PENGARUH CINTA
DALAM PROSES PENDIDIKAN
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan yang diampu oleh
Dr. H. Maman Rusmana, M.Pd
Disusun Oleh : Rangga Yudha Sena
1B 13221019
ENGLISH EDUCATION PROGRAM
GARUT
Jl. Pahlawan No. 32 Sukagalih Telp (0262) 233556 Fax (0262) 540649 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya membahas tentang “Pengaruh Cinta dalam Pendidikan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan yang dibimbing oleh Dr. H. Maman Rusmana, M.Pd. Saya menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu saya dengan menyediakan dokumen atau sumber informasi, memberikan masukan pemikiran.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Garut, 18 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar 2. Daftar Isi
3. BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah b. Rumusan Masalah c. Tujuan
4. BAB II Pembahasan a. Cinta b. Pendidikan
c. Hubungan Cinta Dengan Pendidikan 5. BAB III Penutup
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan cinta?
b. Apa yang dimaksud dengan pendidikan? c. Seperti apa pengaruh cinta dalam pendidikan? 3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari cinta. b. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan
BAB II PEMBAHASAN
1. Cinta a. Definisi
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:
Perasaan terhadap keluarga
Perasaan terhadap temanteman, atau philia Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
Perasaan yang hanya merupakan kemauan, keinginan hawa nafsu, atau
cinta eros
Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
a) Definisi Cinta Secara Terminologi
Penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Namun demikian perkataanperkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa serantau dan dijelaskan seperti berikut:
Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros.
Sayang yang lebih cenderung kepada temanteman dan keluarga, philia.
Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape.
Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme,
nasionalisme dan narsisme, storge. b) Definisi Cinta Secara Etimologi
Beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep: eros, philia, dan agape.
Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
Perasaan Pengenalan Tanggung jawab Perhatian
Saling menghormati
mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan, dan individu lainnya pada sikap otoriter.
b. Jenisjenis Cinta
Seperti banyak jenis kekasih, ada banyak jenis cinta. Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan.
Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada 'jiwa' atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dan lainlain. Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan. Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan keindahannya
c. Cinta Antarpribadi
Cinta antarpribadi menunjuk kepada cinta antara manusia. Bentuk ini lebih dari sekadar rasa kesukaan terhadap orang lain. Cinta antarpribadi bisa mencakup hubungan kekasih, hubungan orangtua dengan anak, dan juga persahabatan yang sangat erat.
Beberapa unsur yang sering ada dalam cinta antarpribadi:
Kasih sayang: menghargai orang lain.
Altruisme: perhatian nonegois kepada orang lain (yang tidak dimiliki
oleh banyak orang).
Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan (bukan saling
memanfaatkan).
Komitmen: keinginan untuk mengabadikan cinta, tekad yang kuat dalam
suatu hubungan.
Keintiman emosional: berbagi emosi dan rasa. Kekerabatan: ikatan keluarga.
Passion: hasrat dan atau nafsu seksual yang cenderung menggebugebu. Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain secara fisik,
termasuk di dalamnya hubungan seksual.
Kepentingan pribadi: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi,
cenderung egois dan ada keinginan untuk memanfaatkan pasangan.
Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam beberapa ikatan cinta. Dalam banyak agama dan sistem etik, hal ini dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau di luar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobi yang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh manusia.
2. Pendidikan a. Definisi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
b. Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang
tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi
untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan
dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula
memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
Transmisi (pemindahan) kebudayaan, Memilih dan mengajarkan peranan sosial, Menjamin integrasi sosial,
Sekolah mengajarkan corak kepribadian dan Sumber inovasi sosial.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan wajib yang harus dilakukan oleh setiap orang. Namun selain pendidikan,cinta pun juga ambil bagian dalam hal itu. Kita berbicara tentang seorang pelajar saja. Saat ini,banyak siswa yang sudah memiliki pacar,anggap saja sudah berpacaran lah. Nah biasanya sebagian besar dari mereka punya beberapa alasan,mengapa mereka sudah mulai berpacaran,antara lain:
1. Pacaran bisa meningkatkan semangat belajar
Menurut saya itu alasan yang gak masuk akal,coba kita tela’ah lebih dalam lagi. Pacaran bisa meningkatkan semangat belajar? Walah, kayaknya ayam juga ketawa kalau dengar kata itu….. Padahal kenyataan di lapangan sangat berbeda. Teori sama praktek sangatlah bertolak belakang.. Kalau memang pacaran bisa menambah semangat belajar, tapi kenapa banyak yang amburadul sekolahnya garagara
menjalani aktivitas ini? Kita pasti ingat kapan tanggal lahir atau kehidupan pasangan kita.. Tapi kalau ditanya tentang matrik dalam pelajaran
matematika,pasti jawabannya,duchhhh lupa????? Tiap malam minggu selalu ada jadwal untuk malam mingguan,nah kapan mau belajar? Gmn??? bnr gak??? ^_^ 2. Pacaran diakui mampu menghilangkan kejenuhan alias bikin hidup lebih hidup
Pacaran biasanya tidak hanya menghilangkan kejenuhan,tapi malah menambah,itu pasti. Tapi ada juga orang yang pacaran untuk menghilangkan kejenuhan,alias sebagai pelampiasan. He he he…. Tapi pendapat setiap orang pasti berbedabeda tergantung orangnya. Jadi saya juga tidak menyalahkan orang yang beranggapan bahwa pacaran bisa menghilangkan kejenuhan. Karena semua itu kembali lagi dari orang yang melakoninya. Meskipun pada kenyataannya,pacaran malah menambah beban dan kejenuhan….
3. Pacaran juga untuk mengetahui pribadi pasangan dari yang dicintainya supaya kalau jadi nikah tidak ragu lagi
Dari pacaran memang merupakan bekal pengalaman untuk jenjang yang lebih lanjut. Dari berpacaran kita bisa mengenal pribadi orang lain. Jadi saat tiba saatnya nanti kita tidak begitu susah untuk bersosialisasi.
Hal ini mungkin terjadi pada pasangan yang matrelah bisa dikatakan. Mereka berpacaran hanya ingin memanfaatkan kekayaan yang dimiliki oleh pasangannya saja. Atau mereka hanya cinta pada kelebihannya saja,seperti ketampanan wajah atau kegokilannya. Jadi dasar mereka berpacaran bukan dari hati,namun dari harta yang dimiliki. Mungkin saat ini banyak pasangan seperti itu,namun jika kita
renungkan. Apakah kita tidak merugikan orang lain??? Sedangkan merugikan orang lain merupakan perbuatan tercela. Maka mulailah mencintai seseorang bukan karena hartanya tetapi karena hatinya. Sebab cinta bukan dari apa yang pasangan kita miliki tetapi dari hati….
5. Pacaran hanya sekedar iseng
Menurut saya hal ini wajarwajar saja. Ini biasanya terjadi pada anakanak muda jaman sekarang. Mereka bergontaganti pacar hanya untuk mencari senangnya saja tanpa memikirkan bagaimana akibat yang ditimbulkan.Biasanya mereka selain untuk iseng juga untuk meningkatkan gengsi. Mereka malu jika temantemannya sudah mempunyai pacar padahal ia belum. Nah ini yang menyebabkan seorang terpengaruh terhadap lingkungannya. Sehingga ia berusaha agar dirinya sama dengan temantemannya. Hal ini tidak ada akan merugikan selama kita tahu mana yang benar dan mana yang salah,dan jika hal itu tidak merugikan pasangan kita. 6. Pacaran adalah jalan terbaik untuk menemukan cinta sejati
Ini bisa terjadi pada pasangan yang benarbenar berpacaran atas dasar cinta,bukan karena faktor lain. Dengan pacaran”pacaran yang sehat”,ini bisa dimungkinkan menemukan cinta sejati. Sebab cinta sejati tidak datang dengan sedirinya namun dengan usaha yang dilalui.Tapi bukan berarti kita harus selalu mengejar cinta??? Tapi kita berusaha untuk menemukannya.
Kesimpulannya: Hubungan antara pendidikan dan cinta memang tidak dapat dipisahkan. Namun juga tidak bisa diartikan sebanding. Cinta hanya sebagai pelengkap saja,sedangkan pendidikan adalah hal yang utama. Pada dasarnya kita tidak harus mencari cinta,atau bisa dikhususkan mencari pasangan lah. Karena jodoh akan datang dengan sendirinya. Ada pepatah yang
Sebagai salah satu bentuk emosi individu, rasa cinta bisa hadir dalam subjek dan objek serta situasi yang beragam. Dalam pendidikan pun sebenarnya terdapat rasa cinta, baik yang dialami oleh guru, siswa, atau orang lainnya yang terlibat dalam pendidikan.
Sebagai perwujudan dari sikap profesionalnya, selain dituntut untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan yang digelutinya, seorang guru juga
penting untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap peserta didiknya. Bentuk
manifestasi cinta guru terhadap peserta didiknya tentunya berbeda dengan bentuk manifestasi jenis cinta lainnya, seperti cinta erotis, cinta Tuhan, atau cinta orang tua.
Walaupun dalam kasuskasus tertentu didapati tumpang tindih dalam mewujudkan rasa cintanya, dimana kecintaan terhadap peserta didik berubah menjadi cinta erotis, yang tentu saja menjadi sangat berbeda dan bertolak belakang dari makna yang sesungguhnya.
Mungkin kita bertanya, kenapa mahasiswa berdemo secara anarkis? Kenapa ada sekelompok siswa perempuan membentuk gank yang menebarkan kebencian? Kenapa ada orang berpendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana, tetapi mereka justru menimbulkan kesengsaraan kepada banyak orang melalui perilaku korupsinya?
Tampaknya disinilah pentingnya pendidik untuk dapat mengembangkan rasa
cintanya secara konstruktif dalam berhubungan dengan siswanya, yang
diwujudkan dalam bentuk rasa empati, memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari para peserta didiknya, melakukan berbagai upaya dan turut membantu para peserta didiknya untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemajuan.
Melaui proses pendidikan yang didasari rasa cinta, pada gilirannya selain dapat mengantarkan seseorang memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, meraih kedudukan yang terhormat dan kekayaan yang melimpah, juga diharapkan dapat membelajarkan kepada peserta didiknya untuk mengenal dan memiliki rasa cinta, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi sosok manusia yang penuh kecintaan, baik terhadap dirinya, sesamanya dan Tuhannya.
BAB III PENUTUP
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan