• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum PekerjaanUmum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum PekerjaanUmum"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

NO. ISSN 1829-5568

P

PENDIDIKAN

ROFESIONAL

BANJIR, BANJIR DAN BANJIR

STRATEGI PENGELOLAAN ASET INFRASTRUKTUR

PEKERJAAN UMUM UNTUK MEWUJUDKAN DAYA SAING BANGSA IPAL BOJONGSOANG

(2)

Dari Redaksi

Jurnal Pendidikan Profesional merupakan wahana komunikasi bagi seluruh stake holder Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (Pusbiktek), BPKSDM, Departemen Pekerjaan Umum.

Redaksi menerima sumbangan tulisan/artikel yang berkaitan dengan pendidikan profesional baik dari mitra kerjasama perguruan tinggi nasional, balai-balai, para profesional pendidikan, widyaiswara, karyasiswa dan segenap pihak pelaksana serta pemerhati pendidikan profesional. Tulisan disajikan dalam MS-Word dilengkapi tabel, grafik, gambar, foto sesuai kebutuhan. Tulisan ( satu eksemplar hard copy dan disket disampaikan ke alamat redaksi atau melalui e-mail : teknikkonstruksi@yahoo.co.id ( tulisan melalui e-mail, diharapkan mengirimkan draf melalui fax.no. (022) 7236224.)

Jurnal

Pendidikan Profesional

Diterbitkan Oleh:

Bidang Teknik Konstruksi

Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi, BPKSDM

Dep. Pekerjaan Umum

Pembina :

Kepala Pusbiktek, BPKSDM

Pemimpin Redaksi :

Ir. Heriyadi Dwijoyanto, Dipl. HE

Wakil Pemimpi Redaksi :

RM. Bambang Ari Amarto, ST

Penyunting :

Ir. Yaya Supriyatna, M.Eng.Sc Ir. Christian Handry Laihad, M.Pd Ir. Sudradjat, M.Eng

Redaktur Pelaksana :

Kiagus Mochamad Ali, ST., Sp1 R. Belanto Hadiwido, ST., M.Si Ir. Setio Wasito, Sp1, MT Asep Wardiman, SH., M.Pd Wahyu Triwidodo, ST., M.Eng Ero, SPd., M.Pd

Nugroho Wuritomo, ST., MT Muhammad Nizar, SE., MT

Sekretariat :

NBR. Noor Suarni, S.Sos., M.Si Anjar Pramularsih, ST

Dewi Rahmawati, ST Iyan Hendrayanto, A.Md Ahmad Baharudin

Alamat Redaksi Pusbiktek BPKSDM

Jl. Abdul Hamid Cicaheum Bandung 40193 Tlp:(022) 7206892. Fax: (022) 7236224 E-mail:

teknikkonstruksi@yahoo.co.id

Pembaca yang terhormat, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan ijin-Nya kami dapat berjumpa kembali dengan Pembaca melalui Jurnal Pendidikan Profesional ini.

Beberapa tulisan yang tersaji dalam edisi kali ini diantaranya bertajuk Banjir, Banjir dan Banjir; Strategi Pengelolaan Aset Infrastruktur Pekerjaan Umum untuk Mewujudkan Daya Saing Bangsa; IPAL Bojongsoang; dan Rumah Dome Untuk Korban Bencana Gempa Yogya. Sebagian besar tulisan ini mengangkat masalah pembangunan infrastruktur yang seharusnya memperhatikan dan berwawasan lingkungan . Ulasan lebih lanjut dapat dilihat dalam isi Jurnal ini. Tak lupa kami menyampaikan terima kasih atas partisipasi dan jalinan kerjasama semua pihak dalam penerbitan Jurnal ini. Mohon maaf atas kekurangannya, karena Kesempurnaannya itu hanya milikNya. Terima kasih.

(3)

BANJIR

BANJIR

DAN BANJIR

Bambang Ari Amarto, ST *

* Kasubbid. Pemberdayaan Penerapan Teknik Konstruksi Bidang Teknik Konstruksi, Pusbiktek, BPKSDM

Abstraksi

Bencana banjir yang sering melanda wilayah Negara tercinta ini baik yang berada di dataran rendah (Jakarta, Karawang, Bekasi, Tangerang dan sebagian besar wilayah utara dari pulau jawa) maupun yang terjadi di dataran tinggi (Malang-Jatim) telah banyak menimbulkan kerugian yang cukup besar, musibah ini telah menimbulkan kerugian baik dari kerusakan infrastruktur seperti halnya, pertanian, perhubungan, ketidaknyamanan serta gangguan kesehatan yang berkelanjutan, kerusakan perumahan permukiman dan sebagainya yang menyangkut sebagian hajat manusia.

Sebenarnya banjir yang terjadi tidak lain disebabkan oleh manusia juga, rusaknya lahan tangkapan, resapan dan maraknya pembangunan perumahan yang tidak terprogram banyak sekali menimbulkan bencana, berkurangnya lahan resapan menjadi lahan tertutup menyebabkan air tidak dapat meresap ke tanah dan membuat air permukaan yang berupa air larian menjadi besar Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Banjir merupakan salah satu proses alam yang tidak bisa dihindarkan lagi oleh kita, karena banjir merupakan sebagian dari Rahmat sang Penguasa alam semesta ini atau sebagai bagian dari peringatan bagi manusia yang sudah mengubah keseimbangan yang telah diciptakan dengan arif dan bijaksana oleh sang Penguasa, sebagai proses alam banjir terjadi karena debit air yang sangat tinggi hingga melampaui batas daya tampung saluran/selokan/kali ataupun sungai untuk kemudian meluap ke daerah di sekitarnya dan daratan yang lebih rendah dari muka air yang ada.

Banjir sebagai proses alam merupakan bagian dari suatu siklus Hidrologi yang tidak dapat dihindari dan pasti terjadi.

Gabungan gambar dari website Bambang Ari *

(4)

genangan ini terus berlangsung terulang setiap tahunnya, hingga Bus Angkutan Pemadu Moda Primajasa bagaikan rakit yang tak berkemudi dan akhirnya mendarat disisi kanan tol Sedyatmo di km 27 tak ubahnya seperti seonggok batang pisang tanpa daya, memalukan bukan !

Semua adalah sebagian contoh akibat telah rusaknya keseimbangan ekosistem yang ada akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan terus terang saja akibat mental dari bangsa kita yang terlalu lama berada dibawah tekanan penjajah.

Sebenarnya siklus hidrologi telah jelas bagi kita semua karena siklus hidrologi menggambarkan bagaimana air ini berubah bentuk kembali dalam bentuk semula dan membentuk keseimbangan terhadap alam termasuk didalamnya adalah lingkungan dimana manusia tinggal, apalagi bagi orang-orang yang berilmu tinggi, pernahkan kita lihat dan baca dari buku-buku terdahulu bahwa nenek moyang kita telah banyak belajar dari alam, sebagai contoh adalah Selokan Mataram yang d i b a n g u n s a l a h s a t u n y a u n t u k menanggulangi, mengendalikan serta menghindari bencana banjir yang sering kali merendam kota Yogyakarta, sebenarnya alam memberikan suatu model keseimbangan yang tidak sulit untuk dipelajari dan dengan mudah dapat dimengerti.

Dalam sistem alam, sesungguhnya banjir akan terjadi pada tempatnya, banjir akan menyebabkan kerugian bagi kita jika kita menempati daerah yang secara alami merupakan daerah banjir, jadi sebenarnya kalau di telaah bukan banjir yang mendatangi kita, tapi kita yang mendatangi dan menyebabkan banjir.

Maksud dan tujuan.

Maksud topik ini adalah untuk mengetahui akar permasalahan penyebab banjir yang selalu terjadi setiap tahun, sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan sedikit saran dan langkah tindak dalam mengatasi dan mengendalikan banjir yang sering terjadi.

Identifikasi Masalah.

 Penggundulan hutan,

Penggundulan hutan di Indonesia sudah tidak asing lagi didengar oleh kita, banyaknya pemegang HPH yang menyalahgunakan haknya sebagai pemanfaat kekayaan hutan ini menjadikan negara kita menjadi negara dengan tingkat kehancuran hutan tercepat di dunia dengan tingkat laju deforestasi di Indonesia adalah 1.8 juta hektar per tahun yang merupakan rata-rata catatan laju perusakan hutan di tanah air antara tahun 2000 hingga tahun 2005 dengan 72 % dari “intac forest” atau hutan asli indonesia telah musnah dan setengah dari yang tersisa terancam keberadaannya antara lain oleh penebangan komersil, kebakaran hutan dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. ( G u i n n e s w o r l d r e c o r d -http://bantenprov.go.id)

(5)

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

l

Disimak dari hal tersebut di atas berkurangnya lahan resapan/ tangkapan air menjadi satu masalah yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja, disamping menimbulkan hal hal yang tidak dapat diduga baik dengan peralatan yang canggih seperti pemantauan lewat satelit dan hingga kepada ilmu klenik (para paranormal) yang tidak lain hanyalah sebagai perkiraan saja.. Berkurangnya daya resap yang semakin membesar dari tahun ke tahun bahkan sekarang ini nilai perbandingan yang ada sudah berbalik yang mana seharusnya 20 % sebagai run off dan 80 % sebagai infiltrasi saat ini berubah menjadi 20 % adalah infiltrasi dan 80 % adalah run off. Hampir setiap menit penggundulan hutan terjadi dimana-mana baik di Indonesia, Asia, Afrika dan di benua lain dimana tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh pihak ilegal, legal, untuk perkebunan sakit atau pembukaan lahan oleh masyarakat untuk perkebunan hampir mencapai 2,8 juta hektar membuat kondisi ini makin parah, berapa ribu pokok pohon yang telah berumur hilang dalam sekejap, belum lagi akan akibat yang ditimbulkannya, disamping berkurangnya supply oksigen ke atmosfir juga menyebabkan panas yang diterima akan langsung dikembalikan lagi ke atmosfer, jadi tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi 20 tahun mendatang, permasalahan ini setiap tahun bukannya semakin mengecil tapi semakin membesar, entah apa jadinya negara tercinta ini pada tahun 2030, kemungkinan saja kota Jakarta yang kita banggakan sebagai ibu kota negara tercinta ini akan tenggelam 1/3 atau mungkin ½ bagian dari luas yang ada, mengerikan bukan.

Sumber gambar : web.site. bantenprov.go.id

Sumber Gambar : Foto – Harry suryana PR. 07-12-2006 Perumahan Elit Bandung Utara

 Tidak berjalannya program Reboisasi,

Program Reboisasi merupakan suatu program dimana menanami kembali daerah atau wilayah yang biasanya mencakup hutan dan pesisir pantai merupakan salah satu bagian dari upaya untuk menghijaukan suatu daerah atau wilayah.

(6)

Reboisasi yang ada pada umumnya dilaksanakan setelah hutan itu habis dibabat, biaya yang dikeluarkan untuk setiap batang pohon yang ditebang seharusnya langsung diwujudkan dalam bentuk benih tumbuhan baru, bukan untuk disimpan terlebih dahulu atau disetorkan ke pemerintah (Departemen Kehutanan), jika hal ini masih saja terjadi sampai dengan saat ini, program reboisasi yang ada tidak akan dapat berjalan dengan semestinya. Satu contoh yang tidak baik untuk ditiru adalah program reboisasi lahan bekas galian C pada daerah yang seharusnya menjadi daerah resapan pada sebuah kabupaten di Jawa Barat, pada saat perencanaan pengajuan biaya pohon yang akan ditanam adalah pohon yang dinilai layak dan pasti akan hidup jika ditanam pada lahan bekas galian tersebut, kenyataan di lapangan adalah sangat menyedihkan dimana pohon yang ditanam adalah pohon yang mempunyai perbandingan 1 : 10 atau pohon yang kemungkinannya banyak yang mati dibandingkan dengan yang hidup.

Pemanfaatan daerah tangkapan air

Pemanfaatan daerah tangkapan air, maraknya pembukaan lahan baik itu oleh pengembang perumahan ataupun pengusaha agrowisata menyebabkan banyak lahan tangkapan yang merupakan lahan resapan air hujan menjadi berkurang, berkurang dan berubahnya lahan resapan menjadi sarana infrastruktur jalan, sarana olah raga, sarana sosial, sarana perumahan dan segala bangunan penunjang aktifitas sehari-hari tidak kurang menyebabkan lahan resapan berkurang hampir sebesar 80 % untuk setiap daerah terbangunnya hal ini belum termasuk pembangunan sarana rekreasi dan lapangan lapangan golf yang cukup luas yang menyebabkan air larian (air permukaan) berubah menjadi sangat

besar volumenya dimana berbanding terbalik dengan air resapan yang seharusnya menjadi salah satu kunci dalam hal menanggulangi bahaya banjir.

Perubahan dari lahan resapan menjadi lahan tertutup (bangunan) pada daerah perbukitan / pegunungan seringkali menjadi penyebab terjadinya air larian yang maksimum, dapat kita lihat dahulu jarang sekali pada saat musim hujan sederas apapun kondisi dari jalan-jalan yang ada tertutup dengan air, daerah Dago yang terkenal di Bandung dengan jalan utama Jl. Ir. H. Juanda tidak pernah tergenang atau berubah menjadi sungai pada saat hujan, semenjak tahun 2004 kejadian ini mulai terlihat disetiap kali musim penghujan, disamping hal lain yang seringkali menjadi faktor penyebab utama, tertutupnya goronggorong air hujan yang menyalurkan air dari badan jalan ke saluran dipinggirnya oleh debu dan sampah jalan, serta kurangnya biaya operasi pemeliharaan yang ada pada setiap penanggung jawab sarana yang ada disamping makin menguatnya tingkat ketidakpedulian akan kondisi lingkungan di kalangan mayarakat kita.

Sumber gambar : Dok. Bid. Tek. Konst 2007 - Pusbiktek Akses jalan menuju Kantor Gubernur prop. Gorontalo

(7)

Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan

Banyak pembangunan infrastruktur yang ada saat ini tidak memperhatikan faktor lingkungan, pembangunan yang ada sebagian besar hanya memikirkan kemaksimalan daerah yang terbangun tanpa memikirkan lahan yang semula merupakan lahan resapan yang seharusnya dicari alternatif pengganti lahan resapan yang telah terbangun tersebut.Ini tidak saja terjadi pada pembangunan sarana perumahan tetapi terjadi juga pada pembangunan sarana penunjang lainnya seperti jalan, sarana olah raga, perumahan dan lain sebagainya yang banyak mengubah lahan resapan menjdi lahan larian.

Jika diperhatikan berapa ribu kilometer persegi lahan resapan yang berubah menjadi lahan larian seperti pembangunan jalan tol, sebut saja jalan tol Purbaleunyi yang panjangnya tidak kurang dari 200 km dengan lahan terbebaskan selebar 30 meter, kehilangan lahan resapan untuk pembangunan jalan ini seharusnya diantisipasi dengan mengubah dan meningkatkan daya resap pada lahan disekitarnya yang tidak diubah untuk lahan larian dan di sepanjang jalan itu sehingga diharapkan prosentase penyerapan air yang ada tetap dapat dipertahankan seperti semula, hal ini memang berat tetapi risiko ini harus tetap ditempuh jika kita tidak mau menerima akibatnya kemudian (banjir atau kekeringan ?).

Contoh kecil saja yang sering kita temukan di sekitar kita adalah rumah tempat tinggal kita. Banyak halaman dimanfaatkan sebagai tempat parkir, lahan jemuran, ataupun tempat bermain yang umumnya dibawahnya dipasangi dengan conblock

dan hanya menyisakan sedikit lahan yang tidak tertutup untuk ditanami, bahkan persyaratan untuk membangun dan melengkapinya dengan sumur resapan pun sangat sulit dan jarang dilakukan oleh pemilik lahan, pertanyaannya adalah sudah adakah sumur resapan dirumah anda ? jawaban sejujurnya adalah BELUM.

 P e n d a n g k a l a n s u n g a i a k i b a t sedimentasi.

Pendangkalan sungai banyak diakibatkan oleh terbawanya partikel-partikel kecil oleh air, partikel tersebut terbawa dari bagian hulu akibat adanya erosi atau gerusan oleh air hujan yang turun pada lahan tidak tertutup yang disebabkan dari adanya penggundulan hutan di bagian hulu dan rusaknya lapisan humus yang sebenarnya berfungsi juga sebagai filter atau media saringan terhadap air hujan sebelum masuk kedalam tanah dan selanjutnya berinfiltrasi di dalam lapisan tanah.

Proses ini berlangsung sedemikian lama secara tidak sadar telah membentuk gundukan-gudukan partikel dan berubah menjadi tanah yang kian lama kian mengeras, meninggi dan memenuhi bidang basah dari sungai tersebut, ini akan menyebabkan berkurangnya daya tampung

Sumber gambar : Dok. Bid. Tek. Konst 2008. Kondisi Sungai di tengah kota Jogyakarta

(8)

sungai untuk mengalirkan air dari hulu ke hilir tak ubahnya seperti ungkapan besar pasak dari tiangnya*. (* sepatah kata yang penulis ambil dari sambutan Plh Kapusbiktek, Bpk. Yaya Supriyatna, Ir. M.Eng. Sc pada pertemuan rutin bulanan di Pusbiktek Dep. PU).

Selain itu pembuangan sampah pada badan air penerima memperburuk kondisi ini, sikap dan tingkat kesadaran masyarakat kita masih rendah dan sampai dengan saat ini kalau mau jujur kita adalah salah satu dari sekian banyak penyebab pendangkalan dari sungai sungai yang ada.

Keadaan ini terus berlangsung, dapat d i k a t a k a n a d a n y a u s a h a - u s a h a penanggulangan yang dilakukan sampai saat ini tidak pernah menyelesaikan persoalan dengan tuntas, memang diperlukan waktu yang lama tetapi seharusnya kita dapat bercermin dan jangan malu untuk mencontoh pada negara-negara lain yang telah berhasil mengatasi masalah pendangkalan pada badan air penerima / sungai.

Berubahnya morfologi sungai

Perubahan fisik bantaran sungai di daerah-daerah mengakibatkan penurunan fungsi jasa hidrologis vegetasi bantaran sungai, padahal bantaran sungai dapat berfungsi sebagai penyaring materi tanah dan air, penahan kecepatan angin, penyerap polutan dan pengendalian iklim mikro.

Selain itu berubahnya morfologis sungai akibat adanya penyempitan sungai yang disebabkan kebutuhan lahan akan perumahan dan penyerobotan lahan sepadan sungai oleh industri yang umumnya lebih suka letak dari pabriknya berada di pinggir sungai sehingga memudahkan membuangan limbah.

Perubahan yang ada seringkali merupakan suatu akumulasi dari ketidaktersediaan lahan, makin tingginya harga serta kebutuhan lahan akan perumahan dan kepentingan lainnya yang sering tidak dapat dicegah, umumnya terjadi di daerah perkotaan dimana kebutuhan akan lahan perumahan dan tempat tinggal sangat tinggi sehingga sering kita temui morfologis sungai didaerah perkotaan sangat cepat berubah bukannya tetap tetapi setiap hari semakin menjadi sempit, dan kadang kala dalam kurun waktu 20 tahun sungai yang dulunya mempunyai kelebaran 30 meter bisa berubah menjadi sungai dengan lebar hanya 8 meter saja.

Perubahan yang terjadi di bagian hulu sering kali terjadi akibat adanya pemanfaatan dari kekayaan material yang terdapat dalam sungai, seperti batu dan pasir, pemanfaatan material untuk dijadikan sebagai material bangunan menyebabkan perubahan yang sangat ekstrim, berubahnya lebar sungai dapat menyebabkan perubahan pada kecepatan aliran sungai, berubahnya Sumber Gambar : Web Site

Kondisi Sungaidi Jakarta

(9)

kecepatan aliran sungai ini akan menyebabkan dampak yang kadang tidak dapat diduga, sehingga sering kita dengar adanya tanggul tanggul yang jebol pada saat musim hujan baik untuk musim hujan 5, 10, 15, 25 tahunan dan seterusnya. Banyaknya pemanfaatan lahan di daerah hulu memang menjadi polemik tersendiri, rakusnya masyarakat kita untuk mengubah kondisi alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup ini terlihat sangat tinggi sekali, selain disebabkan oleh tekanan ekonomi yang makin berat dan semakin meningkatnya sifat konsumtif dari masyarakat kita, hal ini dapat dibuktikan dengan mudahnya mereka melepaskan tanah yang mereka miliki hanya sekedar untuk memenuhi sebuah keinginan, dahulu orang mencari rumput ke gunung hanya dengan berjalan kaki, sekarang ini mereka mencari rumput ke hutan dengan menggunakan kendaraan roda dua (motor), ini tidak dapat dipungkiri kenyataannya, lihatlah daerah Lembang di utara kota Bandung yang katanya berudara sejuk. Tingkat keberhasilan pengelolaan kawasan sempadan sungai, terutama di wilayah yang padat permukiman, menurut Tarsoen, sangat ditentukan oleh kemampuan pendekatan terhadap masyarakat. Upaya pemulihannya membutuhkan dua tahapan. Pertama, sosialisasi pentingnya perlindungan kawasan sempadan sungai, dengan lebih menekankan pada pemahaman makna konservasi sempadan, peranan fungsi jasa vegetasi khas bantaran, dan arti pentingnya keikutsertaan masyarakat sebagai mitra dalam pemulihan lahan bantaran. Kedua, memacu ketulusan para pemukim agar secara arif akan sadar untuk meninggalkan kawasan sempadan sungai.

Berubahnya fungsi penampung air

(situ, danau, waduk).

Berubahnya fungsi penampungan air yang semulanya berupa situ, danau ataupun waduk menjadi lahan perumahan atau menjadi tempat pembuangan sampah b a n y a k m e m p e n g a r u h i t e r h a d a p pengendalian air permukaan, lahan yang seharusnya untuk menampung air larian atau kelebihan air yang sudah tidak dapat diserap lagi oleh lahan terbuka karena sudah menjapai sifat jenuh pada saat hujan turun menyebabkan air akan mencari lahan lainnya yang dianggap masih dapat menyerap dan menampungnya.

(10)

dibangun di daratan banjir, jika pun akan m e m b a n g u n s e h a r u s n y a s u d a h diperhitungkan akan kondisi daerahnya, muka air yang ada pada posisi rata rata, minimal dan maksimal, manfaat dari daerah yang akan dibangun jika memang daerah itu adalah daerah tangkapan atau penampungan, kegunaan dari daerah yang akan dibangun serta sederet pertimbangan yang benar-benar harus dikaji dengan bijak dan penuh pertimbangan, jika kita llihat sekarang ini tinggi muka jalan di kilometer 26 s/d 27 itu terletak di bawah muka air kolam kolam ikan di kanan kirinya hal ini disebabkan penurunan dari konstruksi jalan yang terjadi dimana memang sudah diduga akan terjadi dan memang kenyataannya terjadi adanya penurunan tinggi muka jalan hampir mancapai 1 meter semenjak jalan itu dipergunakan semenjak tahun 1985. Jadi bagaimana infrastruktur yang ada akan bebas dari banjir kalau keadaan ini tidak berubah, boleh saja Pemda DKI dan D e p a r t e m e n P e k e r j a a n U m u m menyediakan berpuluh-puluh pompa sebagai sarana pendukung dalam mengendalikan genangan yang terjadi, jika kondisi sekelilingnya tidak dibenahi secara terpadu, termasuk pelebaran jalan yang sedang dilaksanakan saat ini akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia dan menyebabkan berkurangnya daerah penampungan air di lokasi ini,

Sumber gambar : www.angkasa-online.com

Sumber gambar : www.angkasa-online.com

Alternatif Penanggulangan

 Program Penghijauan Lahan Kritis Secara Kontinyu

Program penghijauan lahan kritis harus dilaksanakan sekarang juga, jangan menunggu setelah seluruh hutan yang kita miliki ini habis ditebang oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab yang mempergunakan kesempatan setelah mendapatkan surat ijin Penguasaan Hutan atau Hak Guna Usaha, program ini harus menerus dan harus diwariskan kepada generasi mendatang sebagai penerus kita jika seluruh kepulauan di Indonesia ini tidak ingin berubah kondisinya menjadi Gurun Sahara, mulailah dengan menanam pohon di halaman rumah sebagai bagian

Sumber gambar : www.angkasa-online.com

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

(11)

terkecil dari upaya pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.

Langkah berikutnya adalah menanami secara menerus dan perlahan tapi pasti seluruh lahan kritis yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dengan cara menanaminya kembali dengan bibit pohon produktif yang dapat mendatangkan hasil sampingan dari program penghijauan ini dengan mengikut sertakan seluruh Pemprov, Pemkab/Pemkot yang ada untuk turut serta berperan dalam program ini tanpa kecuali serta memperluas ruang terbuka hijau di daerah perkotaan sebagai salah satu langkah awal.

Program penghijauan ini tidak hanya pada lahan kritis saja, tetapi pada setiap pesisir pantai yang dulunya merupakan green barrie oleh tanaman bakau, api-api dsb

 Partisipasi Masyarakat

Mengikut sertakan masyarakat dalam program penghijauan ini serta mengajak masyarakat menjaga, memelihara mengelola lingkungan dan sumber daya alam dengan arif dan bijaksana agar diperoleh manfaat yang lebih besar, program penghijauan ini dapat dilakukan dengan cara tumpangsari pada lahan perkebunan sayuran sehingga manfaat ganda dapat diperoleh.

M e m b e n t u k k e l o m p o k - k e l o m p o k masyarakat di sekitar lahan konservasi atau hutan negara sebagai salah satu langkah dalam menjaga kelestarian hutan yang ada, sebagai contoh dapat dilihat pada kelompok masyarakat Naga di daerah Garut atau di daerah Baduy.

Memberikan penghargaan kepada setiap kelompok masyarakat yang dapat menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya atau kelompok masyarakat yang dapat m e n a m b a h r u a n g t e r b u k a h i j a u disekelilingnya dengan target setiap 1 orang memerlukan 20 m2 RTH, (Sarwoko, Dosen pengajar ITS Kolokium dan Saresehan Penajaman Litbang Permukiman, Sesi Diskusi Tanya Jawab, Bandung 14 mei 2008, kelompok C),

Menambah Luas Daerah Tangkapan

Air/ Resapan Air yang Ada dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna

Menambah luas daerah tangkapan air /resapan air yang ada terutama pada daerah daerah tangkapan dan resapan air yang saat ini sudah banyak berubah fungsinya menjadi perumahan, sarana olahraga (lapangan golf) dan sarana infrastruktur penunjang lainnya dengan cara :

A.Menerapkan konstruksi sumur resapan di setiap luasan tertentu sebagai salah satu cara

Sumber Gambar : Bid. Tekkons Pusbiktek Lokasi : Wana Wisata Semarang.

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

(12)

jalan sebaiknya dibuat susun walaupun dengan risiko biaya lebih mahal,

Perbaikan dan Pengembalian

Morfologis Sungai ke Kondisi Semula

a.Pengembalian morfologis sungai ke kondisi awal, sebagai langkah yang harus dilakukan dimana merupakan langkah tindak lanjut dari program penghijauan lahan kritis yang dilaksanakan di bagian hulu, hal ini mengingat sungai sebagai sarana penampungan dan pengaliran air yang masuk kedaerah aliran sungai harus bebas dari semua hambatan yang menghalangi.

b.Pembebasan lahan / pembebasan bantaran di sepanjang sungai dari permukiman, untuk kemudian dijadikan jalur hijau atau jalur inspeksi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi dan pemeliharaan daerah aliran sungai yang ada.

c.Mengembalikan dasar sungai yang ada kekondisi semula dengan jalan melakukan pengerukan sampai dengan level yang ditentukan, sehingga diharapkan kapasitas sungai sebagai penampung air dan saranan pengaliran/penyaluran dapat berfungsi m a k s i m a l . H a l i n i a k a n d a p a t meminimalisasi meluapnya air dari sungai akibat kelebihan kapasitas.

d.Mengajak masyarakat/ warga di sepanjang daerah aliran sungai untuk tidak membuang sampah atau material lainnya yang dapat menyebabkan percepatan proses pendangkalan di badan sungai E.Mengikut sertakan pemprov, pemkab/ pemkot yang daerahnya di lalui alur sungai untuk berpartisapasi dalam menjaga kondisi daerah aliran sungai sesuai dengan tanggungjawabnya, mengingat one river one management sudah dilaksanakan tetapi masih diperlukan koordinasi yang lebih baik dalam mengelola sumber daya alam yang ada serta pelaksanaan pemeliharaan. dalam menangkap air lebih besar sehingga

prosentasi air yang masuk dan meresap ke dalam tanah dapat meningkat minimal sebanding dengan prosentasi air yang tidak dapat meresap ke tanah akibat tertutupnya daerah resapan/ muka tanah asli oleh plesteran/ bangunan, diharapkan hal ini dapat menjamin dan menjaga pasokan air tanah dalam yang berada di lapisan tanah, sehingga ketersediaan air tanah dalam dapat selalu terjamin volumenya pada setiap musim kemarau.

b.jika hal ini sulit untuk diterapkan maka langkah lain yang dapat diterapkan adalah dengan jalan mengurangi luas lahan tertutup disetiap rumah yang telah dibangun dengan megembalikannya ke kondisi semula, sehingga diharapkan penyerapan dapat berlangsung dengan seperti kondisi semula khususnya untuk lahan pekarangan yang tertutup.

c.Menerapkan kepada setiap pengembang bahwa pembangunan perumahan yang ada dari luas lahan terbangun harus mempunyai ruang terbuka hijau 50 : 50 agar pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat berlangsung, sedangkan untuk setiap pembangunan ruas jalan baru harus menyediakan lahan bebas dari perkerasan minimal 30% dari lahan terbangun, hal ini bisa diterapkan disisi kiri dan kanan dari luas jalan yang ada dengan menanam tumbuhan keras atau tubuhan yang berdaun rindang hal ini diharapkan disamping tanaman tersebut berfungsi sebagai peredam suara dan sebagai penghalang debu maka dapat pula berfungsi sebagai penahan air sehingga tidak cepat terbuang, hal ini harus diterapkan dengan tidak pandang bulu baik untuk instansi pemerintah (Dep. PU) maupun PT Jasa Marga.

(13)

Gambar : Oh Jakartaku-Sumber Gambar : Dari beberapa Web.site

Mengembalikan Fungsi Penampungan Air yang Ada (Situ, Danau, Waduk)

Mengembalikan fungsi penampungan air untuk saat ini memang sangat sulit, tetapi mau tidak mau kita harus melakukannya, untuk daerah-daerah yang dulunya sebagai daerah penampungan dan kini sudah terbangun khususnya di daerah perkotaan haruslah dicari langkah alternatif untuk dapat mengembalikan daerah tersebut menjadi daerah tampungan air. Kita harus ingat bahwa sebenarnya kita yang mendatangi daerah genangan banjir bukan banjir yang mendatangi kita.

Langkah tindak yang harus diambil adalah lebih banyak memanfaatkan lahan terbuka yang tersisa seberapa besar dan luasnya sebaiknya dibuat menjadi kolam p e n a m p u n g a n y a n g b e r w a w a s a n lingkungan, contoh nyata dapat dilihat di komplek kampus Universitas Hasanuddin Makassar, dimana pembangunan infrastruktur (Bangunan Administrasi Pendidikan, Perkuliahan, Asrama Mahasiswa, Sarana olah raga dsb. benar-benar berwawasan lingkungan) dan untuk sistem pembuangannya dapat dilakukan dengan cara pemompaan ke saluran terdekat. Mengembalikan kondisi situ, danau dan waduk yang masih ada harus benar-benar dilakukan agar bencana banjir dapat diminimalisasi, karena kita harus ingat bukan banjir yang mendatangi kita tetapi kita yang mendatangi banjir, yaitu a n t a r a l a i n d e n g a n m e m b a n g u n infrastruktur di daerah genangan.

Sumber Gambar : Bid. Tekkons-Pusbiktek 2007

Mengembalikan kondisi situ, danau dan waduk yang masih ada harus benar-benar dilakukan agar bencana banjir dapat diminimalisasi, karena kita harus ingat bukan banjir yang mendatangi kita tetapi kita yang mendatangi banjir, yaitu antara lain dengan membangun infrastruktur di daerah genangan.

Penerapan Perundang-undangan dengan konsekuen dan Tidak Pandang Bulu

Penerapan undang undang yang berlaku baik mengenai SDA, Lingkungan hidup dan segala perundangan yang mendukung puntuk perbaikan lingkungan harus benar-benar diterapkan dengan tidak pandang bulu dan berlaku juga untuk aparat pemerintahan yang telah mengeluarkan ijin yang akan menyebabkan timbulnya masalah harus pula ditindak, semua ini tiada lain untuk menjaga, memelihara dan memberikan kesempatan hidup yang lebih layak lagi untuk generasi mendatang.

Penutup

Bencana banjir itu sesungguhnya dapat diatasi, jika pengendaliaannya dilakukan dengan baik dan benar, yaitu dengan melakukan langkah tindak yang terpadu, mengingat banjir yang sering terjadi tidak hanya disebabkan oleh adanya perubahan cuaca yang akhir akhir ini cenderung bersifat ekstrim dan sering dijadikan alasan

(14)

*) Ka. Sub. Bid. Pemberdayaan Penerapan Teknik Konstruksi Pusbiktek BPKSDM – Dep. PU.

utama penyebab terjadinya banjir, tetapi banyak dari kita tidak sadar bahwa banjir yang terjadi umumnya disebabkan oleh akibat proses pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan sifat tamak dari kita dalam mengeksplor sumber daya alam yang ada tanpa mengindahkan batas-batas yang normal, oleh sebab itu kiranya perlu dilakukan langkah langkah penanggulangan dengan melibatkan seluruh masyarakat, stakeholder dan pengambil kebijakan dalam mengatasi hal ini, hal ini harus dilakukan sebelum kondisi yang ada menjadi semakin parah, langkah langkah tersebut antara lain adalah :

1.pembangunan yang berwawasan lingkungan, untuk semua pembangunan insfrastruktur, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta.

2.Proses pemberian ijin terhadap suatu kegiatan harus dikaji terlebih dahulu untung ruginya khusus untuk pembangunan yang banyak menyita lahan serapan atau hutan lindung.

3.Pengawasan sepanjang pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab4

4.Program Rehabilitasi lahan kritis harus terus dilaksanakan secara berkelanjutan, bukan merupakan kegiatan kejutan atau yang ikut-ikutan dan harus ditndak lanjuti dengan program pemeliharaannya.

5.Monitoring dan pengawasan terhadap progran rehabilitasi harus dilakukan sehingga diketahui langkah tindak yang harus diambil dalam menanggulangi kerusakan dapat segera diambil.

6.Bukan hanya teori yang harus diterapkan tapi juga aplikasi harus diikut sertakan sehingga program rehabilitasi dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan atau mencapai target yang diinginkan.

7.Ikut sertakan masyarakat di sekeliling lokasi pekerjaan agar turut serta mensukseskan program yang ada dengan

melibatkannya dari saat perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengelolaannya, termasuk dalam penyediaan bibit tanaman yang diperlukan.

8.Program sosialisasi dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis harus dilaksanakan secara berkelanjutan. 9.Daerah sebagai pemilik dari lahan kritis harus mempunyai target keberhasilan program rehabilitasi setiap tahunnya, sehingga diharapkan lahan kritis yang ada disetiap daerah dapat makin berkurang, hal ini harus diikuti pula oleh tingkat kesadaran dari masyarakat yang ada. 10.Setiap tindakan yang menyebabkan kerusakan lingkungan khususnya daerah resapan dan tangkaan air, harus mendapat sangsi yang berat sehingga dapat menyebabkan rasa jera kepada pelaku-pelaku perusak lingkungan lainnya, hal ini berlaku pula untuk para aparat pemerintah yang mengeluarkan ijin terhadap pengelola lingkungan yang ada. 11.Kembalikan kondisi yang ada diseluruh bantaran sungai yang telah mengalami kerusakan secara perlahan tapi pasti dan berkelanjutan.

(15)

STRATEGI PENGELOLAAN

ASET INFRASTRUKTUR

PEKERJAAN UMUM

UNTUK MEWUJUDKAN

DAYA SAING BANGSA

Oleh : Nugroho Wuritomo

ABSTRAKSI

Infrastruktur mempunyai peran strategis dalam menggerakkan laju perekonomian dan mewujudkan daya saing bangsa. Perlu dilakukan pengelolaan aset infrastruktur yang ideal dan profesional agar dana pembangunan infrastruktur yang besar serta segala upaya dan kerja keras konstruksi Indonesia selama ini tidak hilang begitu saja. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam mencapai kompetensi pengelolaan aset infrastruktur yang ideal dan profesional demi mendukung peningkatan daya saing bangsa. Metode kajiannya menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data sekunder dan analisis datanya menggunakan analisis deskriptif.

B e r d a s a r k a n i d e n t i f i k a s i permasalahan dan analisis yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa strategi yang harus dilakukan untuk menuju pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang ideal dan profesional adalah memenuhi kebutuhan kompetensi minimal yang dibutuhkan dalam pengelolaan aset infrastruktur di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, yaitu dalam hal perencanaan, penguasaan dan pemanfaatan aset, serta evaluasi & monitoring.

D a l a m a s p e k k e l e m b a g a a n , Departemen Pekerjaan Umum perlu membentuk suatu unit/bidang yang khusus menangani pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum, yang memenuhi kompetensi sebagaimana tersebut di atas. Disamping itu, untuk mendukung pengelolaan aset infrastruktur, maka diperlukan Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Aset Infrastruktur Pekerjaan Umum yang terintegrasi dengan/dan

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aset infrastruktur memiliki nilai strategis bagi pembangunan suatu bangsa, sebagaimana dikemukakan oleh Hudson dan Uddin (1997) bahwa kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara ditandai oleh kondisi infrastruktur di negara tersebut karena aset infrastruktur yang handal akan memungkinkan terjadinya diversifikasi produksi, pengembangan

Jembatan Palu IV

Dok : Bid. Teknik Konstruksi – Pusbiktek 2007

antar berbagai pihak yang terkait, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) dalam bidang Manajemen Aset Infrastruktur yang aplikatif, serta strategi-strategi lain yang terkait dengan fungsi Departemen Pekerjaan Umum sebagai perumus kebijakan di tingkat nasional.

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

(16)

perdagangan, pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan, serta peningkatan kualitas hidup secara umum. Lebih lanjut, World Bank (1994) menegaskan bahwa infrastruktur merupakan kontributor utama bagi proses pembangunan. Hal ini karena beragam infrastruktur merupakan pondasi bagi pemerataan pembangunan dan peningkatan s e k t o r - s e k t o r l a i n n y a , s e p e r t i perekonomian, pertanian, perindustrian, perdagangan, pariwisata, bahkan pertahanan dan keamanan. Selain itu, keberadaan infrastruktur juga mampu membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan n a s i o n a l . P e m b a n g u n a n d e m i pembangunan infrastruktur telah diselenggarakan oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, pengelolaan aset-aset infrastruktur yang telah ada sejak awal seolah-olah terlupakan oleh pesatnya pembangunan infrastruktur yang baru. Tolok ukur yang cukup jelas untuk mengetahui sejauh mana ketertiban dalam mengelola aset adalah dalam hal pelaporan (Kirmanto, 2007). Pada tahun 2007, kekayaan Departemen Pekerjaan Umum tercatat sejumlah Rp.53,8 trilyun. Jumlah tersebut dinilai masih jauh dari nilai sebenarnya mengingat alokasi anggaran Belanja Modal Departemen Pekerjaan Umum yang dalam tahun 2005 dan 2006 saja mencapai Rp.23 trilyun. Seharusnya, dengan eksistensinya selama puluhan tahun, nilai kekayaan Departemen Pekerjaan Umum melebihi jumlah Rp.53,8 trilyun (Sjarief, 2007(ii)).

Kurangnya perhatian dalam hal pengelolaan dan pemeliharaan aset infrastruktur, selain terlihat dari adanya mismanajemen di atas juga terlihat dari minimnya anggaran pemerintah untuk pemeliharaan sarana dan prasarana publik.

1.2 Permasalahan

Departemen Pekerjaan Umum mempunyai visi untuk menjamin pelayanan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang baik dan layak untuk kehidupan yang Jembatan Palu IV

Dok. Bid. Teknik Konstruksi 2007

Padahal jika dilihat dari investasi yang dialokasikan dalam bidang infrastruktur, maka dapat dikatakan sangatlah besar, baik yang berasal dari dana Pemerintah (APBN dan LOAN) maupun pihak swasta. Apalah artinya pembangunan infrastruktur yang baru apabila terus mengabaikan nilai-nilai aset dari investasi infrastruktur sebelumnya.

(17)

nyaman, produktif dan berkelanjutan, serta fungsi untuk memenuhi kebutuhan dan mengembangkan infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum secara profesional, partisipatif dan transparan guna mewujudkan ruang nusantara yang nyaman dan berkualitas (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005-2009). Sejalan dengan visi dan fungsi Departemen Pekerjaan Umum tersebut, maka pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum sudah selayaknya dilakukan secara profesional untuk menuju pengelolaan infrastruktur yang ideal guna mendukung peningkatan daya saing bangsa. Namun pada kenyataannya, terdapat berbagai permasalahan krusial yang terkait dengan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum. Apabila dikaji secara mendalam, permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan umum dapat diklasifikasikan kedalam 3 bagian, yaitu (Siregar, 2007; Sjarief, 2007(i); Sugiyanto, 2007):

1.Permasalahan dalam Aspek Pelaksanaan Manajemen Aset Infrastruktur, antara lain: a.Aset infrastruktur belum terinventarisasi

dengan baik/ tidak lengkap.

b.Kesulitan dalam inventarisasi karena aset tersebar lokasi & hak penguasaannya. c.Status kepemilikan aset ganda/ lemah/ tdk

jelas bukti kepemilikannya.

d.Pemanfaatan aset yang tidak efisien dan/atau kurang optimal.

2.Permasalahan dalam Aspek Pelaksana Manajemen Aset Infrastruktur, antara lain: a.Adanya beragam konflik kepentingan

dalam kewenangan pengelolaan aset infrastruktur baik internal Departemen Pekerjaan Umum maupun antara Departemen Pekerjaan Umum dengan Pemda/pihak lain.Kurangnya SDM yang berkompeten dalam pelaksanaan manajemen aset infrastruktur.

b.Ketiadaan SDM/unit yang khusus menangani manajemen aset infrastruktur.

2.Permasalahan dalam Aspek Pendukung, antara lain:

a . B e l u m a d a s t a n d a r p e l a p o r a n inventarisasi aset infrastruktur di Departemen Pekerjaan Umum.

b.Sistem/prosedur penguasaan/pengalihan aset yang panjang sehingga perlu waktu lama.

c.Kebijakan & Landasan hukum yang belum terpadu & menyeluruh.

d.Belum adanya Sistem Informasi Manajemen Aset yang sangat berguna dalam pengawasan, pengendalian dan perencanaan kebutuhan aset, serta masih lemahnya pengawasan dan pengendalian. Semua permasalahan diatas merupakan permasalahan penting, namun sesuai dengan kebutuhan penanganan yang paling mendesak dan utama, maka kajian ini difokuskan kepada permasalahan dalam

(18)

Aspek Pelaksana Manajemen Aset Infrastruktur, yaitu mengkaji strategi kebutuhan kompetensi untuk pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang ideal dan profesional.

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukannya kajian ini adalah untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam mencapai kompetensi pengelolaan aset infrastruktur yang ideal dan profesional demi mendukung peningkatan daya saing bangsa.

Maksud pengelolaan aset infrastruktur yang ideal adalah dapat terlaksana dengan lebih tertib, efektif, efisien dan akuntabel. Tertib, dalam artian tertib administrasi dan tertib pengelolaan; efektif dan efisien dalam arti bahwa aset infrastruktur pekerjaan umum digunakan secara optimal untuk menundukung pembangunan bangsa; serta akuntabel dalam artian kegiatan pengelolaan aset infrastruktur s e n a n t i a s a h a r u s d a p a t dipertanggungjawabkan. Sedangkan maksud pengelolaan infrastruktur yang p r o f e s i o n a l a d a l a h m e n y a n g k u t terpenuhinya unsur-unsur kompetensi sumberdaya manusia (SDM)-nya.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari tulisan ini, yaitu:

( 1 ) P e n g e m b a n g a n P e m b a n g u n a n Infrastruktur

Tulisan sederhana ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, terutama Departemen Pekerjaan Umum, dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang berkelanjutan (sustainable infrastructure) dalam rangka mewujudkan daya saing bangsa.

(2)Pengembangan ilmu pengetahuan Tulisan ini diharapkan dapat membantu menambah pengetahuan mengenai manajemen aset infrastruktur Pekerjaan Umum, sehingga dapat digunakan sebagai wacana akademis guna memperluas cakrawala ilmu pengetahuan terutama bidang ilmu manajemen aset infrastruktur.

1.5 Ruang Lingkup

Agar pembahasan makalah ini tidak terlalu luas sehingga menyimpang dari tujuannya, maka ruang lingkup kajian ini dibatasi sebagai berikut:

(1)Yang dimaksud dengan aset infrastruktur disini adalah aset infrastruktur Pekerjaan Umum, yaitu aset infrastruktur yang dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum, seperti: jalan, jembatan, bendungan, jaringan irigasi, saluran drainase, dan permukiman.

(2)Kajian ini difokuskan kepada permasalahan dalam Aspek Pelaksana Manajemen Aset Infrastruktur ke-PU-an, yaitu mengkaji kompetensi yang dibutuhkan dalam manajemen aset infrastruktur. Aspek lain akan dibahas, namun tidak secara detail.

(19)

2. METODE PENDEKATAN

Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan dapat berasal dari data internal dan data eksternal (Bogdan dan Taylor, 1975). Data internal, yaitu: dokumen, arsip dan catatan orisinil yang diperoleh dari Departemen Pekerjaan Umum. sedangkan data eksternal, yaitu publikasi data yang diperoleh melalui pihak lain, seperti textbook, jurnal, makalah hasil seminar maupun artikel di internet yang berasal dari berbagai instansi/lembaga, yang terkait dengan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif, yang memiliki tujuan untuk menjelaskan karakteristik subyek yang diteliti serta aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati.

3. A N A L I S I S D A N

PEMBAHASAN

3.1. Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Pekerjaan Umum selain sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia juga mempunyai fungsi dalam pengelolaan barang milik/kekayaan yang menjadi tanggung jawabnya, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden R.I. No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara RI dan Peraturan M e n t e r i P e k e r j a a n U m u m N o . 51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005-2 0 0 9 . P a d a d a s a r n y a , t u j u a n dilaksanakannya pengelolaan aset tersebut adalah untuk (Siregar, 2004):

(1)Menyediakan layanan yang dibutuhkan Pemerintah dan masyarakat, dengan ketentuan fokus pada hasil serta tepat penggunaan dan perawatan aset.

(2)Optimalisasi potensi layanan yang dihasilkan oleh aset, yang mencakup pengembangan manajemen aset eksisting dan fleksibilitas aset dengan penggunaan skala ekonomis.

(3)Maksimalisasi nilai aset dengan tetap menjaga nilai dan manfaat sesuai siklus aset, serta memanfaatkan kerjasama dengan pihak swasta yang terkait.

(4)Kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan prinsip right assets in the right location in the right amounts, dimana pengembangan aset akan meningkatkan daya saing.

Sumber Gambar : Dok. Bid. Tek.Kon – Pusbiktek

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

(20)

(1)Perencanaan aset, antara lain meliputi kegiatan:

a.Legal audit

Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan atau penghapusan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan, pengalihan ataupun penghapusan aset. b.Studi optimalisasi aset

Studi optimalisasi aset bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki suatu aset. Dalam aspek ini, aset-aset infrastruktur diidentifikasi dan dikelompokkan atas yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan harus

dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah atau faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk m e n g o p t i m a l k a n a s e t y a n g dikuasai.C.Studi kebutuhan/ kelayakan aset

Studi kebutuhan/ kelayakan aset bertujuan untuk merencanakan kebutuhan aset serta untuk menilai kelayakan dari suatu rencana pengadaan aset. Dalam hal ini, dilakukan studi kelayakan secara menyeluruh, mulai dari segi biaya maupun manfaat aset.

(1)Memenuhi responsibilitas dan akuntabilitas, dengan adanya kejelasan kepemilikan dan kontrol atas aset serta komunikasi akuntabilitas dan laporan pertanggungjawaban.

Sesuai dengan semangat reformasi di bidang pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) dan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka pada dasarnya telah terjadi perubahan paradigma dalam pengelolaan aset negara, yaitu dari “administratif aset” menjadi “manajemen aset”. Secara ringkas, pada hakikatnya manajemen aset infrastruktur Pekerjaan Umum dapat dibagi kedalam 3 aspek krusial sebagaimana disajikan dalam gambar berikut ini :

Gambar 2. Aspek-Aspek dalam Manajemen Aset Infrastruktur

(Diolah dari Siregar, 2004; UU RI No. 1/ 2004; Siregar, 2007)

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

(21)

(2)Penguasaan dan Pemanfaatan aset, antara lain meliputi kegiatan: pengadaan, pengalihan dan penjualan aset; tata cara p e n g g u n a a n d a n p e m e l i h a r a a n ; penatausahaan; perawatan (perbaikan) aset; serta penyelesaian seluruh kewajiban yang berkaitan dengan keberadaan aset. K e g i a t a n - k e g i a t a n d a l a m a s p e k penguasaan danpemanfaatan aset dilakukan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku, antara lain mengacu pada Undang-Undang R.I. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah R.I. No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah.

(3)Evaluasi & Monitoring

Evaluasi dan monitoring dapat dikatakan merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara tujuan operasional aset dan kenyataan, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar tercapai pemanfaatan aset infrastruktur yang optimal.

Evaluasi dan monitoring mempunyai 2 fungsi yang sangat penting, yaitu:

Sumber Gambar : Dok. Bid. Tek.Kon – Pusbiktek

A.Fungsi pemantauan dan motivasi performa

Dengan pemantauan yang baik terhadap semua aset infrastruktur akan memaksa unsur-unsur pengelola untuk bekerja secara cakap dan jujur, sehingga akan menjadi motivasi utama untuk mencapai performa yang tinggi.

B.Fungsi manajerial

Untuk menangani permasalahan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang cukup kompleks, pelaksanaan monitoring dengan sistem informasi yang baik akan memudahkan para pengambil keputusan untuk segera mengetahui aset-aset infrastruktur yang memiliki performa buruk, sehingga dapat segera dilakukan u s a h a u n t u k m e n g a t a s i d a n memperbaikinya.

Kegiatan yang dilakukan dalam aspek evaluasi dan monitoring ini, antara lain meliputi:

a. Inventarisasi aset

Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, kondisi, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan, dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labelling, pengelompokan dan pembakuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.

b.Penilaian (valuation)

(22)

berkelompok dalam penyelenggaraan tugas pekerjaan. Berdasarkan pemaparan diatas, diketahui bahwa kompetensi minimal yang dibutuhkan dalam pengelolaan aset infrastruktur di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, yaitu:

a. Perencanaan aset, meliputi kompetensi dalam hal: legal audit; studi optimalisasi aset; serta studi kebutuhan/ kelayakan aset. b.Penguasaan dan Pemanfaatan, meliputi kompetensi dalam hal: pengadaan, pengalihan dan penjualan aset; tata cara p e n g g u n a a n d a n p e m e l i h a r a a n ; penatausahaan; perawatan (perbaikan) aset; serta penyelesaian seluruh kewajiban yang berkaitan dengan keberadaan aset. c.Evaluasi & Monitoring, meliputi kompetensi dalam hal: inventarisasi aset; penilaian (valuation); penyusunan/ pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset; pembaharuan (update) data aset.

Strategi/ tindak lanjut operasional yang diperlukan untuk pengembangan kompetensi di atas, antara lain dapat dilakukan dengan menyusun bakuan kompetensi pengelolaan aset berupa Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

(2) Aspek Kelembagaan Manajemen Aset

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki aspek kelembagaan dalam manajemen aset infrastruktur Pekerjaan Umum, antara lain: -Mengingat adanya kompleksitas permasalahan dalam pengelolaan aset, keterbatasan sumber daya yang ada dan dengan melihat strategi pengelolaan aset di beberapa negara lain, maka Pemerintah R.I. perlu mempertimbangkan adanya suatu Badan/Lembaga/Unit yang khusus

Disamping itu, penilaian disini juga dapat dilakukan untuk mengetahui kinerja aset berdasarkan kemanfaatan ekonomis aset. c.Penyusunan/ pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset

Satu sarana yang efektif untuk kinerja aspek evaluasi dan monitoring adalah penyusunan/ pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA). Melalui SIMA transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan evaluasi dan monitoring yang lemah. Dalam SIMA ini kedua aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek evaluasi dan monitoring. Sehingga setiap penanganan terhadap suatu aset infrastruktur termonitor dengan jelas mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya.

d. Pembaharuan (update) data aset

Pembaharuan atau update data aset sangat berguna untuk mendukung keakuratan data dalam Sistem Informasi Manajemen Aset.

3.3. Analisis Strategi Pengelolaan

Aset Infrastruktur Pekerjaan Umum

Berdasarkan paparan diatas dan permasalahan yang terjadi, maka ada beberapa strategi yang dapat ditindaklanjuti Departemen Pekerjaan Umum untuk mewujudkan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang ideal dan profesional, yaitu:

(1) Kebutuhan Kompetensi dalam Pengelolaan Aset Infrastruktur

Kompetensi didefinisikan oleh Sambodo (2006) sebagai penguasaan disiplin keilmuan dan pengetahuan serta ketrampilan menerapkan metode dan teknik tertentu didukung sikap perilaku yang tepat, guna mencapai dan/atau mewujudkan hasil tertentu secara mandiri dan/atau

(23)

menangani manajemen aset. Berkaitan dengan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum, maka Departemen Pekerjaan Umum juga perlu membentuk suatu unit/bidang yang khusus menangani pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum, sehingga diharapkan dalam pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum dapat dilakukan secara terfokus, optimal dan profesional.

-Pembentukan unit/bidang khusus pengelolaan aset yang akan dibentuk di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum minimal harus mampu memenuhi

kompetensi sebagaimana tersebut di atas. -Dilakukan restrukturisasi pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum dari tingkat pusat sampai level terbawah.

(3)Aspek SDM/Pelaksana Manajemen Aset

Ketersediaan sumberdaya manusia yang berkaitan dengan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum harus dapat m e m e n u h i k o m p e t e n s i m i n i m a l sebagaimana tersebut di atas.

Untuk mendukung restrukturisasi pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum, maka perlu strategi penyiapan sumber daya manusia yang profesional dalam pengelolaan aset, baik dengan penambahan kuantitas (merekrut tenaga-tenaga baru yang profesional dalam bidang Manajemen Aset) maupun dengan peningkatan kualitas, antara lain melalui program-program sebagai berikut:

Kursus/ pelatihan/ workshop manajemen aset bagi tenaga/ calon tenaga pengelola aset, dengan materi sebagaimana kompetensi di atas. Kursus/ pelatihan mengenai manajemen aset dapat dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Setjen Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Pembinaan Keahlian dan

Teknik Konstruksi BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum, maupun Direktorat Teknis/unit pengelola aset bersangkutan.

-Pendidikan manajemen aset bagi tenaga/ calon tenaga pengelola aset, dengan jenjang pendidikan Diploma/Sarjana/Pascasarjana. Lokasi pendidikan dapat diadakan di dalam negeri, yaitu Program Diploma 4 Manajemen Aset di Politeknik Negeri Bandung dan Program Pascasarjana Magister Manajemen Aset di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (Perguruan Tinggi mitra kerja Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum) maupun di luar negeri. Strategi tindak lanjut operasional yang diperlukan Departemen Pekerjaan Umum untuk mendukung program-program tersebut, antara lain:

-Pelaksanaan identifikasi dan analisis kebutuhan SDM pengelola aset infrastruktur di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, sehingga dihasilkan suatu peta kebutuhan SDM pengelola aset baik di tingkat pusat/Departemen maupun unit/daerah.

-Melakukan pengembangan pelatihan manajemen aset, yang meliputi kurikulum, materi, dan metode pelatihan.

-Fasilitasi pengembangan kurikulum program studi manajemen aset, baik untuk jenjang diploma maupun magister.

-Dalam penyelenggaraan pendidikan maupun pelatihan, agar sekaligus dilakukan sertifikasi bekerjasama dengan asosiasi profesi terkait.

(4) Aspek Pendukung

Beberapa strategi dari Aspek Pendukung, yang dapat ditindaklanjuti Departemen Pekerjaan Umum untuk mewujudkan

(24)

Kondisi aset fisik infrastruktur yang handal a k a n m e m u n g k i n k a n t e r j a d i n y a diversifikasi produksi, pengembangan perdagangan, pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan, serta peningkatan kualitas hidup secara umum. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan aset infrastruktur yang ideal dan profesional agar dana pembangunan infrastruktur yang besar serta segala upaya dan kerja keras konstruksi Indonesia selama ini tidak hilang begitu saja.

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan analisis kebutuhan, maka strategi yang dapat dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk menuju pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang ideal dan profesional sebagai berikut:

(1) Memenuhi kebutuhan kompetensi minimal yang dibutuhkan dalam pengelolaan aset infrastruktur di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, yaitu:

a. Perencanaan aset, meliputi kompetensi dalam hal: legal audit; studi optimalisasi aset; da studi kebutuhan/ kelayakan aset. b.Penguasaan dan Pemanfaatan Aset, meliputi kompetensi dalam hal: pengadaan, pengalihan dan penjualan Aset; tata cara p e n g g u n a a n d a n p e m e l i h a r a a n ; penatausahaan; perawatan (perbaikan) aset; serta penyelesaian seluruh kewajiban yang berkaitan dengan keberadaan aset.

C.Evaluasi & Monitoring, meliputi kompetensi dalam hal: inventarisasi aset; penilaian (valuation); penyusunan/ pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset; serta pembaharuan (update) data aset.

pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum yang ideal dan profesional, yaitu: -Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Aset Infrastruktur Pekerjaan Umum yang terintegrasi dengan/dan antar berbagai pihak yang terkait.

-Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) dalam bidang Manajemen Aset Infrastruktur yang a p l i k a t i f u n t u k m e n d u k u n g penyelenggaraan Infrastruktur PU yang berkelanjutan.

-Mengartikulasikan dan melakukan p e n i l a i a n a t a s b i a y a d a n m a n f a a t / k e u n t u n g a n d a r i s e t i a p kemungkinan kebijakan, dalam kaitannya dengan ketersediaan infrastruktur yang berkelanjutan untuk mendukung pembangunan nasional.

-Merumuskan peta kebutuhan yang menggambarkan secara spesifik program-program yang paling cocok dalam rangka restrukturisasi pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum di setiap Direktorat/unit/daerah dan dari level pusat hingga daerah.

-Mengkompilasikan dan memanfaatkan berbagai informasi mengenai program-program pemerintah, swasta dan masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum.

-Membangkitkan dan memberikan dukungan kapabilitas unit/daerah dalam manajemen aset infrastruktur Pekerjaan Umum serta dalam peningkatan SDM pendukungnya; termasuk membantu unit/daerah dalam mengakses jaringan kerjasama pengelolaan aset infrastruktur di tingkat nasional.

4. PENUTUP

(25)

(2)Dalam aspek kelembagaan, Departemen Pekerjaan Umum perlu membentuk suatu unit/bidang yang khusus menangani pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum, yang memenuhi kompetensi sebagaimana tersebut di atas. Untuk itu perlu dilakukan restrukturisasi pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum dari tingkat pusat sampai level terbawah.

(3) Untuk mendukung restrukturisasi pengelolaan aset infrastruktur Pekerjaan Umum, maka perlu strategi penyiapan sumber daya manusia yang profesional dalam pengelolaan aset, baik dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya.

(4) Untuk mendukung pengelolaan aset infrastruktur, maka diperlukan Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Aset Infrastruktur Pekerjaan Umum yang terintegrasi dengan/dan antar berbagai pihak yang terkait, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) d a l a m b i d a n g M a n a j e m e n A s e t Infrastruktur yang aplikatif, serta strategi-strategi lain yang terkait dengan fungsi Introduction to Qualitative Research Methods. John Wiley & Sons. New York.

Hudson, W.R., Haas, R., dan Uddin, W. 1997. Infrastructure Management, McGraw-Hill. New York

Kirmanto, Djoko. 2007. Sambutan Menteri Pekerjaan Umum pada Rapat Koordinasi Pengelolaan Aset Infrastruktur/ Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. 19-20 Juli 2007. Jakarta

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

51/PRT/2005 tentang Rencana

Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005-2009

Peraturan Pemerintah R.I. No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah

Peraturan Presiden R.I. No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara RI

Sambodo, Priyo. 2006. Sertifikasi

Keahlian/ Ketrampilan dan Peningkatan Daya Saing. Artikel dalam Konstruksi Indonesia: Membangun Daya Saing Bangsa. BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset: S t r a t e g i P e n a t a a n K o n s e p Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO's pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

(26)

Sjarief, Roestam. 2007 (i). Kebijakan Umum Pengelolaan Barang Milik N e g a r a ( B M N ) : M e n u j u Pengelolaan BMN yang Lebih Tertib, Efisien dan Akuntabel. Makalah Rapat Koordinasi Pengelolaan Aset Infrastruktur/ Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. 19-20 Juli 19-2007. Jakarta ---. 2007 (ii). Tantangan Manajemen Aset Infrastruktur PU di Masa D e p a n . M a k a l a h S e m i n a r Mewujudkan Profesionalisme dalam Pengelolaan Aset Infrastruktur Pekerjaan Pekerjaan Umum yang Terpadu dan Berkelanjutan. 29 Agustus 2007. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi. Bandung

Sugiyanto. 2007. Barang Milik Negara dan Permasalahannya di Lingkungan Balai Besar Wilayah Sungai Bratas. Makalah Rapat Koordinasi Pengelolaan Aset Infrastruktur/ B a r a n g M i l i k N e g a r a d i L i n g k u n g a n D e p a r t e m e n Pekerjaan Umum. 19-20 Juli 2007. Jakarta

Undang-Undang R.I. No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara World Bank. (1984). The Construction

Industry: Issues and Strategies in Developing Countries. The World Bank. Washington D.C.

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

(27)

Abstraksi

Bambang Ari *)

IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah merupakan salah satu prasarana yang seharusnya dimiliki oleh sebuah kota besar, baru beberapa kota besar yang memiliki prasarana pengolahan air limbah khususnya air limbah dari rumah tangga (domestic waste), kota-kota tersebut antara lain Jakarta, Tangerang, Bandung, Cirebon, Solo, Jogjakarta, Banjarmasin, Samarinda, Mataram, Medan, Prapat dan Denpasar. Manfaat dengan melakukan pengolahan air limbah khususnya untuk air limbah dari rumah tangga salah satunya adalah untuk menjaga kualitas air tanah agar terhindar dari pencemaran yang menyebabkan penyakit. (muntaber, diare dan penyakit kulit), serta menjaga kualitas air tanah dangkal dari pencemaran bakteri coli akibat adanya resapan dari septictank yang tidak dilengkapi dengan system rembesan dan sumber air tanah dangkal yang mempunyai jarak kurang dari 15 meter terhadap setptiktank yang ada. Hal ini sering terjadi mengingat keterbatasan lahan yang ada di setiap rumah di perkotaan.

Manfaat lainnya tidak lain adalah sebagai suatu usaha recycling atau daur ulang air yang tidak layak dipakai untuk dapat dipergunakan lagi untuk keperluan lainnya seperti irigasi persawahan, kolam ikan, perkebunan dan sebagainya, bahkan sebagai sumber air baku Instalasi Pengolahan Air Minum sekalipun serta salah satu langkah dalam menjaga ketersediaan air yang merupakan kebutuhan vital seluruh mahluk hidup dalam mempertahankan kehidupan di muka bumi ini disamping menjaga ketersediaan air di suatu wilayah.

Sumber Gambar : mc2.v/cnet.net.au/…/web/book-cd/index-html

Gambar :Closet.

Ju

rn

al

Pe

ndi

di

ka

n

Pr

ofe

sio

na

Referensi

Dokumen terkait

Dengan cara komunikasi yang berkesan, murid akan lebih cekap dalam aktiviti penyelesaian masalah serta boleh menerangkan konsep dan kemahiran matematik serta kaedah

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value

Maka dengan adanya fakta hukum yang terungkap dipersidangan diketahui bahwa pada hari Selasa tanggal 15 Agustus 2017 sekira pukul 20.45 wib di sebuah pondok di

Penelitian ini berjudul “ Hubungan Antara Muhasabah dengan Prokastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Tugas Perkuliahan (Studi terhadap Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan

Hal-hal yang dilakukan sebelum proses pengecoran adalah pemberian batas pengecoran antara beton lama dan baru, pembuatan beton tahu dengan tujuan untuk menjaga

1) Sidang Sinode berkedudukan sebagai badan pengambil keputusan tertinggi dalam jenjang kepemimpinan GPM yang diwujudkan dalam persidangan. 2) Majelis Pekerja Lengkap (MPL)

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dan merupakan salah satu indikator kesejahteraan, baik dalam keluarga, perusahaan