• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Kajian Proses Geomorfologi Dan Konservasi Tanah Di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Kajian Proses Geomorfologi Dan Konservasi Tanah Di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

PROPINSI JAWA TENGAH

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Geografi

Oleh :

Didik Supriyadi NIM : E100090049

Kepada

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)
(3)

KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

PROPINSI JAWA TENGAH

Assessment Processes Geomorphology and Soil Conservation in Bulu Sub District Temanggung District Central Java Province

by

Didik Supriyadi¹ dan Taryono²

¹MahasiswaFakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102 E-mail : didiksupriyadi49@gmail.com,

ABSTRACT

The research was conducted in the Bulu Sub District Temanggung District Central Java Province entitled: "Assessment Processes Geomorphology and Soil Conservation in Bulu Sub District Temanggung District Central Java Province " aims: (1) Knowing the characteristics of geomorphology, 2) Knowing the distribution of the forms of erosion and mass movement susceptibility levels, (3) Knowing agihan form of soil conservation.

The method used in this study is the method of survey and laboratory analysis. The sampling method using a stratified random sampling with strata land units. Data analysis method used is descriptive qualitative method. While to analyze the vulnerability of mass movement used assessment dignity method.The results showed that :(1)Geomorphological characteristics in the study area varies from the largest slope land units V3IIILCH ie 45% and a low of 10% in land units V2IIRCP. Erosion is splash erosion, sheet, gully and trench. Weathering processes that occur ranging from mild weathering occurs on land units V2IIRCP, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT, V3IILCP, V3IRCP, V3IIRCP, V3IRCT. Weathering on land units being V2IIRCSw, V3IILCK, V3IIRCSw and heavy weathering on land units V2IRCT, VIIILCH, V3IIILCT, V3IILCT, V3IIRCT. Lithologies that make up the study area is a breccia, lava, and tuff.(2) Distribution of forms of erosion that occurs among other; Splash erosion found on each unit of land, there is a splash erosion and sheet erosion on land units V2IRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IILCP, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCP, V3IIRCSw, V3IIRCT, V3IRCP, V3IRCT. Splash erosion, sheet erosion and riil erosion in land units V2IIRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IICSw, V2IRCT, VIIILCH, V3IIILCT, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT. Splash erosion, sheet erosion, riil erosion and gully erosion ditch in land units V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT.

(3)Based on the calculation of the dignity of 9 parameters in each land unit mass movement generating vulnerability in the study area. The vulnerability of mass movement mild (Class I) is located on land units V2IRCK, V2IRCP, V3IRCT, V3IRCP, V3IIRCP. The vulnerability of mass movement are (Class II) in land units V2IIRCP, VIIRCSw, V2IRCSw, V2IIRCT, V3IIILCH, V3IILCP, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT. The vulnerability of heavy mass movement (Class III) located on land units V2IIRCT, V3IIILCT, V3IILCT. (4)Agihan form of various soil conservation soil conservation contained in each unit of land is not always in accordance with the syntax in soil conservation, thus the need to reform the method and form of conservation is applied in the study area. Conservation of soil that has been well and in accordance with the standards contained in the conservation of land units V2IIRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCT, V3IIILCT, V3IILCP, V3IIRCP, V3IRCP, V3IRCT. While the soil conservation methods are not good at V2IRCSw land units, V3IIILCH, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw and V3IIRCT. The results of this study are presented in the mass movement susceptibility maps, maps morfokonservasi and geomorphological maps with scale 1: 50,000.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah dengan judul: “Kajian Proses Geomorfologi Dan Konservasi Tanah di

Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah”, bertujuan: 1)

Mengetahui karakteristik geomorfologi, 2) Mengetahui persebaran bentuk-bentuk erosi dan tingkat kerentanan gerak massa, 3) Mengetahui agihan bentuk konservasi tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan analisa laboratorium. Metode pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling

dengan strata satuan lahan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Sedangkan untuk menganalisis kerentanan gerak massa digunakan metode pengharkatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Karakteristik geomorfologi di di daerah penelitian sangat bervariasi mulai dari kemiringan lereng yang terbesar di satuan lahan V3IIILCH yaitu 45% dan yang terendah sebesar 10% pada satuan lahanV2IIRCP. Erosi yang terjadi adalah erosi percik, lembar, alur dan parit. Proses pelapukan yang terjadi mulai dari pelapukan ringan terjadi di satuan lahan V2IIRCP, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIRCP,V3IRCT. Pelapukan sedang di satuan lahan V2IIRCSw, V3IILCK, V3IIRCSw dan pelapukan berat di satuan lahan V2IRCT, VIIILCH, V3IILCT, V3IIRCT. Litologi yang menyusun daerah penelitian adalah breksi, lahar, lava, dan tuff. (2) Persebaran bentuk-bentuk erosi yang terjadi antara lain; Erosi percik terdapat pada setiap satuan lahan , Erosi percik dan erosi lembar terdapat di satuan lahan V2IRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCSw, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCP, V3IIRCT, V3IRCP, V3IRCT. Erosi percik, erosi lembar dan erosi alur di satuan lahan V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, VIIILCH, V3IIILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT. Sedangkan erosi percik, erosi lembar, erosi alur dan erosi parit di satuan lahan V2IIRCT, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT.

(3) Berdasarkan hasil perhitungan harkat 9 parameter pada setiap satuan lahan menghasilkan tingkat kerentanan gerak massa di daerah penelitian. Tingkat kerentanan gerak massa ringan (Klas I) terdapat di satuan lahan V2IRCK,V2IRCP, V3IRCT, V3IRCP, V3IIRCP. Tingkat kerentanan gerak massa sedang (Klas II) di satuan lahanV2IIRCP,

VIIRCSw, V2IRCSw, V2IIRCT, V3IIILCH, V3IILCP, V3IIRCK, V3IIRCSw,

V3IIRCT.Tingkat kerentanan gerak massa berat (Klas III) terdapat di satuan lahanV2IIRCT, V3IIILCT, V3IILCT. (4) Agihan bentuk konservasi tanah dari berbagai konservasi tanah yang terdapat di setiap satuan lahan tidak selalu sesuai dengan setandar konservasi tanah, dengan demikian perlu dilakukan pembenahan dalam metode maupun bentuk konservasi yang diterapkan di daerah penelitian. Konservasi tanah yang sudah baik dan sesuai dengan standar konservasi terdapat di satuan lahan V2IIRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCT, V3IIILCT, V3IILCP, V3IIRCP, V3IRCP, V3IRCT. Sedangkan metode konservasi tanah yang belum baik terdapat pada satuan lahan V2IRCSw, V3IIILCH, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw dan V3IIRCT. Hasil dari penelitian ini disajikan dalam peta kerentanan gerak massa, peta morfokonservasi dan peta geomorfologi dengan Skala 1 : 50.000.

(5)

PENDAHULUAN

Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-proses itu

dalam susunan keruangan

(Verstappen,1983). Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara

fisik maupun kimiawi yang

mengakibatkan modifikasi permukaan bumi (Thornbury, 1970). Penyebab proses geomorfologi adalah benda-benda alam yang dikenal dengan benda-benda alam berupa angin dan air. Proses geomorfologi dibedakan menjadi dua yaitu proses eksogen (tenaga asal luar bumi) yang umumnya sebagai perusak dan proses endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) sebagai pembentuk, keduanya bekerja bersama-sama dalam merubah permukaan bumi.

Bentuklahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses

alam dan mempunyai komposisi

serangkaian, karateristik fisik dan visual tertentu di manapun bentuklahan ditemui (Way, 1973 dalam Van Zuidam, 1979).

Bentuklahan mengalami proses

perubahan secara dinamis selama proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Tenaga yang bekerja disebut dengan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami yang mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi, tenaga ini dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang, arus, tsunami, angin, dan gletser. Berdasarkan

pada proses yang bekerja pada

permukaan bumi dikenal dengan proses, fluvial, marine, eolin, pelarutan, dan proses gletser. Akibat dari adanya proses

tersebut maka terjadi proses degradasi

dan agradasi. Proses degradasi

menyebabkan penurunan permukaan

bumi, sedangkan agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi. Pada proses degradasi didalamnya terdapat proses pelapukan, gerak massa dan erosi

(Thornbury, 1970). Erosi adalah

hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air dan angin ke tempat lain (Sitanala Arsyad,1989).

Gerak massa tanah (mass

movement) merupakan proses

bergeraknya puing-puing batuan

(termasuk di dalamnya tanah) secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya

pengaruh langsung dari gravitasi

(Finlayson,1980; Varnes, 1978 dalam Imam Hardjono, 1997). Gerakan massa tanah (mass movement) atau batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi pengaruh antara beberapa kondisi yang meliputi kondisi morfologi, geologi, hidrogeologi, dan tata guna lahan.

Kondisi-kondisi tersebut saling

berpengaruh sehingga mewujudkan

suatau kondisi yang mempunyai

kecenderungan atau berpotensi untuk bergerak (Karnawati, 2005).

Suprapto Dibyosaputro (1999)

mengemukakan manusia dalam

upayanya memanfaatkan lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, kadang hanya memandang penghasilan

(income) dari hasil kegiatanya. Campur tangan manusia terhadap pengelolaan sumber daya lahan dalam wujud pemanfaatan dan pengelolaan tanah yang

(6)

penanaman, penebangan kayu pada

lahan-lahan yang mempunyai

kemiringan lereng miring hingga terjal

tanpa memperhatikan kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air akhirnya dapat menimbulkan masalah baru seperti terjadinya berbagai macam gerak massa

(mass movement). Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah sebagai cara penggunaan yang sesuai dengan bidang kemampuan

tanah tersebut dan cara

memperlakukanya sesuai dengan

persyaratan yang di perlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Daerah penelitian di Wilayah Kecamatan Bulu yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung, jarak dari kota Temanggung 6 km. Secara Geografis Persentase wilayah kecamatan Bulu terhadap Kabupaten Temanggung adalah 4,94%. Rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mm/th, dengan jumlah penduduk 44.722

jiwa (Data BPS Kabupaten

Temanggung, 2012).

Sebagian besar wilayah

Kecamatan Bulu penggunaan lahanya didominasi oleh tegalan, sawah, hutan, permukiman, dan kebun, hutan negara saat ini hanya berada di sekitar puncak gunung sumbing. Pada kondisi daerah dengan kemiringan yang curam (21- 45%), tidak semua daerah dapat ditanami dengan tanaman tahunan,

daerah tersebut cenderung dibiarkan dan tidak dilakukan pengelolaan. Dengan pemanfaatan lahan yang demikian maka daerah dataran tinggi dapat di golongkan ke dalam daerah yang rawan terhadap bencana gerak massa tanah, kekeringan, lahan kritis dan erosi.

Berdasarkan hasil orientasi

lapangan daerah penelitian aspek

morfometri dan morfologinya sangat bervariasi. Tanah yang ada di daerah penelitian adalah latosol coklat, rogosol coklat kekelabuan. Topografi daerah penelitian bervariasi dari bergelombang hingga bergunung dengan kemiringan lereng <15% hingga lebih dari 40%. Praktek konservasi sebagian besar masih sederhana yaitu berupa terras tradisional, maka dilihat dari fenomena tersebut di temukan bentuk-bentuk erosi dan gerak massa dengan tingkat dan intensitas yang bervariasi di daerah penelitian, yang

seacara tidak lansung menunjukan

bahwa pengelolaan lahan di daerah penelitian perlu dilakukan pembenahan-pembenahan, agar erosi dan gerak massa

tanah dapat dikurangi seminimal

mungkin dan agar tanah dapat brfungsi secara optimal serta untuk kelestarian

lingkungan. Adapun tujuan dari

penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui karakteristik

geomorfologi yang terdapat di daerah penelitian.

2. Mengetahui persebaran

bentuk-bentuk erosi dan tingkat kerentanan gerak massa.

(7)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode Survei, analisis data dan uji laboratorium. Metode survey lapangan meliputi pengamatan, pengukuran dan pencatatan data secara

sistematik terhadap obyek atau

fenomena yang di teliti. Metode analisa

laboratorium yaitu metode yang

menggunakan laboratorium untuk

memperoleh hasilnya. Sedangkan

analisanya memanfaatkan data kualitatif yaitu analisa yang menggunakan data dalam bentuk kata, kalimat ataupun

pernyataan (Priyono dkk, 1995).

Penelitian ini juga menggunakan metode analisis diskriptif kualitatif dan interpretasi peta serta di dukung dengan data sekunder yaitu data yang di dapatkan dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian. Sedangkan

untuk pengambilan sampel

menggunakan metode stratifeid random sampling yaitu sampel yang diambil dengan strata bertingkat (Hadi Sabari Yunus , 2010), dimana satuan lahan pada daerah penelitian sebagai stratanya. Untuk menganalisis tingkat kerentanan

gerak massa dengan metode

pengharkatan.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data

primer yang dikumpulkan berupa

karakteristik lahan yang meliputidata

lereng, tanah, batuan, proses

geomorfologi, air tanah, dan kondisi lahan. Data sekunder meliputi data iklim, data tematik berupa data peta-peta

tematik yang terekait dengan

permasalahan yang diteliti. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah palu geologi, abney level, meteran,

kompas, peta administrasi, peta

topografi, peta penggunaan lahan dan

peta satuan lahan

Pengolahan dan Aanalisis Data Klasifikasi Tingkat Erosi.

Klasifikasi tingkat erosi mengikuti klasifikasi dari Van Zuidam (1979) sebagai berikut. Tabel 1. Klassifikasi Tingkat Erosi

No Kedalaman Erosi cm

Jarak Antar Alur

<20 20-50 50-150 150-300 >300

1 <50 Sedang Ringan - - -

2 50 - 150 Berat Sedang Ringan - -

3 150 - 300 Sangat berat Berat Sedang Ringan -

4 >300 Sangat berat Sangat

berat

Berat Sedang Ringan

Sumber : Van Zuidam (1979)

Tabel 2.Klasifikasi Kerapatan Pola Aliran

No Jarak Antar Alur pada Peta Skala 1 : 20.000

Tingkat Kerapatan

1 >4,00 cm Tidak ada – Jarang

2 4,00 – 2,90 cm Jarang

3 2,80 – 1,70 cm Sedang

4 <1,70 cm Rapat

(8)

Berdasarkan tabel 1. klasifikasi tingkat erosi yang dikemukakan oleh Van Zuidam, maka untuk mengetahui tingkat erosi di daerah peenlitian dilakukan pengamatan dan pengukuran dilapangan dengan membandingkan data klasifikasi tingkat erosi dan kerapatan pola aliran yang dikemukakan oleh Van Zuidam sebagai parameter teradap

bentuk-bentuk erosi yang terjadi.

Sedangkan untuk mengetahui bentuk-bentuk erosi, yang meliputi bentuk-bentuk erosi percik, lembar, dan parit yang terjadi didaerah penelitian dilakukan dengan

cara pengukuran dan pengamatan

langsung dilapangan.

Klasifikasi Kerentanan Gerak Massa

Dalam penelitian ini data yang

dianalisis dikelompokan untuk

menentukan klas kerentanan gerak

massa didaerah penelitian. Untuk

perhitungan tingkat masing-masing klas kerentanan gerak massa sebagai berikut : a. Jumlah parameter pendukung gerak

massa adalah 9 parameter

b. Nilai terendah harkat adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 3Berda sarkan pada

jumlah parameter dan nilai harkat dari masing-masing parameter maka untuk menentukan klas gerak massa didaerah penelitian dibuat berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi ( dalam Imam Hardjono, 1997) yang dapat diformulasikan sebagai berikut :

I =

R

N

K = Klas Interval

R = Jarak pengukuran nilai tertinggi dikurangi nilai terendah N = Jumlah interval yang diinginkan Untuk jarak interval klas diperoleh dengan cara pengukuran nilai harkat tertinggi dengan nilai harkat terendah. Jumlah klas yang akan dibuat tiga klas angka, dimana :

Nilai harkat tertinggi 3 x 9 =27 Nilai harkat terendah 1 x 9 = 9 Jumlah klas = 3 Jadi klas intervalnya = (27−9)

3

=18 3

= 6

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Kerentanan Gerak Massa

No Klas Inteval Klas Tingkat Kerentanan Gerak

Massa

1 I 9 – 15 Ringan

2 II 15 - 21 Sedang

3 III 21 -27 Berat

Sumber : Penulis (2013)

Setelah klasifikasi kerentanan

gerak massa diketahui langkah

selanjutnya yaitu pembuatan peta

kerentanan gerak massa skala 1 : 50.000. Peta kerentanan gerak massa dibuat

berdasarkan dari analisis dan

pengharkatan masing-masing parameter

disetiap satuan lahan daerah

(9)

yang berpengaruh terhadap tindakan konservasi yang diterapkan untuk menjaga tanah agar tetap terjaga dan berfungsi secara optimal.Pengelolaan dilakukan dengan cara penggunaan tabulasi dengan penglasifikasian

tiap-tiap variable penelitian seperti

morfologi, litologi, proses geomorfologi dan bentuk-bentuk konservasi yang telah ada. Untuk memberikan rekomendasi

praktek konservasi tanah di daerah menggunakan data petunjuk teknis stabilitasi lereng perbukitan kritis yang dikeluarkan oleh Proyek Pendukung Kawasan Perbukitan Kritis Daerah Istimewa Yogyakarta dengan modifikasi pada variabel morfologi dan tingkat erosi, disebabkan variabel tersebut

berhubungan langsung dengan

karakteristik atau lahan daerah penelitian Tabel 4. Rekomendasi konservasi tanah

No Morfologi Bentuklahan Erosi Bentuk Konservasi

Topografi Kemiringan 3 Berbukit-Bergunung 30-45 150-300 50-150 Teras Bangku

Teras Gulud

Sumber : Proyek Pendukung Kawasan Perbukitan Kritis (1993) dengan modifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Bentuklahan dan Satuan Lahan Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil interpretasi peta topografi Kabupaten Temanggung skala 1: 100.000, dan peta geologi Kabupaten Temangg skala 1: 100.000 serta hasil orientasi lapangan diperoleh bahwa daerah penelitian mempunyai bentuklahan asal vulkan. Bentuklahan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Satuan bentuklahan lereng bawah vulkan tertoreh berat berbatuan breksi, lahar, lava dan tuff (V3), Satuan

bentuklahan ini mempunyai relief

berbukit sampai bergunung dengan kemiringan lereng 15 - >40%. Material yang menyusun satuan bentuklahan ini adalah material vulkanik yang terdiri dari batuan breksi, lahar, lava dan tuff. Pada satuan bentuklahan ini, erosi yang terjadi adalah erosi lembar, erosi alur,

dan erosi parit. Sedangkan gerak massa yang terjadi berupa rock fall, longsoran, luncuran tanah dan jatuhan tanah (soil fall). Jenis tanah pada bentuklahan ini adalah tanah latosol coklat dan regosol coklat kelabu.

(10)

dan regosol coklat kekelabuan penggunaan lahan yang pada satuan

bentuklahan ini berupa tegalan, sawah

dan perkebunan.

Tabel 5. Satuan Lahan Daerah Penelitian Bentuklahan Kelas Lereng

(%)

Jenis Tanah Penggunaan Lahan No Satuan Lahan

Luas

Hektar (ha) Persentase (%)

Lereng Bawah Vulkan Tertoreh Sedang Berbatuan Breksi, Lahar, Lava, dan Tuff, Serta Pasir, lempung dan lanau (V2)

Sumber : Data Lapangan dan Perhitungan Software SIG (2013)

Karakteristik Geomorfologi di Daerah Penelitian

Karakteristik geomorfologi di wilayah Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung sangat bervariasi mulai dari kemiringan lereng yang terbesar di satuan lahan V3IIILCH yaitu 40% dan yang terendah sebesar 11% pada satuan lahan V2IIRCP. Erosi yang terjadi adalah erosi percik, lembar, alur dan parit yang terjadi pada sebagian besar satuan lahan.Proses pelapukan yang terjadi mulai dari pelapukan ringan terjadi pada satuan lahan V2IIRCP, V2IRCK, V2IRCP,

V2IRCSw, V2IRCT, V3IILCP,

V3IRCP, V3IIRCP, V3IRCT.

Pelapukan sedang terjadi pada satuan

lahan V2IIRCSw, V3IILCK,

V3IIRCSw dan pelapukan berat terdapat di satuan lahan V2IRCT,

VIIILCH, V3IIILCT, V3IILCT,

V3IIRCT. Litologi yang menyusun daerah penelitian adalah breksi, lahar, lava, dan tuff.

Persebaran Bentuk-Bentuk Erosi di Daerah Penelitian

(11)

V3IIILCH, V3IIILCT, V3IILCP. Lembar (sheet erosion), di daerah penelitian terdapat pada satuan lahan

V2IRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT,

V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IRCP, V3IRCT. Erosi Alur (riil erosion), di daerah penelitian terdapat pada satuan lahan V2IIRCP,

V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK,

V2IRCP. Erosi Parit (Gully erosion) di daerah penelitian terdapat pada satuan lahan V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCSw. Erosi Parit (Gully erosion) di daerah penelitian terdapat pada satuan lahan

V2IIRCT, V2IRCK,

V2IRCSw,V2IRCT, V3IIILCH,

V3IIILCT.

Tingkat Kerentanan Gerak Massa di Daerah Penelitian

Tingkat kerentanan gerak massa daerah penelitian dapat diketahui dengan mlakukan penilaian terhadap variabel yang mempengaruhi gerak massa pada setiap satuan lahan. Tedapat 9 parameter

yang digunakan untuk mengetahui

tingkat kerentanan gerak masssa

didaerah penelitian. Untuk mengetahui

kerentanan gerak massa didaerah

penelitian dilakukan dengan cara

pengharkatan pada masing-masing

satuan lahan dengan cara penjumlahan

harakat, kemudian dikelompokan

kedalam tingkat kerentanan gerak massa. Tabel 6. Analisis tehadap sembilan (9) parameter gerak Massa di setiap satuan lahan daerah

penelitian No Satuan

Lahan

Peng. lahan

Lereng (%)

Ked. Air Tanah

(cm)

Prmeabili tas (cm/jam)

Pelapuk an Batuan

(cm)

Solum Tanah (cm)

Tekstur Torehan Curah Hujan

1 V2IIRCP P 23 125 2,14 45 55 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3 2 V2IIRCSw Sw 21 125 2,14 45 57 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3 3 V2IIRCT T 25 75 2,14 150 95 Glh. Lempungan Kuat 1.744,3 4 V2IRCK K 14 125 2,14 45 60 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3 5 V2IRCP P 10 125 2,14 45 60 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3 6 V2IRCSw Sw 12 125 2,14 45 60 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3 7 V2IRCT T 13 125 2,14 45 60 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3

8 V3IIILCH H 45 275 3,57 150 95 Geluhan Kuat 1.744,3

9 V3IIILCT T 45 275 3,57 150 95 Geluhan Kuat 1.744,3

10 V3IILCP P 40 150 3,57 150 95 Geluhan Sedang 1.744,3

11 V3IILCT T 40 150 3,57 150 95 Geluhan Kuat 1.744,3

12 V3IIRCK K 35 150 2,14 150 95 Glh. Lempungan Sedang 1.744,3 13 V3IIRCP P 35 270 2,14 45 95 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3 14 V3IIRCSw Sw 35 150 2,14 75 90 Glh. Lempungan Kuat 1.744,3 15 V3IIRCT T 35 150 2,14 75 90 Glh. Lempungan Kuat 1.744,3 16 V3IIRCP P 14 150 2,14 75 90 Glh. Lempungan Sedang 1.744,3 17 V3IRCT T 12 275 2,14 45 60 Glh. Lempungan Ringan 1.744,3

(12)

Tabel 7. Hasil Pengharkatan setiap satuan lahan di daerah penelitian

No Satuan Lahan

Peng. Lahan

Lereng Ked. Air Tanah

Permea bilitas (cm/jam)

Lapukan Batuan

Solum Tanah

Tekstur Torehan Curah Hujan

Jmlh Keren Tanan

1 V2IIRCP 2 2 2 3 1 1 2 1 2 16 Sedang

2 V2IIRCSw 3 2 2 3 1 1 2 1 2 17 Sedang

3 V2IIRCT 3 2 3 3 3 3 2 3 2 24 Berat

4 V2IRCK 2 1 2 3 1 1 2 1 2 15 Ringan

5 V2IRCP 2 1 2 3 1 1 2 1 2 15 Ringan

6 V2IRCSw 3 1 2 3 1 1 2 1 2 16 Sedang

7 V2IRCT 3 1 2 3 1 1 2 1 2 16 Sedang

8 V3IIILCH 1 3 1 3 3 3 2 3 2 21 Sedang

9 V3IIILCT 3 3 1 3 3 3 2 3 2 23 Berat

10 V3IILCP 2 2 2 3 3 3 2 2 2 21 Sedang

11 V3IILCT 3 2 2 3 3 3 2 3 2 23 Berat

12 V3IIRCK 2 2 2 3 3 3 2 2 2 20 Sedang

13 V3IIRCP 2 2 1 3 1 1 2 1 2 15 Ringan

14 V3IIRCSw 3 2 2 3 2 2 2 3 2 21 Sedang

15 V3IIRCT 3 2 2 3 2 2 2 3 2 21 Sedang

16 V3IRCP 2 1 2 3 2 2 2 1 2 17 Ringan

17 V3IRCT 3 1 1 3 1 1 2 1 2 15 Ringan

Sumber : Penulis (2013)

Tingkat Kerentanan Gerak Massa klas I

Tingkat kerentanan gerak massa dapat diketahui dari hasil perhitungan harkat dari 9 parameter pada setiap satuan lahan. Tingkat kerentanan gerak massa ringan (Klas I) terdapat

pada satuan bentuklahan lereng

bawah vulkan tertoreh sedang (V2) yaitu pada satuan lahan V2IRCK, V2IRCP, dengan penggunaan lahan kebun campuran dan permukiman. Sedangkan pada satuan bentuklahan lereng bawah vulkan tertoreh berat

(V3) yaitu pada satuan lahan

V3IRCT, V3IRCP, V3IIRCP, dengan

penggunaan lahan tegalan dan

permukiman.

Tingkat Kerentanan Gerak Massa Klas II

Tingkat kerentanan gerak massa sedang (Klas II) di daerah penelitian terdapat pada satuan bentuklahan lereng bawah vulkan tertoreh sedang

(V2), yaitu pada satuan

lahanV2IIRCP, VIIRCSw,

V2IRCSw, V2IIRCT, dengan

penggunaan lahan permukiman,

sawah dan tegalan. Sedangkan pada satuan bentuklahan lereng bawah vulkan tertoreh berat (V3), terdapat

pada satuan lahan V3IIILCH,

V3IILCP, V3IIRCK, V3IIRCSw,

(13)

Tingkat Kerentanan Gerak Massa Klas III

Tingkat kerentanan gerak

massaberat (Klas III) di

daerahpenelitian terdapat pada satuan bentuklahan lereng bawah vulkan tertoreh sedang (V2) yaitu pada

satuan lahan V2IIRCT, dengan

penggunaan lahan permukiman,

sawah dan tegalan. Sedangkan pada satuan bentuklahan lereng bawah vulkan tertoreh berat (V3) terdapat

pada satuan lahan V3IIILCT,

V3IILCT, dengan penggunaan lahan berupa tegalan. Tingkat kerentanan gerak massa di daerah penelitian

disajikan dalam bentuk peta

kerentanan gerak massa Skala 1 : 50.000. Tipe gerak massa yang terjadi didaerah penelitian adalah tipe longsoran (slide), Tipe rock fall Tipe jatuhan tanah (soil fall), dan tipe

debris fall.

Distribusi Bentuk-Bentuk Konservasi dan Rekomendasi Konservasi

Tabel 8.Distribusi bentuk-bentuk konservasi pada satuan lahan daerah penelitian NO Satuan

Aliran Tipe Gerak Massa

Metode Konservasi

Musiman Pepaya,Pisang, Jagung, Padi, Tembakau, Cabai

3 V2IIRCT 25 55 Sedang Jatuhan Tanah (Soil Fall)

Teras Bangku Musiman Tembakau, Pisang, Ketela Pohon, Jagung, Cabai, Kacang Tanah 4 V2IRCK 14 32 Sedang Debris Falls Teras Bangku Musiman

Tahunan

Ketela, cabai, bambu, Kopi, Akasia, Mahoni

Ketela Pohon, Tembakau, Pisang, Padi, Cabai, Mahoni, Trembesi, Waru, Suren

Tembakau, Pisang, Ketela Pohon, Jagung, Cabai, Kacang Tanah 10 V3IILCP 40 4 Jarang Longsoran (Slide) Teras Bangku

Pisang, Ketela Pohon, Pepaya, jagung, Cabai, mahoni, Akasia, waru, Suren

12 V3IIRCK 35 20 Rapat Longsoran (Slide) Teras Gulud Musiman Tahunan

Jagung, Ketela Pohon, Sengon, Mahoni Pohon, kacang Tanah, Padi, Cabai, Sengon

Musiman Tembakau, Jagung, Ketela Pohon, Pepaya, Pisang, Kacang

(14)

Tabel 9. Alternatif Konservasi Tanah Menurut Proyek Pendukung Kawasan Perbukitan Kritis DIY

No Satuan Lahan

Kmrngan Lrng (%)

Metode Konservasi Saat ini Jenis Tanaman Saat ini Alternatif Konservasi Jenis Tanaman

Mekanik Vegetatif Mekanik Vegetatif

1 V2IIRCP 23 Teras Bangku Kontruksi Baik

Musiman Tahunan

Campuran Teras Bangku Teras gulud

Musiman 25% Tahunan 75 %

Kacang tanah, Ketela Pohon, Pisang, Papaya, Jati, Mahoni, Nangka, Kelapa, Trembesi, Akasia 2 V2IIRCSw 21 Teras Bangku

Kacang Tanah, Padi, Ketela Pohon, Pisang, Pepaya, Nangka, Trembesi, Akasia

3 V2IIRCT 25 Teras Gulud Musiman Pisang, Ketela Pohon, Jagung, Tembakau, Cabai, Kacang Tanah

Teras Bangku

Tahunan Mahoni, Akasia, Suren, Trembesi, Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 25% Tahunan 75%

Kacang Tanah, Ketela Pohon, Jati, Mahoni, Nangka, Mahoni, Akasia, Trembesi, Kopi

5 V2IRCP 10 Teras Bangku Kontruksi Baik

Musiman Tahunan

Campuran Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 25% Tahunan 75%

Kacang Tanah, Ketela Pohon, Jati, Mahoni, Nangka, Trembesi, Akasia Pisang, Cabai, Trembesi, Mahoni

Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 75% Tahunan 25%

Kacang Tanah, Padi, Ketela Pohon, Jagung, Padi, Tembakau, Cabai, Jati, Sengon, Mahoni

7 V2IRCT 13 Teras Bangku Kontruksi Baik

Musiman Tahunan

Pisang, Ketela Pohon, Pepaya, Mahoni, Jagung, Cabai, Akasia

Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 50% Tahunan 50%

Jagung, Tembakau, Kacang, Cabai,Jati, Pinus, Trembesi

8 V3IIILCH 45 Teras Gulud Tahunan Pinus, Mahoni, Akasia, Waru, Suren Teras Bangku Teras Gulud

Tahunan100 % Jati, Sengon, Mahoni, Mete, Kelapa, Nangka, Pinus

9 V3IIILCT 45 Teras Bangku Kontruksi Baik

Musiman Tahunan

Ketela Pohon, Tembakau, Pepaya, jagung, Cabai, Mahoni, Akasia

Teras Bangku

Campuran Teras Bangku Teras Gulud Pepaya, cabai, Mahoni, Waru, suren

Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 50% Tahunan 50%

Kacang Tanah Ketela Pohon, Jati, Sengon, Kelapa

12 V3IIRCK 35 Teras Gulud Musiman

Kacang Tanah, Ketela pohon, Jati, Sengon, Kelapa, Kopi

13 V3IIRCP 35 Teras Bangku Kontruksi Baik

Musiman Tahunan

Campuran Teras Bangku

Teras Gulud

Musiman 25% Tahunan 75%

Kacang Tanah, Ketela Pohon, Jati, Sengon, Kelapa

14 V3IIRCSw 35 Teras Bangku Tak Sempurna

Musiman Tahunan

Jagung, Tembakau, Keela Pohon, Kacang Tanah, Padi, Cabai, Sengon

Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 75% Tahunan 25%

Pisang, Kacang, Ketela Pohon, Pepaya, jati,

15 V3IIRCT 35 Teras Gulud Musiman Tahunan

Tembakau, jagung, Ketela Pohon, Waru

Campuran Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 25% Tahunan 75%

Ketela Pohon,Kacang Tanah, Jati, Sengon, Kelapa

17 V3IRCT 12 Teras Bangku Konstruksi Baik

Musiman Tahunan

Tembakau, Jagung, Ketela Pohon, Pepaya, Pisang, Kacang Tanah

Teras Bangku Teras Gulud

Musiman 50% Tahunan 50%

Kacang Tanah, Tembakau, ketela Pohon, Jati

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Karakteristik geomorfologi di

wilayah Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung sangat bervariasi mulai dari kemiringan lereng yang terbesar di satuan lahan V3IIILCH yaitu 40% dan yang terendah sebesar 10% pada satuan lahan V2IIRCP. Erosi yang terjadi adalah erosi percik, lembar, alur dan parit yang terjadi pada sebagian besar satuan lahan. Proses pelapukan yang terjadi mulai dari pelapukan ringan terjadi pada satuan

lahan V2IIRCP, V2IRCK, V2IRCP,

V2IRCSw, V2IRCT, V3IILCP, V3IRCP, V3IIRCP, V3IRCT. Pelapukan sedang terjadi pada satuan lahan V2IIRCSw, V3IILCK, V3IIRCSw dan pelapukan berat terdapat di satuan lahan V2IRCT, VIIILCH, V3IIILCT, V3IILCT, V3IIRCT. Litologi yang menyusun daerah penelitian adalah breksi, lahar, lava, dan tuff.

2. Persebaran bentuk erosi yang terjadi di daerah penelitian berupa erosi percik, erosi lembar, erosi alur hingga erosi parit. Erosi percik terdapat pada

setiap satuan lahan di daerah

pnelitian. Erosi percik dan lembar terdapat pada satuan lahan V2IRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IILCP, V3IILCT, Erosi percik, erosi lembar dan erosi alur terdapat pada satuan lahan V2IIRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCSw, V2IRCT,

V3IIILCH, V3IIILCT,

V3IICSw,V2IRCT, VIIILCH, V3IIILCT, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT. Sedangkan erosi percik, erosi lembar, erosi alur dan erosi parit

di daerah penelitian terdapat pada

satuan lahan V2IIRCT, V2IRCK,

V2IRCSw, V2IRCT, V3IIILCH, V3IIILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT. Tingkat kerentanan gerak massa didaerah penelitian bervariasi yaitu mulai dari tingkat kerentanan

ringan hingga berat. Tingkat

kerentanan gerak massa ringan (Klas I) terdapat pada satuan lahan V2IRCK, V2IRCP, V3IRCT, V3IRCP, V3IIRCP, dengan penggunaan lahan kebun campuran, tegalan dan permukiman. Tingkat kerentanan gerak massa sedang (Klas II) terdapat pada satuan

lahan lahan V2IIRCP, VIIRCSw,

V2IRCSw, V2IIRCT, V3IIILCH, V3IILCP, V3IIRCK, V3IIRCSw, V3IIRCT, dengan

penggunaan lahan berupa

permukiman, sawah, hutan, kebun

campuran, tegalan. Tingkat

kerentanan gerak massa berat (Klas III) terdapat pada satuan lahan V2IIRCT, V3IIILCT, V3IILCT, dengan penggunaan lahan tegalan. Gerak

massa yang terjadi di daerah

penelitian disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada lereng yang curam tidak terdapat tanaman yang lebat sehingga tanah mudah tererosi, Di samping itu faktor-faktor diluar

geologi yang mempengaruhi

timbulnya gerakan massa adalah akivitas manusia, curah hujan (iklim), sifat tanah, proses geomorfologi yang sedang berlangsung.

3. Agihan bentuk konservasi tanah dari

berbagai konservasi tanah yang

terdapat di setiap satuan lahan tidak

selalu sesuai dengan setandar

(16)

metode maupun bentuk konservasi yang diterapkan di daerah penelitian. Konservasi tanah yang sudah baik dan sesuai dengan standar konservasi terdapat pada satuan lahan V2IIRCP, V2IIRCSw, V2IIRCT, V2IRCK, V2IRCP, V2IRCT, V3IIILCT, V3IILCP, V3IIRCP, V3IRCP, V3IRCT. Sedangakan metode konservasi tanah yang belum baik terdapat pada satuan lahan V2IRCSw, V3IIILCH, V3IILCT, V3IIRCK, V3IIRCSw dan V3IIRCT.

SARAN

1. Satuan lahan yang mempunyai bentuk konservasi yang kurang tepat perlu dilakukan pembenahan atau harus dilakukan upaya konservasi tanah yang lebih sempurna dari bentuk konservasi yang sudah yang dapat

diharapkan untuk mencegah

terjadinya erosi dan gerak massa

sehingga lahan tetap terjaga dan lestari.

2. Pada satuan lahan dengan tingkat

erosi dan kerentanan gerak

massaringan, penduduk setempat

sebaiknya tetap menjaga kelestarian

vegetasi yang dapat mencegah

terjadinya gerak massa serta perlu dilakukan perbaikan terhadap bentuk-bentuk pemanfaaatan lahan yang dapat memicu terjadinya gerak massa dan erosi.

3. Pengelolaan lahan pada daerah yang

mempunyai tingkat erosi dan

kerentanan gerak massayang tinggi harus selalu ditingkatkan, diantara usaha yang dapat dilakukan dengan

menanam tanaman tahunan dan

pengelolaan lahan dengan teras

bangku dengan konstruksi baik dan

teras gulud dengan

kombinasi-kombinasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Petunjuk Teknis Stabilisasi Lereng Perbukitan Kritis. Yogyakarta : Proyek Pendukung Kawasan Perbukitan Kritis.

Arsyad, Sitanala, 1989. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : Institut Pertanian : Bogor Press.

Darmawijaya, Isa, 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hardjono, Imam 1997. Geologi Umum. Buku Pegangan Kuliah. Surakarta : Fakultas Geografi UMS.

Karnawati, Dwikorita, 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah Di indonesia Dan Upaya Penanggulanganya. Yogyakarta Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM.

Priyono, dkk, 1995. Statistik Geografi. Surakarta : Fakultas Geografi UMS.

Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Van Zuidam, 1979. Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photograph. Netherland : ITC.

Verstapen, 1983. Applaid Geomorphology : Geomorphological Surveys For

Inveromental Development. Amsterdam : Elvisier.

(17)

Gambar : 1 Peta Kerentanan Gerak Massa Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Skala 1 : 50.000

Gambar

Tabel  4.  Rekomendasi konservasi tanah
Tabel  5. Satuan Lahan Daerah Penelitian
Tabel 6. Analisis tehadap sembilan (9) parameter gerak Massa di setiap satuan lahan daerah
Tabel 7. Hasil Pengharkatan setiap satuan lahan di daerah penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu mengembangkan seluruh potensi yang sudah dimiliki anak sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan

Kegiatan kedua bertujuan untuk mempelajari pewarisan karakter ketahanan cabai terhadap layu bakteri yang meliputi aksi gen, jumlah gen pengendali, nilai duga heritabilitas, dan

Here, the purpose of this study was to describe how to use pinch analysis for improving heat exchanger network design of a revamped chemical plant.. The

3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 03/Men/1999 Tentang syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang 4 Peraturan

These elements are theoretical, but practically it is a subject of the type of environmental monitoring in hand and depends on the organization providing the data,

Telkom Wilayah Timur Jateng Selatan Solo sangat menerapkan aktivitas Public Relations dalam Media Monitoring dengan sangat baik, mulai dari memonitoring media cetak yang

Hasil analisis destruksi basah menggunakan AAN pada daya rendah diperoleh uranium sebesar 0.21% dan torium sebesar 1.53%, daya sedang diperoleh uranium sebesar 0.21% dan

Nindya Reta Hermastuti, D1512057, PENGELOLAAN ARSIP DI KANTOR PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR, Tugas Akhir, Program Studi Manajemen Administrasi, Program Diploma III,