• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna mencapai gelar

Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

YULI SULISTYOWATI A 310 090 041

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 1 ABSTRAK

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE: TINJAUAN

PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Yuli Sulistyowati, A 310 090 041, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan unsur-unsur yang membangun novel MBDA karya Tere Liye, (2) mendiskripsikan aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA dengan tinjauan psikologi sastra, dan (3) memaparkan implementasi hasil penelitian novel MBDA karya Tere Liye sebagai bahan ajar di SMA. Hasil analisis struktural novel MBDA karya Tere Liye menunjukkan bahwa novel ini bertema arti sebuah kehidupan. Tokoh utama dalam novel ini adalah Melati, sedangkan tokoh pendamping dalam novel ini, antara lain Karang, Bunda HK, Tuan HK, Salamah, Ibu-ibu gendut, dan Kinasih. Alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alur maju (progresif). Hal itu terlihat dari jalan cerita yang runtut dari awal, tengah dan akhir. Latar tempat dalam penelitian ini terjadi di pelabuhan kota, perbukitan, teras, kamar, ruang makan dan di belakang kota. Latar waktu terjadi selama tiga tahun. Latar sosial dalam penelitian ini adalah kehidupan seorang anak kecil berusia enam tahun. Hasil analisis aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye meliputi 1) pribadi yang tidak lekas putus asa, 2) pribadi yang senang membaca, dan 3) pribadi yang berbicara singkat, tetapi mantap. Penelitian tentang aspek keribadian tokoh Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI. Dalam hal ini siswa dituntut mampu menganalisis unsur instriksik dan ekstriksik dalam novel.

(4)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 2 PENDAHULUAN

Karya sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan kemampuan dan

kekuatan imajinasinya, sehingga seorang pengarang mampu menciptakan

suatu karya sastra. Nurgiantoro (2007:54) menyatakan bahwa seringkali karya

sastra itu tercipta karena pengarang bermaksud untuk menanggapi, menyerap,

dan mentransformasikan karya sastra sebelumnya. Namun, karya sastra yang

telah tercipta tidak semata-mata merupakan hasil kesanggupan seorang

pengarang menciptakannya, tetapi karya sastra yang tercipta itu dapat juga

merupakan hasil meniru, menyerap, menanggapi, dan mentransformasikan

karya sastra sebelumnya.

Sebuah karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan

dan konteks penyajinya disusun secara terstruktur, menarik, serta

menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi

pengalaman dan pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam

bentuk representasi kehidupan. Mengkaji karya sastra dapat membantu kita

dalam mengungkap makna serta pesan yang disampaikan pengarang. Untuk

itu, diperlukan sebuah penelitian sastra. Penelitian merupakan suatu karya atau

tata kerja yang diterapkan dalam upaya memecahkan masalah secara hati-hati,

teliti dan mendalam berdasarkan bukti-bukti (Siswantoro, 2005:54).

Seperti penelitian lainnya, penelitian sastra harus dilakukan dengan

hati-hati, cermat dan objektif agar dapat menghasilkan penelitian yang berbobot.

Tujuannya adalah menemukan prinsip-prinsip baru yang belum ditemukan

(5)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 3 lain: 1) hipotesis atau asumsi tidak diperlukan sebab analisis bersifat deskripsi,

bukan generaralisasi, 2) populasi dan sempel tidak mutlak diperlukan, 3)

kerangka penelitian tidak bersifat tertutup, dan diskripsi pemahaman

berkembang terus, 4) objek yang sesungguhnya bukanlah bahasa, tetapi

wacana atau teks (Ratna, 2011:20). Penelitian sastra tidak akan berhasil jika

peneliti tidak memahami sastra. Salah satu cara untuk memahami karya sastra

adalah mengetahui makna-makna yang terkandung dalam karya sastra

tersebut, salah satunya dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra.

novel merupakan salah satu karya sastra yang di dalamnya memuat nilai

estetika, nilai pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Mahayana (2007:226)

mengatakan bahwa pengarang lewat karyanya mencoba mengungkapkan

fenomena kehidupan manusia, yaitu berbagai peristiwa dalam kehidupan ini.

Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut kemudian

mengungkapkanya dalam bentuk sarana fiksi menurut pandanganya. Hal ini

ditampilkan sastrawan Indonesia melalui karya-karyanya, seperti yang

terdapat pada novel MBDA karya Tere Liye. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam

Novel MBDA karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”.

Novel MBDA karya Tere Liye dipilih dalam penelitian ini karena sangat menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya, yakni

Karang yang mencoba bangkit dari perasaan bersalahnya dengan membimbing

(6)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 4 sebenarnya hampir kehilangan hidupnya setelah delapan belas anak didiknya

tewas dalam kecelakaan kapal. Perasaan bersalahnya hampir setiap hari

menghantuinya selama tiga tahun terakhir. Akan tetapi rasa cintanya terhadap

anak-anak membuat Karang terdorong untuk mengajari Melati menemukan

dunia yang baru.

Peneliti dengan tinjauan psikologi sastra pernah dilakukan oleh Nunung

Yunita Amalya (2011) melakukan penelitian untuk skripsinya yang berjudul

“Aspek Kepribadian Niyala dalam Novel Setetes Embun Cinta Niyala karya

Habiburrahman El Shirazy Tinjauan: Psikologi Sastra”, Ahmad Safi’I (2012)

melakukan penelitian yang berjudul “Aspek Kepribadian Tokoh Utama Alif Fikri dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”, dan Deviana

Evi Eryani (2012) juga melakukan penelitian yang berjudul “Aspek Kepribadian tokoh Dila dalam Novel Surat Buat Themis karya Mira W. Tinjauan Psikologi Sastra”.

Penelitian di atas mempunyai persamaan dan perbedaan. Ada beberapa

persamaanya yaitu sama-sama pengkaji aspek kepribadian tokoh, sedangkan

perbedaannya terdapat pada objek yang dikaji.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan unsur-unsur yang

membangun novel MBDA karya Tere Liye, (2) mendiskripsikan aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA dengan tinjauan psikologi

(7)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji novel MBDA karya Tere Liye adalah deskriptif kualitatif. Diskripsi kualitatif merupakan usaha

pemberian diskripsi atas fakta yang tergali atau terkumpul yang dilakukan

secara sistematis (Siswantoro, 2005:57). Strategi penelitian ini adalah strategi

studi terpancang dan studi kasus atau biasa disebut embedded dan case study

yang berfokus pada aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra.

Objek penelitian ini adalah aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel

MBDA karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika. Jakarta cetakan ke-14 tahun 2012. Data dalam penelitian ini berwujud kutipan kata, ungkapan dan

kalimat yang terdapat dalam novel MBDA karya Tere Liye. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber. Sumber data

tersebut terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah novel MBDA karya Tere Liye yang

diterbitkan oleh Republika. Jakarta cetakan ke-14 tahun 2012. Sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah artikel yang mempunyai relevansi untuk

memperkuat argumentasi di dalam kajian dan untuk melengkapi hasil

penelitian ini. Data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data

primer dalam sebuah penelitian berupa artikel-artikel di situs internet (on line)

yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu, Soraya Agustina, biografi

(8)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 6 2013 pukul 10.45 WIB dan Tanya biografi, biogfafi Tere Liye

(http://tanya-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html) di akses pada 10 juni 2013

pukul 10.45 WIB.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

kepustakaan, teknik simak dan catat. Teknik kepustakaan yaitu menggunakan

sumber-sumber tertulis untuk mencari data seperti catatan, buku, gambar,

data-data yang bukan data angka (Jabrohim, 2001:91). Teknik simak adalah

suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu

penggunaan bahasa. Teknik catat adalah teknik lanjutan, yaitu dengan

mencatat dan membaca teori yang diperlukan, mengutif langsung dan tidak

langsung dengan membuat refleksi, kemudian meringkas teori yang dicatat,

sehingga menjadi susunan yang harmonis (Mahsun, 2006:91). Teknik simak

dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan

penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer

sebagai sasaran peneliti yaitu yang berupa teks novel MBDA karya Tere Liye dalam memperoleh data yang diinginkan.

Teknik validasi data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara mengumpulkan data dengan berbagai teknik yang sesuai dan tepat

untuk menggali data dalam bagi penelitian. Ketepatan data tersebut tidak

hanya tergantung dari ketepatan memiliki sumber data dan teknik

pengumpulan datanya, akan tetapi juga diperlukan teknik pengambilan

validasi datanya. Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini

(9)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 7 trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi teori, dan triangulasi

peneliti. Berdasarkan empat teknik trianggulasi ini, teknik validasi data yang

digunakan dalam penelititian ini adalah trianggulasi data. Trianggulasi ini

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif lebih dari satu data

dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Pembahasan Tentang Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye

Penelitian ini membahasa tentang aspek kepribadian tokoh Karang

dalam novel MBDA karya Tere Liye.

1. Pribadi yang Tidak Lekas Putus Asa

Tidak lekas putus asa berarti tidak mengenal menyerah atau pantang

menyerah dalam menghadapi masalah apa pun. Dalam novel MBDA, Karang merupakan seseorang yang semula sangat menyesal dengan tragedi kecelakaan

kapal yang menewaskan delapan anak-anak didiknya yang sangat disayang

tidak lekas putus asa dan mencoba bangkit dari masa lalunya yang

menyedihkan. Hal itu dapat terlihat dalam kutipan berikut.

Penghuninya seperti tidak peduli. Juga tidak peduli dengan berisiknya siaran langsung di gang sempit di bawah. Ia tidur dengan tarikan nafas berat. Bau alkohol tercium pekat dari mulut. Pemuda berumur dua puluh tujuh tahun itu tidur dengan sepatu masih di kaki. Baru pulang shubuh tadi. Terlalu lelah. Terlalu penat. Terlalu sesak. Terlalu….

(10)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 8 apa yang kurasakan? Kau tahu, setiap detik aku seperti bisa menyaksikannya kembali semuanya…. Teriakan mereka! Wajah-wajah ketakutan mereka! Ya Tuhan! Bahkan jemari tangan mereka yang beku. Bibir-bibir mereka yang biru… tubuh-tubuh dingin menambang… delapan belas__” (Tere, 2012:28).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Karang merupakan pemuda

berumur dua puluh tujuh tahun yang mengalami trauma, karena kecelakaan

kapal yang menewaskan delapan belas anak didiknya. Karang berubah menjadi

seorang pemabuk, kasar, dan tidak terurus.

Karang, pemuda di atas ranjang tua menyengit dalam tidurnya. Terganggu. Tangannya menggibas-gibas jengkel. Benda itu masih berputar di depan wajahnya. Semakin diusir semakin berani. Mendesis mangkal. Karang Terbangun. Mata merahnya terbuka. Mimpi itu terputus. Menyumpah-nyumpah, meski kali ini bangunnya tidak disertai terjatuh dari ranjang dan kepalanya juga tidak terbentur kayu jati (Tere, 2012:30).

Tiga tahun melesat tanpa terasa. Tiga tahun yang berat baginya. Karena bagaimanalah ia harus menjadi saksi kehidupan menyedihkan anak-asuhnya yang dulu amat dibanggakan. Ribet menjawab pertanyaan tetangga sekitar, yang nomor satu soal menggosip. Tak lelah membujuk Karang, bercerita tentang semangat hidup, mengenang kejadian indah saat masa kanak-kanak mereka dulu. Percuma! Karang semakin tak bisa dikendalikan. Bagaimana ia akan bisa? Kalau ia yang berusaha membantunya sudah sesak duluan melihatnya.

Malam ini, lagi-lagi ia tidak bisa mencegahnya pergi menghabiskan waktu dengan kesia-siaan. Esok mungkin juga tidak. Bahkan, mungkin tidak akan pernah bisa.... kesedihan kejadian tiga tahun lalu itu terlalu menyakitkan. Terlalu! (Tere, 2012:43-44).

Dari kutipan di atas, Ibu-ibu gendut berusaha untuk menghibur Karang,

tetapi Ibu-ibu gendut tidak bisa melakukannya karena kejadian tiga tahun lalu itu

terlalu menyedihkan dan menyakitkan buat Karang.

Karang mencoba bangkit dari masa lalunya yang menyedihkkan dengan

mengajari Melati walaupun pada awalnya ia tidak ingin membantunya.

(11)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 9 Sedetik yang lalu aku sudah memutuskan membantu anak Anda (Tere, 2012:104).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa awalnya Karang tidak tertarik untuk

membantu Melati, tetapi setelah melihat keadaan Melati akhirnya Karang

memutuskan untuk membantunya.

Malam ini Karang ingin bisa mengenang semuanya dengan rileks. Mengenang kembali tubuh-tubuh dingin membeku itu dengan utuh. Tubuh-tubuh yang mengambang di buasnya lautan. Delapan belas jumplahnya!

Mengenang wajah Qintan yang menatapnya redup sebelum pergi. Karang mengusap ujung-ujung matanya. Lihatlah, untuk pertama kalinya ia bisa bersedih dan lega atas kenangan masa lalu itu. Menangis dengan air mata…. (Tere, 2012:229).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Karang mulai bisa menerima

kenyataan dan berdamai dengan masa lalunya yang menyedihkan.

Beberapa kutipan di atas menunjukan bahwa Karang merupakan pribadi

yang tidak lekas putus asa. Kepribadiannya itu mampu membuatnya bangkit dari

masa lalunya yang menyedihkan dan mengatasi masalah yang dihadapinya.

2. Pribadi yang Senang Membaca

Karang adalah seorang pemuda biasa yang memiliki jiwa sosial yang luar

biasa kepada anak-anak. Karang mampu ikut merasakan perasaan anak-anak

yang berdiri di depannnya. Ia dengan mudah dapat mendekati anak-anak dan

juga mudah menarik perhatian anak-anak dengan kepandaiannya dalam

bercerita. Karena kecintaannya terhadap anak-anak dan juga kepandaiannya

dalam hal bercerita, ia telah mendirikan belasan Taman Bacaan untuk

anak-anak di berbagai kawasan di sekitar Ibu Kota. Hal ini dapat terlihat dalam

kutipan berikut.

(12)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 10 mereka. Lebih dari itu, karena janji kehidupan yang lebih baik tergenggam dalam tangan-tangan mungil mereka (Tere, 2012:42).

Kesukaannya membaca buku, membuat Karang membangun belasan

taman bacaan untuk anak-anak. Hal lini dapat terlihat dalam kutipan berikut.

Menukarnya demi anak-anak. Membangun belasan taman bacaan, mengajarkan anak-anak sejak kecil betapa indah berbagi, betapa indah merasa cukup, betapa indah berkerja keras kemudian bersyukur atas apa pun hasilnya. Ya Tuhan, ia pernah mengenal perasaan ini. dulu ia tidak mengerti, ketika kuasa langit menukar seluruh janji jual beli itu dengan kekuatan itu. Jual beli menguntungkan! (Tere,2012:116).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Karang mendiri belasan taman

bacaan untuk anak didiknya.

Karang ini mendongeng. Persis seperti yang dilakukannya di Taman Bacaan Anak-anak dulu. “Kak Karang! Kak Karang! Mendongeng. Mendongeng buat Qintan__” Qintan menggelayut di lengannya. Wajahnya membujuk penuh harap. Nyengir lebar. “Dongeng apa?” Karang tertawa menatap wajah imut Qintan. “Ehm…E, e, dongeng apa, ya?” Qintan mengaruk-garuk rambutnya, berpikir sok dewasa. Lantas sekejap menyebut sebuah benda.

Karang pendongeng yang baik. Baginya bercerita hanyalah proses sederhana. Dia membuat cerita apa saja dari sepotong benda. Memberikan plot dan karakter menarik, juga konteks pelajaran bagi anak-anak. Anak-anak di Taman Bacaan tahu itu. Mereka tinggal menyebut sepotong benda, maka Kak Karang akan membuat sebuah cerita yang indah (Tere,2012:194).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Karang merupakan pendongeng yang

baik. Dari sepotong benda Karang bisa menjadikannya sebuah cerita yang indah

yang membuat anak-anak antusias mendengarkan ceritanya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas terlihat bahwa Karang sebagai

pribadi yang suka membaca. Sebagai pribadi yang suka membaca, Karang

(13)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 11 3. Pribadi yang Berbicara Singkat, tetapi Mantap

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Suharso, 2012), berbicara singkat tetapi mantap adalah perkataan yang ringkas atau pendek tetapi memiliki arti yang

menguatkan dalam perkataan tersebut. Karang merupakan sosok pemuda yang

tidak banyak berbicara. Perkataannya yang singkat tersebut mengandung arti bila

diucapkan. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.

Karang tertawa. Getir. Tertunduk, Ya! Aku mencintai anak-anak lebih dari siapa pun. Kata bijak itu benar sekali, terlalu mencintai seseorang justru akan membunuhnya (Tere, 2012:72).

Kutipan di atas menunjukan bahwa Karang seorang yang tegas. Kata-kata

yang diucapkan sangat menusuk hati yang mendengarnya.

Gerakan tangan Karang membuka pintu terhenti, menoleh tersinggung, menatap amat tajam ke ibu-ibu gendut, mendesis, “Omong kosong! Jangan ajari aku soal kesempatan, Ibu…. Jangan pernah ajari aku tentang penyesalan! Jangan sekali-kali!” (Tere, 2012:90).

Kutipan di atas menunjukan bahwa Karang tidak menyukai perkataan

Ibu-ibu gendut yang mengajarkannya tentang kesempatan dan penyesalan.

Salamah menganguk. Menyeka ingusnya. Menatap wajah Karang yang masih menatap kosong. Untuk pertama kalinya demi melihat wajah Karang, Salamah bersimpati kepadanya__ Ia suka dengan kalimat Karang tentang makna kesempatan tadi. Kesempatan melempar bola mengenai anak tangga pualam! Itu bisa dibilang 100% pasti kena (Tere, 2012:174).

Kutipan di atas, menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya Salamah

bersimpati kepada Karang. Salamah menyukai perkataan Karang mengenai

makna sebuah kesempatan yang ada.

“Maafkan aku, Salamah. Melati mustahil sembuh, itu kenyataan. Menyakitkan memang.” Karang berkata pelan, “Tetapi ia tetap akan bisa melihat meski tanpa mata, Salamah. Ia akan tetap bisa mendengar meski tanpa telinga. Ia bahkan bisa melakukan hal-hal hebat yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh kita. Yakinlah! Itu pasti akan terjadi.”

(14)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 12 Salamah menelan ludah, “Maksud Pak Guru, sama… sama seperti kita melempar bola ke dinding itu?”

Karang mengangguk, tersenyum. Ya! Kesempatannya masih amat besar. Salamah ikut tersenyum lebar. Mengangguk yakin. Karang melanjutkan langkahnya. Kali ini tanpa interupsi (Tere, 2012:261). Kutipan di atas menunjukkan bahwa perkataan Karang yang pelan, tetapi

bertenaga menusuk hati Salamah. Perkataannya menyakitkan, tetapi mengandung

arti yang besar, membuat orang yang mendengarnya tersentuh hatinya.

Dari beberapa kutipan di atas dapat dilihat bahwa Karang sebagai pribadi

yang berkata singkat, tetapi mantap. Sebagai pribadi yang berkata singkat, tetapi

mantap Karang mampu menyentuh hati seseorang dengan perkataanya walaupun

terkadang terdengar menyakitkan, tetapi penuh janji dan semangat.

Berdasarkan analisis kepribadian Karang dengan menggunakan teori

Heymans di atas, dapat diambil simpulan bahwa Karang memiliki kepribadian

tipe flegmenticity (orang tenang) yang meliputi 1) pribadi yang tidak lekas putus asa, 2) senang membaca, dan 3) berbicara singkat, tetapi mantap. Dalam hal

berpikir selalu berdasarkan pengalaman sehari-hari dan kepribadiannya yang kuat.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, aspek kepribadian

tokoh Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye ini dapat diimplikasikan dalam pembejaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA kelas XI semester I dengan

standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan

pembacaan kutipan/sinopsis novel MBDA karya Tere Liye dan kompetensi dasar, standart kompetensi, dan kompetensi dasar menerangkan sifat-sifat tokoh dari

kutipan novel MBDA karya Tere Liye yang dibacakan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan tersebut sesuai dengan penelitian ini, yaitu

menganalisis struktur novel yaitu sifat tokoh yang dapat dijadikan contoh dan

(15)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 13 Simpulan

Penelitian tentang aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI didasarkan

pada Standar Kompetensi (SK). Membaca 7. Memahami berbagai hikayat,

novel Indonesia atau novel terjemahan Kompetensi Dasar (KD): 7.2

Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

Dalam hai ini peserta didik dituntun dapat menganalisis unsur instriksik dan

(16)

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS 14 Daftar Pustaka

Ahmad Safi’I . 2012. Aspek Kepribadian Tokoh Utama Alif Fikri dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan ajar Sastra Di SMA. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Deviana Evi Eryani. 2012. Aspek Kepribadian tokoh Dila dalam Novel Surat Buat Themis karya Mira W. Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jabrohim (ed). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Liye, Tere. 2012. Moga Bunda Disayang Allah. Jakarta: Republika.

Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Press.

Nunung Yunita Amalya. 2011. Aspek kepribadian Niyala dalam Novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kuta. 2011. Teori dan Metode Teknik Penelitian Sastra, Cetakan kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologi. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Suharso dan Ana Retnoningsih.2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:Widya Karya

http://saffpop.wordpress.com/tere-liye/ . diakses 10 Juni 2013 pukul 10.45 WIB.

http://tanya-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html. diakses 10 Juni 2013 pukul 10.50 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

The author tries to formulate the Indonesian broadcasting system based on the three indicators developed by Hallin & Mancini (2004 & 2012): First, political

Vegetasi berdasrkan diagram batang presentase dari 100 responden yaitu menunjukan skala likert dengan nilai baik. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan yang dilakukan

Salah satu solusi yang diberikan adalah dengan membuat suatu sistem yang efektif dan efisien untuk monitoring atau mendeteksi kecepatan angin yang mampu

Kualitas kehidupan kerja meliputi kesempatan pada karyawan untuk berkembang menggunakan keterampilan dan pekerjaan yang menantang, adanya hubungan kerja yang baik,

hubungan antara masa kerja dengan risiko terjadinya Nyeri Punggung. Bawah pada karyawan

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data profil minat siswa SMA Kelas XII Kecamatan Sukasari Kota Bandung terhadap program Studi S1 PGPAUD FIP UPI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan.. © Rini Hariyani 2015 Universitas

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian eksperimen kuasi. Metode penelitian eksperimen kuasi dipilih untuk menguji efektivitas penerapan