• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Banaran, Delanggu, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Banaran, Delanggu, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI

METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B

TK PERTIWI BANARAN, DELANGGU, KLATEN

TAHUN AJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna mencapai derajat

Sarjana S-1

Pendidikan Anak Usia Dini

SRI SUKASMI

A53B090193

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

PERIISTUJUAfi

tIFAYA TViEHIHCI(ATKAI\T

KEIViAMPUAI{

BENBAHASA

MELAHN METODE

BERI.fAIN

PER4}.I

AT.IAK

KEICIMPOK

B

DI TK PERTIWI

BANhRAN, DELAI{GGU,

I(AB. KLATEH

TAHT'N

PELAJARAITI

2012{;613

N€skthRftH.asilhiah

Dipeniaplm &n disusun

slch :

gRJS{JKASMI

NIM :4.538@0193

(3)

ABSTRAKS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI

METODE BERMAIN PERAN ANAK KELOMPOK B

TK PERTIWI BANARAN, DELANGGU, KLATEN

TAHIIN AJARAN 2OI2 /2At3

SRI SUKASIvII,

NIIU. A538090193

Junrsan

Pedidftm Anak Usia Dini Fahlhs

Kegrmel danllmu Pendidikal

Unive,rsius

Muhsnmadiyah

$ml€rta2014

ttalanal

Pembel4irat

dfngm rnffi berrniat

pem tenryma

harya men$asilkm 4T/o wvk

yutg manpu berbahasa

dengm baik Padahal

lrrydr gunr adalah

8Vo dai jmlah mak

ymrg

nmrsr melaksmakrr

pmbd4irar beftahasa

ergar bailc

Tqium plitiar

tirdakan

ke|m ini daldr ufrrk menir4fudmn

bahasa

anak melahri

nrctode

bemilan

perar @ mak TK Pertiwi Bmar@, Dela€gu, Kahrydgl

Kldentahn$uw20l2f20l3

Penelititm

tirdal@ ldas ini

seting TK Pstiwi Bmrar, Dela€gu,

Klden Dda t€rilarry

plilalo gunr perilaku

sisvr4 dan siumsi

kelas dihrnprilm de6gal

(Mode ohenfrasi,

sedatgkm

dM, tratfrlgkemrnpan bahasa

Oamglkar

fu€m metode

penuga$arl

Analisis

de d€ngm

t€lnft analisis

kritis uUrk proses

dm tchnik

ffialisis kmpm*if utrk kenraryurn berbatrasa

dilameultcarn

dengm metode

bemain

pertrr

fesirplat hsil parclitiar ini adalah

batnm

penggmam

mef& bernian

perm daa

meningld<m kemarym bahasa

pada mak di TK Pefiiwi Bmtrtrt Ddntgu, Klderr

Adryn lmd<ah-htgkah

pmgrmaflr metode

bennainperm

ymg beftasil sebagai

benf$

(a) menyiSrar mdia s*ehrn ruak memaskli rua€aq (b) meqielaskar

tfdebih dahulu

kElidm 1mg al<an AiUn*au (c) meqielaslffi mdia yarg alwr dgwakil, (d)

wtdrunisitat suffia

ydlg nrnyenmglm dm men$ed vaimi kEgiffit }arg pern4iarg

(e) benniar peral )mg ditxdukl@ oleh gunl (0 menrgagrar

mak secraindivierdmgilr

lonbtr k€rja

analt (g) nunbed mdir"mi an* yq bdun rnanrpr

I(aolanri:

fulwa,rct&funruinry&t

(4)

-a_""

-E

PENDAIIT]L{'AN

Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkanbangan yang

paling pesat, baik fisik maupun mental (suyanto, 2005 : 5). Maka tepatlah bila

dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi rnernpelajari banyak hal dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah

Tarnan Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) rnenurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 b€rfokus pada peletakan dasar-dasar pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya clpta sesuai dengan pe,rtumbuhan dan perkanbangan anak (Megawangi, 2005 : 82). Maka sebaiknya

Ferididikan Taman Kanak-Kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap

saj4 kmena kdudukannya sarna penting dengan pendidikan yang dibaikan jauh 'diafasnya.

Pentingnya mengenyam pendidikan TK juga ditunjukkan melalui hasil

penelitian terhadap anak-anak dari golongan ekonomi lernah yang diketahui kurang rnernperoleh rangsangan rnental selama rnasa prasekolah, temyata pendidikan selama 10 tahun berikutnya tidak rnernberi basil yang memuaskan (Adiningsih,200r : 28). Beberapa tahun belakangan iri p*, banyak sekolah dasar, terutama sekolah dasar favorit yang mernberikan beberapa persyaratan

masuk pada calon siswanya. sekolah ini mengadakan tes psikologi dan mensyaratkan anak zudah harus bisaberbahasa (Andriani, 2005 : 1).

Dampaknya, orang tua pun meyakini bahwa sebelum masuk sekolah dasar putra-putrinya harus menguasai ketrampilan tertentu. Akhirnya mereka ffierasa pendidikan TK merupakan suatu prasyarat masuk sekolah dasar. Di satu sisi, berbahasa bukanlah tujuan yang sebenamya dari penyelenggaraan

pendidikan TK, namun di sisi lain hal ini justru menarnbah daftar alasan rnengapa betrajar berbahasa sejak TK itu penting. Corak pendidikan diberikan

di TK menekankan pada esensi pengenalan huruf hidup bagi anak-anak, dengan mernberikan metode yang sebagian besar menggunakan sistem pengenalan huruf hidup sambil belajar. Materi yang diberikan pun bervariasi,

(5)

berhitung, berbahasa, dan menulis (Suyanto, 2005 :7). Mempersiapkan anak

untuk belajar di usia ini diharapkan dapat mernberi hasil yang baik, karena

menurut Montessori (dalam Hainstock, 2002 : 103) di usia 3,5 - 4,5 tahun

anak lebih mudah belajar rnenulis dan di usia 4-5 tahun anak lebih mudah

berbahasa dan mengerti angka. Doman (2005 : 13) juga mendukung

pernyataan ini, karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar berbahasa

kira-kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka

belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Maka dapat

disimpulkbn bahwa pengajaran berbahasa (baik itu sebatas pengenalan huruf

atau suku kata) sejak usia Taman Kanak - kanak atau bahkan sejak usia 3

tahun bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang

terpenting adalah pengernasan materi serta rnetode yang digunakan.

Berbahasa rnerupakan sarana yang tepat untuk rnempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (lfe long learning). Mengajarkan berbahasa

pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi

teknik bagaimana cara mengekplorasi "dunia" manapun yang dia pilih dan

rnemberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman,

l99l : 265). Pada tahun 1994, Neil Harvey, Ph.D. dalam bukunya "Kids Wo

Start Ahead, Stay Ahead" melaporkan apa yang terjadi pad,a 314 anak usia

prasekolah (0 - 4 tahun) yang telah diajarkan berbahasa, matematika,

kegiatan fisik, aktivitas sosial, dan berbagai pengetahuan umum lainnya.

Hampir 35% darr anak - anak ini, di sekolah dikategorikan sebagai anak

berbakat yang ungguX dengan sangat meyakinkan dalam berbagai bidang

(Doman, 2005 : 51). Penelitian di Negara maju pun rnenunjukkan sebaliknya,

bahwa lebih dari trO% rnurid sekolah mengalami kesulitan berbahasa, yang

kemudian menjadi penyebab utama kegagalan di sekolah (Yusuf, 2003 : 69).

Melihat dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan pengajaran berbahasa,

dirasakan bahwa kemampuan berbahasa perlu dirangsang sejak dini. Namun,

berbahasa bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat

berbagai faktor yang mernpengaruhi keberhasilan anak dalam berbahasa.

(6)

lingkungan, materi pelajaran, serta pelajaran (Sugiarto, 2002). Faktor - faktor

tersebut terkait dengan jalannya proses belajar berbahasa, dan jika kurang

diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan berbahasa pada

anak. Di TK Pertiwi Banaran Delanggu anak-anak di kelompok B seharusnya

sudah bisa berbahasa suku kata baik dengan lambang atau menyebut benda

langsung tanpa ada lambangnya, sehingga anak-anak dikelompok B itu harus

sudah bisa berbahasa lancar dengan penggabungan huruf hidup a,i,u,e,o tanpa

harus menirukan guru.

Namun kenyataannya yang ada dilapangan yang dijumpai oleh

peneliti anak-anak di kelompok B pada TK Pertiwi Banaran Delanggu masih

belum bisa untuk berbahasa baik dirangsang dengan gambar maupun tidak

dengan gambar, dan masih harus dituntun atau dengan menirukan ucapan

guru, jadi kernampuan berbahasa awal pada TK Pertiwi Banaran Delanggu

rnasih jauh dari harapan peneliti.

Dengan metode bermain peran, yang kernudian dirangkai rnenjadi

suku kata maka anak diharapkan dapat berbahasa dalam usia relatif muda dari

kata yang mudah hingga kata yang sulit. Berdasarkan pengalaman

mempraktekkannya dengan metode ini, anak-anak usia 4 tahun mampu

rnenyelesiakan metode ini dalam beberapa bulan dengan cara pemberian

materi secara rutin meskipun sebentar atau beberapa menit saja, dan metode

ini tidak memerlukan banyak waktu karena semakin banyak waktu

dikhawatirkan membosankan. Berdasarkan uraian diatas, metode bermain

peran sudah banyak digunakan dikalangan Taman Kanak-Kanak dan metode

ini memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki dan mempercepat proses

belajar berbahasa. Maka peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan

berbahasa melalui metode bermain peran jika diterapkan pada anak-anak

sekolah formal sekaligus memberi anak-anak ini kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan berbahasanya secara optimal sesuai minat dan

usianya.

Berdasarkan masalah diatas permasalahan, identifikasi masalah

(7)

(2.) Pembelajaran berbahasa merupakan pembelajaran yang penting dalam

mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi. (3.)

Masih banyak anak yang belum bisa berbahasa sehingga pembelajaran

terganggu. Supaya tidak terjadi pemahaman yang keliru dalam penelitian ini

maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : (1.)Berbahasa

dibatasi dalam hal mengenal huruf abjad a-z yang digabung dengan huruf

vokal (2.) Media bermain peran dibatasi pada bermain peran sehingga anak

dapat dengan mudah mengingat huruf yang dipelajarinya.

Uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah penerapan model pembelajaran dengan metode bermain bermain

peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada TK Pertiwi Banaran

Delanggu Tahun Pelajaran 2012 I 2013 ?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian

sebagai berikut : Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui metode

bermain bermain peran pada TK Pertiwi Banaran Delanggu Tahun Pelajaran

2 0 1 2 I 2 0 1 3 .

Peneliti berharap tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi

temen-teman guru lainnya dan masyarakat pada umumnya di antaranyan: (a.)

Diperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran berbahasa melalui metode

bermain bermain peran bagi anak kelompok B TK Pertiwi Banaran Delanggu.

(b.) Diperolehnya dasar penelitian berikutnya. (c.) Terjadinya pergeseran dari

paradigma mengajar menuju paradigma belajar yang mengutamakan proses

untuk mencapai hasil belajar.

METODE PENELITIAN

Setting penelitian tindakan kelas ini meliputi, tempat penelitian dan

waktu penelitian, sebagai berikut : (1.) Tempat Penelitian, Tempat penelitian

dilakukan di TK Pertiwi Banaran Delanggu. TK ini berdiri di tanah yang

merupakan kas desa. Luas bangunan TK sekitar 22 x27 meter. Alasan peneliti

menggunakan tempat ini karena peneliti bekerja di TK tersebut sehingga

(8)

lebih lama dalam penelitian. (2.) Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun

ajaran 2012 - 2013 pada semester II, dan penelitian ini akan memakan waktu

kira-kira 1 2 hat', pelajaran.

Subjek penelitian pada TK Pertiwi Banaran Delanggu adalah anak

didik kelompok B yang berjumlah 16 anak didik. Yang terdiri dai' 6 anak

laki-laki dan 10 anak perempuan. Guru kelas kelompok B berjumlah 1 orang.

Instrumen adalah alat bantu digunakan untuk mendapatkan data yang

diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat bantu

penelitian yaitu : chek list dan catatan lapangan. Chek list dipilih peneliti

karena menurut Arikunto ( 2006:163 ) merupakan instrumen yang sesuai

dengan metode observasi. Sedangkan catalan lapangan digunakan oleh peneliti

karena dapat dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak

dapat terekam metralui lembar observasi ( Arikunto, 2007 :78).

Lembar observasi peningkatan kemampuan belajar permulaan adalah

data hasil pelaksanaan kegiatan berbahasa anak yang sesuai dengan indikator

yang ingin dicapai. Penyusunan lembar observasi dilakukan dengan

menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan yang memaparkan tentang

pencapaian dari indikator yang akan dilaksanakan anak dalam kegiatan

berbahasa.

Analisis Data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,

memfokuskan, mengabstaksikan, mengorganisasikan data secara sistemetis

dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk

menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian.

Validitas adalah suatu ukuran yang rnenunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument ( Arikunto, 2006:168). Validitas

yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurannya (http://violetatniyamani.blogspot.com/).

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan merrpunyai

validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya,

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

(9)

validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

pengukuran

Kesimpulan dari pengertian validitas diatas bahwa ketepatan pada

validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut

mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat oleh

peneliti maka digunakan eara-aara yang tepat untuk mengembangkan validitas

yang diperoleh. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian (http://remenmaos.blogspot.com/).

Penelitian ini memanfaatkan pengamatan dari guru, pengamatan dan

anak dan pengamatan dari peneiiti. Dengan membandingkan hasil pengamatan

dari guru, anak, dan peneliti, maka peneliti dapat menganalisis data yang

diperoleh dan dapat menguji kebenaran dari data yang diperoleh.

Data observasi yang sudah terkumpul akan diolah peneliti dengan

langkah-langkah sebagai berikut :(1.) Memberi nilai / skor adalah memberi

nllai I skor pada setiap butir amatan yang terdapat tanda check ( { ) sesuai

ketentuan sebagai berikut: (a.) Apabila anak dapat menguasai butir amatan

yang ada pada kolom, maka peneliti akan mencantumkan tanda check ( tr ) pada kolom butir amatan sesuai nomer butir amatan yang dikuasai. (b.)

Apabila anak tidak dapat menguasai butir amatan yang ada pada kolom, maka

peneliti akan mengosongkan kolom butir amatan. (c.) Setiap tanda check ( tr )

yang muncul mempunyai skor 1, jadi jika anak menguasai semua butir

amatan, anak akan mendapat total skor 12. (2.) Membuat tabulasi skor adalah

membuat tabulasi skor observasi tentang motivasi belajar berbahasa anak yang

terdiri dari nomer, nama anak, butir amatan, jumlah skor/nilai butir amatan

yang dikuasai anak.

(10)

[ '

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan observasi kegiatan guru pada sikl'us II didapatkan hasil

yang menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran dalam

rnenyampaikan materi berbahasa dengan metode bermain bermain peran.

Setelah dilaksanakan pembelajaran berbahasa dengan bermain bermain

peran terlihat respon anak di TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten tahun

pelajaran 201212013 sangat baik, yaitu anak terlihat lebih tertarik dan berminat

dalam pembetrajaran dan anak lebih aktif dan antusias dalam bertanya dan

beke4'a sama dengan ternannya. Tidak terlihat lagi anak yang kurang

rnemperhatikan pembelqaran, ramai sendiri, dan mengobrol sendiri seperti

pada kondisi awal. Dengan menggunakan bermain peran, anak lebih suka

untuk media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran konstruktif balok

pada anak.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa teqadi peningkatan dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan permainan bermain peran. Pada

pra siklus ketuntasan anak dalam berbahasa saat pembelajaran sebanyak 4

anak atau 25%o, pada siklus I putaran I dengan menggunakan media bermain

peran yang baik 6 anak atau 57o/o, siklus I putaran kedua yang baik 8 anak

atau 670/o. Dengan menggunakan media bermain peran ketuntasan anak dalam

berbahasa saat pembelajaran di siklus II putaran I ada 10 anakTlo/o, siklus II

putaran kedua yang tergolong baik ada 12 anak atauT5o/o.

Berdasarkan peningkatan setiap siklus maka dapat disimpulkan bahwa

media bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak di TK

Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten.

Hal ini sesuai dengan pendapat Anggani Sudono (2000 : 7) yang

mengatakan bahwa permainan yang digunakan oleh anak untuk memenuhi

naluri dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui berbagai

metode salah satunya bermain peran.

Pada kegiatan pelaksanaan pembelajarun telah ada kemajuan pada

semua kegiatan sehingga evaluasi dan refleksi telah diterapkan oleh guru

(11)

meningkatkan persentase keberhasilan belajar anak karena telah memenuhi

target ketuntasan belajar anak sebesar 75o/o sehingga pembelajaran dapat

dikatakan berhasil pada siklus II ini.

Dengan demikian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru dalam

usaha meningkatkan kemampuan berbahasa setelah menggunakan media

bermain peran siklus II dapat dikatakan bagus karena telah berhasil

meningkatkan persentase ketuntasan belajar anak karena telah memenuhi

target belajar anak sebesar l5Yo sehingga pembelajaran dapat dikatakan

berhasil pada siklus II ini.

Berdasarkan Sanjaya (2006: 107) bahwa kualitas pembelajaran dapat

dilihat dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila

setidaknya 75o/o peserta didik terlibat secara aktif, antusias, motivasi baik

secara fisik, mental, ataupun sosial selama proses pembelajaran. Selain ifu,

anak didik juga harus menunjukkan kegairahan tinggi terhadap pembelajaran.

Dari segi hasil, proses pembelajarart dikatakan berhasil bila setidaknya

terdapat I5o/o anak didik yang mengalami perubahan positif dan output yang

bermutu tinggi.

Berdasarkan keberhasilan penelitian ini melalui siklus I dan siklus II

dengan menggunakan media bermain peran, maka hipotesis yang mengatakan

Peningkatan kemampuan berbahasa dalam mengenal kata pada anak

kelompok B di TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten Tahun Ajaran

2012 / 20 13 terbukti keb enarannya.

Kesimpulan

Dari keseluruhan pembahasan penelitian tindakan kelas ini dapat

disimpulkan sebagai berikut : (1.) Dalam menerapkan permainan untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten

melalui metode bermain peran ini berguna untuk bersosialisasi, dan

merangsang kemampuan berbahasa anak. 2. Hasil Penelitian (a.) Pada kondisi

awal dengan menggunakan pengamatan pada saat anak belajar di kelas,

(12)

kemampuan berbahasa anak hanya mencapai 42% atau 10 anak yang

kemampuan berbahasa balk 2,5Yo atau 4 anak. (b.)'Pada siklus I putaran

pertama hasil kernampuan berbahasa melalui media bermain peran dari 16

anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 7 anak atau l5o/o dan yang tidak

tuntas sebanyak 11 anak atau 460/o. Sehingga terjadi peningkatan sebesar I2Yo

dari sebelum tindakan yang hanya mencapai 40%o. Pada siklus I putaran kedua

hasil berbahasa dengan media bermain peran da.'i 7 anak yang tuntas dalam

pembelajaran adalah 16 anak ata.u 640/o dan yang tidak tuntas sebanyak 2 anak

atau 13 %. Sehingga terjadi peningkatan sebesar I2Yo dan siklus I putaran

pertama yang hanya rnencapai 52%. (c.) Pada siklus II putaran pertama hasil

kemampuan berbahasa dengan media bermain peran dari 16 anak yang tuntas

dalam pembelajaran adalah 10 anak atau 62Yo dan yang tidak tuntas sebanyak

1 anak atau 6,2Yo. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 18% dat'- I putaran

kedua yang hanya mencapai 43%. Pada siklus II putaran kedua hasil

kemampuan berbahasa dengan media bermain peran dari 16 anak yang tuntas

dalam pembelajaran adalah 15 anak ataug2Yo dan yang tidak tuntas sebanyak

1 anak atau 8 %. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 20Yo dari siklus II

putaran pertama yang hanya mencapai 72%. Hasil perbaikan pembelajaran

pada siklus II putaran kedua sebesar 92"/o dan rata-rata kemampuan berbahasa

sebesar 84 diatas 84oh menuryukkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II

putatan II telah berhasil. (3.) Berdasarkan keberhasilan pembelajaran melalui

siklus I dan siklus II dengan menggunakan media bermain peran, maka

hipotesis yang mengatakan "Melalui Metode Bermain Peran dapat

Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B di TK Pertiwi

Banaran Delanggu Klaten Tahun Pelajaran 201212013. terbukti kebenarannya.

Media bermain peran merupakan suatu cara penyampaian atau

penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk permainan dari guru

kepada anak didik dan berfungsi untuk membantu perkembangan bahasa dan

befikir anak serta memotivasi anak untuk cinta menghitung. Media bermain

peran adalah salah satu media pengembangan bahasa yang dapat

(13)

tahap perkembangan (Dhiene, 2005:50). Manfaat yang dapat diambil dari

media bermain peran di Taman Kanak-Kanak adalah tnelatih daya tangkap,

dan daya pikir, daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi atau daya

imajinasi bagi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrap di

ruang kelas, mengembangkan perbendaharaan angka anak.

Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah

terpadu antara bidang pengembangan satu dengan lainnya. Setiap metode

pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu dengan

adanya pembelajaran terpadu maka pengembangan metode yang bervariasi

dapat membantu pencapaian tujuan materi pernbelajaran.

Dari uraian di atas tentang bermain peran dalam bab ini dapat

dikatakan bahwa media bermain peran dapat mengembangkan kernampuan

berbahasa anak di TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten. Hal ini dikarenakan

pertama media bermain peran pada umumnya lebih berkesan dari pada

menyebutkan angkanya saja, sehingga pada umumnya media bermain peran

terekam jauh lebih kuat dalam memori anak. Anak didik yangmemerankan sesuai

isi cerita dapat dipraktekkan sendiri sehingga bisa diingat secara utuh selama

berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui media bermain peran anak

dialar untuk mengambil hikmah dari permainan tadi yang untuk kemudian

menirukan sendiri baik dirumah maupun waktu mempraktekkan bermain

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bactiar, 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Telcnik dan Prosedurnya. Jakarta, Depdiknas.

Kurniasih, S Imas. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini, Edukasi.

Yusuf, M Pawit. 2010.Ilmu Komunikasi. Jakarta.

Purwadarminta, 1984. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Cangara, Hafied, 2007. Pengantar llmu Komunikasi. Jakarta, PT. Kaja Grafindo Persada.

Rahmad Jalaludin, 2009. Psikolog Komunikasi.

Moeslichatun,2004. Metode Pengajaran Anak TK. Jakarta: Rineka Cipta.

Elvinero Ardianto, 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatan Media Bandung, Depdiknas.

Safitri Rarnadani" 2008. Ilmu Komunikasi. Jakarta.

N gainunnai m, 20 | | . I I m u P e n g e m b a n g a n Ko mun i ka s i. J akarta.

Daryanto, 2010. Ilmu Komunikasi { Malang : CV. Yrama Widya.

Gunarti, Wnda, Lilis . Suryani, Azizah Muis, 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar PAUD. Jakarta, Universitas Terbuka.

Soegeng S, 2009. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta, Universitas Terbuka.

Depdiknas, 2003. Dikdaktik Metodik Taman Kanak-Kanak. JakarLa.

Depdiknas, 2006. Modul Pendidikan Kecakapan Hidup di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.

Depdiknas, 2005. Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. I akarla.

Arikunto, Suharsini, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarl:a, Bumi Aksara.

Rochiah, Wiriatmaja, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Depdiknas, 2004. Dikdaktik Metodik Taman Kanak-Kanak. Jakarta

Syamsudin,2007 . Penelitian Tindakqn Kelas. Jakarta, Dekdiknas.

Referensi

Dokumen terkait

Menurunnya kesadaran masyarakat sekitar danau akan kearifan lokal sebagai unsur yang mendukung kehidupan, menyebabkan hilangnya ciri khas dari suku Gayo di

Berdasarkan hasil penelitian yang di- laksanakan pada siklus I dan siklus II da- pat dijelaskan bahwa pembelajaran IPS pada materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan uji tikus putih galur Sprague dawley yang dibuat trombositopenia dengan pemberian heparin 0.1 mL/100 g bobot badan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non- exclusive Royalti-Free Right) atas

Berdasarkan data hasil penelitian menggunakan metode menggambar bebas dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas anak kelompok B TK Aisyiyah 2 Giriroto tahun

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan wujud majas beserta latar belakang, fungsi, dan tujuan majas yang ditimbulkan dalam Album1000 Kisah Satu Hati karya Ungu

Nilai Z-Score Bank Rakyat Indonesia lebih tinggi dibanding Bank Syariah Mandiri, rendah menunjukkan bahwa bank tersebut berada pada posisi keuangan beresiko tinggi dan bila