• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas kegiatan anjangsana dalam pembentukan kecerdasan emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas kegiatan anjangsana dalam pembentukan kecerdasan emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

AINNA AL FIRDAUSI NIM. D71213075

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Kegiatan Anjangsana, Silaturahmi, Pembentukan Kecerdasan Emosional.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan kegiatan anjangsana di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya? (2) Bagaimana pembentukan kecerdasan emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya? (3) Efektifkah kegiatan anjangsana dalam pembentukan kecerdasan emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya?

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sumber data yang diambil adalah meliputi literatur, sumber data lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun teknik analisa datanya dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan anjangsana dinilai efektif untuk membentuk kecerdasan emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya, terbukti dengan adanya kegiatan tersebut santriwati saling mengetahui kondisi keluarga santriwati lainnya sehingga santriwati dapat saling memahami dan dapat bertoleransi sesama santriwati lainnya untuk membina hubungan baik dan mempererat rasa kekeluargaan.

(7)

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xv

BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakang ...1

B. RumusanMasalah ...6

C. TujuanPenelitian ...6

D. KegunaanPenelitian...7

E. Penelitian Terdahulu ...8

F. BatasanMasalah...10

G. DefinisiOperasional...11

H. SistematikaPembahasan ...12

(8)

4. Manfaat Kegiatan Anjangsana ... 22

B. Kecerdasan Emosional ...25

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ...25

2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional ...28

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ...30

4. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ...35

5. Manfaat Kecerdasan Emosional ...39

6. Pembentukan Kecerdasan Emosional ...42

C. Efektivitas Kegiatan Anjangsana dalam Pembentukan Kecerdasan Emosional ...46

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenisdan Pendekatan Penelitian...51

B. Subjek dan Objek Penelitian ...54

C. Tahap-tahap Penelitian ...54

1. Tahap Pra Penelitian ...55

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ...55

3. Tahap Analisis Data ...56

4. Tahap Penulisan Laporan ...56

(9)

1. Observasi ...59

2. Wawancara ...61

3. Dokumentasi...62

F. TeknikAnalisis Data ...63

1. Reduksi Data ...64

2. Penyajian Data ...64

3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan ...65

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. GambaranUmumObyekPenelitian ...66

1. Profil Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya ...66

2. Letak Geografis Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya ...67

3. Sejarah Singkat Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya ...68

4. Visi dan MisiYayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya ...70

(10)

6. KeadaanUstadz/dzah dan Santriwati Yayasan Pondok Pesantren Putri

An-Nuriyah Surabaya ...72

7. SaranadanPrasaranaYayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya ...75

8. Prestasi Santriwati Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya ...76

B. Penyajian Data ...77

1. Pelaksanaan Kegiatan Anjangsana di Yayasan Pondok Pesantren Putri

An-Nuriyah Surabaya ...78

2. Pembentukan Kecerdasan Emosional Santriwati di Yayasan Pondok

Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya ...82

3. Efektivitas Kegiatan Anjangsana dalam Pembentukan Kecerdasan

Emosional Santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya ...87

C. Analisis Data ...90

1. Pelaksanaan Kegiatan Anjangsana di Yayasan Pondok Pesantren Putri

An-Nuriyah Surabaya ...90

2. Pembentukan Kecerdasan Emosional Santriwati di Yayasan Pondok

Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya ...91

3. Efektivitas Kegiatan Anjangsana dalam Pembentukan Kecerdasan

Emosional Santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

(11)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ...98

B. Saran ...99

DAFTAR PUSTAKA ...101

(12)

Dalam kehidupan sehari-hari manusia ditakdirkan untuk hidup

bersosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan cenderung untuk

melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan manusia lain, dengan

bersosialisasi manusia perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitarnya agar dirinya dapat diterima oleh masyarakat. Meski begitu tidak

sedikit dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

Dalam bermasyarakat perlu adanya interaksi dengan orang lain,

dimana interaksi ini terjadi apabila santriwati saling mengenal antara

santriwati satu dengan santriwati lainnya. Santriwati dalam melakukan

interaksi sosial, ia harus menghargai hak santriwati lain, mampu

menciptakan suatu relasi yang sehat dengan santriwati lain, berperan aktif

dalam kelompok, menjalin persaudaraan, dan lain-lain. Santriwati yang

mampu menyesuaikan diri berarti dapat menjalin persahabatan dan

persaudaraan dengan santriwati-santriwati yang ada di sekitarnya.

Nilai-nilai persaudaraan Islam merupakan persoalan penting yang

perlu dipelihara dan sangat diutamakan dalam pandangan Islam sehingga

terjalinnya hubungan yang akrab antara individu satu dengan individu

yang lain. Persaudaraan atau yang lebih dikenal dengan istilah silaturahmi

(13)

Diperingatkan untuk tidak memutuskannya sebagaimana firman Allah swt

yang berkaitan dengan menyambung silaturahmi;













“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan

supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut

kepada hisab yang buruk.”(QS. Ar-Ra’d: 21)1

Ayat tersebut adalah salah satu dari sekian banyak ayat al-Qur’an

yang menjelaskan tentang silaturahmi. Jika dilihat dari banyaknya ayat

al-Qur’an yang menjelaskan tentang silaturahmi sudah jelas bahwa,

silaturahmi merupakan tonggak yang mengokohkan banyak hal, mulai dari

persatuan, perhatian kasih sayang, mata pencaharian, hingga memudahkan

seseorang memasuki surga-Nya.

Manusia yang menjalankan hubungan silaturahmi akan berpahala

serta akan diberi sanksi bagi pemutus hubungan silaturahmi, sesuai hadits

nabi berikut,

َيِضَر ةَرْ يَرُ َِِا ْنَع

ا

ِِّبهنلا ْنَع ُهْنَع ُهَ

َمِحهرلا هنِا َلاَق َمهلَسَو ِهِيَلَع ُهَا ىهلَص

ُهُتْعَطَق ِكَعَطَق ْنَمَو ُهُتْلَصَو ِكَلَصَو ْنَم ُهَا َلاَقَ ف ِنَْْهرلا َنِم ُةَنْجَش

2

“Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya rahim itu berasal dari Arrahman lalu Allah berfirman, “Siapa menyambung Aku menyambungnya dan barangsiapa memutusmu Aku memutusnya.” (HR. Bukhari).

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya special for woman (Bandung:

Sygma, 2007), h. 252.

2 Ahmad bin Muhammad Asy-Syafi’i Al-Qisthilani,

(14)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa rahim secara umum mencakup

makna saling cinta, saling kasih sayang, dan berlaku adil. Rahim secara

khusus mencakup memberikan nafkah kepada kerabat, memperhatikan

keadaan mereka, dan pura-pura tidak tahu dengan kesalahan mereka.

Sebulan sekali santriwati Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya melakukan kegiatan silaturahmi yang biasa disebut anjangsana.

Kegiatan tersebut dilakukan di tempat yang berbeda-beda sesuai dengan

urutan rumah santriwati yang akan dituju. Kegiatan tersebut terjadi

interaksi antar santriwati dengan santriwati, interaksi antar santriwati

dengan keluarga santriwati, dan interaksi antar santriwati dengan

lingkungan rumah santriwati yang dikunjungi.

Setiap santriwati pasti memiliki banyak kesibukan, kesibukan pada

jadwal kegiatan di pondoknya juga mereka masih berstatus mahasiswa

aktif yang ingin memiliki banyak pengalaman di dunia kampusnya.

Namun, mereka harus bisa membagi waktu, pikiran, dan tenaganya untuk

dapat berhasil di manapun. Terlebih mereka selalu berinteraksi dengan

individu lain untuk bisa menyeimbangkan pola pikirnya.

Proses interaksi yang terjadi pada individu merupakan sesuatu

yang penting, karena melalui proses interaksi individu tersebut belajar

mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitarnya untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya

(15)

kelompok suatu masyarakat.3 Keberagaman sifat santriwati dengan

santriwati yang lain di Yayasan Pondok Pesantren An-Nuriyah Surabaya

itulah dapat menjadikan santriwati tersebut belajar dari keberagamannya

dan bekal pengetahuan yang dimilikinya dapat digunakan untuk

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian generasi yang

lahir dari dunia pendidikan formal maupun informal dapat membangun

bangsa dari segala bidang.

Silaturahmi erat kaitannya dengan proses interaksi dalam

pelaksanaannya. Proses interaksi sendiri dalam seluruh tatanan sosial tidak

bisa ditumpukan pada logika rasio yang cenderung linear dan sistemik. Ia

memerlukan adanya dimensi lain sebagai penyeimbang, berupa kecerdasan

intuitif atau yang lebih dikenal dengan sebutan emotional question (EQ).

Sebuah kecerdasan yang bisa memotivasi kondisi psikologi menjadi

pribadi-pribadi yang matang. Ia terwujud dalam bentuk kemampuan

merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan

emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusia.4

Peter Salovey dan John Mayer mendefinisikan kecerdasan

emosional berdasarkan kecerdasan pribadi yang dikemukakan Howard

Gardner, yakni kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang

memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, serta bagaimana bekerja

sama dengan mereka. Juga kemampuan untuk membedakan dan

3

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 115.

4

(16)

menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat

orang lain. Dari definisi dasar ini, pengertian kecerdasan emosional

dijabarkan menjadi lima wilayah utama, yakni kemampuan untuk

mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengola emosi, kemampuan

untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali emosi orang

lain, dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.5

Perkembangan emosi pada remaja seharusnya dapat mengantarkan

remaja untuk bisa mengendalikan diri sendiri dalam berinteraksi kepada

orang lain maupun lingkungannya. Sedangkan perkembangan kognisi

remaja yang baik dapat menjadikan remaja memiliki wawasan luas dan

pengetahuan yang lebih dari sebelumnya. Akan tetapi setiap remaja

memiliki perkembangan emosi yang berbeda-beda karena dipengaruhi

oleh faktor internal dan faktor eksternal remaja. Apabila perkembangan

emosi dan kognisi remaja tersebut belum optimal, maka akan timbul

beberapa permasalahan dalam perkembangan remaja seperti, mudah

marah, suka tersinggung, mudah putus asa, suka berburuk sangka terhadap

teman, dan lain sebagainya.

Dari uraian latar belakang tersebut maka signifikansi penelitian ini

adalah efektifkah kegiatan anjangsana dalam pembentukan kecerdasan

emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya. Maka penelitian ini berjudul “Efektivitas Kegiatan

5

(17)

Anjangsana dalam Pembentukan Kecerdasan Emosional Santriwati di

Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan anjangsana di Yayasan Pondok

Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya?

2. Bagaimana pembentukan kecerdasan emosional santriwati di Yayasan

Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya?

3. Efektifkah kegiatan anjangsana dalam pembentukan kecerdasan

emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui beberapa

tujuan dari penelitian. Antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan anjangsana di Yayasan

Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya.

2. Untuk mengetahui pembentukan kecerdasan emosional santriwati di

Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya.

3. Untuk mengetahui efektivitas kegiatan anjangsana dalam pembentukan

kecerdasan emosional di Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

(18)

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan,

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang

pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian,

sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan

kegiatan yang baik dalam membentuk kecerdasan emosional

santriwati, juga sebagai konstribusi nyata bagi dunia pendidikan.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan

tentang efektivitas kegiatan anjangsana dalam pembentukan

kecerdasan emosional santriwati di Yayasan Pondok Pesantren

Putri An-Nuriyah Surabaya khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

c. Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan dalam membentuk

kecerdasan emosional santriwati melalui kegiatan anjangsana.

2. Secara Praktis

a. Bagi Santriwati

Dengan adanya penelitian ini, maka santriwati dapat

mengetahui keefektivan kegiatan anjangsana dalam membentuk

(19)

b. Bagi Pengasuh

Agar para pengasuh dapat memanfaatkan kegiatan

anjangsana dalam membentuk kecerdasan emosional santriwatinya.

c. Bagi Pondok Pesantren

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan kecerdasan emosional santriwati melalui kegiatan

anjangsana.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah hasil kajian penelitian yang relevan

dengan permasalahan. Beberapa penelitian yang terkait dengan kegiatan

anjangsana dalam pembentukan kecerdasan emosional belum ditemukan

di literatur penelitian yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun,

beberapa penelitian dibawah ini dianggap berkaitan dengan judul yang

diangkat penulis. Beberapa judul penelitian tersebut sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Iva Nofia, mahasiswa jurusan

Bimbingan dan Konseling Isslam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN

Sunan Ampel Surabaya, tahun 2013 berjudul “Bimbingan dan Konseling

Islam dengan Terapi Silaturahmi Pada Seorang Remaja yang Mengalami

Depresi di Desa Sembayat Kabupaten Gresik”6

yang menjelaskan tentang

depresi sebagai masalah bimbingan dan konseling Islam, bimbingan dan

konseling Islam dalam mengatasi depresi, dan pelaksanaan bimbingan dan

6

(20)

konseling Islam dengan terapi silaturahmi pada seorang remaja yang

depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mashuda, mahasiswa jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan

Ampel Surabaya, tahun 2010 berjudul “Pengaruh Keberagaman Santri

terhadap Kecerdasan Emosional di Pondok Pesantren Tahsinul Akhlak

Bahrul Ulum Surabaya”7

yang menjelaskan tentang keberagaman

seseorang dalam mamahami, menghayati, dan mengamalkan aturan-aturan

agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Menjelaskan juga

tentang kemampuan seseorang dalam memanajemen emosi yang

terkadang timbul ledakan-ledakan jiwa yang apabila tidak terkontrol akan

berdampak pada hubungannya dengan orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Agung Yudistira, mahasiswa

jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan

Komunkasi, UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2017 berjudul “Efektivitas

Positive Thinking Training dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto”8 yang menjelaskan tentang proses efektivitas positive thinking training dalam meningkatkan kecerdasan

emosional.

7

Mashuda, Pengaruh Keberagaman Santriwati terhadap Kecerdasan Emosional di Pondok Pesantren Tahsinul Akhlak Bahrul Ulum Surabaya, Skripsi, FTK, PAI, UIN Sunan Ampel Surabaya.

8

Agung Yudistira, Efektivitas Positie Thinking Training dalam Meningkatkan

(21)

Penelitian diatas menjadi acuan dan landasan penyebab penulis

melakukan penelitian ini, dari kedua penelitian yang telah dilakukan di

atas, penulis yakin bahwa penelitian tentang efektivitas kegiatan

anjangsana dalam pembentukan kecerdasan emosional, belum ada yang

mengulasnya.

F. Batasan Masalah

Untuk memperoleh data yang relevan dan memberikan arah

pembahasan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup

penelitian akan diarahkan pada:

1. Pembahasan tentang Kegiatan Anjangsana

a. Pengertian Kegiatan Anjangsana

b. Bentuk Kegiatan Anjangsana

c. Aspek-aspek dalam Kegiatan Anjangsana

d. Manfaat Kegiatan Anjangsana

2. Pembahasan tentang Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

c. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional

d. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional

e. Pembentukan Kecerdasan Emosional

(22)

G. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan

mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul

penelitian “EFEKTIVITAS KEGIATAN ANJANGSANA DALAM

PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWATI DI

YAYASAN PONDOK PESANTREN PUTRI AN-NURIYAH

SURABAYA.”

1. Efektifivitas

Kata efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki arti tepat

mengenai sasaran.9 Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh

atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan

keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas

dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus yang

telah dicanangkan.10

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan efektivitas adalah keberhasilan penggunaan sesuatu dengan

tepat dan dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan.

2. Kegiatan Anjangsana

Kegiatan sejenis silaturahmi yang terdapat di Yayasan Pondok

Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya. Kegiatan tersebut dilakukan

sekali dalam sebulan. Acara tersebut diisi dengan kegiatan keagamaan

9

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Penerbit Fakultas UGM, 1996), h. 3

10

(23)

diantaranya; khotmil al-Qur’an, Dhiba’an, dan bersosialisasi dengan

masyarakat sekitar.

3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional menurut W.Stren adalah kesanggupan jiwa

untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam situasi

yang baru.11 Kecerdasan (dalam bahasa Inggris disebut Intelligence

dan bahasa Arab disebut al-dzaka), menurrut arti bahasa adalah

pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu.12 Jadi, kecerdasan

emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with

intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriates of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial.13

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan

penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang

11

Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 66.

12

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), cet. ke-1, h. 317.

13

(24)

lingkup dan pembatasan masalah, definisi operasional,

sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tinjauan tentang kegiatan Anjangsana yang

meliputi: pengertian kegiatan anjangsana, bentuk kegiatan

anjangsana, aspek-aspek dalam kegiatan anjangsana, manfaat

kegiatan anjangsana. Kecerdasan Emosional yang meliputi:

pengertian kecerdasan emosional, ciri-ciri kecerdasan emosional,

faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional,

komponen-komponen kecerdasan emosional, pembentukan kecerdasan

emosional, manfaat kecerdasan emosional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, subjek

dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber dan jenis

data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang:

A. Profil Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

Surabaya, meliputi: sejarah berdirinya Yayasan Pondok

Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya, letak geografis

Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya,

visi-misi Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah

(25)

Putri An-Nuriyah Surabaya, keadaan sarana dan prasarana

Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya,

keadaan ustadz serta keadaan santriwati Yayasan Pondok

Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya, prestasi santriwati

Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya.

B. Penyajian data, meliputi data tentang kegiatan anjangsana

dan pembentukan kecerdasan emosional.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang

berkenaan dengan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan

(26)

A. Kegiatan Anjangsana

1. Pengertian Kegiatan Anjangsana

Anjangsana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kunjungan

untuk melepas rasa rindu, kunjungan silaturahmi (ke rumah tetangga,

saudara, kawan lama, sahabat).14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia silaturahmi bermakna tali

persahabatan atau persaudaraan. 15 Di Indonesia sering ditemui kata

silaturahmi sebagai kata yang menggambarkan aktivitas hubungan antar

sesama manusia. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas saling

mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan. Istilah silaturahmi di

tengah-tengah masyarakat sering diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi,

saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan.

Silaturahmi adalah istilah yang cukup akrab dan populer didalam

pergaulan umat Islam sehari-hari, namun pada hakikatnya istilah tersebut

merupakan bentukan dari bahasa Arab dari kata silaturahim, dan silaturahim

ini berasal dari dua kata yakni shilah yang berarti perhubungan, hubungan,

14

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 53.

15

(27)

pemberian, dan karunia. Sedangkan kata rahim yang memiliki arti kerabat

atau peranakan.16

Istilah-istilah tersebut merupakan sebuah simbol hubungan baik

penuh kasih sayang antar karib kerabat yang asal usulnya berasal dari rahim,

dikatakan simbol karena rahim atau peranakan secara materi tidak bisa

disambung atau tidak bisa dihubungkan dengan rahim lain. Dengan kata lain,

rahim yang dimaksud disini adalah qarabah atau nasab yang disatukan oleh

rahim ibu, dimana hubungan antara satu dengan yang lain diikat dengan

hubungan rahim. Maka dapat dipahami bahwa pemaknaan terhadap istilah

silaturahmi cenderung pada hubungan kasih sayang yang terbatas pada

hubungan-hubungan dalam sebuah keluarga besar atau qarabah.17

Silaturahmi dapat diartikan menyambung tali kasih sayang adalah

merupakan bagian dari kebutuhan setiap makhluk hidup dan yang lebih

utamanya disini adalah manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial

yakni makhluk yang membutuhkan hidup bersama. Hal ini terbukti dengan

adanya dalam memenuhi kebutuhan manusia tidak mampu sendirian

meskipun pada saat sekarang ini teknologi sudah mengalami perkembangan

dan kemajuan, oleh karena itu maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa

manusia harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

16

Ahmad Warson dan Zainal Abidin, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2007), h. 215.

17

(28)

Dengan demikian istilah silaturahim dengan istilah silaturahmi

memiliki maksud pengertian yang sama, namun dalam penggunaan bahasa

Indonesia istilah silaturahmi memiliki pengertian yang lebih luas, karena

penggunaan istilah ini tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang

antara sesama karib kerabat tetapi mengadakan silaturahmi dapat

diaplikasikan dengan mendatangi keluarga atau teman dengan memberikan

kebaikan berupa ucapan maupun perbuatan.

2. Bentuk Kegiatan Anjangsana

Kegiatan anjangsana atau yang lebih dikenal dalam dunia Islam

dengan istilah bersilaturahmi adalah salah satu sunnah yang dianjurkan oleh

Rasulullah SAW, karena dalam silaturahmi banyak terkandung akan berbagai

hikmah dan juga keutamaan silaturahmi itu sendiri. Sebagai manusia yang

dijadikan sebagai makhluk sosial tentunya berhubungan dengan manusia

lainnya tak akan terlepas dalam kehidupan sehari-hari, karena selalu

membutuhkan pertolongan dari orang lain.

Terdapat banyak bentuk-bentuk untuk bersilaturahmi. Menurut M.

Quraish Shihab setidaknya ada empat macam bentuk persaudaraan, yaitu:18

a. Ukhuwah Ubudiyah, yaitu saudara kesemakhlukan atau kesetundukan kepada Allah SWT.

18 Rachmat Syafe’i,

(29)

b. Ukhuwah Insaniyyah atau Basyariyyah, yaitu bersaudara karena berasal dari seorang ayah dan ibu.

c. Ukhuwah Wathaniyyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.

d. Ukhuwah fi ad-din al-islam, yaitu persaudaraan antar sesama muslim. Silaturahmi secara konkrit dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk

antara lain sebagi berikut:

a. Berbuat baik atau ihsan terutama dengan memberikan bantuan materiil

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun yang harus diprioritaskan

untuk dibantu adalah karib kerabat dibanding dengan pihak-pihak lain

yakni diantaranya anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, dan lain-lain.

karena jika karib kerabat tersebut seorang yang miskin maka bersedekah

kepada karib kerabat tersebut bermakna ganda, yakni sedekah sekaligus

silaturahmi. Dengan demikian jelas bahwa dari ukhuwah antar karib

kerabat adalah lebih utama.

b. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesama kerabat

maupun orang lain dapat diaplikasikan dengan sikap saling

kenal-mengenal, hormat-menghormati, bertukar salam, kunjung-mengunjungi,

surat-menyurat, jenguk-menjenguk, bantu-membantu, dan lain-lain.19

Penjelasan diatas bisa dikatakan silaturahmi dengan catatan hal-hal

tersebut diorientasikan untuk meningkatkan persaudaraan. Selain itu, dapat

19

(30)

meningkatkan dan mempererat hubungan persaudaraan antar sesama karib

kerabat apabila dilakukan dengan sesuainya cara untuk berinteraksi dengan

manusia lain.

3. Aspek-Aspek dalam Kegiatan Anjangsana

Seorang muslim dapat dikatakan memiliki kemampuan berinteraksi

dengan sesama yang baik jika ia mampu memahami dan mengamalkan

beberapa sikap sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu dengan yang lainnya, ketika bertemu saling menyapa yang

mana sikap ini akan memupuk keakraban, saling mengingatkan jika

saudaranya salah, mampu bersikap toleransi, tenggang rasa akan mudah

membina penyesuaian sosial dimana ia tinggal dan dapat diterima dengan

gembira oleh individu lain. Berhubungan atau berinteraksi dengan sesama

manusia adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang karena

Islam memerintahkan agar umat manusia menjalin persaudaraan

(menyambung silaturahmi) yang dilandasi perasaan cinta dan kasih sayang

serta melarang umatnya untuk memutuskan tali peraudaraan.

Kegiatan anjangsana yang memiliki arti kunjungan untuk melepas

rindu, kunjungan silaturahmi (ke rumah tetangga, saudara, kawan lama,

sahabat) erat kaitannya dengan proses interaksi dalam pelaksanaannya.

Seseorang butuh penyesuaian sosial untuk bisa menyesuaikan diri dalam

kegiatan tersebut dengan orang lain. Jersild dkk mengemukakan aspek-aspek

(31)

a. Kesadaran selektif

Penyesuaian yang sehat membutuhkan kemampuan individu untuk

melaksanakan seleksi terhadap berbagai tekanan yang ada, untuk

direspon secara tepat dengan tidak membahayakan diri individu tersebut.

Kemampuan melakukan seleksi tergantung pada pengalaman dari hasil

belajar.

b. Kemampuan toleransi

Merupakan kemampuan individu untuk menerima kehadiran

individu lain dan menganggap orang lain sebagaimana adanya, mampu

menerima nilai-nilai hidup serta kode-kode moral dan mampu

mengembangkan hidupnya dengan baik tanpa mengabaikan kepentingan

lingkungan.

c. Otonomi

Otonomi individu meliputi tiga aspek yaitu otonomi emosi, yakni

kemampuan melakukan hubungan emosional secara bebas dengan orang

lain, otonomi perilaku yakni kemampuan atau kecakapan pengambilan

keputusan secara bebas dan otonomi nilai yakni kemampuan memaknai

seperangkat prinsip benar dan salah serta apa yang penting dan yang tidak

penting. Penyesuaian sosial dianggap berhasil ketika individu mampu

(32)

d. Integritas pribadi

Individu mempunyai penyesuaian sosial yang sehat tidak merasa

takut atau cemas jika menghadapi hal-hal yang baru. Selain itu juga tidak

akan merasa panik jika suatu saat menghadapi kesulitan atau hambatan

dalam mencapai tujuan hidupnya.20

Dari teori diatas, dapat diketahui bahwa aspek penyesuaian sosial

menurut Jersild meliputi kesadaran selektif, kemampuan toleransi, otonomi,

dan integritas pribadi. Sedangkan menurut Hurlock, memiliki pemaparan yang

berbeda tentang aspek-aspek penyesuaian sosial. Adapun aspek tersebut

meliputi:

a. Penampilan nyata. Yaitu perilaku sosial seperti perilaku yang dinilai

berdasarkan standar kelompoknya, memenuhi harapan kelompok, dana

akan menjadi anggota yang diterima kelompok.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok. Seseorang dapat

menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok baik

kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa. Hal tersebut

secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri

dengan baik secara sosial.

c. Sikap sosial. Menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain,

terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial.

20

(33)

d. Kepuasan pribadi. Seseorang harus merasa puas terhadap kontak

sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial,

baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.21

Jadi dapat dijelaskan bahwa aspek penyesuaian sosial menurut

Hurlock meliputi penampilan nyata, penyesuaian nyata, penyesuaian diri

terhadap beberapa kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

4. Manfaat Kegiatan Anjangsana

Berkunjung ke rumah saudara atau kerabat merupakan ibadah yang

sangat mulia, mudah, dan membawa berkah. Karena itu merupakan ibadah

yang paling indah yang berhubungan dengan manusia, sehingga perlu

meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. Selain dapat

meningkatkan dan mempererat tali persaudaraan antar sesama karib kerabat

pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, silaturahmi juga dapat

memberikan manfaat lain baik di dunia maupun di akhirat. Manfaat

silaturahmi antara lain:

a. Mendapat rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT

Seseorang yang menyambung tali persaudaraan maka Allah SWT

juga akan menghubungkannya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian

maka orang-orang yang melakukan silaturahmi akan mendapatkan rahmat,

nikmat, dan ihsan dari Allah SWT.

21

(34)

b. Masuk surga dan jauh dari neraka

Secara khusus disebut oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah amalan

pokok, silaturahmi dapat mengantarkan seseorang ke surga.

c. Lapang rizki dan panjang umur

Salah satu modal untuk mendapatkan rizki adalah dengan kita

berhubungan baik dengan sesama manusia. Peluang-peluang bisnis

misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan masyarakat

luas.

Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan umur hanya sebatas

pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur yang mendapatkan

taufiq dari Allah SWT menjadi berkah dan bermanfaat bagi umat manusia

sehingga namanya akan abadi dan akan senantiasa dikenang dalam waktu

yang lama.22

Bersilaturahmi antar kerabat khusus dan kerabat umum pada era

globalisasi ini sangat diprlukan untuk mencapai kedamaian, kerukunan, dan

persatuan. Pembinaan individu dan kerabat mendapat prioritas dalam Islam,

diantaranya dengan melakukan silaturahmi. Pembinaan masyarakat dimulai

individu, keluarga, kemudian masyarakat. Masyarakat akan merasakan

kedamaian dan kenyamanan dalam hidup, manakala masing-masing individu

dan keluarga rumah tangga melakukan tugas dan kewajiban silaturahmi secara

baik yang didasarkan pada keimanan dan kasih sayang.

22

(35)

Kasih sayang merupakan sifat Allah SWT yang sangat banyak

disebutkan dalam al-Qur’an, maka sebagai manusia yang taat, percaya, dan

bertaqwa kepada-Nya tentu harus berupaya untuk meneladani sifat keutamaan

Allah SWT tersebut dalam menjalani kehidupan, karena sesuai janji-Nya,

Allah SWT akan menjadikan kasih sayang ada didalam hati orang-orang yang

beriman dan beramal sholeh. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Maryam

ayat 96 sebagai berikut,









Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.(QS. Maryam: 96).23

Ayat tersebut dapat difahami secara logika bahwa setiap mukmin

seharusnya hidup berdampingan dengan penuh kasih sayang, karena Allah

SWT telah memberi masing-masing sifat kasih sayang, namun dalam realita

pada masa sekarang adalah penuh dengan permusuhan, pertikaian,

perselisihan, dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya. Sedangkan Islam dalam

berbagai ayat al-Qur’an maupun hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam juga

menganjurkan pentingnya kasih sayang terhadap sesama.

23

(36)

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit keterampilan kata dan

angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan

sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses dibidang

akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak terpaut itu saja.

Pandangan baru yang berkembang, ada kecerdasan lain diluar IQ, seperti

bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan

emosional yang harus juga dikembangkan.24

Istilah emotional intelegence yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan dengan kecerdasan emosional yang pertama kali

diterjemahkan oleh Peter Salovey dari Hardward University dan John Mayer

dari University of New Hampshire pada tahun 1990. Kemudian

dipopulerkan oleh Daniel Goleman dalam sebuah buku “Emotional

Intelegence”. Salovey dan Mayer menggunakan istilah kecerdasan emosional untuk menggambarkan sejumlah ketrampilan yang berhubungan

dengan keakuratan penelitian tentang emosi diri sendiri dan orang lain,

kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan

meraih tujuan kehidupan.

24

(37)

Dalam menjabarkan arti kecerdasan emosional, Salovey dan Mayer

menggunakan pengertian “Kecerdasan Pribadi” yang dikemukakan oleh

psikologi Horward Gardner sebagai definisi dasar, yaitu kemampuan untuk

memahami orang lain, apa yang memotivasi serta cara bekerja sama, juga

kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,

temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.

Definisi ini diperluas oleh Salovey dan Mayer dalam lima wilayah

utama, yaitu:

a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri

b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan diri sendiri denga

tepat

c. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

d. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain

e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.25

Gardner menyebut kecerdasan emosional dengan istilah “Kecakapan

Interpersonal” dan “Kecakapan Antarpersonal”. Kecakapan interpersonal

adalah kemampuan yang bersifat kolektif terapi yang terarah ke dalam diri

sendiri serta kemampuan untuk membentuk suatu model diri sendiri serta

kemampuan untuk menggunakan model tersebut sebagai alat menempuh

kehidupan secara efektif. Sedangkan kecakapan antarpersonal adalah

25

(38)

kemampuan untuk memahami orang lain berupa pemahaman terhadap apa

yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja sama dengan

sesamanya dan mampu membedakan serta menanggapi dengan tepat suasana

hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain.26

Menurut Aristoteles, kecerdasan emosional adalah suatu keterampilan

langka, yaitu untuk marah pada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai,

pada waktu yang tepat demi tujuan yang benar dan dengan cara yang baik.27

Wilayah EQ adalah hubungan pribadi dan berhubungan antar pribadi, EQ

bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan

kemampuan adaptasi sosial.28

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh

di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan

seseorang dalam memahami, mengelola, memotivasi emosinya sendiri dan

mampu memahami orang lain dan juga membina hubungan dengan orang

lain.

Dari kesimpulan tersebut, kecerdasan emosional seseorang berarti

dapat digolongkan menjadi dua bagian kemampuan, yaitu kemampuan

interpersonal dan kemampuan personal yang mana keduanya tersebut dapat

menjadikan seseorang tersebut menjadi sukses, baik dari dalam dirinya,

maupun di tengah-tengah orang lain, dalam arti orang tersebut mampu

26

Ibid.,

27

Ibid., h. 9.

28

(39)

membina hubungan dengan orang lain dengan baik dan mampu secara

bijaksana mengelola dirinya sendiri menjadi orang yang sukses.

2. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang.

Kecerdasan emosional ditentukan oleh kecakapannya dibidang emosi dalam

hal tersebut dapat dilatih dan ditingkatkan sejak diri secara terus menerus

dan bukan kecerdasan yang bersifat bawaan sejak lahir, seperti kecerdasan

intelektual, emosi dan akal adalah bagian suatu keseluruhan, itulah sebabnya

istilah baru-baru ini diciptakan untuk menggambarkan kecerdasan hati

adalah EQ.29

Pelatihan dibidang emosional ini perlu dan penting dimulai pada masa

kanak-kanak melewati berbagai aspek kehidupan dengan sukses. Menurut

Goleman, aspek-aspek kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan mengenali emosi diri, yaitu:

1) Kemampuan individu untuk mengenali perasaan sesuai apa yang

terjadi, mampu memantau perasaan diri waktu ke waktu dan merasa

selaras terhadap apa yang dirasakan.

2) Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri.

3) Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul.

4) Mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan.

29

(40)

b. Kemampuan mengolah emosi, yaitu:

1) Untuk menangani perasaan sehingga perasaan dapat diungkap dengan

tepat.

2) Kemampuan untuk menenangkan diri.

3) Melepaskan diri dari kecemasan dan kemarahan yang menjadi-jadi.

c. Kemampuan memotivasi diri, yaitu:

1) Kemampuan untuk mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai

tujuan.

2) Menunda kepuasan dan meregangkan dorongan hati.

3) Mampu berada dalam tahap flow.

d. Kemampuan mengenal emosi orang lain, yaitu:

1) Kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain.

2) Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain.

3) Lebih baik dalam mendengarkan orang lain.

e. Kemampuan membina hubungan, yaitu:

1) Kemampuan mengelola emosi orang lain.

2) Berinteraksi secara mulus dengan orang lain.

3) Meningkatkan kemampuan menganalisis serta memahami

hubungan.30

30

(41)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Perkembangan dan pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal dan eksternal

yang mempengaruhi kecerdasan emosional tersebut adalah:

a. Faktor Otak

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi atau otak seseorang

menurut psikologi perkembangan adalah pengalaman dan

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Seperti pendidikan, pelatihan,

pengalaman dan kejadian-kejadian yang dialami.31

EQ bekerja berdasarkan jaringan saraf asosiatif di otak, muka

berfikir asosiatif adalah gaya berfikir EQ. Cara berfikirnya menggunakan

hati dan tubuh. Kecerdasan ini merupakan jenis kecerdasan yang

digunakan untuk menghasilkan efek-efek luar biasa oleh para atlet

berbakat atau seorang penulis yang piawai.

Para ahli menganggap bahwa bagian otak yang disebut dengan

sebutan sistem limbik, merupakan bagian otak yang mengurusi

emosi-emosi manusia. Akan tetapi, sistem limbik tidak bisa dipisahkan dari

korteks (terkadang disebut nonkorteks), karena kortekslah yang merupakan bagian terpenting otak yang dengannya otak bisa berfikir

(hingga bisa disebut dengan istilah akal). Korteks juga berperan penting

dalam memahami kecerdasan emosional.

31

(42)

Korteks memungkinkan kita mempunyai perasaan tentang perasaan

kita sendiri. Sistem limbik, sering emosi otak terletak jauh dalam

hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengetahuan

emosi dan impuls. Sistem limbik meliputi hippo campus (tempat

berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya

ingatan emosi), sedangkan amingdala (yang dipandang sebagai pusat

pengendalian emosi pada otak).32 Komponen ketiga dari sistem saraf yang

berhubungan dengan kecerdasan emosional dalam banyak hal justru

paling menarik, karena komponen ini ikut mengatur bagaimana emosi

secara biokimia dikirimkan ke berbagai bagian tubuh.

Amingdala adalah sekelompok sel yang berbentuk kacang almond

yang bertumpu pada batang otak. Amingdala merupakan gudang ingatan

emosi dan bagian tubuh yang memproses hal-hal yang berkaitan dengan

emosi, seperti rasa sedih, marah, nafsu, kasih sayang dan sebagainya.

Apabila amingdala hilang dari tubuh, maka manusia tidak akan mampu

menangkap makna emosi dari suatu peristiwa. Keadaan ini disebut

“Kebutaan Efektif”.33

b. Faktor Keluarga

Secara umum apabila berbicara mengenai keluarga maka tidak

lepas dari konsep orang tua dan anak. Tugas kedua orang tua adalah

32

Muhammad Muhyiddin, Cara Islami Melejitkan Citra Diri, (Jakarta: Lentera, 2003), h. 34.

33

(43)

mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan suatu tugas

mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Telah

banyak usaha yang dilakukan orang tua maupun pendidik untuk mencari

dan membekali diri dengan pengetahuan yang berkaitan dengan

perkembangan anak. Lebih-lebih bila pada suatu saat dihadapkan pada

masalah yang menimpa diri anak.34

Orang tua memeggang peranan yang sangat penting terhadap

perkembangan emosional anak, dimana lingkungan keluarga merupakan

sekolah pertama bagi anak dalam mempelajari emosi. Pengalaman masa

kanak-kanak dapat memberikan pengaruh bagi perkembangan otak. Oleh

karenanya jika anak-anak mendapatkan pelatihan emosi yang tepat, maka

kecerdasan emosinya akan meningkat, begitupun sebaliknya.

Beberapa prinsip dalam mendidik dan melatih emosi anak, yaitu

dengan menyadari dan mengakui emosi anak sebagai peluang kedekatan

dalam mengajar, mendengar dengan penuh empati dan meneguhkan

emosi anak, menentukan batas-batas emosi dan membantu anak dalam

memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.35

34

Singgih D Sunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 3.

35

(44)

c. Faktor belajar

Faktor ini merupakan faktor yang lebih udah dikendalikan. Dengan

pengendalian pra belajar lingkungan, seseorang akan mudah membina

pola emosi yang positif dan menghilangkan pola emosi yang negatif

sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat. Ada lima

kegiatan belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi, yaitu:

1) Belajar coba dan ralat, hal ini melibatkan aspek reaksi. Anak akan

belajar mencoba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam

bentuk tingkah laku ketika pemuasan didapatkannya dan menolak

perilaku ketika sedikit atau tidak ada pemuasan yang didapatkannya.

2) Belajar dengan cara meniru, dengan cara mengamati hal-hal yang

membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, biasanya anak-anak

bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan

orang-orang yang diamati.

3) Belajar dengan cara mengidentifikasi, yaitu menirukan reaksi

emosional orang lain. Metode ini dilakukan karena kekaguman

kepada orang lain dan mempunyai ikatan emosional yang kuat

dengannya serta motivasi untuk menirukan orang yang dikagumi.

4) Belajar melalui pengkondisian, berani belajar dengan cara asosiasi.

Dalam metode ini obyek dan situasi pada mulanya gagal memancing

reaksi emosional lalu kemudian berhasil dengan cara asosiasi.

(45)

5) Pelatihan, belajar dibawah bimbingan pengawasan. Kepada anak

diajarkan cara bereaksi bagaimana menerima atau menolak jika

sesuatu emosi terangsang.

d. Faktor dukungan sosial

Dukungan sosial dapat berupa perhatian, penghargaan, pujian,

nasehat, yang ada pada dasarnya memberikan kekuatan psikologis pada

seseorang sehingga ia merasa kuat dan membuatnya menghadapi situasi

yang sulit. Dukungan sosial dapat berupa suatu hubungan interpersonal

yang didalamnya terdapat satu atau lebih bantuan dalam bentuk fisik,

informasi, dan pujian. Dukungan sosial dianggap mampu

mengembangkan aspek-aspek kecerdasan emosional sehingga

memunculkan perasaan berharga dalam mengembangkan kepribadian dan

kontak sosial.

e. Faktor lingkungan sekolah

Guru memegang peranan penting dalam pengembangan potensi

anak didik melalui teknik, gaya kepemimpinan, dan metode mengajarnya

sehingga kecerdasan emosi anak (EQ) dapat berkembang secara

maksimal. Sistem pendidikan hendaknya tidak mengabaikan

perkembangan fungsi otak kanan terutama perkembangan emosi dan

kondisi seseorang. Pemberdayaan pendidikan di sekolah hendaknya

(46)

psikologis anak sehingga dapat berekspresi secara bebas sesuai dengan

perkembangannya.

4. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional

Daniel Goleman adalah seseorang yang telah mempopulerkan istilah

“kecerdasan emosional”, walaupun istilah ini bukanlah istilah yang ia

temukan sendiri. Menurutnya, “kecerdasan emosional” atau emotional

intelligence merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri, dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan

mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya

dengan orang lain.36 Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai

menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan menggunakan

kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum.

Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya:37

a. Mengenali emosi diri

Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut

“menahan diri”. Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip

“harus memiliki segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati

merupakan salah satu seni bersabar dan bersabar dan menukar rasa sakit

36

Muhammad Muhyiddin, ESQ Manajemen ESQ Power, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), h. 83-84.

37

(47)

atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa

yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan.

b. Mengelola emosi diri

Merupakan kemampuan emosional yang meliputi kecakapan untuk

tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan kegelisahan yang

timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang

menjengkelkan. Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah

kekuasaan emosi. Mereka akan cepat kembali bersemangat apapun situasi

yang menghadang dan tahu cara menenangkan diri. Mengelola emosi diri

bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi emosi yang bisa

timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles, marah itu

mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat,

waktu, tujuan, dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh

orang-orang yang cerdas secara emosi. Ketiga hal tersebut diatas,

merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi-emosi

diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang dikatakan cerdas

secara emosi.

c. Memotivasi Diri

Motivasi diri adalah dorongan hati untuk bangkit. Ia merupakan inti

secercah harapan dalam diri seseorang yang membawa orang tersebut

mempunyai cita-cita yang mendorongnya untuk meraih yang lebih tinggi.

(48)

ketika masalah menghadangnya. Jika seseorang telah termotivasi, tidak

ada seorang lain yang dapat mengambil kekuatan mereka untuk bergerak

maju dan ketika motivasi itu datang dari dalam hati seseorang, mereka

menjadi tak terkalahkan.

Orang dengan keterampilan ini cenderung sagat produktif dan

efektif dalam hal apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk

memotivasi diri sendiri antara lain dengan banyak membaca buku atau

artikel-artikel positif, tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan

sebagainya.

d. Memahami Orang Lain (Empati)

Menyadari dan menghargai perasaan orang lain adalah hal

terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan

empati. Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. ini

berarti juga dapat membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.

memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita.

Menjadi pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun

yang kita dengar. Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita

banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik

untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.

Empati bermula dari kesadaran akan perasaan orang lain. lebih

mudah untuk menyadari emosi orang lain jika mereka benar-benar

(49)

selama mereka tidak menceritakannya, seseorang harus berusaha

menanyakannya, membaca apa yang tersirat, menduga-duga, dan

berupaya untuk meginterpretasikan isyarat-isyarat yang bersikap

nonverbal. Orang yang ekspresif secara emosional adalah paling mudah

untuk dibaca, tentunya lewat mata dan wajah mereka yang

memberitahukan kita bagaimana perasaan mereka.

Seseorang yang mau membaca emosi orang lain haruslah berempati.

Empati berbeda dengan simpati. Simpati hanya sekedar memahami

masalah atau perlakuan seseorang. Empati lebih dari itu, empati bukan

hanya memahami masalah orang lain tetapi juga merasakan apa yang

dirasakan orang tersebut.

e. Kemampuan membina hubungan dengan orang lain

Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain. orang yang

mempunyai kemampuan ini dapat bergaul dengan siapa saja,

menyenangkan dan tenggang rasa terhadap orang lain yang berbeda

dengan dirinya. Kecakapan jenis ini sangat membantu seseorang untuk

berkomunikasi dan menjalin hubungan serta kepercayaan dengan orang

lain. Gardner memecahnya menjadi empat jenis kemampuan, yakni:

kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dan mempertahankan

persahabatan, kemampuan menyelesaikan konflik, dan keterampilan

(50)

5. Manfaat Kecerdasan Emosional

Manfaat kecerdasan emosional dapat kita rasakan secara fisik maupun

psikis.

a. Secara Fisik

Emosi yang baik adalah kekuatan terbesar bagi kesehatan kita. Hal

ini berarti dengan mencerdaskan emosi kita akan dapat memberi manfaat

positif bagi kesehatan fisik kita.

Menurut John A Schindler sakit yang disebabkan oleh emosi negatif

lebih banyak adalah penyakit fisik. Penyakit itu mengakibatkan ribuan

gejala yang bervariasi, seperti sakit leher, buang angin, atau radang

dinding lambung.38

Pada saat marah, sejumlah sel darah dalam sirkulasi darah

meningkat sebanyak setengah juta per kubik mili meter, dan saat menjadi

marah otot-otot dibagian luar perut menekan begitu ketat sehingg alat

pencernaan menjadi sangat tegang sehingga banyak orang menderita sakit

perut hebat.39

Detak jantung meningkat luar biasa mencapai 180-220 atau lebih

tinggi. Seperti orang yang terkena stroke ketika sedang marah, terjadi

tekanan darah tinggi sehingga meledakkan aliran darah dalam oaknya.

Demikian juga didalam kemarahan, urat nadi koroner didalam jantung

38

John A. Schendler, Bagaimana Menikmati Hidup 365 Hari dalam Setahun, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17.

39

(51)

menekan cukup keras sehingga mengakibatkan kejang-kejang bahkan

jantung koroner.

Emosi negatif juga mempengaruhi sistem syaraf otomis. Dampak

syaraf yang umum adalah otot yang kejang, otot yang mengetat dan

sangat sakit, baik dari bagian luar kaki, pembuluh darah, atau bagian

perut. Dengan demikian otot yang mengetat secara emosional akan

mengakibatkan rasa sakit pada bagian leher, perut, usus besar, kulit

kepala, dan pembuluh darah.

Penyakit-penyakit fisik diatas diakibatkan karena lemahnya

pengendalian emosi negatif, sedangkan mengendalikan atau mengganti

emosi negatif menjadi emosi positif akan memberikan manfaat dalam

berbagai hal, diantaranya:

1) Menghasilkan hormon optimal. Orang-orang yang cenderung

endorong kelenjar otak dalam cara yang tepat dan optimal untuk

memproduksi suatu keseimbangan hormon. Sehingga menghasilkan

ketenangan hati, tidak memperdulikan hal-hal yang merugikan,

dorongan semangat hidup dan keceriaan.

2) Menghasilkan kerja yang menakjubkan. Contohnya seorang laki-laki

yang menderita infeksi ginjal dan cenderung marah serta sangat

agresif, kemudian oleh seorang dukun Vood, emosi orang yang

menderita infeksi ginjal tersebut diubah menjadi emosi yang cerah,

(52)

3) Menghindarkan dari pengaruh stress yang diakibatkan oleh emosi

negatif.40

b. Secara Psikis

Manfaat psikis dari kecerdasan emosi yaitu dapat menghindarkan

kita dari psikoneurosis atau neu rosisi yang terjadi akibat ketegangan

pribadi yang terus menerus dari konflik-konfliknya sehingga ketegasan

tidak segera mereda akan mengalami neurosis.

Psikoneurosis disebabkan dari faktor luar, misalnya pengalaman traumatis dan faktor dari dalam diri yaitu tidak dapat mengatasi

konflik-konflik dari dalam diri. Berikut ini adalah macam-macam psikoneurosis

sesuai gejalanya:

1) Neurosis kekhawatiran. Gejala psikoneurosis jenis ini adalah kekhawatiran atau was-was yang terus menerus tidak beralasan.

Penderita menjadi gelisah, tidak tenang, dan sulit tidur. Kemudian

termasuk juga takut, khawatir marah, semuanya itu membuat

seseorang menjadi tegang, cemas, sehingga tidak dapat melihat

kenyataan yang jelas.

2) Histeris. Penderita psikoneurosis jenis ini tidak sadar meniadakan fungsi salah satu anggota tubuhnya sendiri, sehingga sekalipun secara

organis tidak ditemui adanya kelainan, anggota tubuh itu tidak dapat

menjalankan fungsinya, namun orang tersebut menjadi lumpuh, buta,

40

(53)

atau tuli, tergantung pada anggota tubuh mana yang dibuatnya tidak

berfungsi.

3) Neurosis obsesif-kompulsif. Jenis ini ditandai oleh pikiran-pikiran dan dorongan tertentu yang terus menerus. Orang yang bersangkutan

tahu bahwa pikiran dan dorongan itu tidak benar dan tidak masuk

akal, tetapi ia tidak melepaskannya. Misalnya, pikiran bahwa tangan

itu adaah anggota tubuh yang penuh dengan kuman, karena kotor

sehingga harus dicuci. Maka orang bersangkutan sangat sering

mencuci tangannya.41

Demikianlah salah satu penyebab penyakit psikis. Dengan

kecerdasan emosi kita dapat mengendalikan emosi dan menggantikannya

dengan emosi positif yang akan membuat hidup kita lebih optimis,

percaya diri sehingga semua permasalahan dapat diatasi dengan cara

yang tepat dan berfikir positif dalam menjalani hidup.

6. Pembentukan Kecerdasan Emosional

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling

sempurna dibanding makhluk lainnya. Manusia dianugerahkan akal dan

fikiran dalam membuat pilihan yang bijak sewaktu berada dalam keadaan

beremosi. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi memiliki beberapa

kecakapan salah satunya yaitu mampu mengelola emosinya. Seseorang yang

memiliki kecerdasan emosi mampu menjalin hubungan dengan baik kepada

41

(54)

orang disekelilingnya sehingga terjalin keharmonisan dalam hubungan

sosialnya.42

Cara membangun kecerdasan emosional banyak diusulkan oleh

praktisi, salah satunya adalah usulan Claude Steiner. Berikut ini dijelaskan

tentang langkah-langkah membangun kecerdasan gaya Claude Steiner yang

dimodifikasi oleh Agus Nggermanto seorang praktisi Quantum,43

langkah-langkah tersebut adalah:

a. Membuka Hati

Membuka hati ini adalah langkah awal dan utama, karena hati

adalah simbol pusat emosi. Hatilah yang akan merasa damai ketika

bahagia dalam kasih sayang dan cinta. Sebaliknya, hati akan merasa tidak

nyaman ketika sedih, marah, dan patah hati. Dengan demikian kita mulai

dengan membebaskan pusat kecerdasan kita dari impuls dan pengaruh

yang membatasi perasaan kita untuk menunjukkan cinta satu sama lain.

b. Menjelajahi daratan emosi

Setelah membuka hati, seseorang akan dapat melihat kenyataan dan

peran emosi dalam kehidupan dan dapat berlatih cara mengetahui apa

yang dirasakan, seberapa kuat dan alasannya, sehingga mengetahui

hambatan dan aliran emosi. Tahapan menjelajahi emosi adalah pernyataan

42

Gerungan W.A, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), h. 43.

43

(55)

tindakan atau perasaan, menerima tindakan atau perasaan menggapai

intuisi dan validasi percikan intuisi.

c. Mengambil tanggung jawab

Untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus

mengambil tanggung jawab ketika suatu masalah terjadi antara kita

dengan orang lain. setiap orang harus mengerti permasalahan, mengakui

kesalahan dan keteledoran yang terjadi, membuat perbaikan dan bagi

anak khususnya para remaja sangat penting untuk meningkatkan atau

mengembangkan kecerdasan emosi, karena masa remaja adalah masa

transisi menuju dewasa, banyak perubahan yang terjadi ketika menginjak

masa remaja, baik fisik maupun psikis.

Untuk itu langkah-langkah yang bisa diambil untuk membangun

kecerdasan emosi bagi anak dan remaja menurut Maurice J. Elias, adalah:44

a. Sadari perasaan diri dan orang lain, ketika remaja tidak mampu

membedakan rasa bosan, marah, maka mereka akan cenderung merasa

sedih, murung dan menarik diri dari pergaulan. Maka dari itu kesadaran

memahami perasaan orang lain sangat penting untuk berinteraksi,

sehingga tidak akan mengalami kerugian dalam pergaulan di masyarakat

dan sekolah.

b. Tunjukkan empati dan cobalah memahami pandangan orang lain.

Beberapa keterampilan untuk dapat berempati diantaranya adalah non

44

(56)

verbal orang lain, kemampuan kognitif dan keragaman pengalaman hidup,

hal tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan pengabdian pada

masyarakat, sehingga akan belajar mengalami aneka perspektif.

c. Menjaga ketenangan hati dan mengikuti aturan emas 24 karat. Menjaga

ketenangan hati berarti mengendalikan dorongan hati, hal tersebut akan

membawa seorang lebih baik secara psikologis dan tingkah laku.

Kemudian mengikuti aturan emas 24 karat adalah perlakuan orang lain

bagaimana kita ingin orang lain memperlakukan kita, artinya hormati

orang lain seperti kita ingin dihormati oleh orang lain dengan

sebaik-baiknya.

d. Bersikap positif dan berorientasi pada tujuan dan rencana. Salah satu hal

penting tentang manusia adalah bahwa seseorang dapat menetapkan

tujuan dan membuat rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan

mengetahui kekuatan ampuh optimisme dan harapan serta dalam keadaan

berfifkir positif, akan terjadi reaksi biokimia dalam tubuh kita yang

membentuk semangat tinggi dan keadaan penuh harap, sehingga cita-cita

atau tujuan dapat tercapai dengan baik.

e. Menggunakan kecakapan sosial BEST dalam menangani hubungan:

B : Body Language (bahasa tubuh) maksudnya isyarat non verbal yang

ditunjukkan dengan tubuh. Misalnya orang yang marah akan

(57)

E : Eye Contact (kontak mata) maksudnya dalam berbicara dengan seseorang jangan sampai mata tertuju pada yang lain. seperti sambil

menonton TV, atau membaca pesan di HP.

S : Speech (mengucapkan kata yang benar dan melewatkan

kata-kata yang salah) seharusnya dalam mengkritik atau menyindir lebih baik

berbicara tentang diri sendiri. Seperti “saya suka berpakaian rapi” jika

menyindir orang yang tidak berpakaian rapi.

T : Tone of Voice (nada suara) maksudnya dalam berbicara harus

menggunakan nadanya tulus dan lembut, jangan menyakitkan atau kasar.

Maka dari penjabaran diatas, dapat diketahui bahwa indikator variabel

kecerdasan emosi adalah: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi

diri, empati dan

Gambar

Tabel Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Putri An-
Tabel 4.2 Keadaan Santriwati Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah
 Tabel 4.3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut parasuraman dalam lupiyoadi (2013) “kualitas pelayanan ( service quality) adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas layanan

Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta yang merupakan instansi dalam hal pemungutan Pajak Parkir terkait dengan pencapaian target penerimaan

Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh pemberian bahan organik kotoran ayam, bekatul, dan bungkil kelapa yang difermentasi bakteri probiotik terhadap

Penelitian ini di dukung oleh teori Keynes (1990) yang menyatakan bahwa dalam pengalokasian belanja pemerintah membutuhkan adanya campur tangan dari pemerintah

Berdasarkan rincian aspek di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Fakultas

Tingkat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran matematika di kelas II SDN 25 Dumai Timur, Kota Dumai yang berkaitan dengan materi geometri dan pengukuran (bangun

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan, (2)

Karya tulis berupa skripsi ini dengan judul “Karakteristik Patch yang Diinkorporasi dengan Minyak Atsiri Kemangi” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji dalam