• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING-PROMPTING : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING-PROMPTING : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIKA SISWA SMP

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PROBING-PROMPTING

(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikkan Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia

oleh

Nandang Eka Priatna 0700636

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika

Siswa SMP dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Probing-Prompting

Oleh

Nandang Eka Priatna

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nandang Eka Priatna 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIK SISWA SMP

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PROBING-PROMPTING

Oleh

Nandang Eka Priatna

0700636

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Kusnandi, M.Si. NIP. 196903301993031002

Pembimbing II

Eyus Sudihartini, S.Pd., M.Pd. NIP. 19840404282009122004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

BAB I KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Analisis Matematik ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

C. Teknik Probing-prompting ... 9

D. Hipotesis Penelitian ... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 14

B. Populasi dan Sampel ... 14

1. Populasi ... 14

2. Sampel ... 15

C. Variabel Penelitian ... 15

D. Instrumen Penelitian ... 15

1. Bahan Ajar ... 15

(5)

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 16

2. Instrumen Pengumpul Data ... 16

a. Instrumen Tes ... 16

1) Validitas ... 17

2) Reliabilitas ... 18

3) Daya Pembeda ... 18

4) Indeks Kesukaran ... 19

b. Instrumen Non-tes ... 20

E. Prosedur Penelitian ... 21

F. Teknik Analisis Data ... 23

1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 23

2. Teknik Anlisis Data Kualitatif ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Analisis Data Kemampuan Analisis Matematik ... 29

a. Analisis Data Pretes ... 29

b. Analisis Data Postes ... 32

c. Analisis Data Indeks Gain ... 36

2. Analisis Data Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing-Prompting ... 40

B. Pembahasan ... 44

1. Kemampuan Analisis Matematika Siswa ... 44

2. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing-Prompting . 46 3. Deskripsi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Probing-Prompting ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 49

(6)

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 52

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika membahas tentang kualitas pendidikan sudah tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses pembelajaran, dalam hal ini lebih dikhususkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Melalui suatu proses pembelajaran siswa dapat menemukan makna atau pengetahuan dari materi pelajaran dan kemudian menyimpannya dalam ingatan. Belajar merupakan suatu proses bagi siswa untuk membangun pengetahuan, oleh karena iu siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep atau persoalan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Frankl dalam (Supardi, 2011:1) bahwa untuk menemukan pemahaman secara baik bisa dilakukan dengan cara mengerjakannya, mengalami, ataupun berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian pandangan orang mengenai matematika mengalami perubahan dari matematika sebagai alat menjadi matematika sebagai aktivitas manusia.

Pemahaman konsep matematika sangat diperlukan agar siswa dapat menerapkan dan mengaplikasikannya dalam permasalahan matematika, dengan demikian mereka dapat menganalisis sebuah permasalahan matematika. Rusgianto dalam (Supardi, 2011:2) mengatakan bahwa banyak siswa yang memiliki prestasi tinggi dalam matematika tetapi pada kenyataannya mereka tidak benar-benar mengerti dan paham tentang materi yang dipelajarinya.

(8)

2

Hasil Trends in International Math and Science Survey (TIMSS) 2011 mengungkapkan bahwa hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance (memerlukan penalaran), sedangkan Malaysia dan Thailand berturut-turut sebanyak 18% dan 12% siswanya dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance. Indonesia bahkan jauh tertinggal dari Singapore yang masih merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yaitu sebanyak 70% siswanya sudah dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori tinggi dan advance. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam kategori rendah (hanya memerlukan pengetahuan dan hapalan). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 1.

Diagram 1

Hasil Trends in International Math and Science Survey (TIMSS) 2011

(9)

3

manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu yang diajarkan kepada siswa di Indonesia berbeda dengan tuntutan zaman.

Menurut Bloom dalam (Ruseffendi, 2006:220), kemampuan daerah kognitif itu dapat dibagi kedalam 6 kelompok besar yang tersusun menurut kesukarannya. Aspek-aspek tersebut bila diurutkan dari yang paling sederhana kepada yang paling kompleks adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Jika kita hubungkan hasil-hasil penelitian dari TIMSS tahun 2011 dan PISA tahun 2009 dengan taksonomi Bloom maka dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa di Indonesia baru mencapai kemampuan aplikasi dan belum mencapai kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pemerintah Indonesia saat ini mencoba untuk memperbaiki kekurangan tersebut salah satunya dengan cara membuat kurikulum baru. Dalam uji publik kurikulum 2013 diungkapkan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma belajar di abad 21. Pergeseran paradigma berdasarkan uji publik kurikulum 2013 tersebut dapat dilihat berikut ini.

Jelas terlihat dalam diagram tersebut bahwa pembelajaran akan diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin).

(10)

4

mengalami kegagalan, karena siswa tidak dituntut untuk belajar secara bermakna karena guru terus menerus memberikan materi untuk membangun pengetahuan siswa tanpa melibatkan siswa secara aktif sehingga menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar. Dengan demikian, muncul dugaan untuk mengarahkan siswa agar dapat meningkatkan kemampuan analisis matematika dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru di sekolah saat ini. Pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan belum sepenuhnya memberikan kontribusi dalam mengembangkan kemampuan matematika tingkat tinggi siswa dan sikap positif siswa terhadap matematika. Sebagaimana yang diungkapkan Herman (Lestari, 2008 : 8) bahwa pembelajaran yang hanya menyampaikan informasi tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak dapat mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis.

Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan keleluasaan berpikir kepada siswa adalah model pembelajaran yang sifatnya menuntun dan menggali pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang dipelajari. Model pembelajaran seperti ini dikenal dengan model

probing-prompting. Model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting

merupakan suatu model pembelajaran dengan cara guru menyajikan pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

(11)

5

penelitian Rosdiana, Muflihin (2010) melakukan penelitian menggunakan pembelajaran probing-prompting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Muflihin mengungkapkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran dengan teknik

probing-prompting tidak lebih baik daripada siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional. Namun lebih lanjut diungkapkan Muflihin bahwa dilihat dari segi kualitas peningkatannya, siswa yang menggunakan pembelajaran dengan teknik probing-prompting memiliki kualitas peningkatan yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan analisis matematika siswa SMP dengan model pembelajaran kooperatif tipe

probing-prompting.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah:

1. Apakah kemampuan analisis matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional?

2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah kemampuan analisis matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan teknik

(12)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, diantaranya:

1. Siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan kemampuan analisis matematik.

2. Guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru memiliki tambahan model pembelajaran untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga merangsang minat siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika serta kegiatan pembelajaranpun lebih variatif.

3. Peneliti

Melalui penelitian ini diharapkan peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan lebih sebagai salah satu lagkah untuk menjadi guru profesional.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah yang harus didefinisikan dengan jelas yaitu: 1. Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk memecah atau

menguraikan suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Agar siswa mampu menguraikan materi menjadi komponen-komponennya, menemukan relasi antara komponen, dan pengamatan organisasi komponen-komponen.

(13)

7

(14)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan analisis matematika siswa yang pembelajaran matematikanya melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Siswa memberikan respon positif untuk ketiga aspek pada pernyataan angket yang diajukan, yakni pada aspek minat sebagian besar siswa bersikap positif, begitu pula pada aspek kesungguhan dan pada aspek manfaat sebagian besar siswa bersikap positif. Artinya sebagian besar siswa berminat, bersunguh-sunguh, dan merasakan manfaat dari pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Guru harus selalu memberikan motivasi agar siswa dapat mengajukan pertanyaan jika mengalami kebuntuan dalam mengerjakan persoalan. 2. Pembelajaran probing-prompting akan sulit jika siswa tidak aktif dalam

mengajukan pertanyaan jika mendapat kesulitan dalam mengerjakan persoalan. Jika hal ini terjadi, maka guru dapat mencairkan suasana terlebih dahulu dengan memberikan permainan sederhana atau hal lain yang dapat memacu semangat siswa.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N. (2012). Penerapan Rangking Task Excercise Dalam Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa. Skripsi:Tidak Diterbitkan

Anen. (2012). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Melalui Pembelajaran Berbasis Superitem. Skripsi FFPMIPA UPI:Tidak

Diterbitkan

Elianur, R. (2011). Indonesia Peringkat 10 besar terbawah dari 65 Negara

Peserta PISA. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/ 2011/01

/30/indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-negara-eserta-pisa-338464.html

Herdian. (2010). Kemampuan Berpikir Analitis. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berpikir-analitis/

Lestari, A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Muflihin. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi

FFPMIPA UPI:Tidak Diterbitkan

Rosdiana, N. (2010). Penggunaan Teknik Probing-Prompting pada Pembelajaran

Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FFPMIPA UPI:Tidak Diterbitkan

Ruseffendi, E. T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press

Ruseffendi, E. T. (2006). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya. Bandung:Tarsito

Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa

SMPAntara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi FPMIPA UPI:Tidak

Diterbitkan

Sudjana, N. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

(16)

51

Supardi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa Sma

Melalui Pembelajaran Dengan Model Reciprocal Teaching Dilihat Dari Ketuntasan Belajarnya. Tesis:Tidak Diterbitkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dicapai adalah para peserta dalam mengikuti pelatihan merasa memperoleh sesuatu pemahaman yang sangat berarti khususnya dalam hal bagaimana membelajarkan permainan

Jadi pada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban awal Fi, yang bekerja pada sambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat beban maksimum, Pmax, maka beban

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR. BOGOR

David Groth and Toby Skandier,Network+ Study Guide(4th Edition), Sybex,AlamedaCA, 2005, pp?.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan RI dan/atau laut lepas, yang tidak memiliki

(Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di Kelas VIII-C SMP Negeri 7 Ciamis pada tanggal 12 Nopember 2016).. Keadaan seperti di atas jika

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum