• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SDN Sedatigede II dan SDN Keboansikep II Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SDN Sedatigede II dan SDN Keboansikep II Sidoarjo."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SEDATIGEDE II

DAN SEKOLAH DASAR NEGERI KEBOANSIKEP II SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh: BINTI IMROATIN

NIM : D93213075

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Binti Imroatin (93213075), 2017, Perbandingan Hasil Belajar Siswa dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN Sedatigede II dan SDN Keboansikep II , Dosen Pembimbing I, Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag. dan Dosen Pembimbing II, Dr. Lilik Huriyah, M.Pd.I

Skripsi ini meneliti tentang perbandingan hasil belajar siswa dalam pelaksanaaan Kurikulum 2013. Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya ketidak jelasan pelaksanaan Kurikulum 2013, bahkan banyak sekali sekolah yang mengundurkan diri dalam pelaksanaan kurikulum 2013. SDN Sedatigede II dan SDN Keboansikep II adalah SD piloting pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sejak ditetapkannya Kurikulum 2013, di kedua SD ini banyak mengalami kendala, baik pada guru maupun pada siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah, bagaimana hasil belajar di SDN Sedatigede II, bagaimana hasil belajar di SDN Keboansikep II dan bagaimana perbandingan hasil belajar siswa di SDN Sedatigede II dan SDN Keboansikep II. Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan analis deskriptif kualitatif. Setelah peneliti melakukan penelitian, data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar siswa terdapat perbedaan, namun perbedaan sangat sedikit sekali diantaranya adalah, jumlah nilai rata-rata diatas 90 lebih banyak di SDN Keboansikep daripada SDN Sedatigede, Jumlah Siswa yang mendapat Nilai B lebih banyak di SDN Keboansikep II, dikarenakan siswa kurang aktif pada aspek spiritual.

(7)

Filename: Abstrak_2A5BEAF

Directory: C:\Users\fatih\AppData\Local\Temp\NitroPDF\nitroSession3264 Template: C:\Users\fatih\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title:

Subject:

Author: ArifEfendi

Keywords: Comments:

Creation Date: 1/25/2017 7:24:00 AM Change Number: 124

Last Saved On: 5/2/2017 11:50:00 AM Last Saved By: samsung

Total Editing Time: 340 Minutes

Last Printed On: 5/2/2017 11:57:00 AM As of Last Complete Printing

Number of Pages: 1 Number of Words: 213

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan masalah ... 10

C. Tujuan Penelitihan ... 10

D. Manfaat Penelitihan ... 11

E. Definisi Konseptual ... 11

F. Keaslian Penelitihan... 13

(9)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 18

2. Landasan pengembangan Kurikulum 2013 ... 23

3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum 2013... 24

4. Tujuan Kurikulum 2013... 28

5. Struktur Kurikulum 2013 ... 31

6. Penilaian Pada Kurikulum 2013 ... 34

B. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Hasil Belajar Siswa... 42

2. Hasil Belajar Menurut Para Ahli... 45

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa ... 46

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ... 54

B. Subyek Penelitian... 56

C. Sumber Data dan Jenis data ... 58

D. Teknik Pengumpulan Data... 59

E. Teknik Analisis Data... 62

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 67

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 76

2. Analisis Data ... ..91

(10)

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kondisi Guru SDN Sedatigede II... 72

Tabel 4.2. Kondisi Guru SDN Keboansikep II ... 73

Tabel 4.3. Daftar jumlah Murid Th 2015/2016 SDN Sedatigede II ... ..75

Tabel 4.4. Daftar jumlah Murid Th 2015/2016 SDN Keboansikep II ... ..75

Tabel 4.5. Hasil Belajar Siswa SDN Sedatigede II... ..82

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Transkip Hasil Wawancara

Lampiran II : Karya Siswa SDN Sedatigede II

Lampiran III : Karya Siswa SDN Keboansikep II

Lampiran IV : Surat Izin Penelitian

(13)

Filename: Daftar Isi_2A4DC00

Directory: C:\Users\fatih\AppData\Local\Temp\NitroPDF\nitroSession5984 Template: C:\Users\fatih\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title:

Subject:

Author: ArifEfendi

Keywords: Comments:

Creation Date: 1/25/2017 7:24:00 AM Change Number: 124

Last Saved On: 5/2/2017 11:52:00 AM Last Saved By: samsung

Total Editing Time: 340 Minutes

Last Printed On: 5/2/2017 11:56:00 AM As of Last Complete Printing

Number of Pages: 5 Number of Words: 301

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan

persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih, pemerataan layanan pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan

yang transparan, berkeadilan dan demokratis (demicratic education) . Hal tersebut harus dikondisikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil (mini

society) yang merupakan wahana pembelajaran yang demokratis (democratic

instruction), agar terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan iklim

pendidikan yang demikian diharap mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif dan siap menghadapi berbagai macam tantangan, dengan tetap

bertawakal terhadap Sang Pencipta.

Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup

mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yag dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan (overload) tetapi tidak mampu memberikan

(15)

2

kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan lain.

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami 9 kali perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952,

1964, 1968, 1975, 1994, 2004, 2006. Perubahan tersebut merupakan knsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial, budaya, ekonomi dan iptek dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab

kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi

dimasyarakat.1

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus

berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan

tuntutan teknologi. Hal tersebut penting guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan, masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan . Kurikulum berbasis

karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan

mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna. Upaya Pendidikan Nasional pada tahun 2003, dan Peraturan Pemerintah No. 19

1Moch. Mahfud,”Perkembangan Kurikulum”,Majalah Sunny Edisi XVIII/Juli-Januari 2014,

(16)

3

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam Peratutan Pemerintah No. 32 Tahun 2013.

Dalam hal ini, visi, misi dan strategi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota harus dapat mempertimbangkan

dengan bijaksana kondisi nyata organisasi maupun lingkungannya, dan harus mendukung garis kebijaksanaan dari birokrasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu merupakan langkah yang positif ketika pemerintah (Mendikbud)

merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan kurikulum 2013.2 Kurikulum

lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya.

Lahirnya kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum

sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan-tantangan internal dan eksternal. Titik tekan pengembangan kurikulum 2013 adalah penyempurnaan

pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang

dihasilkan.

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang

produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan kreatifitas, anak-anak

2E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung, PT : Remaja

(17)

4

bangsa mampu berinovasi secara prduktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks.3

Implementasi Kurikulum 2013 menuntut kerja sama yang optimal di antara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan

menuntut kerja sama yang kompak di antara para anggota tim. Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 juga dapat dilihat dari indikator-indikator perubahan sebagai berikut :

1. Adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan mandiri 2. Adanya peningkatan mutu pembelajaran

3. Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar

4. Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat

5. Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah

6. Tumbuhnya sikap, keterampilan dan pengetahuan secara utuh di kalangan

peserta didik

7. Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

8. Terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan

9. Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.4

Implementasi Kurikulum 2013 yang sarat dengan karakter dan kompentensi, hendaknya disertai dengan penilaian secara utuh, terus

3Ibid, 39.

(18)

5

menerus dan berkesinambungan, agar dapat mengungkap berbagai aspek yang diperlukan dalam mengambil suatu keputusan.5 Penilaian bertujuan

untuk menjamin bahwa proses dan kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan.6 Penilaian kurikulum harus mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap secar utuh dan proporsional, sesuai dengan kompetensi inti yang telah ditentukan. Penilaian aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan dan daftar isian

pertanyaan. Penilaian aspek keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas serta penilaian oleh

peserta didik sendiri. Penilaian aspek sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap (pengamatan pribadi) dari diri sendiri dan daftar isian sikap yang disesuaikan dengan kompetensi inti7

Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran serta internalisasi karakter dan pembentukan kompetensi peserta didik,

termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.8 Dalam hal ini, penilaian proses dilakukan untuk menilai aktivitas, kreativitas dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, terutama keterlibatan

mental, emosional dan sosial dalam pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.

Dalam dunia pendidikan, hasil belajar merupakan hal yang sangat penting karena menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran.

5Ibid,135.

6Ibid,136.

7Ibid,137.

(19)

6

Hasil belajar pada hakikatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan. Belajar bukan hanya mengingat tapi juga mengalami, bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan

tingkah laku.9

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar

yang dilakukan secara sistematis mengarah pada perubahan yang positif kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah

perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar dikelas. Semua hasil belajartersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggalian dan puncak proses

belajar.10 Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.11 Selanjutnya Warsito, mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya

perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.12 Sehubungan dengan pendapat itu, Wahidmurni, dkk., menjelaskan

bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu

9Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), 10. 10Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), 3. 11Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Cet. XV)(Bandung:PT Remaja

Rosdakarya, 2010) 22.

12Depdiknas, Bunga Rampai Keberhasilan dalam Pembelajaran(SMA, SMK dan SLB),

(20)

7

menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.13 Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya,

atau sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuan dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berfikir, domain afektif atau sikap dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne

mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem

lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional

dimiliki sesorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam

arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.14

Menurut Howard Kingsley, hasil belajar dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan

pengertian, (3) sikap dan cita-cita.15

13Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridlo, Evaluasi Pembelajarpengetahuan:

Kompetensi dan Praktik(Yogyakarta: Nuha Letera, 2010) 18

14Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses...,22.

(21)

8

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai

pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk., instrumen dibagi menjadi dua bagian besar yakni

tes dan non tes. 16 selanjutnya, menurut Hamalik memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh.17 Hasil belajar

tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut

dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan konsepsi diatas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif

serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat

diartikan terjadinya peningkatan dan pngembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

SDN Sedati Gede II Sidoarjo dan SDN Keboan Sikep II Sidoarjo

adalah dua dari tiga belas sekolah dasar pilloting pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sidoarjo. Kedua sekolah tersebut sama-sama melaksanakan

Kurikulum 2013 mulai pada tahun 2013.

SDN Sedati Gede II Sidoarjo dan SDN Keboan Sikep II Sidoarjo melaksanakan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013 karena ditunjuk sebagai

(22)

9

sekolah pilloting pelaksana Kurikulum 2013. Pada tahun 2013 SDN Sedati Gede II Sidoarjo dan SDN Keboan Sikep II Sidoarjo menerapkan Kurikulum

2013 pada kelas I dan IV, tahun 2014 pada kelas II dan V dan pada tahun 2015 sudah secara keseluruhan, kelas I hingga kelas VI. Seperti halnya

sebuah perjalanan, pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SDN Sedati Gede II Sidoarjo dan SDN Keboan Sikep II Sidoarjo pada tahun awal mengalami beberapa kendala, diantaranya adalah kurangnya buku panduan atau materi

pada siswa, guru yang mengalami kesulitan dalam penyusunan soal serta penilaian.

Penilaian menjadi sebuah masalah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 bagi para guru yang sudah terbiasa melakukan penilaian dengan cara masing-masing. Penilaian pada kurikulum 2013 dianggap sedikit rumit, karena harus

menilai 3 aspek, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Namun hal ini tidak mengurangi semangat guru / pihak sekolah untuk

lebih meningkatkan kualitas pendidikan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai hal yang maksimal, diantaranya mengikut sertakan para guru untuk mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diadakan oleh Dinas

Pendidikan Kota Sidoarjo setiap semester. Dengan adanya pelatihan tersebut, maka pelaksanaan kutikulum 2013 di SDN Sedati Gede II Sidoarjo dan SDN

Keboan Sikep II Sidoarjo pada saat ini sudah tergolong baik.

Dengan pemaparan diatas maka penulis tertarik mengangkat tema tentang perbandingan teknik penilaian hasil belajar siswa di SDN Sedati

(23)

10

penelitian yang berjudul : PERBANDINGAN TEKNIK PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SDN SEDATI GEDE II SIDOARJO DAN SDN KEBOAN SIKEP II SIDOARJO.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul diatas, penulis dalam penelitian ini membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa pada Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN Sejatigede II Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil belajar siswa pada pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN Keboansikep II Sidoarjo ?

3. Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan

Kurikulum 2013 di SDN Sejati Gede II Sidoarjo dan SDN Keboan Sikep II Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SDN Sedati Gede II Sidoarjo

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pelaksanaan kurikulum 2013 SDN Keboan Sikep II Sidoarjo ?

(24)

11

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan toretis untuk mengetahui teknik penilaian dalam Kurikulum

2013

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan informasi mengenai perbandingan teknik penilaian hasil belajar siswa dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, hasil penelitian ini bermanfaat untuk

pengayaan khazanah ilmu pengetahuan.

b. Bagi lembaga, sebagai acuan untuk lebih meningkatkan

pembelajaran serta program sekolah untuk mecapai kualitas peserta didik yang diinginkan.

E. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual atau Definisi Operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan Champion untuk membuat definisi

operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau

variable dengan ‘operasi’ atau kegiatan dipergunakan untuk mengukur

konstruk atau variabel.18

Definisi konseptual ini diberikan guna memudahkan pemahaman dan menghindari variasi penafsiran yang akan timbul oleh Pembaca.

Berikut adalah beberapa definisi istilah yang penulis gunakan terkait

skripsi dengan judul “ Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada

(25)

12

Kurikulum 2013 di SDN Sedatigede II dan SDN Keboansikep II

Sidoarjo”:

1. Perbandingan

Penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja,

tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga dilaksanakan untuk maksud

membandingkan.19

2. Pembelajaran

Proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dalam lingkungannya.

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 ini merupakan sebuah sistem baru dengan menekankan pendidikan berkarakter untuk anak bangsa. Kurikulum

2013 mempunyai tujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan

19Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,

(26)

13

mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran.20

F. Keaslian Penelitian

Tinjauan Pustaka digunakan sebagai referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Selain penelitian terdahulu digunakan untuk

menunjukkan keaslian penelitian ini, bahwa peneliti akan menjabarkan secara ringkas hasil penelitian terdahulu antara lain :

1. Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 (studi kasus

di Madrasah Intidaiyah Negeri Tempel Sleman)21

Penelitian ini termasuk penelitian dengan pendekatan

kualitatif dan jenis evaluatif, dengan teknik pengumpulan data melalui teknik wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan, serta faktor pendukung dan penghambat penelitian autentik Kurikulum 2013. Hasil penelitian didapat bahwa perencanaan pelaksanaan peilaian autentik

kurikulum 2013 belum sepenuhnya terencana secara maksimal, yakni belum adanya pelatihan secara khusus dalam membuat instrument

penilaian seperti rubrik dan lembar kerja, pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN Tempel belum sepenuhnya menggunakan instrument yang sesuai prosedur penilaian autentik.

20E. Mulyasa,Pengembangan dan Implementasi...,65.

21Ummu Aiman,”Evaluasi Pelaksanaan Autentik Kurikulum 2013 :Studi Kasus di Madrasah

(27)

14

2. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 Kelas I & IV SD di Kabupaten

Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.22

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum 2013 kelas I & IV SD di Kabupaten

Magelang tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan model evaluasi Stake Cuontenance Models. Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data informasi yang berupa data komponen

implementasi kurikulum untuk kemudian dibandingkan dengan standar dari Kemendikbud. Populasi terdiri dari 10 sekolahpillotingkurikulum

2013. Subjek penelitian adalah kepala sekolah denga guru serta siswa kelas I & VI yang ditentukan dengan purposive sampling technique.

Instrumen yang digunakan yaitu lembar angket, lembar observasi, dan

lembar dokumentasi. Uji coba instrumen angket dilakukan di sekolah

pilloting kurikulum 2013 jenjang kelas II & V. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) untuk mengimplementasi Kurikulum 2013 kondisi siswa berkategori cukup (54,9 %) dan kondisi guru berkategori cukup (57,8%): (2) pemahaman guru terhadap kurikulum 2013

berkategori baik (62,2%); (3) dalam implementasi kurikulum 2013, perencanaan pembelajaran berkategori sangat baik (85%) pelaksanaan

pembelajaran integratif berbasis saintifik berkategori sangat baik (90%), pelaksanaan penilaian autentik berkategori sangat baik (100%). Hasil penelitian menunjukkan belum semua komponen memenuhi

22Andri Noviatmi,” Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 kelas I & IV SD di Kabupaten

(28)

15

standar. Oleh sebab itu, diberikan rekomendasi terhadap implementasi kurikulum 2013.

3. Studi Komparasi Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 Antara MTs

Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.23

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan kurikulum 2013 pada sekolah yang berbeda status yaitu sekolah yang berstatus negeri dan sekolah yang bersatus swasta. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu komparasi. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua adalah

dengan menggunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua adalah dengan menggunakan rumus T-test Independen.

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian, data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 dikedua

sekolah tersebut cukup baik, dengan uji komparasi T-test Independen diketahui hasilnya (-0,42) dan t tabel(2.576) dengan t hasil<t tabel. Maka tidak ada perbedaan yang signifikan atau ada kesamaan

efektifitas kurikulum 2013 antara MTs Negeri Sidoarjo dan SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, tampaknya yang sama dengan judul penulis belum ada. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, judul yang diabil terkait dengan evaluasi kurikulum

23Vavicha Choirun Nisa,” Studi Komparasi Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 Antara

(29)

16

2013, evaluasi penilaian autentik pada kurikulum 2013, sedangkan dalam penelitian ini, penulis mengambil membandingkan teknik

penilaian hasil belajar siswa dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) yang kurang lebih sudah 3 tahun melaksanakan

kurikulum 2013. Atas dasar itu, penulis melakukan penelitian dengan

judul “Perbandingan Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN Sedati Gede II Sidoarjo dan

SDN Keboan Sikep II Sidoarjo.”

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini

maka pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima BAB. Uraian sistematika pembahasan yang terkandung dalam masing-masing BAB

disusun sebagai berikut:

Untuk memberikan gambaran umum mengenai susunan skripsi ini, maka perlu dikemukakan sistematika pembahasan yang secara garis

besar terdiri dari empat bab yang terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan pada bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan rancangan pelaksanaan penelitian secara umum. Yang terdiri dari : Latar Belakang , Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Keaslian Penelitian dan

Sistematika Pembahasan

(30)

17

jurnal. Didalamnya termuat konseptualisai topik yang dikaji dan prespektif teoritis

BAB III : Metode Penelitian pada metode penelitian ini berisi tentang beberapa metode yang dipakai oleh peneliti dalam memperoleh data. Di

dalamnya termuat beberapa hal mulai Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian,Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti selama proses

penelitian berlangsung. Di dalamnya memuat Deskripsi Subjek, Hasil Penelitian yang terdiri dari hasil temuan dan analisis temuan penelitian serta pembahasan.

BAB V : PenutupPada bab ini merupakan bab yang paling terakhir yang berisi kesimpulan dari penyajian penelitian dan dari semua pembahasan

(31)
(32)

Filename: BAB I_2813124

Directory: C:\Users\fatih\AppData\Local\Temp\NitroPDF\nitroSession3588 Template: C:\Users\fatih\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title:

Subject:

Author: ASUS

Keywords: Comments:

Creation Date: 4/24/2017 10:13:00 PM Change Number: 7

Last Saved On: 5/1/2017 6:23:00 PM Last Saved By: samsung

Total Editing Time: 14 Minutes

Last Printed On: 5/2/2017 11:17:00 AM As of Last Complete Printing

Number of Pages: 18 Number of Words: 3.020

(33)

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno. Currikulum berasal dari kata Curir, artinya pelajari, dan Curere atinya tempat berpacu. Dalam bahasa inggris,

curriculum berarti rencana pelajaran.18Curriculum diartikan “jarak” yang harus di “tempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dari kata

tersebut, kurikulum secara sederhana dartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah.19

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kurikulum berarti perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga

pendidikan atau perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.20

Kurikulum adalah Sebuah dokumen perencanaan yang berisi

tentang tujuan yang harus dicapai, meliputi isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, startegi dan cara yang dapat

dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi

18 John M Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia ( Jakarta: PT. Gramedia,

1990), 160

19Fuadudin, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam dan UT, 1997),3

20Tim Penyusun Kamus PPPB, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka,

(34)

19

tentang pencapaian tujuan serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.21

Kurikulum merupakan seperangkat rencana pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, kurikulum berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang/satuan pendidikan yang pada gilirannya merupakan

pencapaian tujuan pendidikan nasional.22

Banyak ahli pendidikan dan kurikulum membuat berbagai batasan

tentang kurikulum, mulai dari kurikulum tradisional, modern dari pengertian yamg sederhana sampai dengan pengertian yang kompleks. Dalam pengertian tradisional, kurikulum menurut Carter V. Good yang

dikutip oleh Drs. Hamid Syarief dalam bukunya “Pengembangan

Kurikulum” disebutkan bahwa kurikulum merupakan kumpulan mata

pelajaran yang bersifat sistematik dan digunakan untuk mencapai kelulusan dan mendapat ijazah dalam bidang studi tertentu.23

Sedangkan dalam arti luas modern menurut Hanorld Alberty dan

Elsie J. Alberty dalam bukunya “Reorganizing the Higg School

Curriculum” yang dikutip oleh Zuhairini, dkk., dalam bukunya “

Metode Khusus Pendidikan Agama” menyatakan bahwa semua aktifitas

21Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana renada Media Group,

2008), 9.

22Mukhtar,Desain Pembelajaran PAI (Jakarta; Misaka Galiza, 2003), 30.

23Ahmad Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum (Pasuruan : Garuda Tribuana Indah,

(35)

20

atau kegiatan yang dilakukan oleh murid sesuai dengan peraturan-peratura sekolah, disebut dengan kurikulum. Dengan kata lain

kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran. Tetapi juga aktifitas-aktifitas lain yang digunakan siswa dalam rangka

belajar.24

Menurut PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.25

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat program atau rencana belajar bagi siswa dibawah tanggung jawab sekolah.

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter dan berbasis kompetensi.26 Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada

tahun 2004. KBK atau (competency Based Curriculum)dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan

berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam

24Sudirman,Ilmu pendidikan,(Bandung; Remaja Rosdakarya, 1992),10.

25Departemen Hukum dan HAM, Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan(Jakarta: Fokus Media 2005),5.

26Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 ( Bandung, PT: Remaja

(36)

21

seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.27

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemapuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan

sedemikian rupa agar dapat nilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Beberapa aspek ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Pengetahuan ( knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang

kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan

pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan

afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman

yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien

(37)

22

3. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan

kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan

belajar kepada peserta didik.

4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini ddan laisecara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain).

5. Sikap (attitude) yaitu persasan (senang, tidak senang, suka, tidak suka) atau reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji dan sebagainya

6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk

mempelajari atau melakukan sesuatu.

Berdasarkan analisis kompetensi diatas, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimakai sebagi suatu konsep kurikulum yang

menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan ( kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

(38)

23

agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.28

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis,

dan konseptual sebagai berikut29:

1. Landasan Filosofis

a) Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar

dalam pembangunan pendidikan

b) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai

akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat 2. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :30

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

b) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

c) Undang-undang Nomor 17 tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional

28Ibid,68.

29E. Mulyasa, Pengembangandan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT. Remaja

Rosdakarya, 2014), 64.

30Ma’as Shobirin,Konsep dan Implementasi kurikulum 2013(Yogyakarta:

(39)

24

d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah dirubah dengan

Peraturan Pemeritah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. 3. Landasan Konseptual

a) Relevansi pendidikan (Link and Match)

b) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

c) Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning)

d) Pembelajaran aktif (student active learning)

e) Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh

Landasan berfungsi sebagai penguat atau sebagai dasar

pelaksanaan kurikulum 2013 di setiap lembaga yang melaksanakan kurikulum 2013.

3. Prinsip- prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung

dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan

prinsip-prinsip sebagai berikut:31

31Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kerangka Dasar Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta:

(40)

25

1. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional

2. Kurikulum pada semua jenjang dengan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

3. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan

pencapaian kompetensi

4. Standar Kompetensi lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan

nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global.

5. Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan.

6. Standar Proses dijabarkan dari Standai Isi.

7. Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan,

Standar Isi dan Sandar Proses.

8. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan kedalam Kompetensi Inti

9. Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang di kontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran

(41)

26

daerah dan Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan

11. Proses Pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

12. Penilaian hasil belajar berdasrkan proses dan produk.

13. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).

4. Tujuan Kurikulum 2013

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Srtuktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah

Ibtidaiyah menyebutkan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif dan

efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradapan dunia.32

Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum

dikatakan, bahwa:” strategi pembangunan pendidikan nasional dalam

undang-undang ini meliputi..., 2. Pegembangan dan pelaksanaan

kurikulum berbasis kompetensi....” dan pada penjelasan pasal 35, bahwa “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan

(42)

27

yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterapilan sesuai dengan

standar nasional yang telah disepakati.” Maka diadakan perubahan

kurikulum dengan tujuan untuk “Melanjutkan Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004

dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan

secara terpadu.”33

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai

aspek lain, terutama dalam implementasinyadi lapangan. Pada proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan

melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran.

5. Pendekatan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Disamping pendekatan pedagogi, pelaksanaan dalam implementasi

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda dengan pedagogi, terutama dalam pandangannya terhadap peserta didik. Pedagogi

diartikan sebagai“the art and science of teaching children”,sedangkan andragogi diartika sebagai “the art and science of helping adults

learn”. Kata “helping” mengandung arti bahwa andragogi

menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pebelajaran,

(43)

28

yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara utuh. Belajar dipandang sebagai proses yang melibatkan diri dalam interaksi antara

diri sendiri dengan realita di luar diri individu yang bersangkutan.34

Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi kurikulum merupakan alternatif

pembinaan peserta didik melalui penanaman berbagai kompetensi yang berorientasi pada karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta

didik, serta melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar kepribadian yang kukuh dan siap mengikuti berbagai perubahan. Hal ini penting karena banyak di antara peserta didik yang

kebingungan setelah keluar dari suatu lembaga pendidikan, tidak sedikit yang menjadi pengangguran, bahkan banyak yang terlibat sengan

berbagai masalah di masyarakat.35

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan

antara lain pendekatan pembelajarab kontekstual (contextual teaching and learning ), bermain peran, pembelajaran partisipatif (partisipatif

teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan

pembelajaran kontruktivisme (cinstructuvism teaching and learning).36

34Ibid,107.

35Ibid,109

(44)

29

1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) yang sering disingkat dengan CTL merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan

untuk mengefektifkan dan menyukseskanimplementasi kurikulum 2013.

CTL merupakan konsep pebelajaran yang menekankan

pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para pserta didik

mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan

merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya. CTL

memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung apa- apa yang

dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga

(45)

30

peserta didik menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup dan bagaimana cara menanggapinya.37

Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan

menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. 2. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saitifik merupakan pendekatan dalam kegiatan

pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat

indoktrinisasi, hafalan, dan sejenisnya.38 Pendekatan pembelajaran saintifik ini menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk secara aktif

mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan dan membangun jejaring.39

37Ibid,111.

38Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013(Bandung:YRAMA WIDYA,2014),72.

39E.Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013(Bandung:Remaja

(46)

31

6. Struktur Kurikulum 2013

Pembelajaran dalam menyukseskan iplementasi kurikulum 2013

merupakan keseluruhan proes belaja, pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetsnsi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil

belajar dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik di harapkan

memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke

arah yang lebih baik.

Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal

atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.40

1. Kegiatan Awal atau Pembukaan

Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013

mencakup pembinaan keakraban dan pre-test a. Pembinaan Keakraban

40E . Mulyasa, Pengembangandan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT. Remaja

(47)

32

Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi

peserta didik, sehingga ercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilitator dan peerta didik serta antara peserta didik sengan

peserta didik.

Langkah- langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a) Di awal pertemuan pertama guru memperkenalkan diri kepada

peserta didik denganmemberi salam, menyebut nama, alamat, pendidikan terakhir, dan tugas pokok di sekolah.

b) Peserta didik masing- masing memperkenalkan diri dengan

memberi salam, menyebut nama, alamat, dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari serta mengapa mereka belajar dalam

sekolah ini. b. Pre-tes

Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilakukan dengan

pre-tes. Pre-tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu

pre-tes memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

2. Kegiatan Inti atau Pembentukan Kompetensi dan Karakter

Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk

(48)

33

tukar pengalaman dan pendapat dala membahas materi standar untuk memecahkan masalah atau yang dihadapi bersama. Dalam

pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi dan karakter , serta mengembangkan

dan memodifikasi kegiatan pembelajaran.41

Pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja

menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembentukan kompetensi dan karakter

dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosialnya.

3. Kegiatan Akhir atau Penutup

Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan post test. Tugas yang diberikan merupakan

tindak lanjut dari pembelajaran inti atau pembentukan kompetensi, yang berkenaan dengan materi standar yang telah dipelajari, maupun materi yang akan dipelajari berikutnya. Tugas ini bisa

merupakan pengayaan dan remedial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi. 42

41Ibid,127.

(49)

34

7. Penilaian pada kurikulum 2013

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan

berkesinambungan untuk memperoleh data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik, penilaian juga digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kekuatan dan kelemahan

dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilang keputusan dan perbaikan proses pembelajaran.43

Pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan wujud pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik

menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional.

Kurikulum 2013 mensyaratkan penggunaan penilaian autentik,

(authentic assesment). Secara paradigmatic penilaian autentik

memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic intruction)

dan belajar autentic (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa

penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. Penilaian autentik (authentic assesment) adalah pengukuran yang bermaknsa secara signifikan atas

hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan

43Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Panduan Penilaian Untuk Sekolah Dasar

(50)

35

pengetahuan. Penilaian autentik merupakan proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan

belajar siswa, prestasi, motivasi dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran.44

Penilaian di SD untuk semua kompetensi dasar yang mencakup

sikap, pengetahuan dan keterampilan.45

a. Penilaian Sikap

Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalamproses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun

ekstrakulikuler, yang meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda.

Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik

sesuai dengan proses pembelajaran.

1) Sikap Spiritual

Penilaian sikap spiritual (KI-1) antara lain: ketaatan

beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, toleransi dalam beribadah

2) Sikap Sosial

44Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014

(51)

36

Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: jujuryaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, antara lain adalah jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri. b. Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara

mengukur penugasan peserta didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam berbagai tingkatan proses

berpikir.

Untuk mengetahui ketuntasan belajar (mastery learning,

penilaian ditunjukkan untuk mengidentifikasi kelemahan dan

kekuatan (diagnostic) proses pembelajaran. Hasil tes diagnostic, ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik, sehingga hasil penelitian dapat segera digunakan untuk

perbaikan mutu pembelajaran.

Penilaian KI-3 menggunakan angka rentang capaian/nilai 0

sampai dengan 100daan deskripsi. Deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan

(52)

37

Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, lisan dan penugasan.

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan

dan uraian. Instrumen yang dikembangkan atau disiapkan dengan mengikuti langkah-langkah berikut :

a) melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. b) menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam penulisan soal.

c) menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan soal

d) melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran, hasil penskoran dianalisis guru dipergunakan sesuai dengan bentuk penilaian.

2. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis

yang diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaaan tersebut secara lisan. Jawaban tes lisan dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan bertujuan

menumbuhkan sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan berkomunikasi secara efektif. Langkah-langkah pelaksanaan tes

(53)

38

a) Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. Analisis KD dilakukan pada Tema, Subtema, dan

pembelajaran .

b) Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam

pembuatan pertanyaan, perintah, perintah harus dijawab siswa secara lisan.

c) Menyiapkan pertanyaan, perintah yang akan disampaikan

secara lisan.

d) Melakukan tes dan analisis untuk mengetahui kekuatan dan

(54)

39

3. Penugasan

Penugasan adalah pembearian tugas kepada siswa

untuk mengukur atau memfasilitasi siswa memeroleh atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan yang berfungsi

untuk penilaian dilakukan setelah proses pembelajaran

(assessment og learning).

Sedangkan penugasan sebagai metode bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan yang diberikan sebelum atau selama proses pembelajaran (assessment og learning)

tugas dapat dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sesuai karakteristik tugas yang di berikan, yang dilakukan disekolah, dirumah dan di luar sekolah.

c. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dilakukan dengan

mengidentifikasikan karakteristik kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian

kerja, penilaian proyek atau portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi

(55)

40

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya(dunia nyata). Teknik penilaian yang digunakan sebagai berikut:

a) Penilaian Kerja

Penilaian kerja merupakan penilaian yang meminta

peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan mengaplikasikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan. Pada penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian kinerja

yang menekankan produk disebut penilaian produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut panilaian praktik.

b) Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian

terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan, penyajian data dan pelaporan.pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat)

(56)

41

c) Portofolio

Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan

teknik penilaian. Portofolio sebgai dokumen yang besisi hasil penilaian prestasi belajar, penghargaan, karya peserta

didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif intagratif dalam kurun waktu tertentu.pada akhir periode, portofolio diserahkan kepada guru pada kelas berikutnya dan orang tua

sebagai bukti otentik perkembangan peserta didik.

Di dalam kurikulum 2013,dokumen portofolio dapat

dipergunakan sebagai salah satu bahan penilaian untuk kompetensi keterampilan.hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian yang lain dipertimbangkan untuk pengisian

rapor peserta didik46.

Portofolio merupakan bagian dari penilaian otentik,

yang langsung dapat menyentuh sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Hal ini berkaitan pula dengan rasa bangga yang mendorong peserta didik mencapai hasil

belajar yang lebih baik. Guru dapat memanfaatkan portofolio untuk mendorong peserta didik mencapai sukses dan

membangun harga dirinya. Secara tidak langsung, hal ini mengakibatkan peserta didik dapat membuat kemajuan lebih cepat untuk mencapai tujuan individualnya.

(57)

42

B. Tinjauan Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar

Didalam proses belajar mengajar pasti terdapat tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Salah satu cara untuk mengetahui apakah

tujuan-tujan tersebut sudah dicapai atau belum, dengan melihat hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang hasil belajar,

perlu dirumuskan secara jelas dari kata diatas, karena etimologi hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu kata hasil dan belajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil merupakan satu yang daa oleh suatu kerja, berhasil sukses.47 Sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia yang lain, hasil diartikan sebagai

sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh suatu misal pikiran, pendapat, akibat, kesudahan (dari pertandingan ujian).48

Sedangkan definisi belajar banyak dikemukakan oleh para ahli

psikologi pendidikan. Mereka memberikan definisi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Belajar adalah suatu rangkaian proses yang terjadi dalam proses belajar mengajar yag menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh atau

47Hartono,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 53.

48W.J.S erwa Darminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1993),

(58)

43

secara singkat dirumuskan oleh Edward L. Walker sebagai perubahan-perubahan akibat dari pengalaman.49

Belajar dalam Tesaurus Bahasa Indonesia adalah menuntut ilmu, bersekolah, berlatih. Sedangkan menurut Muhibbin Syah belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelengaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.50

C.T. Morgan berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relative menutup dalam tingkah laku akibat arau hasil

pengetahuan yang lalu.51

Muhammad Ali berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya. Ciri bahwa seorang telah melakukan proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang

relative permanent.52

Kemudian, Hasil Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan

anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu.53

49Salmeto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi,(Jakarta:Rajawali Pers, 2001), 24. 50Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008), 63.

51Singgih. D gunarsih,Psikologi Perkembangan,( jakarta: PT. Gunung Mulia), 22.

52Muhammad Ali, Konsep dan Penerapannya CBSA, ( Cara Siswa Aktif) Dalam

Pengajaran,( Bandung: Sarana Panca Karya, 1997), 62.

(59)

44

Sedangkan menurut Muhibbin Syah prestasi atau hasil belajar adalah taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah

materi pelajaran tertentu.54

Bloom seperti yang dikutip Anita Woolfolk (tth:102) mengkalsifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif terbagi dalam 6 tingkatan yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreativitas.55 Ranah afektif terbagi menjadi 5 tingkatan yaitu

penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan penjatidirian. Ranah psikomotorik terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu

peniruan, manipulasi, artikulasi, dan pengalamiahan.

Berpijak dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa belajar adalah proses yang berlangsung

dalam interaksi aktif antara seorang dengan lingkungannya yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan, keterampilan,

nilai-nilai dan sikap hidup yang menetap. Belajar disini dihubungan dengan hasil maka yang dmaksud dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap

hidup siswa yang merupakan hasil atau proses belajar yang

54Ibid, 101.

55M. Ngalim Purwanto, Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, ( Jakarta: PT.

(60)

45

dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, syimbol, dll yang merupakan bukti dan keberhasilan siswa.

1. Hasil Belajar Siswa Menurut Para Ahli

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuan dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain)

yaitu domain kognitif atau kemampuan berfikir, domain afektif atau sikap dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan

itu, Gagne mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur

cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan

dengan arah intensitas emosional dimiliki sesorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan

fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.56

Menurut Howard Kingsley, hasil belajar dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita.57

Dari pendapat para ahli diatas, terdapat bebarapa kriteria hasil belajar yaitu perubahan pada sikap siswa, pengetahuan serta

56Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses...,22.

(61)

46

keterampilan siswa seperti yang menjadi penilaian dalam Kurikulum 2013.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum seseorang yang diukur oleh IQ. IQ yang tinggi dapat menunjang

kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam belajar

dan hidup bermasyarakat. IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar seseorang.

Hasil belajar yang baik berupa prestasi yang memuaskan

merupakan harapan siswa, orang tua siswa, dan juga guru. Namun memperoleh prestasi yang memuaskan tidaklah mudah karena banyak

yang berpengaruh didalamnya. Secara garis besar terdapat dua faktor yang berpengaruh pada prestasi belajar siwa yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.58

Faktor –faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap

conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan

belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan

(62)

47

positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil

pembelajaran. Jadi, karena faktor-faktor tersebut diataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini,

seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelomok siswa

yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahuin dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

Hasil belajar yang baik berupa prestasi yang memuaskan

merupakan harapan siswa, orang tua siswa, dan juga guru. Namun memperoleh prestasi yang memuaskan tidaklah mudah karena banyak

yang berpengaruh didalamnya. Secara garis besar terdapat dua faktor

Gambar

Tabel 4.4. Daftar jumlah Murid Th 2015/2016 SDN Keboansikep II ................ ..75
tabel dibawah ini.
Tabel 4.1Keadaan Guru di SDN Sedatigede II
Tabel 4.2 Keadaan Guru di SDN Keboansikep II
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, dengan sifat rahman dan rahim-Nya telah memberikan berkat dan kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat

Namun sebelum Notaris dijatuhi sanksi perdata maka Notaris terlebih dahulu harus dapat dibuktikan bahwa telah adanya kerugian yang ditimbulkan dari perbuatan melawan hukum

Penelitian tentang pengaruh kombinasi antara limbah karbit dan inklusi serat yang dicampur secara acak pada tanah lempung kepasiran yang diuji didalam triaksial tekan dilakukan

Berdasarkan uji validitas pengaruh, telah dibuktikan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun

masih belum berfungsi secara optimal. Kesesuaian tugas dan teknologi yang kurang baik inilah yang membuat para pegawai rumah sakit enggan untuk menggunakan SIMRS. Mereka lebih

 Peserta didik secara bergantian saling bertanya tentang teknik variasi dan kombinasi teknik dasar bola voli, misalnya : bagaimana jalannya bola jika (passing

Aktor yang terlibat adalah user dengan tujuan untuk melihat hasil dari perhitungan dari hasil input data yang telah di input sebelumnya oleh user. Dan setelah ditampilkan

Pada anak–anak yang didiagnosa AIDS ketika berumur kurang dari 13 tahun, 90% dari mereka mendapat infeksi melalui ibu mereka yang terinfeksi HIV ke fetus atau anak yang baru