PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEKNIK
PROBING PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 4 TUBAN
SKRIPSI
Oleh :
SITI SRI AMBARWATI NIM D04210029
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEKNIK PROBING PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP NEGERI 4 TUBAN
Oleh : Siti Sri Ambarwati
ABSTRAK
Kemampuan komunikasi matematika merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki siswa dan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Peningkatan kemampuan komunikasi matematika harus diperhatikan dalam pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika agar siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran sehingga kemampuan komunikasi matematikanya berkembang yaitu
dengan menggunakan teknik Probing Prompting. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan teknik probing prompting.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau
biasa disebut Quasi Eksperimen karena pada penelitian ini, peneliti
hanya menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Tuban. Pengumpulan data yaitu dengan lembar tes kemampuan komunikasi matematika sebanyak 3 soal uraian. Data dianalisis dengan menggunakan uji analisis data wilcoxon.
Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa : 1) kemampuan komunikasi matematika siswa sebelum dikenakan perlakuan adalah termasuk dalam kategori rendah. 2) kemampuan komunikasi matematika siswa sesudah dikenakan perlakuan adalah termasuk dalam kategori cukup. 3) terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematika setelah dilakukan pembelajaran dengan teknik probing prompting.
Kata kunci : Kemampuan komunikasi matematika, pembelajaran
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Operasional ... 5
F. Batasan Penelitian ... 6
G. Sistematika Pembahasan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A.
Teknik Probing Prompting ... 7B.
Kemampuan Komunikasi Matematika ... 10C.
Pembelajaran Teknik Probing Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 15D.
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) ... 16BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Rancangan Penelitian ... 25
C. Tempat Penelitian ... 25
E. Variabel Penelitian ... 26
F. Hipotesis Statistik ... 26
G. Prosedur Penelitian ... 26
H. Instrumen Penelitian ... 27
I. Metode Pengumpulan Data ... 28
J. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Deskripsi data penelitian ... 37
B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 40
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V PENUTUP ... 57
A. Keimpulan ... 57
B. Saran ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rubrik penskoran kemampuan komunikasi
matematika tulis ... 28 Tabel 3.2 Rubrik penskoran kemampuan komunikasi
matematika lisan ... 31 Tabel 3.3. Kategori penskoran kemampuan komunikasi
matematika ... 33 Tabel 4.1 Nama-nama validator ... 37
Tabel 4.2 Daftar nilai pre-test tulis kemampuan
komunikasi matematika ... 40
Tabel 4.3 Daftar nilai pre-test lisan kemampuan
komunikasi matematika. ... 41
Tabel 4.4 Daftar nilai pre-test kemampuan komunikasi
matematika ... 42
Tabel 4.5 Kategori penilaian kemampuan komunikasi
matematika sebelum perlakuan (pre-test) ... 43
Tabel 4.6 Daftar nilai post-test tulis kemampuan
komunikasi matematika ... 44
Tabel 4.7 Daftar nilai post-test lisan kemampuan
komunikasi matematika. ... 45
Tabel 4.8 Daftar nilai post-test kemampuan komunikasi
matematika ... 46
Tabel 4.9 Kategori penilaian kemampuan komunikasi
matematika sesudah perlakuan (post-test) ... 48 Tabel 4.10 Uji Wilcoxon ... 48 Tabel 4.11 Indikator kemampuan komunikasi matematika
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan dasar dari perkembangan IPTEK yang pengaruhnya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, matematika menjadi mata pelajaran wajib dalam setiap jenjang pendidikan sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan dengan mempelajari matematika siswa mampu berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Untuk mencapai hal itu siswa harus memiliki kemampuan dasar matematika1.
Di dalam NCTM disebutkan bahwa kemampuan dasar
matematika yang harus dicapai dalam pendidikan matematika yaitu2 : a)
komunikasi matematika (mathematical communication). b) penalaran
matematika (mathematical reasoning). c) menyelesaikan masalah
matematika (mathematical problem solving). d) melakukan koneksi
matematika (mathematical connection). e) representatif matematika
(mathematical representation).
Kemampuan komunikasi matematika merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki siswa dan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi matematika ide-ide matematika dapat dieksplorasi dalam berbagai perspektif. Cara berpikir siswa dapat dipertajam, pertumbuhan pemahaman dapat diukur, dan penalaran siswa dapat ditingkatkan3.
Mengingat kemampuan komunikasi matematika sangat penting, maka peningkatan kemampuan komunikasi matematika harus diperhatikan dalam pembelajaran. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran matematika belum
1
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. (Jakarta: BSN, 2006)
2
NCTM, Principles and standard for school mathematics,2000
3
Asmida, Thesis : “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan
2
memperlihatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian Qohar yang menyatakan bahwa siswa SMP masih kurang baik dalam melakukan komunikasi, baik komunikasi lisan maupun tulis. Terutama untuk siswa yang bukan perkotaan, kemampuan komunikasi lisan siswa masih rendah. Siswa kesulitan untuk menyampaikan pendapatnya, walaupun sebenarnya ide dan gagasan sudah ada dipikiran mereka4.
Terkait dengan rendahnya masalah komunikasi matematika, maka sudah saatnya untuk membenahi proses pembelajaran matematika. Salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika agar siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran sehingga kemampuan komunikasi matematikanya
berkembang yaitu dengan menggunakan teknik Probing Prompting.
Teknik probing prompting merupakan pembelajaran dengan cara guru
menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep, prinsip dan aturan
dari pengetahuan baru yang sedang dipelajari5.
Terdapat dua aktivitas yang saling berhubungan dalam
pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi
aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran
tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi6.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses
pembelajaran, karena setiap saat siswa bisa dilibatkan dalam proses
4
A. Qohar, Disertasi : “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman,
Koneksi, dan Kemampuan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian
Belajar Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching”, 2010
5
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran (Banjarmasin : Scripta
Cendikia, 2012) hal 165
6
Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
3
tanya jawab7. Siswa juga diharapkan mampu mengkonstruksi konsep,
prinsip dan aturan dari pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Hal ini sejalan dengan penyataan dari Clark yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa bisa diberikan 4 strategi, yaitu : (1) memberikan tugas-tugas yang cukup memadai untuk membuat siswa ataupun kelompok diskusi lebih aktif. (2) menciptakan lingkungan yang kondusif agar siswa bisa dengan bahasa leluasa untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. (3) mengarahkan siswa untuk menjelaskan dan memberi argumentasi pada hasil yang diberikan dan gagasan-gagasan yang dipikirkan. (4) mengarahkan siswa agar aktif memproses berbagai macam ide dan gagasan8.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis ingin melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Matematika
Teknik Probing Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematika siswa sebelum
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik probing
prompting?
2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematika siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik probing
prompting?
3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan teknik probing
prompting dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa?
7
Ngalimun, Op. Cit., hal 165
8
Clark K, et.al., Strategies fo Building Matematical Communication in
the Middle School Classroom. Modeled in Profesional Development in
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa
sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik probing prompting.
2. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik probing pompting.
3. Untuk mengetahui pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing prompting dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa. D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Siswa diharapkan lebih termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran matematika dengan teknik probing prompting dan
dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Bagi guru
Guru memiliki pengalaman mengajar dengan teknik
probing prompting dalam pembelajaran matematika yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
3. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman mengajar sebagai salah satu langkah untuk menjadi guru profesional. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui peranan pembelajaran matematika dengan teknik
probing prompting dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa.
4. Bagi peneliti lain
Dapat digunakan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa terutama dalam penerapan teknik
pembelajaran probing prompting untuk meningkatkan kemampuan
5 E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadi kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa istilah berikut ini:
1. Pembelajaran dengan teknik probing prompting adalah
pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari9.
a. Petanyaan menuntun (prompting question) yaitu pertanyaan
yang bertujuan untuk membimbing dan menuntun siswa dalam proses berpikir10.
b. Pertanyaan menggali (probing question) yaitu pertanyaan
yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari murid-murid guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan11.
2. Kemampuan komunikasi matematika siswa adalah kemampuan
siswa dalam menyatakan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika baik dalam bentuk lisan atau tulisan.
3. Kemampuan komunikasi matematika tulis adalah kemampuan
siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika secara tertulis sebagai representasi dari ide dan gagasan12.
4. Kemampuan komunikasi matematika lisan adalah kemampuan
siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematika menggunakan
simbol atau bahasa matematika dalam bentuk lisan atau ucapan13
9
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran (Banjarmasin : Scripta
Cendikia, 2012) hal 165
10
Marno-Idris, Strategi dan Metode Pengajaran (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2008) hal 117
11
Buchori Alma, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2009) hal 24
12
Bansu Irianto Ansari, Disertasi: “Menumbuhkembangkan Kemampuan
Pemahaman Dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-TalkWrite. 2003
13
Bansu Irianto Ansari, Disertasi: “Menumbuhkembangkan Kemampuan
6
F. Batasan Masalah
1. Materi yang akan diuji pada penelitian ini adalah materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Karena menyesuaikan materi pada sekolah yang digunakan untuk penelitian.
2. Kemampuan komunikasi matematika tulis dan lisan pada skripsi
ini hanya dalam menyelesaikan soal. G. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan pada judul skripsi ini penulis mengatur secara sistematis. Dan untuk menghindari kerancuan pembahasan, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang merupakan landasan awal penelitian,
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan masalah, serta sistematika pembahasan.
Bab II: : Kajian pustaka yang meliputi: pembelajaran matematika
dengan teknik probing prompting, kemampuan
komunikasi matematika. pembelajaran teknik probing
prompting untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika, Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.
Bab III : Metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian,
rancangan penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV : Hasil dan pembahasan yang meliputi: instrumen, hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teknik Probing Prompting 1. Teknik Probing Prompting
Secara bahasa kata “probing” memiliki arti menggali atau melacak12. Sedangkan menurut istilah probing berarti berusaha memperoleh keterangan yang lebih jelas atau lebih mendalam.
Pengertian probing question atau pertanyaan menggali yaitu pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan13.
Teknik menggali (probing) ini dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban siswa. Teknik probing diawali dengan menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki atau benda-benda nyata. Situasi baru itu membuat siswa mengalami pertentangan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk mengadakan asimilasi, disinilah probing mulai diperlukan.
Sedangkan “prompting” secara bahasa berarti mengarahkan atau menuntun14. Prompting question atau pertanyaan menuntun merupakan pertanyaan yang di ajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam dalam proses berpikirnya15. Bentuk pertanyaan prompting dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Mengubah susunan pertanyaan dengan kata-kata yang lebih sederhana yang membawa mereka kembali pada pertanyaan semula.
2. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata berbeda atau lebih sederhana yang disesuaikan dengan pengetahuan siswanya.
12
S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 122
13
Marno – Idris, Strategi dan Pengajaran (Yogyakarta : Ar Ruzz Media Group, 2008) hal 145
14
Ibid, hal 117
15
8
3. Memberikan suatu review informasi yang diberikan dan pertanyaan yang membantu murid untuk mengingat jawabannya16.
Berdasarkan pengertian diatas, Pembelajaran dengan teknik probing prompting adalah teknik pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Dengan model pembelajaran seperti ini proses tanya jawab dilakukan secara acak. Sehingga mau tidak mau setiap siswa harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap saat mereka akan dilibatkan dalam proses tanya jawab17.
2. Langkah-Langkah Teknik Probing-Prompting
Berikut ini merupakan lngkah-langkah teknik pobing-prompting18: a. Menghadapkan siswa pada situasi baru (berupa penyajian
masalah) misalnya dengan memperhatikan gambar, alat, menunjukkan gambar, atau situasi yang mengandung teka-teki.
b. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa memahami masalah.
c. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa.
d. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban.
e. Meminta salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
f. Dari jawaban siswa tersebut, apabila jawabannya relevan dan benar, maka mintalah tanggapan dari siswa lainnya untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlihat dalam kegiatan yang sedang berlangsung, dan berilah pujian atas jawaban yang benar. Namun apabila jawabannya tidak relevan, maka
16
http://educarare.e-fkipunia.net, diakses tanggal 22 januari 2015
17
Suyatno, Menjelajahi Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Mass Media Buana Pustaka, 2009), hal 63
18
9
ajukanlah beberapa pertanyaan susulan yang berhubungan dengan jawaban siswa tersebut. Pertanyaan yang diajukan pada langkah ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar siswa terlihat dalam satu kegiatan probing prompting.
g. Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.
3. Kelebihan dan Kelemahan
Suatu strategi maupun teknik yang diberikan tidak akan pernah lepas dari kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan teknik Probing- Prompting.
Adapun kelebihannya antara lain19: a. Mendorong siswa aktif berfikir
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
c. Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi.
d. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk, kembali tegar dan hilang kantuknya.
e. Sebagai cara meninjau kembali (review) bahan pelajaran yang lampau.
f. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Sedangkan kelemahannya20:
a. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
b. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami siswa.
19
Nur Indah Cahyani, Skripsi : Keefektifan penerapan teknik probing prompting dalam pemahaman siswa pada materi pelajaran al Islam di SMP Muhammadiyah 2 Taman Sepanjang, (Surabaya : UINSA, 2010) hal 22
20
10
c. Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada tiap siswa. e. Dapat menghambat cara berfikir anak bila tidak/kurang
pandai membawakan, misalnya guru meminta siswanya menjawab persis seperti yang dia kehendaki, kalau tidak dinilai salah.
B. Kemampuan Komunikasi Matematika 1. Pengertian komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain. Keberadaan manusia selain diri kita dapat menyebabkan proses hubungan timbal balik yang terjadi secara ilmiah. Hubungan tersebut disebut komunikasi. Dalam komunikasi, terdapat tiga unsur yaitu unsur komunikator (orang yang melakukan komunikasi), unsur komunikan (orang yang menerima pesan), dan unsur pesan (bahan yang dijadikan komunikasi)21.
Komunikasi merupakan suatu aktivitas penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih22.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai penyampaian informasi, gagasan, pikiran, perasaan, keahlian, dari komunikator kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran komunikan dan mendapatkan tanggapan balik sebagai umpan balik (feedback) bagi komunikator. Dengan demikian komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya pesan yang disampaikan kepada komunikan23.
21 Amalia Rizqina, Thesis : “ Analisis Gaya Komunikasi Guru Matematika Dalam Kaitannya Dengan Kemampuan Siswa Memahami Materi Matematika Berdasarkan Teori Komunikasi Logika Desain Pesan” (Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011) hal 23
22
A.Mulyana, Teori Komunikasi (Jakarta, 2010) hal 3
23
11
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian ide atau pesan dari dari orang yang menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Dalam proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini dalah materi pelajaran dapat diterima, dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif dari siswa24.
2. Komunikasi dalam matematika
Komunikasi dalam matematika adalah penggunaan simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu, misalnya menyatakan suatu konsep, operasi, prinsip atau simbol-simbol matematika. Matematika dapat digunakan sebagai alat komunikasi informasi atau ide dalam menjelaskan gagasan, misalnya melalui pembicaraan (lisan), catatan (tulisan), grafik, tabel, diagram, dan seterusnya25.
Depdiknas menyatakan bahwa mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis dan efisien26. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari27. Dengan komunikasi, baik lisan maupun tulisan dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika dan dapat memecahkan masalah dengan baik.
Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi transformasi
24
Ibid, hal 27
25
Http://Scmariani-Unnes.Blogspot.com/2008/11/Evaluasi-Keterampilan -Menulis- Dalam.Html/. Diakses Tanggal 22 januari 2015
26
Depdiknas, Standar Nasional. Silabus Matematika SLTP/MTs.( Jakarta: Depdiknas, 2001) hal 8
27
12
informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol.
Peressini dan Bassett berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika guru akan mendapat sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika28.
3. Komunikasi matematika
Komunikasi dalam matematika erat kaitannya dengan simbol-simbol matematika yang telah disepakati bersama dan sifatnya universal. Komunikasi matematika dapat diartikan suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau interaksi dan terjadi pengalihan pesan berupa konsep, rumus, atau ide-ide matematika29.
Menurut Asikin komunikasi matematika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dilingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat secara tertulis maupun lisan30.
Menurut Sullivan & Mousley komunikasi matematika bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja
28
National Council of Teacher of Mathematics, 1996
29
Eka Senjawati, skripsi : Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMK
30
13
sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari31.
Menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika; (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematika dalam penelitian ini adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan dalam rangka mengungkapkan ide-ide matematika baik secara lisan maupun tulisan.
4. Kemampuan komunikasi matematika
Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa.
Menurut NCTM kemampuan komunikasi seharusnya meliputi berbagi pemikiran, menanyakan pertanyaan, menjelaskan pertanyaan dan membenarkan ide-ide. Komunikasi harus terintegrasi dengan baik pada lingkungan kelas. Siswa harus didorong untuk menyatakan dan menuliskan dugaan, pertanyaan dan solusi32
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam menyatakan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika baik secara lisan maupun tulisan33.
Bansu Irianto Ansari menelaah kemampuan komunikasi matematika dari dua aspek yaitu komunikasi lisan (talking) dan
31
Bansu Irianto Ansari, Disertasi: “Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-TalkWrite. 2003
32
National Council of Teacher of Mathematics, 2000 hal 194
33
14
komunikasi tulis (writing)34. komunikasi matematika secara lisan dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika dalam bentuk lisan atau ucapan. Sedangkan komunikasi matematika tulisan adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika secara tertulis sebagai representasi dari ide dan gagasan (dapat melukiskan atau menggambarkan dan membaca gambar, diagram, grafik dan tabel).
Adapun indikator kemampuan komunikasi siswa menurut NCTM dapat dilihat dari :
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan
mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Dari ketiga indikator tersebut dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu indikator kemampuan komunikasi matematika lisan dan indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis.
Indikator kemampuan komunikasi lisan sebagai berikut : 1. Mengucapkan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika. 2. Penjelasan langkah-langkah penyelesaian soal.
3. Penarikan kesimpulan
Sedangkan indikator kemampuan komunikasi matematika tulis sebagai berikut:
1. Mengekspresikan ide-ide matematika secara visual (membuat model matematika dari permasalahan yang diberikan)
2. Menggunakan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika 3. Kejelasan langkah-langkah penyelesaian soal
Siswa dikatakan mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam matematika jika mereka dapat membaca, berbicara dan
34
15
menulis matematika. Membaca dalam matematika diartikan sebagai serangkaian ketrampilan untuk dapat menyusun intisari informasi dari suatu teks. Menulis dalam matematika mendorong siswa untuk dapat merefleksikan ide-ide secara tertulis dan berbicara dengan matematika diartikan serangkaian keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan, atau alasan mereka secara lisan.
Komunikasi dalam pembelajaran matematika membantu guru untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Dengan komunikasi matematika, seorang guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan pemahaman tentang konsep matematika sehingga dapat menguarangi terjadinya miskonsepsi antara guru dan siswa. Memahami konsep dengan baik, akan dapat menyelasaikan soal dengan baik pula. Siswa dapat dengan mudah menentukan informasi-informasi yang terdapat dalam soal tersebut dan menentukan langkah-langkah dalam menyelesaiakan soal tersebut.
C. Pembelajaran Teknik Probing Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika.
Proses belajar mengajar pada umumnya dibedakan dalam berbagai situasi, yaitu :
1. Guru memperkenalkan informasi baru kepada siswa, dimana guru memperoleh kesempatan untuk mengajukan pertanyaaan dengan jawaban yang belum diketahui oleh siswanya.
2. Guru membantu siswa untuk memahami informasi yang sukar dengan mengajukan pertanyaan yang mengarah proses berpikirnya. 3. Guru mengajukan pertanyaan untuk menilai taraf pencapaian
siswa, penggunaan pertanyaan yang tepat akan membimbingnya kearah proses berpikir yang tepat sesuai dengan apa yang ingin diketahui.
Di dalam belajar mengajar, guru mengajukan pertanyaan pada hakikatnya bukan sekedar memperoleh jawaban dari siswa, tetapi karena maksud-maksud tertentu. Misalnya untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa dengan melihat cara siswa menjawab pertanyaan tersebut.
16
sebelumnya teknik probing prompting adalah salah satu teknik bertanya yang menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep, prinsip dan aturan dari pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Sehingga pembelajaran di dalam kelas akan semakin bermakna dan tujuan belajar dapat terwujud karena siswa mendapatkan kesempatan dalam mengemukakan pendapatnya, dan kegiatan lain yang dapat menunjang proses pemikiran siswa dalam pembelajaran.
Dengan menggunakan keterampilan bertanya yang tepat akan memberikan beberapa keuntungan dalam proses belajar mengajar, antara lain35 :
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan, sehingga akan meningkatkan partisipasinya dalam proses belajar mengajar.
2. Menumbuhkan proses berpikir yang sistematis, kreatif, dan kritis. 3. Meningkatkan keterlibatan mental siswa dalam proses belajar
mengajar sehingga terwujud pembelajaran yang aktif.
4. Memupuk dan mengembangakan kemampuan siswa untuk menyatakan pendapat dengan tepat.
5. Menumbuhkan keberanian siswa untuk menyusun pertanyaan dengan tepat.
Dengan menggunakan teknik probing prompting dalam pembelajaran, artinya guru memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi dengan aktif dalam pembelajaran. Serta siswa dapat mengekspresikan ide-ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga proses komunikasi di harapakan dapt berjalan dengan baik dalam pembelajaran.
D. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) 1. Pengertian Persamaan Linier Dua Variabel
a. b.
35
17
Pada persamaan diatas masing-masing mempunyai dua variabel, yaitu x dan y serta q dan r. Jadi, persamaan linear dua variabel adalah sebuah persamaan yang mempunyai dua variabel, dengan masing-masing variabel memiliki pangkat tertinggi satu dan tidak ada perkalian di antara kedua variabel tersebut. Bentuk umum dari persamaan linier dua variabel dapat ditulis sebagai berikut :
dimana dan adalah variabel dan ,
, .
2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dengan dua variabel mempunyai bentuk umum sebagai berikut.
(PLDV 1)
(PLDV 2)
Nilai x dan y untuk kedua persamaan linear dua variabel (PLDV) di atas adalah nilai yang sama, baik untuk PLDV 1 maupun PLDV 2. Hal ini karena nilai x dan y untuk kedua PLDV adalah himpunan penyelesaian yang tunggal dan memenuhi kedua PLDV. Dengan demikian, dapat dikatakan kedua PLDV di atas memiliki keterkaitan satu sama lain yang disebut sistem. Jadi sistem persamaan linier dua variabel yaitu kumpulan dari dua atau lebih persamaan linier dua variabel yang memiliki himpunan penyelesaian tunggal dan memenuhi kedua persamaan linear dua variabel tersebut.
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Cara Substitusi 2. Cara Eliminasi 3. Cara Campuran
Yang akan dibahas masing-masing sebagai berikut : a. Cara Substitusi
sehingga menjadi:
– =
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah , . b. Cara Eliminasi
Cara eliminasi dalam sistem persamaan linear dua variabel adalah dengan mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel sehingga variabel lainnya dapat ditentukan nilainya. Untuk mengeliminasi salah satu variabel perlu disamakan dahulu koefisien variabel yang akan dieliminasi. Contoh :
Dengan cara eliminasi, tentukanlah himpunan penyelesaian dari sistem persamaan dan . Penyelesaian :
Eliminasi x agar didapat nilai y
= │3│ =
= . │2│ = _
=
= = Eliminasi y agar didapat nilai x
19
. │1│ = _
=
= = Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah , . c. Cara Campuran
Cara campuran yaitu gabungan dari cara subtitusi dan eliminasi. Agar lebih jelasnya perhatika contoh dibawah ini! Dengan cara campuran, tentukanlah himpunan penyelesaian dari sistem persamaan dan . Penyelesaian :
Eliminasi x agar didapat nilai y
│3│ =
. │2│ = _
=
= = Subtitusikan nilai y di ke persamaan
= = = – 2
=
=
=
20
4. Aplikasi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam Kehidupan
Misalnya harga barang, umur seseorang, banyaknya tepung, banyak- nya buah, dan lain-lain. Untuk memahaminya pelajari contoh berikut :
Model matematika adalah salah satu penerapan atau aplikasi dari sistem persamaan linear dua variabel. Model matematika yang dimaksud adalah bentuk sistem persamaan linear dua variabel yang mewakili suatu pernyataan dari masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Harga 4 kg mangga dan 3
kg apel adalah Rp
60.000,00 sedangkan
harga 2 kg mangga dan 4
kg apel adalah Rp
55.000,00. berapa harga 5
21
Penyelesaian :
Diketahui : Harga 4 kg mangga dan 3 kg apel adalah Rp 60.000,00 Harga 2 kg mangga dan 4 kg apel adalah Rp 55.000,00 Ditanya : harga 5 kg mangga dan 5 kg apel?
Misalkan :
harga kg mangga harga kg apel Model matematika :
.
.
Jawab :
1) Cara Subtitusi
Dari dua persamaan di atas dipilih kemudian diubah menjadi
Substitusikan ke persamaan
sehingga menjadi:
=
=
=
=
=
=
=
Nilai disubstitusikan ke y pada persamaan
. maka menjadi :
=
=
=
=
=
=
=
Jadi, harga 5 kg mangga dan 5 kg apel adalah Rp 87.500,00
2) Cara Eliminasi
Diketahui : Harga 4 kg mangga dan 3 kg apel adalah Rp 60.000,00 Model matematika :
.
.
Jawab :
Eliminasi x agar mendapatkan nilai y
= . │1│ = .
= . │2│ = . _
=
=
=
Eliminasi y agar mendapatkan nilai x
│4│ =
Jadi harga 1 kg mangga adalah Rp 7.500,00 dan harga 1 kg apel adalah Rp 10.000,00.
Sehingga harga 5 kg mangga dan 5 kg apel =
23
=
Jadi, harga 5 kg mangga dan 5 kg apel adalah Rp 87.500,00
3) Cara Campuran
Diketahui : Harga 4 kg mangga dan 3 kg apel adalah Rp 60.000,00
Harga 2 kg mangga dan 4 kg apel adalah Rp 55.000,00
Ditanya : harga 5 kg mangga dan 5 kg apel? Misalkan :
harga kg mangga harga kg apel Model matematika :
.
.
Jawab :
Eliminasi x agar mendapatkan nilai y Eliminasi x agar mendapatkan nilai y
= . │1│ = .
= . │2│ = . _
=
=
=
Subtitusikan nilai y ke persamaan . . sehingga didapat :
= .
= .
= .
=
=
=
24
Sehingga harga 5 kg mangga dan 5 kg apel =
=
=
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau
biasa disebut Quasi Eksperimen karena peneliti hanya menggunakan
kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Dengan desain pre-test
post-test satu kelompok (one group pre-test post-test design), yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan dengan cara memberikan tes awal dan tes akhir terhadap subjek penelitian.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian one group
pre-test post-test design. Dalam penelitian ini hanya ada satu objek
penelitian yang berfungsi sebagai kelompok kontrol (sebelum dikenakan
perlakuan) maupun kelompok eksperimen (setelah dikenakan
perlakuan). Data yang diperoleh sebelum perlakuan digolongkan sebagai data dari kelompok kontrol, sedangkan data yang dikumpulkan setelah
adanya perlakuan digolongkan sebagai data dari kelompok eksperimen.
Keterangan :
O1: Kemampuan komunikasi matematika siswa sebelum mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan teknik probing prompting.
X : Perlakuan (Pembelajaran dengan teknik probing prompting)
O2 : Kemampuan komunikasi matematika siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan teknik probing prompting.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Tuban tahun pelajaran 2014/2015.
D. Populasi dan sampel Penelitian
a. Populasi penelitian
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah kelas VIII SMP Negeri 4 Tuban tahun pelajaran 2014-2015.
26
b. Sampel
Pengambilan sampel yaitu dengan teknik non probabilitas secara kebetulan, karena peneliti sengaja memilih sampel penelitian dengan telah menentukan tempat, waktu, da cara sebelumnya. Sehingga diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VIII H SMP Negeri 4 Tuban.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah
pembelajaran matematika teknik probing prompting.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dari penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika.
F. Hipotesis Penelitian
Dari uraian di atas, maka akan dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
: Pembelajaran dengan menggunakan teknik probing
prompting tidak dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa
: Pembelajaran dengan menggunakan teknik probing
prompting dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian. Peniliti melakukan persiapan-persiapan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
27
b. Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar tes
kemampuan komunikasi siswa, dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan divalidasi.
c. Menentukan sekolah yang akan menjadi tempat penelitian.
d. Mengurus surat izin untuk melakukan penelitian sekolah yang
dituju.
e. Observasi sekolah kemudian membuat kesepakatan dengan
guru mata pelajaran matematika mengenai waktu yang akan digunakan untuk penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Pemberian pre-test untuk mengetahui kemampuan
komunikasi siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan
teknik probing prompting.
b. Implementasi pembelajaran dengan teknik probing
prompting.
c. Pemberian post-test untuk melihat peningkatan kemampuan
komunikasi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik probing prompting.
d. Mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan.
e. Menganalisis data hasil penelitian.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah Lembar Tes Kemampuan Komunikasi Siswa.
Langkah-langkah dalam membuat instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kerja Siswa (LKS).
b. Membuat kisi-kisi sebagaiman acuan dalam pembuatan soal
instrumen penelitian.
c. Menyusun soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
d. Tahap pembuatan kunci jawaban dan penilaian butir soal. Setiap
28
e. Kisi-kisi dan soal dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan divalidasi oleh para ahli. I. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Tes kemampuan komunikasi siswa
Tes yang digunakan terdiri dari dua tahap, yaitu :
a. Pre-test
Pre-test atau tes awal adalah tes yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan
dalam penelian ini yaitu pembelajaran dengan teknik probing
prompting.
b. Post-test
Post-test atau tes akhir digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika dengan
menggunakan teknik probing prompting.
Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematika siswa baik pada pre-test maupun post-test
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Tes Tulis
Soal tes tulis digunakan untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes komunikasi matematika. Hasil jawaban siswa dari tes tulis dikoreksi menggunakan kartu penilaian yang mencakup 3 indikator, yaitu:
a) Mengekspresikan ide-ide matematika
b) Menggunakan istilah-istilah atau notasi-notasi
matematika
29
Tabel 3.1
Rubrik penskoran tes kemampuan komunikasi matematika tulis29.
No Klasifikasi Deskripsi Nilai
1. Sangat baik • Siswa memberikan gagasan
serta menggambarkan masalah kedalam bentuk/model matematika
dengan benar dan tepat
• Siswa menggunakan
istilah-istilah atau notasi-notasi matematika dengan benar dan tepat.
• Langkah-langkah siswa
dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan benar dan tepat.
5
2. Baik • Siswa memberikan gagasan
serta menggambarkan masalah kedalam bentuk matematika dengan benar namun kurang tepat.
• Siswa menggunakan
istilah-istilah atau notasi-notasi matematika dengan benar namun kurang tepat.
• Langkah-langkah siswa
dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan benar namun kurang tepat.
4
3. Cukup • Siswa memberikan gagasan
serta menggambarkan masalah kedalam bentuk matematika dengan sebagian
3
29
Dr.Kusaeri, Acuan & teknik penilaian proses dan hasil belajar dalam
30
benar.
• Siswa menggunakan
istilah-istilah atau notasi-notasi matematika dengan sebagian benar.
• Langkah-langkah siswa
dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan sebagian benar.
4. Kurang • Siswa salah dalam
memberikan gagasan serta menggambarkan masalah kedalam bentuk matematika.
• Siswa salah dalam
menggunakan istilah-istilah
atau notasi-notasi matematika.
• Langkah-langkah siswa salah
dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.
2
5. Sangat kurang
• Siswa tidak dapat
memberikan gagasan serta menggambarkan masalah kedalam bentuk matematika.
• Siswa tidak dapat
menggunakan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika
• Siswa tidak dapat
menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.
31
2) Tes Lisan
Tes lisan yang digunakan pada penelitian ini sama dengan tes tulis hanya saja pada tes ini siswa diminta untuk mengungkapkan secara lisan apa yang dikerjakan. Guna mengukur kemampuan komunikasi lisan siswa dilihat dari skor yang muncul pada kartu penilaian yang mencakup 3 indikator, yaitu :
a) Mengucapkan istilah-istilah atau notasi-notasi
matematika.
b) Penjelasan langkah-langkah penyelesaian soal.
c) Menarik kesimpulan.
Tabel 3.2
Rubrik penilaian tes kemampuan komunikasi matematika lisan30
No Aspek yang dinilai Skor
1 • Siswa mengucapkan istilah-istilah
atau notasi-notasi matematika dengan benar dan tepat
• Siswa memberi penjelasan
langkah-langkah penyelesaian soal dengan benar dan tepat
• Siswa menyimpulkan solusi dari
permasalahan dengan benar dan tepat.
5
2. • Siswa mengucapkan istilah-istilah
atau notasi-notasi matematika dengan benar.
• Siswa memberi penjelasan
langkah-langkah penyelesaian soal dengan benar.
• Siswa menyimpulkan solusi dari
permasalahan dengan benar.
4
3. • Siswa mengucapkan istilah-istilah
atau notasi-notasi matematika dengan sebagian benar.
3
30
32
• Siswa memberi penjelasan
langkah-langkah penyelesaian soal dengan sebagian benar.
• Siswa menyimpulkan solusi dari
penyelesaian masalah dengan sebagian benar.
4. • Siswa salah dalam mengucapkan
istilah-istilah atau notasi-notasi matematika.
• Siswa salah dalam memberi
penjelasan langkah-langkah penyelesaian soal.
• Siswa salah dalam menyimpulkan
solusi dari penyelesaian masalah
2
5. • Siswa tidak memberi jawaban
• Siswa tidak memberi penjelasan
langkah-langkah penyelesaian soal.
• Siswa tidak dapat menyimpulkan
solusi dari penyelesaian masalah.
1
Karena skor yang digunakan pada penilaian tes kemampuan komunikasi matematika siswa baik pada kemampuan komunikasi matematika tulis maupun lisan berbentuk data ordinal maka digunakan uji analisis wilcoxon.
2. Validasi Instrumen
Dalam penelitian ini validasi yang dilakukan yaitu validasi isi yang dilakukan oleh para ahli yaitu yang dilakukan oleh 2 dosen Prodi Pendidikan Matematika (PMT) Jurusan Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dan guru matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP).
J. Teknik Analisis Data
1. Penggabungan hasil dari penilaian tes komunikasi tulis dan tes komunikasi lisan
33
untuk mendapatkan nilai kemampuan komunikasi matematika maka harus digabungkan dari kedua skor komunikasi matematika tersebut.
Penggabungan hasil dari penilaian tes kemampuan komunikasi tulis dan tes komunikasi lisan adalah sebagi berikut :
a) Menghitung jumlah hasil penilaian tes komunikasi dari tiap
tes komunikasi (komunikasi tulis dan komunikasi lisan).
b) Menghitung rata-rata dari dua skor kemampuan komunikasi
matematika Dimana :
: Skor kemampuan komunikasi matematika siswa (rata-rata dari jumlah skor kemampuan komunikasi matematika tulis dan lisan)
A : Jumlah skor siswa hasil penilaian tes komunikasi
matematika tulis
B :Jumlah skor siswa hasil penilaian tes komunikasi
matematika lisan
c) Sehingga diperoleh nilai kemampuan komunikasi matematika
pre-test maupun post-test.
2. Kategori penskoran kemampuan komunikasi matematika Tabel 3.3
Kategori penskoran kemampuan komunikasi matematika
Skor Kategori
, Sangat baik
, , Baik
, , Cukup
, , Kurang
, Sangat kurang
Keterangan :
: Skor kemampuan komunikasi matematika siswa (rata-rata dari jumlah skor kemampuan komunikasi matematika tulis dan lisan)
34
menggambarkan masalah kedalam model matematika dengan benar dan tepat, siswa dapat menggunakan istilah-istilah atau notasi-notsi matematika dengan benar dan tepat, dan langkah-langkah penyelesaian siswa dalam menemukan solusi dari masalah yang diberikan benar dan tepat.
Siswa dikatakan termasuk dalam kategori baik, apabila siswa tersebut dapat memberikan gagasan serta menggambarkan masalah kedalam model matematika dengan benar namun kurang tepat, siswa menggunakan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika dengan benar namun kurang tepat, dan langkah-langkah siswa dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan benar namun kurang tepat.
Siswa dikatakan termasuk dalam kategori cukup, apabila siswa memberi gagasan serta menggambarkan masalah kedalam model matematika dengan sebagian benar, siswa menggunakan istilah-istilah dan notasi-notasi matematika dengan sebagian benar, dan langkah-langkah siswa dalam menemukan solusi dari masalah yang diberikan sebagian benar.
Siswa dikatakan termasuk dalam kategori kurang, apabila siswa salah dalam memberikan gagasan atau menggambarkan masalah ke dalam model matematika, siswa salah dalam menggunakan istilah-istilah matematika, dan langkah-langkah siswa salah dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.
Siswa dikatakan termasuk dalam kategori sangat kurang, apabila siswa tidak memberikan gagasan serta tidak menggambarkan masalah kedalam bentuk matematika, siswa tidak mengguanakan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika, siswa tidak dapat menemukan solusi dari permsalahan yang diberikan. 3. Teknik Uji Analisis Wilcoxon
Analisis data ini dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata pre-test dan post-test. Analisis ini menggunakan wilcoxon
signed – rank test. wilcoxon signed – rank test merupakan
pengganti uji t untuk menguji perbedaan rata-rata (paired test)
pada statistika parametik.
Langkah pengujian uji analisis wilcoxon :
1. Hipotesis statistik :
35
:
2. Tetapkan nilai kritis yaitu 5 %
3. Menentukan skor yang diperoleh responden sebelum
mendapat perlakuan ( ).
4. Menentukan skor yang diperoleh responden setelah mendapat
perlakuan .
5. Menghitung selisih dari (D).
6. Menentukan ranking dari selisih
7. Menentukan tanda (+ atau - ) pada setiap ranking.
8. Menentukan t hitung.
Karena sampel yang digunakan lebih dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal. Untuk itu
dalam pengujiannya digunakan rumus z sebagai berikut31 :
Dimana :
T : Jumlah jenjang/ranking yang kecil (tanda -)
9. Menentukan kesimpulan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika maka di tolak
Jika maka di terima
31
Prof. DR Sugiyono, Statistik Non Parametik Untuk Penelitian,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 4 Tuban tahun ajaran 2014-2015. Data tersebut bersumber dari hasil tes tulis dan tes lisan.
A. Deskripsi Data Penelitian 1. Instrumen Penelitian
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar tes kemampuan komunikasi matematika. Dua buah perangkat soal tes kemampuan komunikasi matematika digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa. Perangkat soal pertama digunakan
sebagai tes awal sebelum perlakuan (pre-test) dan perangkat soal
kedua digunakan sebagai tes akhir setelah perlakuan (post-test).
2. Validitas Instrumen
Sebelum digunakan untuk penelitian, perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian terlebih dahulu divalidasi oleh para ahli. Validasi isi dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran dan soal tes kemampuan komunikasi matematika tersebut sudah sesuai dengan indikatornya, baik atau tidaknya susunan bahasa dan penulisan instrumen, serta layak digunakan atau tidak dalam penelitian.
Validitas isi ini dilakukan oleh 3 validator. Dua validator adalah dosen ahli dari Prodi Pendidikan Matematika (PMT) Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Ampel Surabaya. Satu validator adalah guru mata pelajaran matematika.
Tabel 4.1 Nama-Nama Validator No Nama Validator Keterangan 1 Moh Hafiyusholeh,
M.Si
38
2 A. Hanif Asyhar.M.Si Dosen Prodi Pendidikan
Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya
3 Drs. Redyan Takarino Guru mata pelajaran
matematika
Hasil dari validasi perangkat pembelajaran dan instrumen adalah sebagai berikut :
a. Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Ketiga validator yang memvalidasi perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) memberi keterangan yang berbeda-beda. Validator pertama memberi keterangan bahwa langkah-langkah pembelajaran
sebaiknya di integrasikan antara probing prompting dengan
diskusi kelompoknya, jangan sendiri-sendiri, tujuan pembelajaran harus memuat ABCD, dan materi diperjelas. Validator kedua memberi keterangan bahwa sudah bagus, tapi hati-hati dengan simbol matematika. Dan validator ketiga memberi keterangan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) layak digunakan dengan sedikit perbaikan.
b. Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penilaian ketiga validator tehadap perangkat pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat beberapa keterangan yang berbeda-beda. Validator pertama memberi keterangan bahwa LKS layak digunakan dengan sedikit perbaikan. Validator kedua memberi keterangan bahwa LKS sudah bagus, tapi hati-hati dengan penulisan soal dan harus teliti setiap butir soal. Validator ketiga memberi keterangan bahwa LKS layak digunakan dengan sedikit perbaikan. c. Validasi lembar tes kemampuan komunikasi matematika
39
dibuat. Dan validator ketiga memberi keterangan bahwa instrumen layak digunakan dengan sedikit perbaikan.
Dari keterangan hasil validasi diatas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian layak digunakan dengan sedikit perbaikan.
Setelah perangkat pembelajaran beserta instrumen penelitian selesai divalidasi dan dinyatakan layak untuk digunakan, baru dilaksanakan penelitian di SMP Negeri 4 Tuban. Yaitu di kelas VIII H dengan jumlah siswa 36 siswa. Yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Namun pada saat penelitian berlangsung 3 siswa tidak masuk dikarenakan seorang siswa sakit, dan 2 siswa lainnya izin. Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 4 kali yaitu pada tanggal 25 mei 2015, 27 mei 2015, 01 juni 2015, dan 03 juni 2015. Dengan 1 JP 40 menit dan setiap setiap pertemuan memiliki
alokasi waktu 2JP .
1) Pertemuan ke-1
Pertemuan pertama dengan alokasi waktu diawali dengan perkenalan dengan siswa-siswa
dan selanjutnya diberi pre-test tulis dengan mengerjakan soal
pada lembar tes kemampuan komunikasi yang telah di validasi sebelumnya selama 60 menit. Dan dilanjutkan dengan tes lisan selama 20 menit.
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 dengan alokasi waktu dilaksanakan proses pembelajaran matematika
dengan teknik probing prompting dengan indikator 3.1.1
yaitu menyelesaikan model matematika dari masalah aljabar yang berkaitan dengan sistem persamann linier dua variabel sesuai dengan RPP yang telah divalidasi sebelumnya.
3) Pertemuan ke-3
Pada pertemuan ke-3 dengan alokasi waktu dilaksanakan proses pembelajaran matematika
dengan teknik probing prompting dengan indikator 3.1.2
40
4) Pertemuan ke-4
Pada pertemuan ini dengan alokasi waktu
dilaksanakan post-test tulis dengan mengerjakan
soal pada lembar tes kemampuan komunikasi matematika yang telah divalidai sebelumnya selama 60 menit. Dan dilanjutkan dengan tes lisan selama 20 menit.
3. Analisis data HasilPenelitian
Data yang disajikan dalam penelitian ini meliputi data hasil pre-test dan hasil post-test.
a. Data hasil pre-test
Data hasil pre-test merupakan data yang diperoleh
dari hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa baik tulis maupun lisan sebelum dikenakan perlakuan. Perlakuan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing prompting. Berikut nilai pre-test kemampuan
komunikasi matematika.
Tabel 4.2
Daftar skor pre-test kemampuan komunikasi matematika tulis
Daftar nilai pre-test kemampuan komunikasi matematika lisan
Daftar nilai pre-test kemampuan komunikasi matematika
No Nama
Nilai
Skor kemampuan komunikasi matematika siswa
yang diperoleh masing-masing responden pada saat pre-test
diklasifikasikan dalam 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Gambaran kategori penilaian kemampuan komunikasi matematika siswa dikategorikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.5
Kategori penilaian kemampuan komunikasi sebelum perlakuan
Skor Kategori Frekuensi %
, Sangat baik -
-, , Baik - -
44
, , Kurang 13 39,39
, Sangat kurang 16 48,48
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa siswa yang termasuk kategori sangat baik sebesar 0 %. Siswa yang termasuk dalam kategori baik juga sebesar 0%. Siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebesar 2,12 %. siswa yang termasuk dalam kategori kurang sebesar 39,39 %. Dan siswa yang termasuk dalam kategori sangat kurang sebesar 48,48 %.
Dari tabel 4.4 diketahui jumlah dari skor siswa adalah 559,5 dan mean dari skor siswa adalah 16,95 yang berarti bahwa skor rata-rata kemampuan komunikasi adalah 16,95. Jadi kemampuan komunikasi matematika siswa kelas
VIII-H SMP Negeri 4 Tuban pada saat pre-test adalah
termasuk dalam kategori kurang. b. Data hasil post-test
Data hasil post-test merupakan data yang diperoleh
dari hasil tes kemampuan komunikasi matematika baik tes tulis maupun tes lisan setelah diberikan perlakuan. Berikut
nilai post-test kemampuan komunikasi matematika.
Tabel 4.6
Daftar nilai post-test kemampuan komunikasi matematika tulis
Daftar nilai post-test kemampuan komunikasi matematika lisan
Daftar nilai post-test kemampuan komunikasi matematika
No Nama
Nilai
Skor kemampuan komunikasi matematika siswa
yang diperoleh masing-masing responden pada saat post-test
diklasifikasikan dalam 5 kategori sebagiamana pada saat
pre-test yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.
48
Tabel 4.9
Kategori penilaian kemampuan komunikasi sesudah perlakuan
Skor Kategori Frekuensi %
, Sangat baik 2 6,06
, , Baik 6 18,18
, , Cukup 12 36,36
, , Kurang 12 36,36
, Sangat kurang 1 3,03
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa siswa yang termasuk kategori sangat baik sebesar 6,06 %. Siswa yang termasuk dalam kategori baik sebesar 18,18 %. Siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebesar 36,36 %. Siswa yang termasuk dalam kategori kurang sebesar 36,36 %, dan siswa yang termasuk dalam kategori sangat kurang sebesar 3,03 %.
Dari tabel 4.8 diketahui jumlah dari skor siswa adalah 851 dan mean dari skor siswa adalah 25,78 yang berarti bahwa nilai rata-rata kemampuan komunikasi adalah 25,78. Jadi kemampuan komunikasi matematika siswa kelas
VIII-H SMP Negeri 4 Tuban pada saat post-test adalah
termasuk dalam kategori cukup..
c. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa maka dilakukan uji Wilcoxon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Uji Wilcoxon
Responden Sebelum Sesudah D
50
30 17 19 2 5 5
31 25,5 34,5 9 16 16
32 13,5 25
11,5 20,5 20,5
33 18,5 23 4,5 7 7
Jumlah 421 -7.5
Dari tabel diatas dapat dihitung nilai z dari skor kemampuan matematika siswa SMP 4 Tuban sebagai berikut :
1. Hitung nilai
,
2. Hitung nilai
,
3. Hitung nilai z dari skor diatas
, ,
, ,
51
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon (tabel 4.10)
diperoleh . dan , . Jadi,
sehingga ditolak. Hal tersebut berarti bahwa pembelajaran
matematika dengan teknik probing prompting dapat meningkatkan
komunikasi matematika siswa. B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kemampuan komunikasi matematika siswa sebelum mendapat perlakuan (Pre-test)
Pre-test atau tes awal adalah tes yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) sebelum diberikan perlakuan.
Soal yang digunakan dalam pre-test sebanyak tiga soal
uraian yang dibuat oleh peneliti untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa. Berikut pembahasan dari hasil tes kemampuan komunikasi matematika yang telah dilakukan di SMP
Negeri 4 Tuban dengan sampel kelas VIII-H. Soal pre-test baik
tulis maupun lisan mempunyai 3 indikator sebagai berikut : Tabel 4.11
Indikator kemampuan komunikasi matematika tulis dan lisan
No Indikator Kemampuan Komunikasi
Tulis Lisan
1 Mengekspresikan ide-ide
matematika
Mengucapkan istilah-istilah
atau notasi-notasi matematika.
2 Menggunakan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika
Penjelasan langkah-langkah penyelesaian soal
3 Kejelasan langkah-langkah
penyelesaian.
Menarik kesimpulan
Dilihat dari jawaban siswa hasil pre-test, siswa termasuk
kategori sangat kurang karena terdapat beberapa masalah yang dialami siswa, yaitu sebagai berikut :