• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA LAHAR DINGIN TERHADAP MASYARAKAT PENAMBANG PASIR DI ALIRAN Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin Terhadap Masyarakat Penambang Pasir Di Aliran Sungai Kali Woro Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA LAHAR DINGIN TERHADAP MASYARAKAT PENAMBANG PASIR DI ALIRAN Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin Terhadap Masyarakat Penambang Pasir Di Aliran Sungai Kali Woro Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA LAHAR DINGIN TERHADAP MASYARAKAT PENAMBANG PASIR DI ALIRAN

SUNGAI KALI WORO DESA BALERANTE, KECAMATAN KEMALANG, KABUPATEN KLATEN

ARTIKEL PUBLIKASI

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

Disusun Oleh:

DHANU PRADIKSA TAMA A 610 090 045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

Naskah Publikasi 2013

Dhanu Pradiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP-UMS ABSTRAK

PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA LAHAR DINGIN TERHADAP MASYARAKAT PENAMBANG PASIR DI ALIRAN SUNGAI KALI

WORO DESA BALERANTE, KECAMATAN KEMALANG, KABUPATEN KLATEN

Dhanu Pradiksa Tama, A 610 090 045

Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

solopos.com (25 Oktober 2011),berkaitan dengan bencana lahar dingin Bupati Klaten, Sunarna mengeluarkan surat edaran tentang penanggulangan ancaman lahar dingin kepada warganya yang tinggal di sepanjang alur Kali Woro. Tujuan penelitian 1) Mengetahui Pengetahuan masyarakat penambang pasir di aliran sungai kali woro terhadap pendidikan mitigasi bencana lahar dingin, Di Desa Balerante. 2) Mengetahui sikap masyarakat penambang pasir di aliran sungai Kali Woro terhadap pendidikan mitigasi bencana lahar dingin, di Desa Balerante

Metode penelitian menggunakan metode kuantitaif diskriptif dengan pendekatan persentase. Dimana lokasi penelitian di Kali Woro Desa Balerante Tehnik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dokumentasi dan observasi. Populasi seluruh warga penambang pasir di kali woro Desa Balerante. Sampel adalah seluruh warga penambang pasir yaitu 20 orang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pengetahuan masyarakat penambang pasir di sungai kali woro terhadap pendidikan mitigasi bencana termasuk dalam tingkat kurang, hal tersebut di tunjukkan dengan indeks pengetahuan masyarakat penambang pasir di Sungai Kali Woro termasuk dalam tingkat kurang dengan nilai rata-rata 52,5%. Sikap masyarakat penambang pasir di sungai kali woro terhadap pendidikan mitigasi bencana termasuk dalam tingkat baik dengan nilai rata-rata 80,5%. hal tersebut ditunjukkan dengan indeks sikap masuk dalam tingkat tinggi yaitu sikap responden yang mampu mengaplikasikan tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 80,5 % sedang responden yang tidak mampu mengaplikasikan tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 19,5 %.

(4)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 1 PENDAHULUAN

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang memiliki potensi bahaya yang besar ketika gunung tersebut meletus. Gunung Merapi (2914 meter) hingga saat ini masih dianggap sebagai gunungapi teraktif di dunia.

Kompas.com Jumat, 22 Februari 2013- Letusan Gunung Merapi paling dahsyat yang tercatat dalam sejarah modern terjadi pada 15-20 April 1872. Bahaya sekunder dari material yang dimuntahkan oleh gunung merapi salah satunya adalah banjir lahar dingin.

Lahar dingin ini disebabkan oleh adanya hujan lebat yang jatuh diatas endapan hasil letusan yang terdapat di lereng atau lembah-lembah sungai, yang kemudian air hujan tersebut akan bercampur dengan material tersebut dan terbentuk suatu cairan kental yang mempunyai berat jenis tinggi. Menurut penelitian Kusumobroto (2010) apabila jarak waktu antara banjir lahar dan letusan gunungapi tidak lama misalnya satu minggu, maka lahar tersebut temperaturnya masih panas, namun kalau terjadinya sudah lama dari letusan gunungapi maka yang terjadi adalah lahar dingin.

Gambar 01. Peta Lokasi Terdampak Lahar Dingin

Sumber: http://geospasial.bnpb.go.id

(5)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 2 perencanaan mitigasi Bencana yang

efektif kepada masyarakat Desa Balerante terutama masyarakat penambang pasirnya. Dengan adanya pendidikan mitigasi yang baik, setidaknya masyarakat yang menjadi korban akan terbantu dalam menemukan rute jalan untuk menuju ke tempat yang aman, paling dekat dan cepat. Diharapkan mampu meminimalisasikan dampak dari bencana tersebut. Melalui upaya pendidikan mitigasi ini diharapkan resiko terjadinya bencana dan dampaknya dapat dikurangi.

Sejauh mana tingkat pemahaman pendidikan mitigasi bencana lahar dingin oleh masyarakat di sekitar Gunung Merapi terutama masyarakat penambang pasir di aliran sungai Kali Woro maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“PENDIDIKAN MITIGASI

BENCANA LAHAR DINGIN

TERHADAP MASYARAKAT

PENAMBANG PASIR DI ALIRAN SUNGAI KALI WORO DESA

BALERANTE, KECAMATAN

KEMALANG, KABUPATEN

KLATEN”.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan:

1. Untuk Mengetahui Pengetahuan masyarakat penambang pasir di aliran sungai kali woro terhadap pendidikan mitigasi bencana lahar dingin, Di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

2. Untuk Mengetahui sikap masyarakat penambang pasir di aliran sungai Kali Woro terhadap pendidikan mitigasi bencana lahar dingin, di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

LANDASAN TEORI

Menurut Coburn, A. W. Dkk (1994) mengemukakan bahwa : Bencana adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang memberi meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan.

(6)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 3 nonstruktural melalui pendidikan,

pelatihan dan lainnya.

Tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden.

1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100%

2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75%

3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56%.

Menurut Notoadmodjo (2005), Sikap merupakan juga respons tertutup seseorang terhadap simulasi atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik).

Pengukuran sikap menurut Arikunto (2006):

1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100%

2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75%

3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56%

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kuantitatif presentatif. Penelitian ini dilaksanakan di daerah aliran sungai kali woro di Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten. karena daerah tersebut berisiko terjadinya bencana lahar dingin. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari – April 2013. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan metode angket, observasi, metode wawancara, catatan lapangan, dokumentasi.

Menurut Iqbal Hasan (2002), populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karekteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menambang pasir di Kali Woro Desa Balerante.

Iqbal Hasan (2002), sampel adalah bagian dari populasi yang di ambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang di anggap bisa mewakili populasi.

(7)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 4 1. Berdasarakan pengetahuan

masyarakat tentang pendidikan mitigasi bencana

a. Bentuk – bentuk pendidikan mitigasi bencana

b. Indeks pengetahuan

2. Berdasarkan sikap masyarakat tentang pendidikan mitigasi bencana a. Sikap masyarakat

b. Indeks sikap

Uji prasyarat analisis mengunakan uji validitas menggunakan rumus product moment dan uji realibilitas rumus alpha. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif presentatif. Deskriptif presentatif digunakan untuk memberikan deskrisi atau pembahasan dalam penelitian ini.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan teknik analisis ini, yaitu:

1. Membuat tabel distribusi jawaban angket

2. Menentukan skor jawaban responden

3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh

4. Menurut Ali dalam Aryana (2004) langkah yang selanjutnya adalah

menentukan skor tersebut kedalam rumus sebagai berikut:

DP =

x 100% Keterangan:

DP = Deskriptif persentase n = Nilai yang diperoleh N = Nilai total

Menentukan kategori kelas hasil penelitian pengetahuan masyarakat terhadap mitigasi bencana lahar menggunakan Tingkat Pengetahuan oleh Arikunto (2006):

Tabel 1. Tingkat Pengetahuan No Persentase Katagori

1 76%-100% Baik 2 56%-75% Cukup 3 <56% Kurang

Sumber: Arikunto (2006)

Menentukan kategori kelas sikap masyarakat terhadap mitigasi bencana lahar dingin dengan panjang kelas interval dan persentase skor minimal maka diperoleh kelas-kelas interval sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Sikap No Persentase Katagori

1 76%-100% Baik 2 56%-75% Cukup 3 <56% kurang

(8)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 5 PEMBAHASAN

Lokasi Desa Balerante berada diantara titik koordinat 110^026’,50”BT-7^032’30”LS dan 110^026’50”BT- 7^032’30”LS dengan ketinggian rata-rata 1280 meter di atas permukaan laut dan luas wilayah 831,1230 ha/m². Kali Woro merupakan satu-satunya sungai utama yang berada di Desa Balerante.

Lokasi sungai tersebut berada di sisi timur desa ini, secara geografis

sungai ini berada pada titik koordinat 110^028’,49”BT-7^035’88”LS dengan ketinggian rata-rata 1040 meter di atas permukaan laut, sungai tersebut merupakan salah satu sungai yang menjadi aliran lahar dingin dari Gunung Merapi.

GAMBAR peta sungai Kali Woro

Menurut penuturan kepala desa balerante, mata pencaharian masyarakat Desa Balerante sebagian besar adalah penambang pasir. Sungai ini merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat Desa Balerante dan Desa yang terletak di sebelah timur sungai yaitu Desa Sidorejo, banyak masyarakat kedua desa itu yang menggantungkan hidupnya dari material-material yang ada di sungai itu.

Tabel. 3 Jenis Kelamin

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Tabel di atas menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin Laki-Laki adalah 55 %, sedang responden Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 5 PEMBAHASAN

Lokasi Desa Balerante berada diantara titik koordinat 110^026’,50”BT-7^032’30”LS dan 110^026’50”BT- 7^032’30”LS dengan ketinggian rata-rata 1280 meter di atas permukaan laut dan luas wilayah 831,1230 ha/m². Kali Woro merupakan satu-satunya sungai utama yang berada di Desa Balerante.

Lokasi sungai tersebut berada di sisi timur desa ini, secara geografis

sungai ini berada pada titik koordinat 110^028’,49”BT-7^035’88”LS dengan ketinggian rata-rata 1040 meter di atas permukaan laut, sungai tersebut merupakan salah satu sungai yang menjadi aliran lahar dingin dari Gunung Merapi.

GAMBAR peta sungai Kali Woro

Menurut penuturan kepala desa balerante, mata pencaharian masyarakat Desa Balerante sebagian besar adalah penambang pasir. Sungai ini merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat Desa Balerante dan Desa yang terletak di sebelah timur sungai yaitu Desa Sidorejo, banyak masyarakat kedua desa itu yang menggantungkan hidupnya dari material-material yang ada di sungai itu.

Tabel. 3 Jenis Kelamin

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Tabel di atas menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin Laki-Laki adalah 55 %, sedang responden Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 5 PEMBAHASAN

Lokasi Desa Balerante berada diantara titik koordinat 110^026’,50”BT-7^032’30”LS dan 110^026’50”BT- 7^032’30”LS dengan ketinggian rata-rata 1280 meter di atas permukaan laut dan luas wilayah 831,1230 ha/m². Kali Woro merupakan satu-satunya sungai utama yang berada di Desa Balerante.

Lokasi sungai tersebut berada di sisi timur desa ini, secara geografis

sungai ini berada pada titik koordinat 110^028’,49”BT-7^035’88”LS dengan ketinggian rata-rata 1040 meter di atas permukaan laut, sungai tersebut merupakan salah satu sungai yang menjadi aliran lahar dingin dari Gunung Merapi.

GAMBAR peta sungai Kali Woro

Menurut penuturan kepala desa balerante, mata pencaharian masyarakat Desa Balerante sebagian besar adalah penambang pasir. Sungai ini merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat Desa Balerante dan Desa yang terletak di sebelah timur sungai yaitu Desa Sidorejo, banyak masyarakat kedua desa itu yang menggantungkan hidupnya dari material-material yang ada di sungai itu.

Tabel. 3 Jenis Kelamin

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Tabel di atas menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin Laki-Laki adalah 55 %, sedang responden

(9)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 6 yang berjenis kelamin perempuan

adalah 45 %.

Tabel. 4 Golongan Pendidikan

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Gambar di atas menunjukan bahwa responden yang berpendidikan SD adalah 55 %, responden yang berpendidikan SMP adalah 15%,responden yang berpendidikan SMA adalah 5 % sedang responden yang tidak bersekolah adalah 25 %.

Hasil analisa data pengetahuan responden yang mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 56 % sedang responden yang tidak mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 44 % sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat penambang pasir di Kaliworo Desa Balerante termasuk dalam tingkat kurang dengan nilai rata-rata 52,5%.

Berdasarkan hasil analisis tingkat pengetahuan responden menunjukan bahwa responden yang termasuk dalam

tingkat kurang sebesar 55%, dalam tingkat sedang 40% dan yang termasuk dalam tingkat baik sebesar 5%.

Tabel. 5 tingkat pengetahuan

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Hasil analisa data sikap responden yang menerima tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 80,5 % sedang responden yang tidak menerima tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 19,5 % sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat sikap masyarakat penambang pasir di desa termasuk dalam tingkat baik dengan nilai rata-rata 80,5%

Berdasarkan hasil analisis tingkat sikap responden di ketahui bahwa responden yang termasuk dalam tingkat kurang sebesar 15%, dalam tingkat sedang 45% dan yang termasuk dalam tingkat baik sebesar 40%.

25% 55%

15% 5%

Pendidikan

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 6 yang berjenis kelamin perempuan

adalah 45 %.

Tabel. 4 Golongan Pendidikan

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Gambar di atas menunjukan bahwa responden yang berpendidikan SD adalah 55 %, responden yang berpendidikan SMP adalah 15%,responden yang berpendidikan SMA adalah 5 % sedang responden yang tidak bersekolah adalah 25 %.

Hasil analisa data pengetahuan responden yang mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 56 % sedang responden yang tidak mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 44 % sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat penambang pasir di Kaliworo Desa Balerante termasuk dalam tingkat kurang dengan nilai rata-rata 52,5%.

Berdasarkan hasil analisis tingkat pengetahuan responden menunjukan bahwa responden yang termasuk dalam

tingkat kurang sebesar 55%, dalam tingkat sedang 40% dan yang termasuk dalam tingkat baik sebesar 5%.

Tabel. 5 tingkat pengetahuan

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Hasil analisa data sikap responden yang menerima tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 80,5 % sedang responden yang tidak menerima tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 19,5 % sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat sikap masyarakat penambang pasir di desa termasuk dalam tingkat baik dengan nilai rata-rata 80,5%

Berdasarkan hasil analisis tingkat sikap responden di ketahui bahwa responden yang termasuk dalam tingkat kurang sebesar 15%, dalam tingkat sedang 45% dan yang termasuk dalam tingkat baik sebesar 40%.

Pendidikan

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 6 yang berjenis kelamin perempuan

adalah 45 %.

Tabel. 4 Golongan Pendidikan

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Gambar di atas menunjukan bahwa responden yang berpendidikan SD adalah 55 %, responden yang berpendidikan SMP adalah 15%,responden yang berpendidikan SMA adalah 5 % sedang responden yang tidak bersekolah adalah 25 %.

Hasil analisa data pengetahuan responden yang mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 56 % sedang responden yang tidak mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 44 % sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat penambang pasir di Kaliworo Desa Balerante termasuk dalam tingkat kurang dengan nilai rata-rata 52,5%.

Berdasarkan hasil analisis tingkat pengetahuan responden menunjukan bahwa responden yang termasuk dalam

tingkat kurang sebesar 55%, dalam tingkat sedang 40% dan yang termasuk dalam tingkat baik sebesar 5%.

Tabel. 5 tingkat pengetahuan

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Hasil analisa data sikap responden yang menerima tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 80,5 % sedang responden yang tidak menerima tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 19,5 % sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat sikap masyarakat penambang pasir di desa termasuk dalam tingkat baik dengan nilai rata-rata 80,5%

Berdasarkan hasil analisis tingkat sikap responden di ketahui bahwa responden yang termasuk dalam tingkat kurang sebesar 15%, dalam tingkat sedang 45% dan yang termasuk dalam tingkat baik sebesar 40%.

(10)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 7 Tabel. 6 Tingkat Sikap

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Dari hasil wawancara kelembagaan yang telah di lakukan terhadap responden, sebagian besar responden pernah mengikuti pelatihan pendidikan mitigasi bencana lahar dingin yang di selanggarakan oleh organisasi, kelembagaan, serta pemerintah Kabupaten Klaten. Salah satu nya adalah dari BPBD, sedangkan salah satu organisai yang berada di desa balerante yaitu induk balerante hanya berfungsi sebagai pemantau.

Sebagian besar responen juga pernah menerima bantuan bila terjadi bencan, dan pemberian sering di lakukan oleh mahasiswa. Ada nya arahan atau tanda jalur evakuasi bencana lahar dingin. Hasil angket responden menyatakan bahwa sebagian besar menyatakan mengerti fungsi ada nya arahan atau tanda jalur evakuasi bencana lahar dingin.

Pasca bencana lahar dingin yang sering terjadi, kesadaran masyarakat tentang pendidikan mitgasi bencana memang meningkat, akan tetapi peningkatan tersebut tidak terjadi di semua masyarakat penambang pasir, hanya sebagian masyarakat bahkan tidak ada sama sekali yang melakukan usaha pendidikan mitigasi bencana untuk memberikan pengetahuan serta sikap yang bijak dalam menghadapi bencan lahar dingin. Hal ini terbukti dari wawancara angket responden yang sebagian besar mengatakan hanya terwakilkan oleh RT setempat atau tokoh masyarakat untuk mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Kurangnya sosialisasi dari tokoh masyarakat tersebut terhadap masyarakat penambang pasir di sungai kali woro

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pengetahuan.masyarakat.penamban g pasir

Pengetahuan.masyarakat.penam bang pasir di sungai Kali Woro terhadap pendidikan mitigasi bencana termasuk dalam tingkat kurang, hal tersebut di tunjukkan dengan indeks pengetahuan masyarakat penambang 15%

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 7 Tabel. 6 Tingkat Sikap

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Dari hasil wawancara kelembagaan yang telah di lakukan terhadap responden, sebagian besar responden pernah mengikuti pelatihan pendidikan mitigasi bencana lahar dingin yang di selanggarakan oleh organisasi, kelembagaan, serta pemerintah Kabupaten Klaten. Salah satu nya adalah dari BPBD, sedangkan salah satu organisai yang berada di desa balerante yaitu induk balerante hanya berfungsi sebagai pemantau.

Sebagian besar responen juga pernah menerima bantuan bila terjadi bencan, dan pemberian sering di lakukan oleh mahasiswa. Ada nya arahan atau tanda jalur evakuasi bencana lahar dingin. Hasil angket responden menyatakan bahwa sebagian besar menyatakan mengerti fungsi ada nya arahan atau tanda jalur evakuasi bencana lahar dingin.

Pasca bencana lahar dingin yang sering terjadi, kesadaran masyarakat tentang pendidikan mitgasi bencana memang meningkat, akan tetapi peningkatan tersebut tidak terjadi di semua masyarakat penambang pasir, hanya sebagian masyarakat bahkan tidak ada sama sekali yang melakukan usaha pendidikan mitigasi bencana untuk memberikan pengetahuan serta sikap yang bijak dalam menghadapi bencan lahar dingin. Hal ini terbukti dari wawancara angket responden yang sebagian besar mengatakan hanya terwakilkan oleh RT setempat atau tokoh masyarakat untuk mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Kurangnya sosialisasi dari tokoh masyarakat tersebut terhadap masyarakat penambang pasir di sungai kali woro

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pengetahuan.masyarakat.penamban g pasir

Pengetahuan.masyarakat.penam bang pasir di sungai Kali Woro terhadap pendidikan mitigasi bencana termasuk dalam tingkat kurang, hal tersebut di tunjukkan dengan indeks pengetahuan masyarakat penambang

Tingkat Sikap

Kurang Sedang Baik

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 7 Tabel. 6 Tingkat Sikap

Sumber: Hasil analisa data penelitian

Dari hasil wawancara kelembagaan yang telah di lakukan terhadap responden, sebagian besar responden pernah mengikuti pelatihan pendidikan mitigasi bencana lahar dingin yang di selanggarakan oleh organisasi, kelembagaan, serta pemerintah Kabupaten Klaten. Salah satu nya adalah dari BPBD, sedangkan salah satu organisai yang berada di desa balerante yaitu induk balerante hanya berfungsi sebagai pemantau.

Sebagian besar responen juga pernah menerima bantuan bila terjadi bencan, dan pemberian sering di lakukan oleh mahasiswa. Ada nya arahan atau tanda jalur evakuasi bencana lahar dingin. Hasil angket responden menyatakan bahwa sebagian besar menyatakan mengerti fungsi ada nya arahan atau tanda jalur evakuasi bencana lahar dingin.

Pasca bencana lahar dingin yang sering terjadi, kesadaran masyarakat tentang pendidikan mitgasi bencana memang meningkat, akan tetapi peningkatan tersebut tidak terjadi di semua masyarakat penambang pasir, hanya sebagian masyarakat bahkan tidak ada sama sekali yang melakukan usaha pendidikan mitigasi bencana untuk memberikan pengetahuan serta sikap yang bijak dalam menghadapi bencan lahar dingin. Hal ini terbukti dari wawancara angket responden yang sebagian besar mengatakan hanya terwakilkan oleh RT setempat atau tokoh masyarakat untuk mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Kurangnya sosialisasi dari tokoh masyarakat tersebut terhadap masyarakat penambang pasir di sungai kali woro

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pengetahuan.masyarakat.penamban g pasir

(11)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 8 pasir di sungai Kali Woro termasuk

dalam tingkat kurang dengan nilai rata-rata 52,5%. pengetahuan responden yang mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 56 % sedang responden yang tidak mengerti tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 44 %.

2. Sikap masyarakat penambang pasir Sikap masyarakat penambang pasir di sungai Kali Woro terhadap pendidikan mitigasi bencana termasuk dalam tingkat baik dengan nilai rata-rata 80,5%. hal tersebut ditunjukkan dengan indeks sikap masuk dalam tingkat tinggi yaitu sikap responden yang mampu mengaplikasikan tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 80,5 % sedang responden yang tidak mampu mengaplikasikan tentang pendidikan mitigasi bencana adalah 19,5 %, dan mengapa tingkat sikap masyarakat lebih tinggi dari pada pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana yang tingkat pengetahuan masuk dalam katagori cukup. Masyarakat memiliki naluri yg yang lebih tinggi sehingga terlepas dari pengetahuan, masyarakat sudah mampu membetengi diri sendiri dari kebiasaan sikap yang telah terbentuk

dengan alam yang telah di miliki sejak dahulu.

3. Pendidikan mitigasi bencana lahar dingin terhadap masyarakat penambang pasir di sungai Kali Woro desa balerante kecamatan kemalang.

Masyarakat penambang pasir sungai Kali Woro rata-rata memiliki pengetahuan yang cukup tentang pendidikan mitigasi bencana, dan di tinjau dari tingkat sikap masyarakat penambang pasir sungai kali woro memiliki rata-rata yang cukup tinggi. B. Saran

1. Saran bagi masyarakat

Setiap masyarakat memerlukan adanya pendidikan mitigasi bencana lahar dingin sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat prnambang pasir terhadap bencana lahar dingin, untuk itu setiap masyarakat penambang pasir seharusnya mengikuti penyuluhan atau pelatihan tentang pendidikan mitigasi bencana lahar dingin.

2. Saran bagi Pemerintah Daerah dan BPBD

(12)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 9 bencana lahar dingin terhadap

masyarakat dengan cara mengadakan penyuluhan, seminar, dan pelatihan tentang pendidikan mitigasi bencana lahar dingin di sungai Kali Woro Desa Balerante.

3. Saran bagi Peneliti berikutnya Peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian tentang

pendidikan mitigasi bencana lahar dingin dapat dijadikan referensi. Diharapkan penelitian berikutnya lebih mengkaji lagi selain variabel pengetahuan dan sikap. karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi terhadap pendidikan mitigasi bencana lahar dingin.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

A.w. Cobrurn, dkk. 1994. Mitigasi Bencana edisi kedua. United Kingdom: Program Pelatihan Manajemen Bencana, UNDP.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana., Jakarta: BNPB.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, Jakarta; BNPB.

BNPB.2011, konsep pengurangan resiko bencana. BAKORNAS.

Coburn.dkk.1994.mitigasi bencana:prgram pelatihan manajemen bencana.united kingdom

Iqbal hasan, M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kompas. Jumat,22Februari2013http://regional.kompas.com/read/2013/02/13 ( di akses tanggal 19 februari 2013 )

(13)

Pendidikan Mitigasi Bencana Lahar Dingin

Dhanu Prakdiksa Tama, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia.2007.Jakarta

Gambar

Gambar 01. Peta Lokasi Terdampak
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan
Tabel di atas menunjukan bahwa Tabel di atas menunjukan bahwa Tabel di atas menunjukan bahwa
Tabel. 6 Tingkat Sikap Tabel. 6 Tingkat Sikap Tabel. 6 Tingkat Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Kemungkinan lain yang terjadi adalah nilai lingkungan ini dirasakan oleh penduduk lain yang tinggal di wilayah yang dekat dengan perkebunan ini, seperti di

[r]

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Penelitian ini difokuskan pada kurikulum berbasis kompetensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMP, pada kelas II SMP Negeri 3 Delanggu dengan alasan salah satu

Problem Atau Masalah Yang Muncul dan Cara Penyelesaiannya Dalam Pelaksanaan Eksekusi Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Hutang…… 85.

[r]

Akhirnya kami bisa menyelesaikan Skripsi dengan judul : Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Media Pohon Hitung dalam Model Pembelajaran Tematik

Dalam analisa empat prosedur pemisahan baseflow untuk penentuan nilai BFI oleh Longobardi dan Villani (2008), menunjukkan bahwa metode smoothed minima merupakan metode