• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Probing Prompting (Ptk Pada Siswa Kelas Viii Semester Genap Smp Negeri 2 Banyudono T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Probing Prompting (Ptk Pada Siswa Kelas Viii Semester Genap Smp Negeri 2 Banyudono T"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

PROBING PROMPTING

(PTK pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Banyudono Tahun Ajaran 2011/2012)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

VISI MAHYASTUTI A 410 080 242

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

PROBING PTOMPTING

(PTK pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Banyudono Tahun Ajaran 2011/2012)

Oleh

Visi Mahyastuti1, Sutama2, dan Sri Sutarni3 1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, is_visi_misi@yahoo.co.id 2

Staf Pengajar UMS Surakarta, sutama_mpd@yahoo.com 3

Staf Pengajar UMS Surakarta, srisutarni@yahoo.com

ABSTRACT

Purpose of the study described an increase in the ability of reasoning and mathematical connections with learning strategies Probing prompting. This type of research is action research class. Subjects were students in grade VIII A junior N 2 Banyudono, amounting to 33 students. Methods of data collection is done by observation, testing, field notes and documentation. Methods of data analysis techniques with the flow. Validity of data is done by triangulation of sources. The results showed an increase in: (1) mathematical reasoning ability was observed from (a) the ability to ask the alleged prior act of 27.27% up to 71.87%, (b) perform mathematical manipulations before the action 24.24% up to 87.5%, (c) draw the logical conclusion before the action 18.18% up to 78.12% at the end of the action. (2) the ability of mathematical connections observed from (a) the ability to write in the form of math problems before the act of 30.30% up to 90.62%, (b) understand math concepts before action 30.30% up to 78.12%, and (c) understand the relationships between objects and concepts of mathematics before action 21.21% up to 75% at the end of the action.

(5)

PENDAHULUAN

Matematika, bagi sebagian kecil siswa merupakan mata pelajaran yang paling

digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun, bagi sebagian besar siswa, matematika merupakan mata pelajaran yang amat berat, sulit, menakutkan, bahkan

dibenci, akhirnya matematika dianggap sebagai momok. Matematika sering dikeluhkan sebagai mata pelajaran yang membosankan, sehingga sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya.

Kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran matematika mengakibatkan turunnya konsentrasi belajar matematika. Konsentrasi belajar itu tidak datang dengan

sendirinya atau bukan dikarenakan pembawaan bakat seseorang yang dibawa sejak lahir. Melainkan konsentrasi belajar itu harus diciptakan dan direncanakan serta

dijadikan kebiasaan belajar. Setiap orang pada dasarnya punya potensi dan kemampuan yang sama untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar seseorang akan mempengaruhi tingkat daya nalarnya (Surya, 2009).

Penalaran sebagai suatu kegiatan yang bersifat logis dan analitik. Kemampuan berpikir atau bernalar secara logis dan analitik merupakan modal utama untuk

menguasai ilmu pengetahuan (Kamsiyati, 2011: 63). Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan belajar matematika pada siswa menuntut kemampuan penalaran untuk mengubah persoalan matematika menjadi kalimat matematika.

Selain penalaran, ada aspek lain yang perlu dimiliki oleh siswa untuk menunjang keberhasilan belajar matematika, yaitu kemampuan koneksi matematika

(6)

siswa memahami konsep-konsep matematika secara internal atau yang berhubungan dengan matematika itu sendiri maupun eksternal atau yang berhubungan dengan

bidang lain atau kehidupan sehari-hari (Listyotami, 2011). Maka, siswa harus banyak diberi kesempatan untuk melihat keterkaitan-keterkaitan tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menyikapi kurang optimalnya kemampuan penalaran dan koneksi matematika siswa adalah dengan melalui pemilihan metode atau pendekatan yang tepat dalam pembelajaran matematika. Strategi pembelajaran

probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali, sehingga terjadi proses berpikir

yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Melalui strategi pembelajaran ini, proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus mulai fokus terhadap pembelajaran dan berpikir secara kritis. Siswa akan dengan segera

meningkatkan daya nalar dan koneksinya terhadap pembelajaran yang disampaikan, karena setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah dengan strategi pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika pada siswa? (2) Apakah dengan

(7)

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk: (1) mendeskripsikan peningkatan kemampuan penalaran matematika melalui strategi pembelajaran

Probing Prompting. (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan koneksi matematika melalui strategi pembelajaran Probing Prompting.

Penerapan strategi pembelajaran probing prompting ini akan membawa manfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan manfaat atau kontribusi bagi pengembangan pembelajaran matematika

di kelas. Manfaat praktis penelitian ini adalah (1) sebagai penambah wawasan dan alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya peningkatan potensi siswa; (2)

membantu siswa meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematikanya; (3) memberi sumbangan yang baik bagi lembaga pendidikan dalam rangka perbaikan

pembelajaran matematika dan peningkatan mutu sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas

merupakan kegiatan pemecahan masalah dengan langkah-langkah meliputi: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) pengumpulan data (observasi), d) refleksi (Arikunto, 2008: 104). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP

(8)

Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, catatan lapangan, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode alur yang terdiri dari

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan hasil tes dengan observasi

yang lain.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian didasarkan pada data-data yang diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas sebanyak dua siklus, dapat ditunjukkan adanya peningkatan

kemampuan penalaran dan koneksi matematika pada siswa. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan

bersahabat.

Identifikasi mengenai kemampuan penalaran dan koneksi matematika siswa dimulai dari observasi pendahuluan sampai dengan tindakan kelas siklus II dapat

(9)
[image:9.612.125.528.169.337.2]

Tabel 1

Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

No Indikator

Sebelum Tindakan (33 siswa) Siklus I (33 siswa) Siklus II (32 siswa)

1 Mengajukan dugaan 9 siswa

(27, 27%)

17 siswa (51, 51%)

23 siswa (71, 87%)

2 Melakukan manipulasi matematika 8 siswa (24, 24%)

17 siswa (51, 51%)

28 siswa (87, 5%)

3 Menarik kesimpulan logis 6 siswa (18, 18%) 14 siswa (42, 42%) 25 siswa (78, 12%) Tabel 2

Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

No Indikator

Sebelum Tindakan (33 siswa) Siklus I (33 siswa) Siklus II (32 siswa) 1 Menuliskan permasalahan dalam

bentuk model matematika

10 siswa (30, 30%) 16 siswa (54, 54%) 29 siswa (90, 62%)

2 Memahami konsep matematika 10 siswa (30, 30%)

14 siswa (42, 42%)

25 siswa (78, 12%) 3 Memahami hubungan antara

obyek dan konsep matematika

7 siswa (21, 21%) 12 siswa (36, 36%) 24 siswa (75%)

[image:9.612.125.528.419.592.2]
(10)
[image:10.612.138.512.165.390.2] [image:10.612.143.511.451.678.2]

Gambar 1

Grafik Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Gambar 2

Grafik Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

0 5 10 15 20 25 30 Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

mengajukan dugaan melakukan manipulasi matematika menarik kesimpulan logis 0 5 10 15 20 25 30 35 Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

menuliskan

permasalahan dalam model matematika

memahami konsep

(11)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa dari tindakan kelas siklus I sampai siklus II berdampak pada peningkatan kemampuan penalaran dan

koneksi matematika siswa kelas VIII A. Peningkatan tersebut terjadi selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran probing prompting.

Tindakan yang dilakukan oleh guru dalam setiap siklus membantu siswa untuk menggali pengetahuan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun. Siswa diarahkan untuk menggunakan proses berpikirnya dan didorong untuk meningkatkan

kualitas jawabannya. Pembelajaran matematika dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembelajaran Probing Prompting. Sebelum menerapkan strategi

pembelajaran ini, guru menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Pertanyaan – pertanyaan disusun dengan baik agar dapat menuntun pada

jawaban yang benar. Sebab, pertanyaan yang jelek akan menjauhkan kita dari jawaban yang memuaskan.

Pernyataan di atas senada dengan apa yang telah disimpulkan oleh Baig dan

Halai (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Learning Mathematical Rules with

Reasoning”. Di dalam penelitiannya disampaikan bahwa mereka menemukan

beberapa faktor yang dapat meningkatkan proses penalaran siswa. Untuk mengembangkan kemampuan penalaran siswa, guru harus merancang pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan menemukan jawaban yang

benar. Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan lingkungan kelas yang kondusif, sehingga membantu siswa untuk mengekspresikan diri tanpa

(12)

Penelitian serupa juga ditegaskan oleh Rule (2007) dalam penelitiannya di New York bagian tengah yang menyimpulkan bahwa pembelajaran di sekolah yang

menggunakan mystery boxes lebih baik daripada sekolah-sekolah dasar lain pada umumnya. Siswa lebih antusias dengan permainan yang menggunakan strategi yang

bervariasi untuk mengatasi kelemahan dalam menjawab pertanyaan, kesulitan dalam memperhatikan, mengingat dan menganalisis informasi, serta yang kurang fokus terhadap pembelajaran.

Peran pertanyaan dari guru sangatlah penting, karena pada saat guru memberikan pertanyaan siswa berusaha menjelaskan jawaban sesuai pendapat

mereka. Guru menilai dengan melihat berapa banyak siswa yang mengerti. Siswa yang mampu menjelaskan pendapat diartikan telah berpikir, sehingga guru dengan

mudah mengevaluasinya.

Penelitian mengenai peningkatan kemampuan bernalar juga dilakukan oleh Nur Farida Zamani (2007) yang menyatakan bahwa dengan menerapkan pendekatan

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Persamaan penelitian tersebut di atas dengan penelitian peneliti terletak pada

variabel yang ditingkatkan, yaitu kemampuan bernalar matematika pada siswa. Perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan. Peneliti menggunakan strategi probing prompting untuk meningkatkan kemampuan penalaran

matematika, sedangkan peneliti terdahulu masing-masing menggunakan pendekatan partisipasi aktif (Baig dan Halai), mystery boxes (Rule) dan pendekatan kooperatif

(13)

Selain dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika, pertanyaan yang baik dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika pada siswa. Siswa

dituntun untuk mengaitkan jalan pikirannya dengan materi yang lain atau dengan pengalamannya.

Penelitian tentang peningkatan kemampuan koneksi matematika pada siswa pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Mega Kusuma Listyotami (2011) menyatakan bahwa dengan model pembelajaran

learning cycle “5E” dapat meningkatkan kemampuan koneksi siswa. Pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle “5E” dapat membuat siswa

lebih fokus dalam pembelajaran, sehingga kelas dapat terkondisi dengan baik.

Penelitian mengenai peningkatan kemampuan koneksi matematika juga

dilakukan oleh Irma Agussetyana Saputri (2011) yang menyatakan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran time token and student facilitator and explainning dapat meningkatkan koneksi belajar matematika siswa

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan. Peneliti terdahulu masing-masing menggunakan

model pembelajaran learning cycle “5E” (Listyotami) dan pembelajaran time token and student facilitator and explainning (Saputri), sedangkan peneliti sekarang menerapkan strategi pembelajaran probing prompting untuk meningkatkan

kemampuan koneksi matematika pada siswa.

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan oleh guru matematika sudah

(14)

pembelajaran, guru berhasil menerapkan strategi pembelajaran probing prompting untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika pada siswa. Pada penelitian ini,

peningkatan yang optimal terjadi karena adanya perbaikan-perbaikan. Perbaikan dilakukan antar siklus dengan mengacu pada beberapa hal yang dicatat pada saat

siklus berlangsung, sehingga dapat menjadi masukan bagi siklus berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tindak mengajar yang telah dibahas di atas memberikan hasil yang memuaskan dan dipandang memberikan

kontribusi yang cukup untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematika dalam pembelajaran. Hal tersebut mendukung diterimanya hipotesis

penelitian tindakan kelas, yaitu (1) Setelah dilakukan pembelajaran dengan strategi

probing prompting, kemampuan penalaran matematika pada siswa dapat meningkat. (2) Setelah dilakukan pembelajaran dengan strategi probing prompting, kemampuan koneksi matematika pada siswa dapat meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan: (1) Strategi pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan kemampuan penalaran

matematika pada siswa yang diamati dari (a) kemampuan mengajukan dugaan, (b) melakukan manipulasi matematika, dan (c) menarik kesimpulan logis; (2) Strategi

(15)

bentuk matematika, (b) memahami konsep matematika, dan (c) memahami hubungan antar obyek dan konsep matematika.

Penerapan strategi pembelajaran Probing Prompting telah diterapkan pada pembelajaran matematika dengan baik. Namun, hasil tersebut masih belum optimal.

Upaya perbaikan dapat dilakukan terus-menerus. Maka dari itu dapat dikemukakan saran-saran sebagai berkut. (1) Kepada guru maematika hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk berpikir logis, dan kritis.

Selain itu guru juga perlu lebih bersikap ramah dan humoris agar suasana pembelajaran menjadi hangat dan menyenangkan. (2) Kepada siswa, diharapkan

mempunyai kelompok belajar sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan menghilangkan persepsi (anggapan) bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit

dan menakutkan. (3) Kepada peneliti berikutnya, dapat melanjutkan penelitian dengan metode dan pokok bahasan yang lebih luas lagi serta indikator penelitian yang berbeda. Misalnya untuk kemampuan penalaran meneliti indikator memeriksa

kesahihan suatu argumen, sedangkan untuk kemampuan koneksi meneliti indikator menggunakan matematika dalam bidang studi lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

(16)

Kamsiyati, Siti. 2011. “Penerapan Pendekatan Matematika Realistik dan Kemampuan

Penalaran dalam Pembelajaran Matematika”. Jurnal Penelitian Pendidikan

Paedagogia, vol. 14, No. 1; 61 – 70.

Listyotami, Mega Kusuma. 2011. Upaya meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII A SMP N 15 Yogyakarta Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle ”5E”. Skripsi. UNY: tidak dipublikasikan.

McGinnis, J. R., McDufie, A. R., and Graeber, A.. 2006. “Perceptions of making

Connections Between Science and Mathematics in a Science Methods

Course”. Journal of Elementary Science Education. Vol. 18. No. 2, 13-27.

Permana, Yanto. 2004. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rule, A. C. 2007. “Mystery Boxes: Helping Children Improve Their Reasoning”.

Early Childhood Education Journal. Vol. 35. No. 1, 13-17.

Saputri, Irma Agussetyana. 2011. Peningkatan Koneksi Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran Time Token dan Student Facilitator and Explaining pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial. Skripsi. UMS: tidak dipublikasikan. Surya, Hendra. 2009. Cara Konsentrasi Belajar. [Online]. Tersedia pada:

http://hendrasurya.blogspot.com/2009/02/cara-konsentrasi-belajar.html. diakses tanggal 16 Januari 2012.

Gambar

Tabel 1
Grafik Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja Pemerintah Daerah : Proksi Rasio Belanja

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini, yaitu sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan penguasaan konsep

From these three panels, the information can be obtained that mortality occurrence follow the pattern of rice planting time in which white stem borer significantly decease when

Akan tetapi, nilai Indeks Peluang yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa kelompok masyarakat dengan pendapatan yang lebih tinggi memiliki peluang

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, meliputi tanggal pengumuman right

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah argumentasi hukum / pertimbangan hakim Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta dalam memberikan putusan bebas terhadap

( transactional processing system ) maka proses pengisian borang akreditasi dapat. dilakukan lebih cepat sehingga akreditasi dapat diproses lebih cepat