UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI
METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B
TK PERTIWI BANARAN, DELANGGU, KLATEN
TAHUN AJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Anak Usia Dini
SRI SUKASMI
A53B090193
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERIISTUJUAfi
tIFAYA TViEHIHCI(ATKAI\T
KEIViAMPUAI{
BENBAHASA
MELAHN METODE
BERI.fAIN
PER4}.I
AT.IAK
KEICIMPOK
B
DI TK PERTIWI
BANhRAN, DELAI{GGU,
I(AB. KLATEH
TAHT'N
PELAJARAITI
2012{;613
N€skthRftH.asilhiah
Dipeniaplm &n disusun
slch :
gRJS{JKASMI
NIM :4.538@0193
ABSTRAKS
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI
METODE BERMAIN PERAN ANAK KELOMPOK B
TK PERTIWI BANARAN, DELANGGU, KLATEN
TAHIIN AJARAN 2OI2 /2At3
SRI SUKASIvII,
NIIU. A538090193
Junrsan
Pedidftm Anak Usia Dini Fahlhs
Kegrmel danllmu Pendidikal
Unive,rsius
Muhsnmadiyah
$ml€rta2014
ttalanal
Pembel4irat
dfngm rnffi berrniat
pem tenryma
harya men$asilkm 4T/o wvk
yutg manpu berbahasa
dengm baik Padahal
lrrydr gunr adalah
8Vo dai jmlah mak
ymrg
nmrsr melaksmakrr
pmbd4irar beftahasa
ergar bailc
Tqium plitiar
tirdakan
ke|m ini daldr ufrrk menir4fudmn
bahasa
anak melahri
nrctode
bemilan
perar @ mak TK Pertiwi Bmar@, Dela€gu, Kahrydgl
Kldentahn$uw20l2f20l3
Penelititm
tirdal@ ldas ini
seting TK Pstiwi Bmrar, Dela€gu,
Klden Dda t€rilarry
plilalo gunr perilaku
sisvr4 dan siumsi
kelas dihrnprilm de6gal
(Mode ohenfrasi,
sedatgkm
dM, tratfrlgkemrnpan bahasa
Oamglkar
fu€m metode
penuga$arl
Analisis
de d€ngm
t€lnft analisis
kritis uUrk proses
dm tchnik
ffialisis kmpm*if utrk kenraryurn berbatrasa
dilameultcarn
dengm metode
bemain
pertrr
fesirplat hsil parclitiar ini adalah
batnm
penggmam
mef& bernian
perm daa
meningld<m kemarym bahasa
pada mak di TK Pefiiwi Bmtrtrt Ddntgu, Klderr
Adryn lmd<ah-htgkah
pmgrmaflr metode
bennainperm
ymg beftasil sebagai
benf$
(a) menyiSrar mdia s*ehrn ruak memaskli rua€aq (b) meqielaskar
tfdebih dahulu
kElidm 1mg al<an AiUn*au (c) meqielaslffi mdia yarg alwr dgwakil, (d)
wtdrunisitat suffia
ydlg nrnyenmglm dm men$ed vaimi kEgiffit }arg pern4iarg
(e) benniar peral )mg ditxdukl@ oleh gunl (0 menrgagrar
mak secraindivierdmgilr
lonbtr k€rja
analt (g) nunbed mdir"mi an* yq bdun rnanrpr
I(aolanri:
fulwa,rct&funruinry&t
-a_""
-E
PENDAIIT]L{'AN
Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkanbangan yang
paling pesat, baik fisik maupun mental (suyanto, 2005 : 5). Maka tepatlah bila
dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi rnernpelajari banyak hal dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah
Tarnan Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) rnenurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 b€rfokus pada peletakan dasar-dasar pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya clpta sesuai dengan pe,rtumbuhan dan perkanbangan anak (Megawangi, 2005 : 82). Maka sebaiknya
Ferididikan Taman Kanak-Kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap
saj4 kmena kdudukannya sarna penting dengan pendidikan yang dibaikan jauh 'diafasnya.
Pentingnya mengenyam pendidikan TK juga ditunjukkan melalui hasil
penelitian terhadap anak-anak dari golongan ekonomi lernah yang diketahui kurang rnernperoleh rangsangan rnental selama rnasa prasekolah, temyata pendidikan selama 10 tahun berikutnya tidak rnernberi basil yang memuaskan (Adiningsih,200r : 28). Beberapa tahun belakangan iri p*, banyak sekolah dasar, terutama sekolah dasar favorit yang mernberikan beberapa persyaratan
masuk pada calon siswanya. sekolah ini mengadakan tes psikologi dan mensyaratkan anak zudah harus bisaberbahasa (Andriani, 2005 : 1).
Dampaknya, orang tua pun meyakini bahwa sebelum masuk sekolah dasar putra-putrinya harus menguasai ketrampilan tertentu. Akhirnya mereka ffierasa pendidikan TK merupakan suatu prasyarat masuk sekolah dasar. Di satu sisi, berbahasa bukanlah tujuan yang sebenamya dari penyelenggaraan
pendidikan TK, namun di sisi lain hal ini justru menarnbah daftar alasan rnengapa betrajar berbahasa sejak TK itu penting. Corak pendidikan diberikan
di TK menekankan pada esensi pengenalan huruf hidup bagi anak-anak, dengan mernberikan metode yang sebagian besar menggunakan sistem pengenalan huruf hidup sambil belajar. Materi yang diberikan pun bervariasi,
berhitung, berbahasa, dan menulis (Suyanto, 2005 :7). Mempersiapkan anak
untuk belajar di usia ini diharapkan dapat mernberi hasil yang baik, karena
menurut Montessori (dalam Hainstock, 2002 : 103) di usia 3,5 - 4,5 tahun
anak lebih mudah belajar rnenulis dan di usia 4-5 tahun anak lebih mudah
berbahasa dan mengerti angka. Doman (2005 : 13) juga mendukung
pernyataan ini, karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar berbahasa
kira-kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka
belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Maka dapat
disimpulkbn bahwa pengajaran berbahasa (baik itu sebatas pengenalan huruf
atau suku kata) sejak usia Taman Kanak - kanak atau bahkan sejak usia 3
tahun bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang
terpenting adalah pengernasan materi serta rnetode yang digunakan.
Berbahasa rnerupakan sarana yang tepat untuk rnempromosikan suatu
pembelajaran sepanjang hayat (lfe long learning). Mengajarkan berbahasa
pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi
teknik bagaimana cara mengekplorasi "dunia" manapun yang dia pilih dan
rnemberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman,
l99l : 265). Pada tahun 1994, Neil Harvey, Ph.D. dalam bukunya "Kids Wo
Start Ahead, Stay Ahead" melaporkan apa yang terjadi pad,a 314 anak usia
prasekolah (0 - 4 tahun) yang telah diajarkan berbahasa, matematika,
kegiatan fisik, aktivitas sosial, dan berbagai pengetahuan umum lainnya.
Hampir 35% darr anak - anak ini, di sekolah dikategorikan sebagai anak
berbakat yang ungguX dengan sangat meyakinkan dalam berbagai bidang
(Doman, 2005 : 51). Penelitian di Negara maju pun rnenunjukkan sebaliknya,
bahwa lebih dari trO% rnurid sekolah mengalami kesulitan berbahasa, yang
kemudian menjadi penyebab utama kegagalan di sekolah (Yusuf, 2003 : 69).
Melihat dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan pengajaran berbahasa,
dirasakan bahwa kemampuan berbahasa perlu dirangsang sejak dini. Namun,
berbahasa bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat
berbagai faktor yang mernpengaruhi keberhasilan anak dalam berbahasa.
lingkungan, materi pelajaran, serta pelajaran (Sugiarto, 2002). Faktor - faktor
tersebut terkait dengan jalannya proses belajar berbahasa, dan jika kurang
diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan berbahasa pada
anak. Di TK Pertiwi Banaran Delanggu anak-anak di kelompok B seharusnya
sudah bisa berbahasa suku kata baik dengan lambang atau menyebut benda
langsung tanpa ada lambangnya, sehingga anak-anak dikelompok B itu harus
sudah bisa berbahasa lancar dengan penggabungan huruf hidup a,i,u,e,o tanpa
harus menirukan guru.
Namun kenyataannya yang ada dilapangan yang dijumpai oleh
peneliti anak-anak di kelompok B pada TK Pertiwi Banaran Delanggu masih
belum bisa untuk berbahasa baik dirangsang dengan gambar maupun tidak
dengan gambar, dan masih harus dituntun atau dengan menirukan ucapan
guru, jadi kernampuan berbahasa awal pada TK Pertiwi Banaran Delanggu
rnasih jauh dari harapan peneliti.
Dengan metode bermain peran, yang kernudian dirangkai rnenjadi
suku kata maka anak diharapkan dapat berbahasa dalam usia relatif muda dari
kata yang mudah hingga kata yang sulit. Berdasarkan pengalaman
mempraktekkannya dengan metode ini, anak-anak usia 4 tahun mampu
rnenyelesiakan metode ini dalam beberapa bulan dengan cara pemberian
materi secara rutin meskipun sebentar atau beberapa menit saja, dan metode
ini tidak memerlukan banyak waktu karena semakin banyak waktu
dikhawatirkan membosankan. Berdasarkan uraian diatas, metode bermain
peran sudah banyak digunakan dikalangan Taman Kanak-Kanak dan metode
ini memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki dan mempercepat proses
belajar berbahasa. Maka peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan
berbahasa melalui metode bermain peran jika diterapkan pada anak-anak
sekolah formal sekaligus memberi anak-anak ini kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasanya secara optimal sesuai minat dan
usianya.
Berdasarkan masalah diatas permasalahan, identifikasi masalah
(2.) Pembelajaran berbahasa merupakan pembelajaran yang penting dalam
mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi. (3.)
Masih banyak anak yang belum bisa berbahasa sehingga pembelajaran
terganggu. Supaya tidak terjadi pemahaman yang keliru dalam penelitian ini
maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : (1.)Berbahasa
dibatasi dalam hal mengenal huruf abjad a-z yang digabung dengan huruf
vokal (2.) Media bermain peran dibatasi pada bermain peran sehingga anak
dapat dengan mudah mengingat huruf yang dipelajarinya.
Uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran dengan metode bermain bermain
peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada TK Pertiwi Banaran
Delanggu Tahun Pelajaran 2012 I 2013 ?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian
sebagai berikut : Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui metode
bermain bermain peran pada TK Pertiwi Banaran Delanggu Tahun Pelajaran
2 0 1 2 I 2 0 1 3 .
Peneliti berharap tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi
temen-teman guru lainnya dan masyarakat pada umumnya di antaranyan: (a.)
Diperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran berbahasa melalui metode
bermain bermain peran bagi anak kelompok B TK Pertiwi Banaran Delanggu.
(b.) Diperolehnya dasar penelitian berikutnya. (c.) Terjadinya pergeseran dari
paradigma mengajar menuju paradigma belajar yang mengutamakan proses
untuk mencapai hasil belajar.
METODE PENELITIAN
Setting penelitian tindakan kelas ini meliputi, tempat penelitian dan
waktu penelitian, sebagai berikut : (1.) Tempat Penelitian, Tempat penelitian
dilakukan di TK Pertiwi Banaran Delanggu. TK ini berdiri di tanah yang
merupakan kas desa. Luas bangunan TK sekitar 22 x27 meter. Alasan peneliti
menggunakan tempat ini karena peneliti bekerja di TK tersebut sehingga
lebih lama dalam penelitian. (2.) Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun
ajaran 2012 - 2013 pada semester II, dan penelitian ini akan memakan waktu
kira-kira 1 2 hat', pelajaran.
Subjek penelitian pada TK Pertiwi Banaran Delanggu adalah anak
didik kelompok B yang berjumlah 16 anak didik. Yang terdiri dai' 6 anak
laki-laki dan 10 anak perempuan. Guru kelas kelompok B berjumlah 1 orang.
Instrumen adalah alat bantu digunakan untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat bantu
penelitian yaitu : chek list dan catatan lapangan. Chek list dipilih peneliti
karena menurut Arikunto ( 2006:163 ) merupakan instrumen yang sesuai
dengan metode observasi. Sedangkan catalan lapangan digunakan oleh peneliti
karena dapat dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak
dapat terekam metralui lembar observasi ( Arikunto, 2007 :78).
Lembar observasi peningkatan kemampuan belajar permulaan adalah
data hasil pelaksanaan kegiatan berbahasa anak yang sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai. Penyusunan lembar observasi dilakukan dengan
menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan yang memaparkan tentang
pencapaian dari indikator yang akan dilaksanakan anak dalam kegiatan
berbahasa.
Analisis Data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstaksikan, mengorganisasikan data secara sistemetis
dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian.
Validitas adalah suatu ukuran yang rnenunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument ( Arikunto, 2006:168). Validitas
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurannya (http://violetatniyamani.blogspot.com/).
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan merrpunyai
validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran
Kesimpulan dari pengertian validitas diatas bahwa ketepatan pada
validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat oleh
peneliti maka digunakan eara-aara yang tepat untuk mengembangkan validitas
yang diperoleh. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian (http://remenmaos.blogspot.com/).
Penelitian ini memanfaatkan pengamatan dari guru, pengamatan dan
anak dan pengamatan dari peneiiti. Dengan membandingkan hasil pengamatan
dari guru, anak, dan peneliti, maka peneliti dapat menganalisis data yang
diperoleh dan dapat menguji kebenaran dari data yang diperoleh.
Data observasi yang sudah terkumpul akan diolah peneliti dengan
langkah-langkah sebagai berikut :(1.) Memberi nilai / skor adalah memberi
nllai I skor pada setiap butir amatan yang terdapat tanda check ( { ) sesuai
ketentuan sebagai berikut: (a.) Apabila anak dapat menguasai butir amatan
yang ada pada kolom, maka peneliti akan mencantumkan tanda check ( tr ) pada kolom butir amatan sesuai nomer butir amatan yang dikuasai. (b.)
Apabila anak tidak dapat menguasai butir amatan yang ada pada kolom, maka
peneliti akan mengosongkan kolom butir amatan. (c.) Setiap tanda check ( tr )
yang muncul mempunyai skor 1, jadi jika anak menguasai semua butir
amatan, anak akan mendapat total skor 12. (2.) Membuat tabulasi skor adalah
membuat tabulasi skor observasi tentang motivasi belajar berbahasa anak yang
terdiri dari nomer, nama anak, butir amatan, jumlah skor/nilai butir amatan
yang dikuasai anak.
[ '
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan observasi kegiatan guru pada sikl'us II didapatkan hasil
yang menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran dalam
rnenyampaikan materi berbahasa dengan metode bermain bermain peran.
Setelah dilaksanakan pembelajaran berbahasa dengan bermain bermain
peran terlihat respon anak di TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten tahun
pelajaran 201212013 sangat baik, yaitu anak terlihat lebih tertarik dan berminat
dalam pembetrajaran dan anak lebih aktif dan antusias dalam bertanya dan
beke4'a sama dengan ternannya. Tidak terlihat lagi anak yang kurang
rnemperhatikan pembelqaran, ramai sendiri, dan mengobrol sendiri seperti
pada kondisi awal. Dengan menggunakan bermain peran, anak lebih suka
untuk media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran konstruktif balok
pada anak.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa teqadi peningkatan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan permainan bermain peran. Pada
pra siklus ketuntasan anak dalam berbahasa saat pembelajaran sebanyak 4
anak atau 25%o, pada siklus I putaran I dengan menggunakan media bermain
peran yang baik 6 anak atau 57o/o, siklus I putaran kedua yang baik 8 anak
atau 670/o. Dengan menggunakan media bermain peran ketuntasan anak dalam
berbahasa saat pembelajaran di siklus II putaran I ada 10 anakTlo/o, siklus II
putaran kedua yang tergolong baik ada 12 anak atauT5o/o.
Berdasarkan peningkatan setiap siklus maka dapat disimpulkan bahwa
media bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak di TK
Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anggani Sudono (2000 : 7) yang
mengatakan bahwa permainan yang digunakan oleh anak untuk memenuhi
naluri dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui berbagai
metode salah satunya bermain peran.
Pada kegiatan pelaksanaan pembelajarun telah ada kemajuan pada
semua kegiatan sehingga evaluasi dan refleksi telah diterapkan oleh guru
meningkatkan persentase keberhasilan belajar anak karena telah memenuhi
target ketuntasan belajar anak sebesar 75o/o sehingga pembelajaran dapat
dikatakan berhasil pada siklus II ini.
Dengan demikian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru dalam
usaha meningkatkan kemampuan berbahasa setelah menggunakan media
bermain peran siklus II dapat dikatakan bagus karena telah berhasil
meningkatkan persentase ketuntasan belajar anak karena telah memenuhi
target belajar anak sebesar l5Yo sehingga pembelajaran dapat dikatakan
berhasil pada siklus II ini.
Berdasarkan Sanjaya (2006: 107) bahwa kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila
setidaknya 75o/o peserta didik terlibat secara aktif, antusias, motivasi baik
secara fisik, mental, ataupun sosial selama proses pembelajaran. Selain ifu,
anak didik juga harus menunjukkan kegairahan tinggi terhadap pembelajaran.
Dari segi hasil, proses pembelajarart dikatakan berhasil bila setidaknya
terdapat I5o/o anak didik yang mengalami perubahan positif dan output yang
bermutu tinggi.
Berdasarkan keberhasilan penelitian ini melalui siklus I dan siklus II
dengan menggunakan media bermain peran, maka hipotesis yang mengatakan
Peningkatan kemampuan berbahasa dalam mengenal kata pada anak
kelompok B di TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten Tahun Ajaran
2012 / 20 13 terbukti keb enarannya.
Kesimpulan
Dari keseluruhan pembahasan penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan sebagai berikut : (1.) Dalam menerapkan permainan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten
melalui metode bermain peran ini berguna untuk bersosialisasi, dan
merangsang kemampuan berbahasa anak. 2. Hasil Penelitian (a.) Pada kondisi
awal dengan menggunakan pengamatan pada saat anak belajar di kelas,
kemampuan berbahasa anak hanya mencapai 42% atau 10 anak yang
kemampuan berbahasa balk 2,5Yo atau 4 anak. (b.)'Pada siklus I putaran
pertama hasil kernampuan berbahasa melalui media bermain peran dari 16
anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 7 anak atau l5o/o dan yang tidak
tuntas sebanyak 11 anak atau 460/o. Sehingga terjadi peningkatan sebesar I2Yo
dari sebelum tindakan yang hanya mencapai 40%o. Pada siklus I putaran kedua
hasil berbahasa dengan media bermain peran da.'i 7 anak yang tuntas dalam
pembelajaran adalah 16 anak ata.u 640/o dan yang tidak tuntas sebanyak 2 anak
atau 13 %. Sehingga terjadi peningkatan sebesar I2Yo dan siklus I putaran
pertama yang hanya rnencapai 52%. (c.) Pada siklus II putaran pertama hasil
kemampuan berbahasa dengan media bermain peran dari 16 anak yang tuntas
dalam pembelajaran adalah 10 anak atau 62Yo dan yang tidak tuntas sebanyak
1 anak atau 6,2Yo. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 18% dat'- I putaran
kedua yang hanya mencapai 43%. Pada siklus II putaran kedua hasil
kemampuan berbahasa dengan media bermain peran dari 16 anak yang tuntas
dalam pembelajaran adalah 15 anak ataug2Yo dan yang tidak tuntas sebanyak
1 anak atau 8 %. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 20Yo dari siklus II
putaran pertama yang hanya mencapai 72%. Hasil perbaikan pembelajaran
pada siklus II putaran kedua sebesar 92"/o dan rata-rata kemampuan berbahasa
sebesar 84 diatas 84oh menuryukkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II
putatan II telah berhasil. (3.) Berdasarkan keberhasilan pembelajaran melalui
siklus I dan siklus II dengan menggunakan media bermain peran, maka
hipotesis yang mengatakan "Melalui Metode Bermain Peran dapat
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B di TK Pertiwi
Banaran Delanggu Klaten Tahun Pelajaran 201212013. terbukti kebenarannya.
Media bermain peran merupakan suatu cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk permainan dari guru
kepada anak didik dan berfungsi untuk membantu perkembangan bahasa dan
befikir anak serta memotivasi anak untuk cinta menghitung. Media bermain
peran adalah salah satu media pengembangan bahasa yang dapat
tahap perkembangan (Dhiene, 2005:50). Manfaat yang dapat diambil dari
media bermain peran di Taman Kanak-Kanak adalah tnelatih daya tangkap,
dan daya pikir, daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi atau daya
imajinasi bagi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrap di
ruang kelas, mengembangkan perbendaharaan angka anak.
Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah
terpadu antara bidang pengembangan satu dengan lainnya. Setiap metode
pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu dengan
adanya pembelajaran terpadu maka pengembangan metode yang bervariasi
dapat membantu pencapaian tujuan materi pernbelajaran.
Dari uraian di atas tentang bermain peran dalam bab ini dapat
dikatakan bahwa media bermain peran dapat mengembangkan kernampuan
berbahasa anak di TK Pertiwi Banaran Delanggu, Klaten. Hal ini dikarenakan
pertama media bermain peran pada umumnya lebih berkesan dari pada
menyebutkan angkanya saja, sehingga pada umumnya media bermain peran
terekam jauh lebih kuat dalam memori anak. Anak didik yangmemerankan sesuai
isi cerita dapat dipraktekkan sendiri sehingga bisa diingat secara utuh selama
berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui media bermain peran anak
dialar untuk mengambil hikmah dari permainan tadi yang untuk kemudian
menirukan sendiri baik dirumah maupun waktu mempraktekkan bermain
DAFTAR PUSTAKA
Bactiar, 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Telcnik dan Prosedurnya. Jakarta, Depdiknas.
Kurniasih, S Imas. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini, Edukasi.
Yusuf, M Pawit. 2010.Ilmu Komunikasi. Jakarta.
Purwadarminta, 1984. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.
Cangara, Hafied, 2007. Pengantar llmu Komunikasi. Jakarta, PT. Kaja Grafindo Persada.
Rahmad Jalaludin, 2009. Psikolog Komunikasi.
Moeslichatun,2004. Metode Pengajaran Anak TK. Jakarta: Rineka Cipta.
Elvinero Ardianto, 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatan Media Bandung, Depdiknas.
Safitri Rarnadani" 2008. Ilmu Komunikasi. Jakarta.
N gainunnai m, 20 | | . I I m u P e n g e m b a n g a n Ko mun i ka s i. J akarta.
Daryanto, 2010. Ilmu Komunikasi { Malang : CV. Yrama Widya.
Gunarti, Wnda, Lilis . Suryani, Azizah Muis, 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar PAUD. Jakarta, Universitas Terbuka.
Soegeng S, 2009. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta, Universitas Terbuka.
Depdiknas, 2003. Dikdaktik Metodik Taman Kanak-Kanak. JakarLa.
Depdiknas, 2006. Modul Pendidikan Kecakapan Hidup di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
Depdiknas, 2005. Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. I akarla.
Arikunto, Suharsini, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarl:a, Bumi Aksara.
Rochiah, Wiriatmaja, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Depdiknas, 2004. Dikdaktik Metodik Taman Kanak-Kanak. Jakarta
Syamsudin,2007 . Penelitian Tindakqn Kelas. Jakarta, Dekdiknas.