ABSTRAKSI
Islamiyah: ‚Nafsu Dalam Al-Qur’an (Studi Tematik Tentang Nafsu Dalam Al-Qur’an dan Pengendaliannya Menurut Pandangan M. Qurais Shiha>b Dalam Tafsir Al-Misbah.‛ Program Studi Ilmu Al Qur’a>n dan Tafsi>r, Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Ridlwan Nas{ir, M. A.
Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai hawa nafsu sebagai penggerak dan pendorong untuk bekerja mengusahakan keperluan hidupnya atau menghindarkan bahaya yang mungkin menimpa, seperti nafsu makan dan seks. Jika manusia tidak memiliki nafsu makan dan minum, tentu saja dia akan lemah dan sakit atau mati. Jika tidak ada nafsu seks tentu manusia tidak akan berkembang biak dan tidak ada yang meramaikan dan mengubah bumi ini. Begitu juga jika manusia tak memiliki nafsu membela diri maka manusia menjadi binasa dan hancur.Tetapi jika manusia memperturutkan hawa nafsu tentu saja dia akan bertindak melanggar batas. Akibatnya bukan saja membinasakan dirinya sendiri, tapi juga manusia lain dan makhluk sekitarnya. Oleh sebab itu nafsu perlu dikendalikan agar terus berjalan dan tidak menyeleweng pada kejahatan, Oleh karena itu penting sekali kita mengkaji tentang nafsu yang sangat berpengaruh terhadap pribadi manusia itu sendiri. Dalam Hal ini peneliti memlilih mengkaji tentang nafsu dalam al-Qur’an menurut pendapat para mufassir, khususnya pendapat Quraish Shiha>b, karena ia banyak membahas tentang manusia yang tak lepas dari nafsu dalam salah satu karya tulisnya. Selain dari itu ia termasuk mufassir kontemporer (hidup di zaman ini), yang banyak terjadi kemerosotan moral yang merupakan latar belakang dari penelitian ini, untuk itulah penulis menganggap perlu meneliti lebih lanjut tentang penafsiran tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang bertujuan untuk menjawab bagaimana metode dan aliran Quraish Shiha>b{, dan bagaimana pula konsepnya tentang pengendalian nafsu sebagai pembentukan kepribadian yang s}alih
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi.
Hasil penelitian menemukan bahwa yang dimaksud nafs dalam al-Qur’an menurut Quraish Shiha>b, mempunyai aneka makna, namun secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan manusia, menunjukkan pada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Nafsu bisa menjadi inti prilaku buruk dan prilaku baik manusia. Dari itu perlulah seseorang mengontrol hawa nafsu sebagai bentuk usaha pembentukan pribadi yang shaleh (baik). Ada tiga konsep pengendalian nafsu yang ditawarkan oleh Quraish Shiha>b yaitu; takwa, muja>hadah, jihad al-nafs (memerangi diri).
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PENYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..….1
B. Idetifikasi dan Batasan Masalah……….….…6
C. Rumusan Masalah………...6
D. Tujuan Penelitian………...7
E. Manfaat Penelitian……..……….….…..….7
F. Peneliti Terdahulu………...7
G. Metode Penelitian………..…10
BAB II : TINJAUAN UMUM TAFSIR MAWD}U’I>
A. Pengertian Tafsir Mawd}u’i ………..…..…...…14
B. Sejarah Perkembangan Tafsir Mawd}u’i………....……....16
C. Langkah-langkah Metode Tafsir Mawd}u’i………19
D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Mawd}u’i……….20
BAB III : QURAISH SHIHA>B DAN TAFSIR AL-MISBAH A.Biografi Quraish Shiha>b………....23
1.Quraish Shiha>b dan Latar Belakang Pendidikannya…….…...23
2.Aktifitas dan Jabatan Quraish Shiha>b………..………….…....25
3.Karya-karya Quraish Shiha>b ………...….….28
B.Kitab Tafsi>r al Misbah………...29
1. Tafsi>r al Misbah ………...………...……...….29
2. Metode Penafsiran………...……...….30
3. Corak Penafsiran………. 37
BAB IV : TERMINOLOGI AL-NAFS DAN PANDANGAN QURAISH SHIHA>B TENTANG NAFS A. Kata al-Nafs………...……..38
B. Ayat-ayat Tentang Nafsu……….. 41
C. Kajian Terkait Ayat Nafsu...49
1. Konsep Nafs...50
2. Penciptaan nafsu………...………..….… 52
3. Pembagian Nafsu……….…….……….…….. 60
4. Pengendalian Nafsu...71
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………..…77
B. Saran………....79
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an turun sebagai pedoman (hudan) bagi seluruh manusia sampai
akhir zaman dan telah memberikan sinyal bahwa manusia yang mulia bukanlah
ditentukan dari seberapa besar kekayaannya atau seberapa bagus penampilan
fisiknya yang kesemuanya bersifat profan (fana) tidak abadi. Akan tetapi
manusia yang paling mulia adalah mereka yang bertaqwa.1Beberapa hadis Nabi
juga menjelaskan bahwa Allah tidak melihat kondisi fisik (unsur materi) tetapi
yang disaksikan adalah hati dan amal perbuatan. Seperti hadis berikut ini:
)
‚Bercerita kepada kami ‘Amr al-Na>qid dari Kathi>r Ibn Hisha>m dari Ja’far Ibn Burqa>n dari Yazi>d Ibn al-As{am dari Abu Hurairah: Rasulullah S}allallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan tidak pula kepada harta benda kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian dan perbuatan kalian.‛ (Diriwayatkan oleh Muslim). 2
Al-Qur’an telah memberikan klaim bahwa beribadah dan pengabdian dalam
bingkai penghambaan diri (‘ubudiyah) kepada Tuhan merupakan tujuan utama
penciptaan manusia dan jin. Melalui penghambaan diri inilah manusia dan jin
1 . QS. Al-Hujurat -49: 13
2
. Muslim Ibn al-Hajja>j Abu> al-H{usain al-Qushairi> al-Ni>sa>bu>ri>, S}ahi>h Muslim, ( Beirut :
bisa memperoleh kebahagiaan di dunia maupun akhirat sebagaimana janji yang
telah disampaikan oleh al-Qur’an itu sendiri.
Namun, dalam tatanan kehidupan modern seperti sekarang ini, manusia
semakin disibukkan dengan pelbagai urusan duniawi dan diamini oleh berbagai
fasilitas teknologi yang serba canggih, semakin membuat manusia lupa akan jati
dirinya, sehingga tujuan utama dari penciptaan manusia menjadi semakin kabur
dan hilang.
Fenomena kemerosotan pemahaman dan kesadaran akan jati diri ini, tidak
bisa lepas dari pengaruh dan potensi yang ada dan tertanam dalam setiap diri
manusia. Secara fitrah, manusia memiliki potensi-potensi dasar dalam dirinya,
dan potensi ini bergantung pada dorongan jiwa yang ada pada setiap personal.
Baik buruknya perilaku manusia sangat ditentukan oleh kuat lemahnya
dorongan dan pengaruhnya terhadap potensi yang ada. Jika dominasi pengaruh
ini baik, maka manusia akan cenderung berbuat baik, dan sebaliknya jika
pengaruh buruk dan jahat yang mendominasi, maka manusia akan memiliki
kecenderungan buruk dan jahat dan semakin jauh dari Allah. Potensi yang
dimaksud disini adalah nafsu.
Kata nafs sendiri mengandung beberapa makna, di antaranya adalah jiwa,
diri, nafsu dan lai-lain. Nafsu jug bisa berarti emosi atau amarah dan ambisi atau
hasrat dalam diri manusia (dalam bahasa Indonesia disebut dengan nafsu). Makna
seperti inilah yang seringkali digunakan dikalangan para ahli tasawwuf, karena
3
pada diri manusia. Itulah sebabnya mereka menegaskan tentang keharusan
melawan hawa nafsu ataupun mengekangnya.
Manusia diharapkan mampu untuk mengontrol nafsu yang ada pada dirinya
agar tidak melampaui batas. Dengan arti lain nafs sendiri bisa mempengaruhi
sifat atau kepribadian manusia yang pada awalnya manusia itu lahir dalam
keadaan fitrah menjadi tidak terkendali dan berkepribadian jelek. Oleh karna itu
diperlukan sekali manusia memahami apa itu nafsu dan cara mengontrol atau
mengekang nafsu.
Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai hawa nafsu sebagai penggerak
dan pendorong untuk bekerja mengusahakan keperluan hidupnya atau
menghindarkan bahaya yang mungkin menimpa, seperti nafsu makan dan seks.
Jika manusia tidak memiliki nafsu makan dan minum, tentu saja dia akan lemah
dan sakit atau mati. Jika tidak ada nafsu seks tentu manusia tidak akan
berkembang biak dan tidak ada yang meramaikan dan mengubah bumi ini. Begitu
juga jika manusia tak memiliki nafsu membela diri maka manusia menjadi binasa
dan hancur.
Tetapi jika manusia memperturutkan hawa nafsu tentu saja dia akan
bertindak melanggar batas. Akibatnya bukan saja membinasakan dirinya sendiri,
tapi juga manusia lain dan makhluk sekitarnya. Oleh sebab itu nafsu perlu
dikendalikan agar terus berjalan dan tidak menyeleweng pada kejahatan sebagai
mana firman Allah surat al-mukminun3:
3
‚Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasahlah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.4
Nafsu itu diumpamakan seperti kendaraan kuda yang meski selalu dipegang
tali kekangnya agar perjalanannya lurus menuju tujuan, dan jika tidak
terkendalikan bisa menyimpang ke kiri dan kanan sampai tersesat. Orang yang
bisa mengendalikan atau mengontrol nafsunya (bisa menguasai diri) maka pada
umumnya orang itulah yang memperoleh kemajuan dan keberentungan dalam
hidup, karena dia akan dijauhkan dari akibat buruk hawa nafsu.
Oleh karena itu penting sekali kita mengkaji tentang nafsu yang sangat
berpengaruh terhadap pribadi manusia itu sendiri. Dalam Hal ini peneliti
memlilih mengkaji lebih dalam tentang nafsu dalam al-Qur’an menurut pendapat
para mufassir, khususnya pendapat Quraish Shiha>b, karena ia banyak membahas
tentang manusia yang tak lepas dari nafsu dalam salah satu karya tulisnya. Selain
dari itu ia termasuk mufassir kontemporer (hidup di zaman ini), yang banyak
terjadi kemerosotan moral yang merupakan latar belakang dari penelitian ini.
Konsep tentang nafs dalam al-Qur’an banyak variasi maknanya. Hal ini
karna berasal dari bervariasinya makna kata nafs itu sendiri dalam sumbernya,
yaitu berbagai ayat dalam al-Qur’an. Quraish Shiha>b berpendapat bahwa nafs
4
5
dalam al-Qur’an mempunyai aneka makna, dalam suatu ayat bisa diartikan
sebagai totalitas manusia sebagai mana dalam ayat berikut ini.5
‚oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bagi Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia memelihara kehidupan manusia. Sesunggunya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.‛6
Tetapi di tempat lain nafs menunjukkan pada apa yang terdapat dalam diri
manusia yang menghasilkan tingkah laku sebagai dalam surat al-Ra’d ayat 11.
‚ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu
menjaganyabergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (al-Ra’d: 11). 7
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks
pembicaraan manusia, menunjukkan pada sisi dalam manusia yang berpotensi
baik dan buruk.8 Sedangkan mufassir lain yang berpendapat bahwa nafs itu
5
. QS. 5: 32
6
. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Pustaka Agung
Harapan, 2006), 149-150.
7
. Ibid, 337-338.
sendiri adalah fitrah sejak awal penciptaan sebagai mana yang dijelaskan oleh
Ibnu Kathi>r , bahwa jiwa atau nafsu manusia telah diciptakan oleh Allah sesuai
dengan fitrahnya, yakni lurus, suci dan bersih. Dari hal ini lah muncul ide dari
penulis untuk mengangkat tema nafs menurut pandangan Quraish Shiha>b.
B.Identifikasi dan Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan pemahan dan maksud dari penulisan tesis ini
maka penulis berusaha membatasi judul dengan identifikasi dan membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Bermacam-macam makna nafs dalam al-Qur’an
2. Pentingnya memahami nafs
3. Kemerosotan akhlaq masyarakat akibat pengaruh buruk nafsu
4. Pentingnya mengontrol atau mengekang nafsu
5. Pengaruh nafs terhadap pembentukan kepribadian
Agar permaslahan dalam tesis ini lebih fokus maka penulis membatasi
permasalahan untuk dibahas sebagai berikut:
1. Konsep nafs dalam al-Qur’an
2. Pengontrolan nafs sebagai upaya pembentukan pribadi yang s}alih
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka membantu penulis
membuat rumusan dalam pertanyaan berikut:
1. Bagaimana konsep nafsu menurut pandangan M. Quraish Shiha>b dalam Tafsir al-Misba>h?
7
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka penelitian ini memiliki tujuan, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep nafs dalam al-Qur’an menurut pandangan M.
Quraish Shiha>b
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengekang nafsu sebagai upaya
membentuk pribadi yang s}alih.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa menjadi kontribusi dalam studi
al-Qur’an, dan juga sebagai wacana ilmiyah bagi dunia pendidikan
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang konsep nafs secara khusus
dengan metode dan pendekatan yang berbeda dan juga menjadi acuan bagi
peneliti dalam memahami kajian atau penelitian yang bersangkutan.
F. Penelitian Terdahulu
Tulisan tentang nafs atau pun jiwa sudah ada, bahkan bisa dikatakan
melimpah, tetapi setelah melakukan kajian pustaka tidak banyak tulisan yang
mengkaji secara mendalam konsep nafs dari tafsir al-Misbah Karya M. Quraish
Shiha>b. Tafsir memiliki warna dan corak yang beragam; ada yang berdasarkan
nalar penulis saja, ada yang berdasarkan riwayat-riwayat, ada pula yang
menyatukan keduannya. Disamping itu, setting sejarah, dan tingkat keilmuan
mufassir turut membawa pengaruh pada produk tafsirnya. Nafs atau jiwa sangat
mengkaji tentang manusia, sehingga memahami nafs tidak pernah lepas dari
konsepsi-konsepsi manusia itu sendiri. Dari penelusuran kepustakaan dari
berbagai literatur, ditemukan kajian yang bersinggungan dengan tema yang
dibahas, diantaranya adalah:
1. Metode dan Corak Tafsir Al-Misba>h} Karya M. Quraish Shiha>b. Disertasi
oleh M. Sja’roni (F0150617), program Studi Hukum Islam Program Pasca
Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2011. Disertasi ini menjelaskan
Metode dan Corak yang dicenderungi oleh M. Quraish Shiha>b dalam
Tafsir al-Misba>h}, serta latar belakang pemilihan corak tersebut dan
penerapan metode dan corak sebagai tafsir kontemporer terhadap
permasalahan sosial dalam masyarakat. Berbeda dengan disertasi ini yang
pembahsanya fokus terhadap metode dan corak Tafsir al-Misba>h,
penelitian berfokus pada penafsiran al-nafs saja, akan tetapi merujuk
kitab yang sama yaitu Tafsir al-Misba>h, karena itu penulis menyertakan
metode penulisan kitab Tafsir al-Misba>h sebagai pengetahuan tentang
kitab tersebut.
2. Riya>d}ah nafs karangan Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ali Ibn
al-Hasan Ibn Bashar. Di dalamnya dijelaskan tentang al-nafs dan yang
berkaitan dengan nafs , baik dan buruknya. Berbeda dengan kitab tersebut
yang membahas semua cara melatih diri , penelitian ini membahas
tentang pengaruh nasf terhadap pembentukan prilaku atau kepribadian
9
3. Mengendalikan Hawa Nafsu Dalam Perspektif al-Qur’an. Skripsi ini
ditulis oleh Indah Fatmawati: E03397047, fakultas Ushuluddin jurusan
Tafsir Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya, 2002. Berbeda dengan skripsi
ini yang menjelaskan tentang eksistensi nafsu secara umum dalam
al-Qur’an serta cara mengatur nafsu atau mengontrol nafsu tanpa merujuk
mufassir atau tokoh tertentu, penelitian ini membahas tentang nafs dan
pengarunya terhadap kepribadian dengan merujuk mufassir atau kitab
tertentu yakni Tafsir al-Misba>h. Selain itu, dalam skripsi tersebut tidak
dibahas sedikitpun pandangan atau penafsiran Quraish Shiha>b mengenai
nafs.
4. An-Nafs dalam al-Qur’an. Skripsi ini ditulis oleh Ummi Latifatul
Istitho’a : E03393178, fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis UIN
Sunan Ampel Surabaya, 1998. Di dalamnya dijelaskan tentang manusia
dalam al-Qur’an, jiwa dalam al-Qur’an, serta relevansi nafs dengan
eksistensi manusia. Seperti sebelumnya, skripsi ini hanya membhas
tentang nafsu tanpa memfokuskan ulama tafsir tertentu sebagaimana
penelitian penulis tesis ini. Dalam skripsi tersebut juga tidak dibahas
sedikit pun pendapat Quraish Shiha>b mengenai nafs.
5. Implikasi Taubat Terhadap Pembentukan Kepribadian Muslim (Studi
Terhadap Penganut Tarekat Naqsyabandiyan Muzhariyah Desa
Ghersempal Kecamatan Omben Kabupaten Sampan Madura Jawa Timur).
Tesis ini ditulis oleh Muhammad sholehhuddin Prodi Pemikiran Islam
tentang taubat sebagai bentuk tazkiyah al-nafsu upaya membetuk
kepribadian. Penulis melakukan penelitian pada kelompok tertentu (studi
kasus) yaitu pada kelompok tarekat Naqsyabandiya Muzhariyah. Dalam
tesis tesebut (karya Muhammad sholehhuddin ini) memfokuskan taubat
sebagai salah satu pengendalian nafsu untuk pembentukan kepribadian,
sedang dalam penelitian penulis tidak dijelaskan mengenai taubat,
melainkan cara lain yang akan di jelaskan dalam isi . selain hal itu
perbedaan yang mencolok anatara tesis tersebut dengan penelitian penulis
adalah objeknya, yaitu penulis tidak menjadikan golongan tertentu
sebagai objek tetapi mencakup seluruh masyarakat khususnya masyarakat
Indonesia.
G.Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah, metode penelitian meliputi:
1. Jenis dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research) yaitu
penelitian melalui data-data kepustakaan yang representatif dan relevan
dengan obyek penelitian berupa catatan, transkrip, buku dan sebagainya.9
Dan jika perlu akan digunakan beberapa kamus bahasa Arab untuk
mendukung pemahaman kata berbahasa Arab yang membutuhkan
pengertian.
2. Metode Pengumpulan Data
9Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
11
Pengumpulan data penelitian diperoleh dengan cara
mengumpulkan dan menelaah data-data yang berkaitan dengan nafs dan
buku-buku yang berkaitan dengan kepribadian manusia. Berikut
langkah-langkah penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini:
1. Mengumpulkan ayat-ayat yang berhubungan dengan judul.
2. Menyusun ayat sesuai dengan urutan turunnya (tarti>b al-nuzu>l).
3. Menafsirkan dan menguraikan ayat yang telah dihimpun.
4. Melengkapi ayat dengan beberapa hadis yang berkaitan.
5. Mengungkapkan berbagai pendapat ulama (mufassir) terkait
pembahasan.
6. Merumuskan makna nafs dari ayat-ayat tersebut dengan analisis Tafsir
Al-Misbah karya M. Quraish shiha>b.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Bahan primer, yaitu bahan yang mengikat dan utama, yaitu al-Qur’an,
Tafsi>r Mis}ba>h karya Muh}ammad Quraish Shiha>b , Wawasan
al-Qur’an karya Muh}ammad Quraish Shiha>b, membumikan al-Qur'an yang
juga karya Muh}ammad Quraish Shiha>b , Mu’jam Mufrada>t Alfaz}
al-Qur’an karya Al-Raghi>b al-Asfahani> dan Maqa>yis al-Lughah karya Abi>
Husain Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya.
b. Bahan skunder, yakni buku-buku, kitab-kitab, artikel-artikel baik dari
majalah maupun internet dan alat informasi lainnya yang bisa
pokok permasalahan dalam penelitian ini dan dianggap penting untuk
dikutip dan dijadikan informasi tambahan.
c. Bahan tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan primer dan skunder, seperti ensiklopedi dan
kamus. Dalam hal ini, peneliti menggunakan al-Munjid fi> Al-Lughah wa
al-A’la>m, Lisa>n al-‘Arab karya Ibnu al-Manz}u>r, al-Munawwir karya
Achmad Warson Munawwir, dan Mu’jam Mufh}aras li Fa>z}
al-Qur’an karya Muh}ammad Fua>d Abd al-Ba>qi>.
4. Analisis Data
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelahaan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Jadi, analisis data
adalah penelahaan dan penguraian atas data hingga menghasilkan
kesimpulan.10
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif-analitis yaitu
mengumpulkan ayat-ayat tentang al-nafs dalam al-Qur’an kemudian
menganalisa bentuk-bentuk kata al-nafs dalam al-Qur’an.
H.Sistematika Pembahasan
Supaya pembahasan yang ada dalam penelitian ini menjadi sistematis dan
mudah dipahami, maka penelitian ini disajikan dengan sistematika sebagai
berikut:
13
Bab pertama adalah pendahuluan, meliputi: Latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, batasan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah tinjauan umum tentang tafsir mawd}u’i>, meliputi:
pengertian tafsir mawd}u’i>, sejarah perkembangan tafsir mawd}u’i>,
langkah-langkah tafsir mawd}u’i>, serta kelebihan dan kekurangan tafsir mawd}u’i>.
Bab ketiga adalah mengkaji metode dan kecenderungan Tafsir al-Misbah, latar
belakang penulisannya, metodologinya, keistimewaannya, dan posisinya di antara
tafsir-tafsir kontemporer yang ada. Kemudian biografi M. Quraish Shiha>b dimulai dari
perjalan intelektualnya, pemikiran-pemikirannya dan karya-karyanya.
Bab keempat adalah terminologi al-nfs dalam al-Qur’an, meliputi: pengertian
al-nafs ayat-ayat tentang al-nafs, sebab-sebab turunnya ayat (bila memang ada)..
Kemudian memaparkan konsep nafs menurut pandangan beliau, juga peran nafs dalam
membentuk kepribadian serta pengendaliannya, serta menyisipkan beberapa pendapat
mufassir lain mengenai nafs sebagai pembanding.
Bab kelima adalah penutup, meliputi kesimpulan dari pembahasan penelitian
TINJAUAN UMUM TAFSIR MAWD}U’I>
A.Pengertian Tafsir Mawd}u’i>
Tafsir mawd}u’i> berasal dari dua kata yaitu kata ‚tafsir‛ dan ‚mawd}u’i>‛.
Tafsir secara bahasa berasal dari kata fassara yang berarti menjelaskan,
menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Furqa>n ayat 33:
Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidakl itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh melaikan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan penjelasan yang paling baik.1
Sedangkan secara istilah tafsir adalah ilmu yang menyingkap makna
ayat-ayat al-Qur’an dan menjelaskan maksud Allah sesuai kadar kemampuan manusia.
Mawd}u>’ secara bahasa berasal dari kata wad}a’a – yad}a’u –wad}’an –wa
mawd}u>’an yang berarti meletakkan sesuatu ke bumi. Maksudnya yaitu
menurunkan dan meletakkan sesuatu pada suatu tempat: menetapkan sesuatu
didalamya.2 Sedangkan secara istilah mawd}u>’ adalah suatu masalah atau sesuatu
yang berhubungan dengan kehidupan dalam beraqidah atau etika masyarakat atau
fenomena alam yang menentang/ memperlihatkan pada ayat-ayat al-Qur’an. Jadi
yang dimaksud dengan tafsir mawd}u’i> adalah ilmu yang membahas
permasalahan-permasalahsan dalam al-Qur’an yang memiliki kesatuan makna
atau tujuan melalui pengumpulan ayat-ayat yang terpisah diberbagai surat, lalu
1 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (surabaya: Pustaka Agung Harapan,
2006), 506.
2 Ziya>d Khali>l al-Dighamain, al-Tafsi>r al-Mawd}u’i> wa Manhajuhu al-Bahthu Fi>hi (t.tp:
15
menelitinya berdasarkan kondisi tertentu, dengan syarat-syarat tertentu untuk
menjelaskan maknanya, mengistimbatkan elemen-elemennya serta mengikatnya
dengan ikatan yang menyeluruh. Ada pula yang berpendapat bahwa tafsir
mawd}u’i> adalah mengumpulkan ayat-ayat yang terpisah pada surat-surat
al-Qur’an yang berkaitan menjadi satu tema baik secara lafaz} atau hukum dan
menjelaskan sesuai maksud-maksud al-Qur’an.3 Sedangkan menurut Nashruddin
Baidan mawd}u’i> (tematik) ialah membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun.
Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait
dengannya, seperti asba>b al-nuzu>l, kosa kata, dan sebagainya. Semua dijelaskan
dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari
al-Qur’an, hadis, maupun pemikiran rasional.4
Sesuai dengan namanya yaitu mawd}u’i> (tematik), maka yang menjadi ciri
utama dari metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan,
sehingga tidak salah jika dikatan bahwa metode ini juga disebut metode topikal.
Jadi, mufassir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada ditengah
masyarakat atau berasal dari al-Qur’an itu sendiri, ataupun dari yang lain.
Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh
dari berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di
dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Dengan demikian, metode tematik ini
3 Mustafa> Muslim, Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u’i>’i> (Damaskus: Da>r al-Qalam, 2000),
16.
4 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka pelajar,
tafsir.5
Cara kerja metode tafsir mawd}u’i> terdapat dua , yaitu:6
1. Pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan
menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi
antara berbagai masalah yang dikandungnya sehingga surat itu tampak dalam
bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat.
2. Menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama
membicarakan satu massalah tertentu; ayat-ayat tersebut disusun sedemikian
rupa dan diletakkan dibawah satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan
secara maud}u’i>.
B.Sejarah Perkembangan Tafsir Mawd}u’i>
Tafsir mawd}u’i> sudah ada sejak kehadiran Nabi Muh}ammad, karna beliau
sering kali menafsirkan ayat dengan ayat lain, seperti menjelaskan kata z}ulm
dalam surat al-An’a>m ayat 82:
‚Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.7
Nabi menjelaskan bahwa z}ulm yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
syirik pada surat Luqma>n ayat 13.8
5 Ibid., 152.
6 Abd. Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maud}u’iy; Suatu Pengantar. Terj. Suryan A.
Jamrah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), 36.
7
. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya...,185.
8Kha>lid ‘Abd al-Rahman al-‘Ak, Usu> al-Tafsi>r wa Qawa>iduhu (beiru>t: Da>r al-Nagha>is,
17
‚Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia membei pelajaran kepadanya, ‚Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.‛9
Benih penafsiran ayat dengan ayat itu tumbuh subur dan berkembang
sehingga lahir kitab-kitab tafsir yang secara khusus mengarah kepada tafsir ayat
dengan ayat. Tafsir al-T}abari> (839-923 M) dinilai sebagai kitab tafsir pertama
dalam bidang ini, lalu lahir kitab tafsir yang tidak lagi secara khusus bercorak
penafsiran ayat dengan ayat, tetapi lebih fokus pada penafsiran ayat-ayat yang
bertema hukum, seperti tafsir Ahka>m al-Qur’a>n karya Abu> Bakar Ahmad bin ‘Ali>
al-Razy al-Jas}s}as} (305-370 H), tafsir al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n karya Abu>
‘Abdullah Muh}ammad bin Ahmad al-Ans}ari> al-Qurt}ubi>.
Dua tafsir di atas membatasi diri atau fokus membahas ayat-ayat yang
bertema hukum, namun penafsiran mereka belum dimaksudkan secara khusus
sebagai tafsir mawd}u’i> yang berdiri sendiri karena belum menggunakan metode
mawd}u’i>. Tafsir mawd}u’i> mulai mengambil bentuknya melalui imam Abu> Isha>q
Ibrahi>m bin Mu>sa> al-Shat}ibi> (720-790 H). ia mengingatkan bahwa satu surah
adalah satu kesatuan yang utuh.10
Istilah tafsir mawd}u’i> itu sendiri diperkirakan lahir pada sekitar abad empat
belas hijriyah (XIV H) tepatnya ketika metode tafsir ini ditetapkan sebagai mata
kuliyah Jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin di Ja>mi’ah al-Azha>r yang di
prakarsai oleh Abd al-Hayy al-Farmawi, ketua Jurusan tafsir Hadith.11
Menurut Quraish Shihab, tafsir mawd}u’i> berdasarkan surat digagas pertama
kali oleh seorang guru besar Jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas
9
. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya...,581.
termuat dalam kitabnya, Tafsir al-Qur’an al-Kari>m. Sedangkan tafsir mawd}u>‘i
berdasarkan subjek digagas pertama kali oleh Ah}mad Sayyid al-Ku>miy, seorang
guru besar di institusi yang sama dengan Syaikh Mah}mu>d Shaltu>t dan menjadi
ketua jurusan tafsir sampai tahun 1981. Model tafsir ini digagas pada tahun 1960.
Buah dari tafsir model ini menurut Quraish Shihab di antaranya adalah
karya-karya ‘Abba>s Mah>mu>d al-‘Aqqa>d yaitu kitab al-Insa>n fî> al-Qur’an, al-Mar’ah fî>
al-Qur’an, dan karya Abu> al-A’la> al-Maudu>di> yaitu kitab al-Riba> fî> al-Qur’an.12
Kaitannya dengan tafsir mawd}u’i> berdasar surat al-Qur’an, Zarkashi
(745-794 H/1344-1392 M), dengan karyanya al-Burhan,13 misalnya adalah salah satu
contoh yang paling awal yang menekankan tafsir bahasan surat demi surat.
Demikian juga al-Suyut}i> (w. 911 H/1505 M) dalam karyanya al-Itqan.14
Sementara mawd}u’i> berdasar subyek, antaranya adalah karya Ibnu Qayyim
al-Jauzîyah (1292- 1350 H), ulama besar dari mazhab Hanbali, yang berjudul
al-Baya>n fî> Aqsa>m al-Qur’`an, Maja>z al-Qur’`an oleh Abu ‘Ubaid, Mufrada>t
al-Qur’`an oleh al-Raghi>b al-Isfahani>, Asba>b al-Nuzû>l oleh Abu> al-H}asan al-Wah}idi
al-Naisabu>ri> (w. 468/1076).15
12 . M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1999), 114.
13 . Badr al-Di>n Muh>ammad al-Zarkashi>, al-Burha>n f>i Ulu>m al-Qur`an, (Beiru>t: Da>r
al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1988), 61-72.
14 . Jala>l al-Di>n al-Suyut}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Turath, 1985),
159-161.
19
C.Langkah-langkah Metode Tafsir Mawd}u’i>
Langkah-langkah metode mawd}u’i> menurut Abd. Al-Hayy al-Farmawi
dalam kitab al-Bidayah fi al-Tafsi>r al-Mawd}u’i>: Dirasah Manhajiyah Maud}u’iyah
sebagai berikut:16
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik/tema). Menurut Quraish
Shibab mufassir mawd}u’i> diharapkan agar terlebih dahulu mempelajari
problem-problem masyarakat, atau ganjalan-ganjalan pemikiran yang
dirasakan sangat membutuhkan jawaban Qur’an, misalnya petunjuk
al-Qur’an menyangkut kemiskinan, penyakit dan sebagainya. Dengan demikian,
corak dan metode penafsiran semacam ini memberi jawaban terhadap problem
masyarakat tertentu dilokasi tertentu dan tidak harus memberi jawaban
terhadap mereka yang yang hidup sesudah generasinya.17
2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang
telah ditetapkan, ayat Makkiyah dan Madaniyah.
3. Menyusun ayat-ayat al-Qur’an secara runtut menurut kronologi masa
turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau
asba>b al-nuzul.
4. Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-masing
suratnya.
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, sistematis, dan utuh
(out line).
16 . Abd. Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Mawd}u’i>; Suatu Pengantar. Terj. Suryan A.
Jamrah, 45-46.
relevan bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin
sempurna dan semakin jelas.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara
menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa,
mengkompromikan antara pengertian yang a>m dan kha>s}, antara yang mut}la>q
dan muqayyad, mensinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif,
menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu
pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan
terhadap sebagian ayat kepada makna yang sebenarnya tidak tepat
D.Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Mawd}u’i>
Metode penafsiran al-Qur’an pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan tafsir mawd}u’i> itu sendiri menurut Nashruddin Baidan, adalah:18
1. Menjawab tantangan zaman. Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin
modern kehidupan, permasalahan yang timbul semakin kompleks dan rumit,
serta mempunyai dampak yang luas. Hal itu dimungkinkan karena apa yang
terjadi pada suatu tempat, pada saat yang bersamaan, dapat disaksikan oleh
orang lain ditempat yang lain pula, bahkan peristiwa yang terjadi diruang
angkasapun dapat dipantau dari bumi. Untuk menghadapi permasalahn yang
demikian, dilihat dari sudut tafsir al-Qur’an, tidak dapat ditangani dengan
metode-metode penafsiran selain tematik. Hal ini dikarenakan kajian metode
tematik ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan.
21
2. Praktis dan sistematis. Kondisi semacam ini cocok dengan kehidupan umat
yang semakin modern dengan mobilitas yang tinggi sehingga mereka
seakan-akan tidak punya waktu untuk membaca kitab-kitab tafsir yang besar, padahal
untuk mendapatkan petunjuk al-Qur’an mereka harus membacanya. Dengan
adanya tafsir tematik, mereka akan mendapatkan petunjuk al-Qur’an secara
praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu, efektif, dan efisien.
3. Dinamis. Metode tematik membuat tafsir al-Qur’an selalu dinamis sesuai
dengan tuntutan zaman sehingga menimbulkan image didalam benak pembaca
dan pendengarnya bahwa al-Qur’an senantiasa mengayomi dan membimbing
kehidupan di muka bumi ini pada semua lapisan dan strata sosial.
4. Membuat pemahaman menjadi utuh. Dengan ditetapkan judul-judul yang akan
dibahas, maka pemahaman ayat-ayat al-Qur’an dapat diserap secara utuh.
Sedangkan menurut Quraish Shihab kelebihan tafsir mawd}u’i> dalam buku
Membumikan al-Qur’an, adalah:19
1. Menghindari dari suatu problem
2. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadith Nabi merupakan satu cara
terbaik dalam menafsirkan al-Quran.
3. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami. Hal ini karena ia membawa
pembaca kepada petunjuk al-Qur’an tanpa mengemukakan berbagai
pemabahasan terperinci dalam satu disiplin ilmu. Dengan metode ini, dapat
dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Qur’an bukan bersifat teoritis
semata-mata dan atau tidak dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Dengan begitu, ia dapat membawa kita kepada pendapat al-Qur’an tentang
memperjelas kembali fungsi al-Qur’an sebagai kitab suci dan dapat
membuktikan keistimewaan al-Qur’an.
4. Metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya
ayat-ayat yang bertentangan dalam al-Qur’an. Ia sekaligus dapat dijadikan bukti
bahwa ayat-ayat al-Qur’an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan masyarakat.
Sedangkan kekurangan tafsir mawd}u’i>, sebagai berikut:20
1. Potensial memenggal ayat al-Quran. Ini disebabkan banyak ayat yang
mengandung lebih dari satu bahasan. Ayat yang berbicara tentang salat dan
zakat, misalnya. Kedua bentuk ibadah tersebut biasanya disebut secara
berbarengan dalam satu ayat. Bila seorang mufassir fokus pada tema salat,
secara otomatis pembahasan tentang zakat akan tereduksi dari ayat tersebut.
2. Membatasi pemahaman pembaca terhadap ayat, sebab dengan diterapkannya
tema penafsiran, maka pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada
permasalahan yang dibahas tersebut.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari serangkaian pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut.
1. Menurut Quraish Shiha>b, nafs dalam al-Qur’an mempunyai aneka
makna, sekali diartikan sebagai totalitas manusia (QS:5;32), tetapi di
tempat lain nafs menunjukkan pada apa yang terdapat dalam diri manusia
yang menghasilkan tingkah laku sebagai mana dalam surat al-Ra’d yang
menjelaskan sisi dalam manusia dinamai nafs bentuk jamaknya anfus
dan sisi luar antara lain dinamai jism jamknya ajsa>m. Banyak hal
yang dapat ditampung oleh nafs namun dalam konteks perubahan
Quraish Shihab menggaris bawahi tiga hal pokok:
a. Nilai-nilai yang dianut dan dihayati oleh masyarakat .
b. Menyangkut sisi dalam manusia, yakni tekad dan kemauan keras.
c. Menyangkut kemampuan. Kemampuan terdiri dari kemampuan fisik
dan non fisik yang disebut pemahaman.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks
pembicaraan manusia, menunjukkan pada sisi dalam manusia yang
berpotensi baik dan buruk. Sedang kata Hawa> (hawa nafsu) lebih
menunjukkan pada makna negatif sebagaimana dalam penjelasan Quraish
menjelaskan kata al-hawa> berarti kecenderungan hati kepada sesuatu tanpa
pertimbangan akal yang sehat.
2. Al-Qur’an memperkenalkan tiga macam atau peringkat nafsu
manusia. Pertama, al-nafs al-amma>rah seperti pada ayat ini, yakni
yang selalu mendorong pemiliknya berbuat keburukan. Kedua,
al-nafs al-lawwa>mah yang selalu mengecam pemiliknya begitu dia
melakukan kesalahan, sehingga timbul penyesalan dan berjanji untuk
tidak mengulangi kesalahan. Ketiga, adalah al-nafs al-muthmainnah,
yakni jiwa yang tenang karena selalu mengingat Allah dan jauh dari
segala pelanggaran dosa. Dari hal ini dpat diketahui betapa
berpengaruhnya nafsu terhadap prilaku manusia. Nafsu bisa menjadi
inti prilaku buruk dan prilaku baik manusia. Dari itu perlulah
seseorang mengontrol hawa nafsu sebagai bentuk usaha
pembentukan pribadi yang shaleh (baik). Quraish Shiha>b
memberikan beberapa hal dalam menangani nafsu atau mengontrol
nafsu sebagai berikut:
a. Taqwa kepada Allah, yakni menanam rasa takut atau takwa pada
Allah
b. Muja>hadah (memerangi nafsu dengan melakukan kebajikan)
c. Memerangi hawa nafsu itu dengan diri kita sendiri, yaitu
79
B.Saran
1. Perlunya memahami tentang nafsu dengan al-Qur’an sebagai pedoman.
Untuk membentuk grenerasi bangsa yang berperilaku dan berkepribadian
shaleh
2. Perlunya kajian al-Qur’an mengenai segala aspek khususnya yang
berhubungan dengan akhlak sebagai pengingat bagi yang telah lalai.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
‘Ak(al) Kha>lid ‘Abd Rahman , Usu> Tafsi>r wa Qawa>iduhu , beiru>t: Da>r al-Nagha>is, 1986.
Anshari, ‚Penafsiran Ayat-ayat jender dalam Tafsir al-Misbah‛, Disertasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Anwar, Rosihon, Pengantar Ulu>m al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia,2009.
Arikunto Suharsimi, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Baidan Nashruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur’an , Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012.
Bukha>ri (al), Muhammad bin Ismail, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h, Lebanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2009.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya , Surabaya: Pustaka agung Harapan , 2006.
Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahnya, (al Hijr), 22, (tanpa tempat: tanpa penerbit, tanpa tahun.
Dighamain(al) Ziya>d Khali>l , al-Tafsi>r al-Mawd}u’i> wa Manhajuhu al-Bahthu Fi>hi ,t.tp: Da>r ‘Amma>r, 2007.
Ensiklopedi Islam Indonesia , Jakarta: Jembatan Merah, 1988.
Farmawi(al) Abd. Al-Hayy , Metode Tafsir Maud}u’iy; Suatu Pengantar. Terj. Suryan A. Jamrah ,Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994.
Hajja>j(al) Muslim Ibn Abu> al-H{usain al-Qushairi> al-Ni>sa>bu>ri>, S}ahi>h Muslim , Beirut : Da>r Ihya’ al-tura>th al-‘Arabi>, Tth, Juz IV.
Izzan Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir ,Bandung: Tafakur, 2009.
Kadiri (al), Ihsan Muhammad Dahlan , Sira>j T}a>libi>n, Da>r Kutub al-Islamiyah,1955.
81
KbbiAndroid, Hak Cipta @@@2008 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Versi 4.0.0
Koentjaranigrat , Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1997.
Lahha>m(al), Muhammad sa’i>d , Mu’jam Mufahras li alfa>z} Qur’a>n al-Kari>m, Wafq Nuzu>L Al-Kalimat , Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 2012.
Moleong Lexy J. , Metodelogi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Muslim Mustafa>, Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u’i>’i> ,Damaskus: Da>r al-Qalam, 2000.
Munawir, Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Pustaka4 Progressif, 1984.
Naisabu>ri (al), Muslim bin al-Hajja>j, S}a>hih Muslim, Lebanon:Da>r Kutub al-Ilmiyah, 2008.
Nasir Ridlwan, Memahami al-Qur’an; Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin, Surabaya: Indra Media, 2003.
Qurt}ubi (al), Muhammad bin Ahmad Shams al-Di>n, al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n, Kairo: Da>r al-Kutub al-Mishriyah,1964.
Qushairiy (al), Abd al-Kari>m bin Hawa>zin, Lat}a>if Isha>ra>t, Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, Cet. II, 2007.
Rumini Sri , Psikologi Pendidikan ,Yogyakarta: UNY Press, 2006.
Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedia al-qur’an : Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep kunci, Jakarta: Paramadina, 1996.
S}abu>ni (al), Muhammad Ali, S}afwah al-Tafa>sir, Beirut: Maktabah al-‘As}riyah, 2008.
Shiha>b M. Quraish, Tafsir Al-Misba>h, pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. IX.
________________, Tafsir Al-Misba>h, pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. XV.
________________, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002,Vol. V>.
_________________, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002,Vol. VI>.
_________________, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002,Vol. X>.
_________________, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002,Vol. III>.
_________________, Wawasan al-Quran; Tafsir Maud}u'i Atas Berbagai Persoalan Umat Bandung: Mizan, 2000.
_________________, Wawasan al-Quran; Tafsir Maud}u'i Atas Berbagai Persoalan Umat Bandung: Mizan,1996
_________________, Kaidah Tafsir , Jakarta: Lentera hati, 2013.
_________________, Membumikan al-Qur’an , Bandung: Mizan, 1999.
_________________, Tafsir al-Qur’an al-Karim , Bandung : Pustaka Hidayah, 1999.
Suryadilaga M. Alfatih, Metodologi Ilmu Tafsir , Yogyakarta: Teras, 2005.
Suyut}i(al) Jala>l al-Di>n >, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, Kairo: Dar al-Turath, 1985.
T}abari (al) Abu Ja’far Muhammad bin Jari>r, Ja>mi’ al-Baya>n fi Ta’wi>l al-Qur’a>n, Muassasah al-Risa<>lah,2000.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Tim Penyusun, The Noble,al-Qur’anul Karim Tafsir Perkata, Depok: Penerbit NELJA,t.th.