BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan Anggaran merupakan bagian dari siklus
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu
indikator penting untuk mengetahui kinerja APBN adalah
dengan mengukur tingkat penyerapan anggaran dalam
pelaksanaan anggaran. Besaran pagu anggaran yang dapat
direalisasikan dapat mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi
pemerintahan antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi,
distribusi yang semakin merata dan stabilitas perekonomian
yang makin terjaga. Mengingat pentingnya penyerapan
anggaran dalam menggerakkan perekonomian bangsa, maka
perlu dilakukan berbagai langkah untuk mendorong percepatan
penyerapan anggaran.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa
Bendahara Umum Negara bertugas untuk mendorong
percepatan realisasi penyerapan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga dalam mencapai sasaran program dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab. Sebagai identifikasi
awal, rendahnya penyerapan anggaran mengindikasikan
adanya permasalahan baik dari sisi teknis maupun regulasi. Hal
evaluasi penyerapan anggaran sehingga dapat diketahui
permasalahannya serta sekaligus mampu memberikan
rekomendasi untuk mengatasi setiap hambatan yang dihadapi.
Guna memberikan pedoman dan standardisasi dalam
pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran,
maka perlu disusun Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi
Penyerapan Anggaran.
1.2. DASAR HUKUM
Yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan Petunjuk
Teknis Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran adalah
sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan;
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.01/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan ;
1.3. PENGERTIAN
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis
informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan dan dilakukan
secara sistematis, kontinu terhadap suatu kegiatan untuk
rencana. Hasil monitoring adalah serangkaian data yang akan
digunakan untuk bahan evaluasi sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi atau langkah-langkah untuk penyempurnaan
selanjutnya.
Evaluasi adalah proses yang mengukur dan memberi nilai secara obyektif dan valid, seberapa besar manfaat
pelayanan yang telah dicapai berdasarkan tujuan dari obyek
yang seharusnya diberikan dan yang nyata apakah hasil-hasil
dalam pelaksanaan telah efektif dan efisien.
Evaluasi merupakan sebuah proses dimana
keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat
keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian
dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Evaluasi ini
dapat dilakukan secara internal oleh mereka yang melakukan
proses yang sedang dievaluasi ataupun oleh pihak lain, dan
dapat dilakukan secara teratur maupun pada saat-saat yang
tidak beraturan. Proses evaluasi dilakukan setelah sebuah
kegiatan selesai, dimana kegunaannya adalah untuk
menilai/menganalisa apakah keluaran, hasil ataupun dampak
dari kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang
Jenis evaluasi
1. Evaluasi awal kegiatan, yaitu penilaian terhadap kesiapan
suatu kegiatan atau mendeteksi kelayakan dari suatu
kegiatan
2. Evaluasi formatif, yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang
telah dicapai selama proses kegiatan dilaksanakan. Waktu
pelaksanaan dilaksanakan secara rutin (per bulan, triwulan,
semester atau tahunan) sesuai dengan kebutuhan informasi
hasil penilaian.
3. Evaluasi sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah
dicapai secara keseluruhan dari awal kegiatan sampai akhir
kegiatan. Waktu pelaksanaan pada saat akhir kegiatan
sesuai dengan jangka waktu proyek dilaksanakan. Untuk
pelaksanaan kegiatan yang memiliki jangka waktu enam
bulan, maka evaluasi sumatif dilaksanakan menjelang akhir
bulan keenam. Untuk evaluasi yang menilai dampak suatu
kegiatan, dapat dilaksanakan setelah kegiatan tersebut
berakhir dan diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata.
1.4. TEKNIK DAN METODE MONITORING DAN EVALUASI Teknik dan metode yang digunakan dalam Monitoring
dan Evaluasi pada dasarnya adalah cara dalam melaksanakan
monitoring dan evaluasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi. Sementara metode
mengacu pada seperangkat pendekatan yang bisa membuat
penggunaan teknik menjadi lebih efektif.
Teknik-teknik dalam monitoring dan evaluasi adalah
pengumpulan data primer dan sekunder, intra dan extrapolation
dari data tersebut. Ada dua jenis data primer: data keras dan
data lunak. Data keras bisa didapat melalui pengukuran
langsung, sementara data lunak berasal dari interpretasi fakta
oleh mereka yang terlibat. Data sekunder bisa dilihat pada data
turunan yang dibuat oleh pihak-pihak lain. Evaluasi dilakukan
melalui penilaian data kinerja dan membandingkannya dengan
output yang diharapkan, outcome ataupun dampak.
Metode monitoring dan evaluasi pada dasarnya
ditentukan oleh model penugasannya, yaitu berupa self
reporting, monitoring langsung ke lapangan, dan penilaian
partisipatif.
Metode pertama dari monitoring dan evaluasi adalah
self reporting. Pada jenis ini pihak yang menjadi objek
monitoring dan evaluasi memberikan laporan secara tetap
mengenai kegiatan yang mereka lakukan, output yang
dihasilkan ataupun data lain yang diperlukan. Monitoring dan
evaluasi jenis self reporting akan baik untuk mengumpulkan
data keras sehari-hari yang dapat diverifikasi oleh personel
Metode kedua dari monitoring dan evaluasi adalah
monitoring langsung ke lapangan. Pada kegiatan monitoring
dan evaluasi jenis ini, tim monitoring akan menetapkan standar
untuk monitoring dan evaluasi yang terdiri dari seperangkat
kriteria dan indikator sebagai daftar acuan pelaksanaan
monitoring ke objek monitoring.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan hasil
penilaian kinerja secara teratur, dan hasilnya dapat
memberikan umpan balik yang nyata kepada manajemen
mengenai kinerja unit manajemennya. Monitoring dan evaluasi
ini dilakukan dengan keyakinan adanya transparansi dari objek
monitoring. Disamping itu tim monitoring dituntut untuk
mempunyai kredibilitas atas tugas yang dilaksanakannya.
Metode ketiga monitoring dan evaluasi adalah penilaian partisipatif. Tipe ini memberikan penekanan pada partisipasi
semua pihak dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi dan
juga memerlukan fasilitator. Fasilitator akan bekerjasama
dengan semua pihak untuk menetapkan acuanuntuk mencapai
kesesuaian legalitas. Pada waktu evaluasi secara regular
ataupun pada waktu-waktu yang sudah disepakati, fasilitator
akan melakukan pertemuan dengan para-pihak untuk
mengevaluasi kinerja dari setiap pihak serta acuan yang telah
ditetapkan secara bersama di awal kegiatan. Monitoring dan
evaluasi partisipatif baik untuk mengenalkan standar-standar
mempunyai elemen peningkatan kapasitas dan menciptakan
kesadaran serta rasa kepemilikan terhadap proses yang
dijalankan.
Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
penyerapan anggaran pada tahap awal dilaksanakan
menggunakan metode ketiga yaitu Penilaian Partisipatif.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tidak dilaksanakan
secara langsung kelapangan tetapi melalui media kuisioner.
Partisipasi dari satuan kerja untuk mengisi kuisioner
penyerapan anggaran sangat menentukan hasil kegiatan
monitoring. Sedangkan Kantor Pusat DJPBN, Kanwil dan KPPN
melaksanakan analisis terhadap kuisioner yang telah diisi oleh
satuan kerja. Pada waktu evaluasi secara regular ataupun pada
waktu-waktu yang sudah disepakati, akan dilakukan pertemuan
untuk mengevaluasi tingkat penyerapan anggaran pada satuan
kerja/Kementerian Negara/Lembaga.
1.5. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Monitoring dan Evaluasi Penyerapan
Anggaran meliputi:
1. Monitoring Penyerapan Anggaran:
Monitoring penyerapan anggaran meliputi pengumpulan,
pengelompokan, pengolahan data pagu dan realisasi
dengan penyerapan anggaran pada Kementerian Negara/
Lembaga. Sumber data menggunakan data dari database
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Evaluasi Penyerapan Anggaran:
Evaluasi penyerapan anggaran untuk memperoleh :
a. Rumusan/kesimpulan tentang identifikasi penyebab
rendahnya penyerapan anggaran dan cara
penyelesaiannya. Identifikasi permasalahan dibagi
menjadi beberapa kategori, sub kategori dan rincian
masalah (Lampiran IV).
b. Rekomendasi/tindakan/kebijakan, baik untuk internal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan maupun kepada
Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran, melalui
desiminasi/sosialisasi, rapat kerja, bimbingan teknis dan
konsultasi maupun kegiatan lain.
Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan
menggunakan evaluasi formatif yaitu penilaian terhadap
realisasi penyerapan anggaran selama proses kegiatan
dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan secara berkala (per
bulan, triwulan, semester). Sedangkan diakhir tahun,
dilaksanakan dengan evaluasi sumatif, yaitu penilaian
realisasi penyerapan anggaran selama satu tahun
1.6. TUJUAN DAN MANFAAT
Dalam rangka mewujudkan disiplin dalam penyerapan
anggaran perlu dilakukan monitoring dan evaluasi penyerapan
anggaran kepada satuan kerja. Monitoring dan evaluasi
penyerapan anggaran dilaksanakan dengan tujuan :
1. Mengetahui tingkat penyerapan anggaran pada tahun
berjalan dan membandingkan dengan periode yang sama
pada tahun-tahun sebelumnya;
2. Mengetahui keterkaitan antara permasalahan dengan
rendahnya penyerapan anggaran yang disajikan dalam
bentuk data sebagai bahan evaluasi.
3. Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi rendahnya
penyerapan anggaran.
Manfaat yang diharapkan dengan dilaksanakannya Monitoring
dan Evaluasi Penyerapan Anggaran sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan
realisasi pelaksanaan anggaran;
2. Sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan percepatan
penyerapan anggaran.
3. Sebagai bahan penyusunan regulasi di bidang pelaksanaan
anggaran bagi Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara (BUN) dan Kementerian Negara/Lembaga
4. Sebagai dasar untuk melaksanakan pembinaan kepada
satuan kerja sehingga diperoleh pemahaman yang sama
atas regulasi dan kebijakan terkait pelaksanaan anggaran;
BAB II
ORGANISASI PELAKSANA DAN PEMBIAYAAN
2.1. ORGANISASI PELAKSANA
Kegiatan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran
di laksanakan oleh:
1. Tim Monitoring Kantor Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Unit Eselon II Pusat terkait.
2. Tim Monitoring Kantor Wilayah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk satuan
kerja pada propinsi wilayah kewenangan Kanwil.
3. Tim Monitoring KPPN dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk satuan kerja
yang pembayarannya dilakukan di KPPN bersangkutan.
2.2. PEMBIAYAAN
Guna mencapai hasil yang optimal, kegiatan monitoring
dan evaluasi perlu didukung dengan ketersediaan dana. Segala
biaya yang timbul dari pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan
Evaluasi Penyerapan anggaran dibebankan pada DIPA tahun
Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan monitoring dan
evaluasi, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
membuat Kerangka Acuan Kegiatan (Term Of Refference/TOR)
Monitoring dan Evaluasi dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Kerangka Acuan Kerja sekurang-kurangnya memuat informasi
mengenai apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan
(when), tujuan (why) dan bagaimana (how) kegiatan
dilaksanakan.
Pembiayaan kegiatan monitoring dan evaluasi
penyerapan anggaran meliputi:
a. Kegiatan monitoring dan pertemuan evaluasi ditingkat
propinsi dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan melibatkan
Bidang Pelaksanaan Anggaran bekerjasama dengan
bagian/bidang lainnya pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, KPPN, Bappeda/Bagian
Keuangan/Perencanaan Daerah setempat.
b. Honor pelaksanaan kegiatan dapat diberikan setelah Surat
Keputusan Tim monitoring dan evaluasi ditetapkan oleh
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
c. Perjalanan dinas dalam rangka monitoring ke luar
d. Perjalanan dinas dalam rangka monitoring di dalam kota
yang diselenggarakan secara fullday dan halfday, kepada
peserta diberikan uang transport sebesar Rp. 110.000,-
(seratus sepuluh ribu rupiah) dan uang saku
setinggi-tingginya 35% (tiga puluh lima persen) dari uang harian
perjalanan dinas dalam negeri dan/atau mengacu pada
Standar Biaya Umum tahun berjalan.
e. Penyusunan RAB Bahan monitoring berdasarkan rincian
pengeluaran sesuai kebutuhan.
f. Biaya pertemuan terdiri dari bahan pertemuan
(penggandaan materi/ fotocopy, supplies komputer,
undangan, dokumentasi, surat-menyurat, komunikasi) dan
konsumsi dipertanggungjawabkan berdasarkan rincian
pengeluaran sesuai kebutuhan.
g. Pelaksanaan kegiatan evaluasi yang memerlukan
perjalanan dinas mengacu pada ketentuan mengenai
BAB III
TAHAPAN PELAKSANAAN
Tahapan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terdiri dari :
1. Inventarisasi, pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisis data
3. Pengumpulan data di lapangan
4. Evaluasi data lapangan
a. Pengumpulan/pengelompokan data lapangan
b. Perumusan/kesimpulan
c. Penentuan langkah-langkah berikutnya
Skema Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran seluruh K/L
Pagu dan Realisasi K/L per‐Propinsi
Analisa satker realisasi
rendah
Satker realisasi rendah
Isi
Kuesioner
Analisa penyebab
rendahnya
realisasi
Analisa penyebab
3.1. SUMBER DAN PENGOLAHAN DATA 3.1.1. Sumber Data
Sumber data pagu menggunakan database
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang disusun sebagai berikut:
1. Per Propinsi
2. Per Bagian Anggaran
3. Per Kewenangan
4. Per KPPN
5. Per Satuan kerja
6. Per Jenis Belanja
3.1.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan
sistem aplikasi yang disusun oleh Tim Monitoring
Kantor Pusat. Penggunaan sistem aplikasi ini
dimaksudkan agar terdapat keseragaman dan
mempermudah dalam proses pengolahan data.
Petunjuk Teknis operasional aplikasi pengolahan data
monev sebagaimana pada lampiran 2.
Uraian dari data yang digunakan dalam aplikasi monev
3.1.2.1. Data Pagu (Tabel-1 Penyerapan Anggaran) Data Pagu yang tercantum dalam DIPA
menunjukkan jumlah dana yang dialokasikan
dan merupakan batas tertinggi yang tidak
dapat dilampaui. Data Pagu disajikan pada
tabel penyerapan anggaran dalam bentuk
data kumulatif dan pada tabel tren realisasi
dalam bentuk data kumulatif.
3.1.2.2. Data Realisasi (Tabel-1 Penyerapan Anggaran)
Realisasi adalah pencairan dana yang telah
disediakan di dalam DIPA sesuai dengan
mekanisme pencairan dana APBN. Data
Realisasi disajikan pada tabel penyerapan
anggaran dalam bentuk data kumulatif dan
pada tabel tren realisasi dalam bentuk data
kumulatif.
3.1.2.3. Data Prosentase Realisasi terhadap Pagu (Tabel-1 Penyerapan Anggaran)
Data ini menunjukkan besarnya prosentase
realisasi terhadap pagu sampai dengan
laporan dibuat secara kumulatif. Data
Prosentase Realisasi terhadap Pagu
3.1.2.4. Tren Realisasi (Tabel 2. Tren Realisasi dan Grafik)
Tren Realisasi berisi data yang
membandingkan antara data realisasi saat
ini dibandingkan dengan data realisasi pada
periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
3.1.2.5. Grafik (Tabel 2. Tren Realisasi dan Grafik) Grafik merupakan presentasi visual dari
tabel-tabel sehingga dapat disajikan dengan
lebih menarik dan mudah dipahami.
3.2. ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yaitu dengan melaksanakan:
1. Analisis perbandingan pagu anggaran dengan realisasi;
2. Analisis perbandingan realisasi tahun berjalan dengan
realisasi tahun lalu.
Pada tingkat propinsi, analisis perbandingan pagu anggaran
dengan realisasi akan diperoleh suatu analisa tingkat
penyerapan dana APBN pada suatu wilayah, diharapkan
analisa ini dapat membantu memantau perkembangan
ekonomi terkait dengan pengeluaran APBN suatu wilayah.
Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu
Anggaran meliputi:
1. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu
Anggaran per Satuan Kerja per Jenis Belanja;
2. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu
Anggaran per Satuan Kerja per Bulan;
3. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu
Anggaran per Satuan Kerja per Jenis Belanja per
Bulan;
4. Analisis Grafik Realisasi.
Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui
progres/capaian penyerapan anggaran yang secara
umum dapat disetarakan dengan progres/capaian
penyelesaian pekerjaan. Disamping itu, dapat
dipantau perkembangan pekerjaan dan realisasi
anggaran setiap bulan dan untuk memprediksi
kapan/pada bulan apa beban kerja akan meningkat
serta dapat diketahui apakah beban kerja sepanjang
tahun telah proporsional.
a. Satuan kerja yang persentase realisasi
penyerapan anggaran dibawah rata-rata nasional
(belanja barang dan belanja modal);
b. Kementerian Negara/Lembaga yang realisasi
penyerapan anggaran paling rendah;
c. Perkiraan awal penyebab yang mempengaruhi
penyerapan anggaran (dapat dilakukan misalnya
dengan melihat alokasi pada DIPA apakah masih
diblokir atau tidak).
Berdasarkan analisis tersebut Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyampaikan
data satuan kerja yang realisasinya dibawah rata-rata
nasional kepada KPPN.
3.2.2. Analisis Realisasi Tahun Berjalan terhadap Realisasi Tahun Lalu
Dilakukan dengan membandingkan realisasi pada
bulan berjalan dengan realisasi pada periode yang
sama tahun-tahun sebelumnya. Maksud dilakukannya
analisis ini adalah untuk mengetahui pola penyerapan
anggaran tahun lalu dibandingkan tahun berjalan
apakah ada perubahan. Dalam hal ini perubahan
yang diharapkan agar penyerapan anggaran dapat
3.3. PENGUMPULAN DATA LAPANGAN
Pelaksanaan monitoring pada dasarnya untuk
mengetahui secara langsung dari stakeholder permasalahan
pelaksanaan kegiatan di lapangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya penyerapan, serta merumuskan
langkah-langkah yang perlu dilakukan selanjutnya.
Sesuai analisis awal, dapat diperoleh kesimpulan sementara:
1. Satuan kerja yang persentase realisasi penyerapan
anggaran dibawah rata-rata nasional;
2. Kementerian Negara/Lembaga yang realisasi penyerapan
anggaran dibawah rata-rata nasional;
3. Perkiraan awal penyebab yang mempengaruhi rendahnya
penyerapan anggaran.
Untuk mengetahui secara langsung permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan di lapangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya penyerapan, dilakukan
pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada
satuan kerja.
Penyampaian kuisioner beserta petunjuk pengisian dan batas
waktu penyelesaian pengisian kuisioner dilakukan oleh Kanwil
Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja yang
pembayarannya dilakukan di KPPN Propinsi. Sedangkan
propinsi, penyampaian kuisioner dilakukan oleh KPPN
setempat sesuai data satuan kerja yang disampaikan oleh
Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Satuan kerja yang mempunyai akses jaringan internet, dapat
mengisi kuisioner melalui jaringan internet secara langsung
dan menyerahkan hardcopy kuisioner ke Kanwil maupun
KPPN. Sedangkan satuan kerja yang belum terkoneksi
dengan jaringan internet atau satuan kerja yang jaringan
internetnya sering mengalami gangguan, dapat mengisi
kuisioner melalui jaringan intranet yang ada pada Kanwil atau
KPPN atau cukup dengan menyerahkan hardcopy kuisioner.
Kanwil atau KPPN selanjutnya menginput kuisioner tersebut
melalui jaringan intranet. Seluruh data kuisioner yang telah
diisi oleh para responden melalui internet maupun intranet
disimpan pada server Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
3.4. EVALUASI PENYEBAB RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN
Tim monitoring (Kantor Pusat, Kanwil dan KPPN) melakukan
evaluasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran melalui
tahapan:
a. Pengumpulan/pengelompokan data lapangan;
b. Analisa data;
Evaluasi penyebab rendahnya realisasi penyerapan anggaran
dilakukan oleh:
• KPPN untuk satuan kerja di Kabupaten/Kota sesuai
wilayah kerjanya
• Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
melakukan evaluasi penyebab rendahnya penyerapan
anggaran yang ada di propinsi wilayah kerjanya serta
satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN
Propinsi.
• Tim Monitoring Kantor Pusat melakukan analisa
penyebab rendahnya penyerapan anggaran ditingkat
nasional berdasarkan data kuisioner dan laporan dari
Kanwil.
3.4.1. Pengelompokan data lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
menghimpun dan mengelompokkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan berdasarkan
kuisioner yang terkumpul. Pengelompokan diurutkan
berdasarkan Kategori, Sub Kategori dan Rincian
Masalah (Lampiran IV), terdiri dari:
1. Kategori Penganggaran dan Dokumen
pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK) dibagi
a. Sub kategori Penganggaran;
b. Sub kategori dokumen pelaksanaan
anggaran;
2. Kategori Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan
Panitia Pengadaan berisi antara lain
permasalahan terkait Pengusulan, penetapan
dan perubahan SK pejabat perbendaharaan yaitu
: Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara
Pengeluaran dan Pejabat Penandatangan SPM
maupun aturan petunjuk pelaksanaan kegiatan,
peraturan pengadaan barang/jasa dan peraturan
mengenai mekanisme pencairan anggaran serta
permasalahan pejabat sebagai panitia
pengadaan. Dibagi menjadi :
a. Sub kategori peraturan dan petunjuk
pelaksanaan
b. Sub kategori panitia pengadaan
3. Kategori Persiapan Pelaksanaan Kegiatan, yaitu
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum
kegiatan dilaksanakan yang dibagi menjadi:
a. Sub Kategori Penunjukan konsultan
Antara lain ketersediaan/kualifikasi
b. Sub Kategori Proses lelang
Antara lain keterbatasan pejabat yang
bersertifikat, SK penetapan panitia lelang,
jadwal pelaksanaan, HPS, tender ulang,
masa sanggah, dan lain-lain
c. Sub Kategori Tanah
Antara lain permasalahan penyelesaian
pembebasan tanah, alokasi pembebasan
tanah, kesediaan pemilik tanah, dan
lain-lain
4. Kategori Pelaksanaan Kegiatan, dimulai terhadap
permasalahan penandatanganan kontrak hingga
kondisi alam yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan kegiatan. Terkait pelaksanaan
kegiatan dirinci:
a. Sub Kategori Dokumen pelaksanaan
Antara lain ketersediaan dokumen kontrak,
perubahan desain, IMB, dan lain-lain
b. Sub Kategori Peralatan/mesin
Antara lain ketersediaan peralatan/mesin,
pemesanan peralatan/mesin, umur
peralatan, dan lain-lain
Antara lain ketersediaan bahan/barang,
spesifikasi bahan/barang, dan lain-lain
d. Sub Kategori Tenaga kerja
Antara lain ketersediaan tenaga kerja,
kualitas tenaga kerja, dan lain-lain
e. Sub Kategori Sarana/prasarana
Antara lain ketersediaannya sarana
transportasi darat, laut maupun udara atau
sarana transport lainnya
f. Sub Kategori Keuangan
Antara lain masalah pencairan di KPPN
maupun pengajuan tagihan oleh pihak
ke-3, ketersediaan dana pendamping,
ketersediaan dana PHLN/PHDN, proses
sertifikasi, registrasi dan inventarisasi yang
mengakibatkan belum dajukannya tagihan,
penandatanganan BAP, kuitansi dan
tagihan yang masih dalam proses dan
lain-lain
g. Sub Kategori Koordinasi
Antara lain terkait dengan perizinan,
kegiatan yang harus ditunda/dibatalkan
Antara lain pengaruh musin kemarau dan
musin hujan
i. Sub Kategori Kegiatan Non Fisik dan
swakelola
Terutama untuk kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sendiri oleh satuan kerja,
antara lain permasalahan terkait
identifikasi, sertifikasi, registrasi,
pelaksanaan kegiatan diklat dll
5. Kategori Bencana Alam dan Masalah Sosial,
antara lain terkait dengan masalah bencana alam
tanah longsor, banjir, kebakaran, kerusuhan dan
lain-lain.
3.4.2. Analisis Data Lapangan
Analisis data lapangan dilakukan berdasarkan hasil
pengelompokan data kuisioner yang diisi/dipilih oleh
responden sesuai kategori, sub kategori dan rincian
permasalahan. Analisis dilakukan dengan
menghitung persentasi jumlah vote/pilihan yang
dipilih oleh responden pada level kategori atau sub
kategori atau rincian permasalahan yang
dibandingkan dengan jumlah total vote/pilihan pada
level kategori atau sub kategori atau pada rincian
masing-masing kategori/sub kategori/rincian masalah
dapat langsung diketahui melalui administrator yang
mengoperasikan aplikasi kuisioner pada KPPN,
Kanwil, maupun Kantor Pusat Direktorat Jenderal
perbendaharaan. Data ini secara otomatis akan
berubah apabila ada data kuisioner baru yang
diisi/dipilih oleh responden. Penggunaan aplikasi
kuisioner ini untuk memudahkan (tidak ada proses
perhitungan secara manual) dan menyeragamkan
dalam proses analisis maupun dalam penentuan
bobot permasalahan nantinya.
Sebagai contoh,
misalnya terdapat 125 orang responden yang mengisi
kuisioner dengan rincian pengisian sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan Persentase Masing-masing
Kategori
Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK)
Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan Panitia
Pengadaan
4. 5.
Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan
Bencana Alam dan Masalah Sosial
∑ Total 170 100%
Cara perhitungan (tabel 1 pada kolom 4) :
Jumlah responden yang memilih mengalami
permasalahan pada kategori dokumen pelaksanaan
anggaran (DIPA & POK) 15 pilihan
Maka nilai persentase pada kategori dokumen
pelaksanaan anggaran (DIPA & POK) adalah :
∑ pilihan berdasarkan kategori No.1
X 100%
Jumlah responden yang memilih mengalami
permasalahan pada kategori peraturan dan petunjuk
pelaksanaan 25 pilihan
Maka nilai persentase pada kategori peraturan dan
∑ pilihan berdasarkan kategori No.2
X 100%
Demikian seterusnya dilakukan perhitungan
persentase untuk masing-masing kategori sehingga
diperoleh data sebagaimana tabel 1 diatas.
Selanjutnya juga dilakukan perhitungan persentase
berdasarkan sub kategori.
Misalnya dari contoh diatas, terdapat 85 responden
yang mengalami permasalahan pada kategori
pelaksanaan kegiatan dilapangan dengan rincian
berdasarkan sub kategori yaitu:
Tabel 2. Perhitungan Persentase Masing-masing Sub
Kategori
pada kategori pelaksanaan kegiatan
No Sub Kategori ∑pilihan %
1 2 3 4
1. 2. 3.
4.
Tenaga kerja
Sarana dan prasarana Keuangan
Koordinasi Cuaca
Kegiatan non fisik dan swakelola
Cara perhitungan (tabel 2 pada kolom 4):
Jumlah pilihan pada sub kategori dokumen
pelaksanaan adalah 65 pilihan, maka nilai persentase
sub kategori dokumen pelaksanaan adalah :
∑ pilihan berdasarkan sub
kategori No.1
X 100%
65 27%
= = =
∑ total pilihan seluruh sub kategori pada
kategori pelaksanaan
kegiatan
240
Jumlah pilihan pada sub kategori peralatan dan
mesin adalah 25 pilihan, maka bobot permasalahan
∑ pilihan berdasarkan sub
kategori No.2
X 100%
25 10%
= = =
∑ total pilihan seluruh sub kategori pada
kategori pelaksanaan
kegiatan
240
Demikian seterusnya dilakukan perhitungan
persentase untuk masing-masing sub kategori
sehingga diperoleh data sebagaimana tabel 2 diatas.
Selanjutnya juga dilakukan perhitungan yang sama
untuk rincian masalah pada setiap sub kategori.
Perhitungan persentase dilakukan secara otomatis
menggunakan aplikasi kuisioner yang telah dibangun
para programmer dari Direktorat Sistem
Perbendaharaan.
3.4.3. Perumusan/kesimpulan
Perumusan/kesimpulan dilakukan menggunakan data
hasil analisa data lapangan. Penentuan
permasalahan yang paling dominan mempengaruhi
tingkat penyerapan anggaran ditentukan berdasarkan
memilih mengalami permasalahan baik pada level
Dari table 1, apabila diurut berdasarkan nilai
persentase terbesar maka diperoleh data sebagai
berikut pada tabel 3.
Tabel 3. Urutan Kategori Berdasarkan Nilai
Persentase Terbesar
No Kategori ∑
Pilihan Bobot
1 2 3 4
Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan
Panitia Pengadaan
Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK)
Bencana Alam dan Masalah Sosial
Berdasarkan angka diatas, dapat ditentukan bahwa
tingkat penyerapan anggaran secara berurutan
dipengaruhi oleh kategori pelaksanaan kegiatan,
persiapan pelaksanaan kegiatan, peraturan, petunjuk
pelaksanaan dan panitia pengadaan, penganggaran
dan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan
Selanjutnya berdasarkan tabel 2. juga dilakukan
penyusunan sub kategori berdasarkan nilai
persentase terbesar (tabel 4).
Tabel 4. Urutan Sub Kategori Berdasarkan Nilai
Persentase Terbesar
Pada Kategori Pelaksanaan Kegiatan
No Sub Kategori ∑pilihan Bobot
1 2 3 4
Dokumen pelaksanaan Kegiatan non fisik dan swakelola
Bahan/barang Peralatan dan mesin Keuangan
Koordinasi
Sarana dan prasarana Tenaga kerja
Cuaca
Berdasarkan data diatas, dapat ditentukan secara
berurutan bahwa sub kategori yang paling
mempengaruhi pada kategori pelaksanaan kegiatan
dilapangan yaitu dokumen pelaksanaan, kegiatan non
fisik dan swakelola, bahan/barang, keuangan,
peralatan dan mesin, koordinasi, sarana dan
Selanjutnya juga dilakukan hal yang sama untuk
rincian permasalahan pada sub ketegori tertentu yaitu
menentukan permasalahan yang paling dominan
dipilih oleh para responden dengan membandingkan
jumlah pilihan pada suatu rincian masalah dengan
total pilihan pada rincian masalah yang ada pada sub
kategori tertentu.
3.4.4. PENENTUAN LANGKAH-LANGKAH BERIKUTNYA Berdasarkan faktor-faktor yang paling mempengaruhi
rendahnya penyerapan anggaran, akan
mempermudah untuk melakukan identifikasi
langkah-langkah yang perlu dilakukan. Langkah-langkah-langkah yang
dilakukan harus disesuaikan dengan kewenangan
penanganannya baik oleh KPPN, Kanwil, maupun
Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan. Sedangkan
permasalahan yang tidak dapat ditangani langsung,
akan disampaikan kepada Instansi yang berwenang
untuk penyelesaiannya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja,
Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan dalam upaya
2. Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis
bagi pelaku kegiatan, antara lain :
a. Sosialisasi penyusunan dan revisi DIPA
serta peraturan terkait dengan pelaksanaan
anggaran
b. Bimbingan teknis aplikasi DIPA (penyusunan
dan revisi)
c. Bimbingan teknis penyusunan Petunjuk
Operasional Kegiatan/POK (rencana
kegiatan dan rencana penarikan)
d. Bimbingan teknis pengadaan barang dan
jasa
e. Sosialisasi mekanisme pembayaran atas
beban APBN (tingkat satuan kerja maupun
KPPN)
f. Bimbingan teknis lainnya berhubungan
dengan pelaksanaan anggaran.
3. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka
percepatan penyerapan anggaran.
4. Konsultasi secara berjenjang, dari tingkat
kabupaten/kota ke tingkat provinsi, dan
Dalam tahap penetuan langkah-langkah penanganan,
dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada
dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus
dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Disamping itu,
juga harus ditetapkan kebijakan pelaksanaan,
program yang akan dilakukan, jadwal waktu
pelaksanaan, prosedur pelaksanaaan, prosedur
pelaksanaan secara administratif dan operasional
serta alokasi anggaran dan sumber daya.
Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap,
terpadu dan dengan tingkat kesalahan yang paling
minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah
dokumen yang bebas dari koreksi, karena sebagai
acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian,
perencanaan harus terus disempurnakan secara
interaktif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi pada proses
selanjutnya/pelaksanaan dilapangan.
Dalam tahapan pelaksanaan pihak-pihak yang terlibat
lebih beragam. Oleh sebab itu dibutuhkan koordinasi
terpadu untuk mencapai keserasian dan
keseimbangan kerja. Pada tahapan ini harus
ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang
menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta
BAB IV PELAPORAN
Laporan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran
disusun setiap akhir bulan secara berjenjang. Tim monitoring
KPPN menyampaikan laporan kepada Tim monitoring Kantor
Wilayah. Tim Monitoring Kantor Wilayah menyampaikan laporan
kepada Tim Monitoring Kantor Pusat dengan rincian sebagai
berikut:
4.1 LAPORAN BULANAN
Disampaikan paling lambat tanggal 10 setiap bulan
berikutnya berisi antara lain :
1. Satuan kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum
ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih
ada);
2. Potensi permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh
Kanwil maupun KPPN
3. Laporan lainnya yang dianggap perlu.
4.2 LAPORAN TRIWULANAN (Triwulan I dan Triwulan III) Disampaikan paling lambat tanggal 15 bulan April dan
Oktober (laporan bulanan pada bulan April dan Oktober
1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi
penyerapan anggaran diwilayah kerjanya;
2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan
dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan,
sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan
diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah
kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan seluruh
kegiatan Kanwil dan KPPN);
3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum
ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih
ada);
4. Laporan lainnya yang dianggap perlu.
4.3 LAPORAN SEMESTERAN
Disampaikan paling lambat tanggal 21 bulan Juli dan
Januari tahun berikutnya berisi antara lain :
1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi
penyerapan anggaran diwilayah kerjanya;
2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan
dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan,
sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan
kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan kegiatan
Kanwil dan KPPN);
3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum
ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih
ada);
4. Laporan semesteran merupakan laporan untuk bulan
Juni, sedangkan laporan untuk bulan Desember
sekaligus laporan evaluasi penyerapan anggaran pada
tahun berkenaan;