MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIKA SISWA SMP
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
PROBING-PROMPTING
(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikkan Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia
oleh
Nandang Eka Priatna 0700636
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika
Siswa SMP dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Probing-Prompting
Oleh
Nandang Eka Priatna
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nandang Eka Priatna 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIK SISWA SMP
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
PROBING-PROMPTING
Oleh
Nandang Eka Priatna
0700636
Menyetujui:
Pembimbing I
Dr. Kusnandi, M.Si. NIP. 196903301993031002
Pembimbing II
Eyus Sudihartini, S.Pd., M.Pd. NIP. 19840404282009122004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... 1B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
BAB I KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Analisis Matematik ... 8
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
C. Teknik Probing-prompting ... 9
D. Hipotesis Penelitian ... 13
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 14
B. Populasi dan Sampel ... 14
1. Populasi ... 14
2. Sampel ... 15
C. Variabel Penelitian ... 15
D. Instrumen Penelitian ... 15
1. Bahan Ajar ... 15
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 16
2. Instrumen Pengumpul Data ... 16
a. Instrumen Tes ... 16
1) Validitas ... 17
2) Reliabilitas ... 18
3) Daya Pembeda ... 18
4) Indeks Kesukaran ... 19
b. Instrumen Non-tes ... 20
E. Prosedur Penelitian ... 21
F. Teknik Analisis Data ... 23
1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 23
2. Teknik Anlisis Data Kualitatif ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29
1. Analisis Data Kemampuan Analisis Matematik ... 29
a. Analisis Data Pretes ... 29
b. Analisis Data Postes ... 32
c. Analisis Data Indeks Gain ... 36
2. Analisis Data Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing-Prompting ... 40
B. Pembahasan ... 44
1. Kemampuan Analisis Matematika Siswa ... 44
2. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing-Prompting . 46 3. Deskripsi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Probing-Prompting ... 47
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika membahas tentang kualitas pendidikan sudah tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses pembelajaran, dalam hal ini lebih dikhususkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Melalui suatu proses pembelajaran siswa dapat menemukan makna atau pengetahuan dari materi pelajaran dan kemudian menyimpannya dalam ingatan. Belajar merupakan suatu proses bagi siswa untuk membangun pengetahuan, oleh karena iu siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep atau persoalan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Frankl dalam (Supardi, 2011:1) bahwa untuk menemukan pemahaman secara baik bisa dilakukan dengan cara mengerjakannya, mengalami, ataupun berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian pandangan orang mengenai matematika mengalami perubahan dari matematika sebagai alat menjadi matematika sebagai aktivitas manusia.
Pemahaman konsep matematika sangat diperlukan agar siswa dapat menerapkan dan mengaplikasikannya dalam permasalahan matematika, dengan demikian mereka dapat menganalisis sebuah permasalahan matematika. Rusgianto dalam (Supardi, 2011:2) mengatakan bahwa banyak siswa yang memiliki prestasi tinggi dalam matematika tetapi pada kenyataannya mereka tidak benar-benar mengerti dan paham tentang materi yang dipelajarinya.
2
Hasil Trends in International Math and Science Survey (TIMSS) 2011 mengungkapkan bahwa hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance (memerlukan penalaran), sedangkan Malaysia dan Thailand berturut-turut sebanyak 18% dan 12% siswanya dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance. Indonesia bahkan jauh tertinggal dari Singapore yang masih merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yaitu sebanyak 70% siswanya sudah dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori rendah (hanya memerlukan pengetahuan dan hapalan). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 1.
Diagram 1
Hasil Trends in International Math and Science Survey (TIMSS) 2011
3
manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu yang diajarkan kepada siswa di Indonesia berbeda dengan tuntutan zaman.
Menurut Bloom dalam (Ruseffendi, 2006:220), kemampuan daerah kognitif itu dapat dibagi kedalam 6 kelompok besar yang tersusun menurut kesukarannya. Aspek-aspek tersebut bila diurutkan dari yang paling sederhana kepada yang paling kompleks adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Jika kita hubungkan hasil-hasil penelitian dari TIMSS tahun 2011 dan PISA tahun 2009 dengan taksonomi Bloom maka dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa di Indonesia baru mencapai kemampuan aplikasi dan belum mencapai kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pemerintah Indonesia saat ini mencoba untuk memperbaiki kekurangan tersebut salah satunya dengan cara membuat kurikulum baru. Dalam uji publik kurikulum 2013 diungkapkan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma belajar di abad 21. Pergeseran paradigma berdasarkan uji publik kurikulum 2013 tersebut dapat dilihat berikut ini.
Jelas terlihat dalam diagram tersebut bahwa pembelajaran akan diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin).
4
mengalami kegagalan, karena siswa tidak dituntut untuk belajar secara bermakna karena guru terus menerus memberikan materi untuk membangun pengetahuan siswa tanpa melibatkan siswa secara aktif sehingga menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar. Dengan demikian, muncul dugaan untuk mengarahkan siswa agar dapat meningkatkan kemampuan analisis matematika dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru di sekolah saat ini. Pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan belum sepenuhnya memberikan kontribusi dalam mengembangkan kemampuan matematika tingkat tinggi siswa dan sikap positif siswa terhadap matematika. Sebagaimana yang diungkapkan Herman (Lestari, 2008 : 8) bahwa pembelajaran yang hanya menyampaikan informasi tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak dapat mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan keleluasaan berpikir kepada siswa adalah model pembelajaran yang sifatnya menuntun dan menggali pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang dipelajari. Model pembelajaran seperti ini dikenal dengan model
probing-prompting. Model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting
merupakan suatu model pembelajaran dengan cara guru menyajikan pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
5
penelitian Rosdiana, Muflihin (2010) melakukan penelitian menggunakan pembelajaran probing-prompting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Muflihin mengungkapkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran dengan teknik
probing-prompting tidak lebih baik daripada siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Namun lebih lanjut diungkapkan Muflihin bahwa dilihat dari segi kualitas peningkatannya, siswa yang menggunakan pembelajaran dengan teknik probing-prompting memiliki kualitas peningkatan yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan analisis matematika siswa SMP dengan model pembelajaran kooperatif tipe
probing-prompting.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah:
1. Apakah kemampuan analisis matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional?
2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah kemampuan analisis matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan teknik
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, diantaranya:
1. Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan kemampuan analisis matematik.
2. Guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru memiliki tambahan model pembelajaran untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga merangsang minat siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika serta kegiatan pembelajaranpun lebih variatif.
3. Peneliti
Melalui penelitian ini diharapkan peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan lebih sebagai salah satu lagkah untuk menjadi guru profesional.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah yang harus didefinisikan dengan jelas yaitu: 1. Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk memecah atau
menguraikan suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Agar siswa mampu menguraikan materi menjadi komponen-komponennya, menemukan relasi antara komponen, dan pengamatan organisasi komponen-komponen.
7
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan analisis matematika siswa yang pembelajaran matematikanya melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Siswa memberikan respon positif untuk ketiga aspek pada pernyataan angket yang diajukan, yakni pada aspek minat sebagian besar siswa bersikap positif, begitu pula pada aspek kesungguhan dan pada aspek manfaat sebagian besar siswa bersikap positif. Artinya sebagian besar siswa berminat, bersunguh-sunguh, dan merasakan manfaat dari pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:
1. Guru harus selalu memberikan motivasi agar siswa dapat mengajukan pertanyaan jika mengalami kebuntuan dalam mengerjakan persoalan. 2. Pembelajaran probing-prompting akan sulit jika siswa tidak aktif dalam
mengajukan pertanyaan jika mendapat kesulitan dalam mengerjakan persoalan. Jika hal ini terjadi, maka guru dapat mencairkan suasana terlebih dahulu dengan memberikan permainan sederhana atau hal lain yang dapat memacu semangat siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. (2012). Penerapan Rangking Task Excercise Dalam Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa. Skripsi:Tidak Diterbitkan
Anen. (2012). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Berbasis Superitem. Skripsi FFPMIPA UPI:Tidak
Diterbitkan
Elianur, R. (2011). Indonesia Peringkat 10 besar terbawah dari 65 Negara
Peserta PISA. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/ 2011/01
/30/indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-negara-eserta-pisa-338464.html
Herdian. (2010). Kemampuan Berpikir Analitis. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berpikir-analitis/
Lestari, A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran
Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Muflihin. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi
FFPMIPA UPI:Tidak Diterbitkan
Rosdiana, N. (2010). Penggunaan Teknik Probing-Prompting pada Pembelajaran
Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FFPMIPA UPI:Tidak Diterbitkan
Ruseffendi, E. T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press
Ruseffendi, E. T. (2006). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non
Eksakta Lainnya. Bandung:Tarsito
Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa
SMPAntara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi FPMIPA UPI:Tidak
Diterbitkan
Sudjana, N. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo
51
Supardi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa Sma
Melalui Pembelajaran Dengan Model Reciprocal Teaching Dilihat Dari Ketuntasan Belajarnya. Tesis:Tidak Diterbitkan