta ; 2007. 27.Azwar, Azrul. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan. Disampaikan pada Seminar

Kesehatan Obesitas. Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Kampus UI Depok, 15 Februari 2004.

28.Margaret, Rika. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja di SMAN 1 Batusangkar [Skripsi]. Padang : PSIKM FK Unand ; 2010. 29.Jenis Penyakit Yang Mengintai Si Gemuk [Online]. Tabloid Nova, 2009. Dari :

http://www.tabloidnova.com. [2 Mei 2011].

30.Obesitas dan Kurang Aktivitas Fisik Menyumbang 30% Kanker [Online]. Dari :

http://www.depkes.go.id. [21 April 2011].

31.Damayanti. Obesitas Anak dan Remaja [Online] 2002. Dari : http:// xa.yimg.com. [11 Mei 2011].

(13)

33.Khomsan, A. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. IPB Bogor; 2000.

34.Rahmi, Nini. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja Putri di MAN Model Bukittinggi Tahun 2008. PSIKM Unand; 2008.

35.Isgianto. A. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non Eksperimental : Mitra Cendekia; 2004.

36.Ogden CL, Flegel KM, Carroll M, Johnson CI. Prevalence and trends in overweight among US children and adolescents, 1999–2000. JAMA. 2002;288:1772–3 [online]. Dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov. [8 Juni 2011].

37.Loke, KY. Consequences of Chilhood and adolescent obesity. Asia Pacific J Clin Nutr (2002) 11(3): S702–S704.

38.Murdhanto S. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi di SMA Adabiah Padang Tahun 2005 [Skripsi]. Padang ; PSIKM FK Unand; 2005.

39.Silva DA, Pelegrini A, Silva JM, Petroski EL. Epidemiology of Abdominal Obesity

Among Adolescents From A Brazilian State Capital. J Korean Med Sc [Online]. 2011;26(1):78-84. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov. [27 Desember 2010].

40.Hadi H, Huriyati E, Julia M. Aktivitas Fisik Pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul Serta Hubungannya Dengan Kejadian Obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2004;1(2):59-66.

41.Japardi, Iskandar. Gangguan Tidur [Online]. 2002. Dari : http://repository.usu.ac.id. [23 April 2011].

42.Inilah 10 Kerugian Akibat Tidur [Online] 2010. Dari : http://kesehatan.kompas.com. [11 Mei 2011].

43.Kurang Tidur Sebabkan Obesitas Pada Remaja [Online]. 2010. Dari : http://www. Prudentschool.sch.id. [25 April 2011].

44.Sastroasmoro, Sudigo. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-2. Jakarta : Sagung Seto; 2006.

45.Widhayati, Retno Endah. Efek Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Konsumsi Energi dan Indeks massa Tubuh Pada Remaja Kelebihan Berat Badan (Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Dominico Savio Semarang) 2009 [Tesis]. Semarang : PS Magister Gizi Masyarakat Undip; 2009.

(14)

47.Pratama, Kharisma. Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Kejadian Berat Badan Berlebih Pada Usia Remaja (Kelas 3) Di SMA Assalam Surakarta. 2009

[Skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah; 2009.

48.Sya’diah, Septiandari Mardianingtyas. Besar Risiko Pengetahuan Gizi, Sikap, Uang Saku Dan Konsumsi Fast Food Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa SMA Negeri 1 Kudus. 2009 [Skripsi]. Semarang : PS Ilmu Gizi Undip; 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan diri waria terkadang sulit untuk menjadi baik dan positif, jika berbaur ke dalam lingkungan yang menolak kaum waria tersebut karena dianggap tidak

Aplikasi SIG dapat meperrnudah dalarn penginterpolasian titik, Akan tetapi kelemahan peta isohyet yang dihasilkan oleh SIG tidak memperhitungkan faktor-faktor lain penyebab hujan

(1) Pengelolaan JDIH Kementerian Sosial yang dilakukan oleh anggota JDIH Kementerian Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, dilakukan dengan cara anggota

Pewadahan merupakan langkah awal dalam sistem pengelolaan sampah. Pewadahan sangat dibutuhkan karena sampah yang dihasilkan bila dibiarkan akan berdampak pada kesehatan

13. Sebuah konduktor keping sejajar yang tiap kepingnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 30 cm. Diberi muatan 7.08 µC yang berlawanan jenis, hitung:.. a) Rapat muatan

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini juga akan memilih pendekatan RME untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika pada

Pelantikan Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) serta Fakultas Teknik Sipil &amp; Perencanaan (FTSP) pada tanggal 14 januari 2017 di Aula Kampus ITN Malang,