• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

12 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi

(2)

tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.

(3)

2.1.2 Saham

Saham adalah surat berharga yang dapat dibeli maupun dijual, saham merupakan instrumen ekuitas yaitu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha pada perusahaan atau perseroan terbatas (Robert Ang dalam Hadi, 2013:67). Setiap saham yang meredar memiliki nilai yang disebut dengan harga saham. Fahmi (2015:86) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, yaitu:

1. Kondisi mikro dan makro ekonomi suatu negara

2. Kebijakan perusahaan dalam perluasan usaha, seperti membuka kantor cabang dan kantor cabang pembantu, baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri

3. Pergantian direksi perusahaan secara tiba-tiba

4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan

5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu;

6. Risiko sistematis, adalah suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan mengakibatkan perusahaan ikut terlibat;

7. Efek dari psikologi pasar dan pada akhirnya mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.

Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal lus di msyarakat. Umunya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham

(4)

biasa (common stock). Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu :

1. Dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim :

a. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki

karakteristik gabungan anatara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal :

• Mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut

• Membayar deviden

Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal :

• Ada klaim atas laba dan aset sebelumnya

• Devidennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham

• Memiliki hak tembus dan dapat ditukarkan (convertible) dengan saham biasa

2. Dari segi cara pengalihannya :

a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu

(5)

investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS

b. Saham atas nama (registered stocks) merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu

3. Dari segi kinerja perdagangan :

a. Saham unggulan (blue-chip stocks) yaitu sham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Saham pendapatan (income stocks) yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio)

c. Saham pertumbuhan (growth stocks-well known) yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun

(6)

memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Saham spekulatif (speculative stocks) yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e. Saham siklikal (counter cyclical stocts) yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi yang tidak terpengaruh oelh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan maasyarakat seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (customer goods).

2.1.3 Return Saham

Return saham merupakan salah satu faktor yang mendorong para investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan dalam bentuk saham (Boediono, 2000).

(7)

2.1.3.1 Jenis-Jenis Return Saham

Terdapat dua jenis retun yaitu : “Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi juga berguna dalam penentuan return ekspektasi (ecpected return) dan risiko yang akan datang”. Return realisasi diukur dengan menggunakan return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Sedang rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) dan rata-rata geometric (geometric mean). “return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang”. Return ekpetasi dapat dihitung berdasarkan nilai ekpetasi masa depan, nilai return historis, model return ekspetasi yang ada. Jogiyanto Hartono (2008:195).

Komponen return saham sperti yang dikemukakan oleh Tandelilin (2010:48), menyatakan bahwa return saham terdiri dari :

1. Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu saham yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain juga merupakan hasil yang diperoleh dari selisih antara harga pembelian (kurs beli) dengan harga penjualan (kurs jual). Artinya jika kurs beli lebih kecil dari pada kurs jual maka investor dikatakan memperoleh capital gain dan sebaiknya jika

(8)

kurs beli lebih besar dari kurs jual maka investor akan memperoleh capital loss. Maka capital gain dapat dituliskan sebagai berikut :

𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐺𝑎𝑖𝑛 (𝐿𝑜𝑠𝑠) = 𝑃𝑡−𝑃𝑡−1

𝑃𝑡−1 (Jogiyanto (2011) Keterangan :

Pt = Harga saham periode sekarang Pt-1 = Harga saam periode sebelumnya

2. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi saham. Yield juga merupakan persentase penerimaan kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi dan untuk saham biasa dimana pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar, maka yield dapat dituliskan sebagai berikut (Jogianto, 2011):

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝐷𝑡

𝑃𝑡−1 Keterangan :

Dt = Deviden kas yang dibayarkan Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Pada dasarnya terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu :

1. Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan peusahaan

(9)

2. Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

2.1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham

Faktor yang mempengaruhi return saham terdiri dari dua kategori yaitu : faktor makro dan faktor mikro. Samsul (2008:200) :

1. Faktor makro adalah faktor yang meliputi dari luar perusahaan, meliputi :

a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing, dan kondisi ekonomi internasional

b. Faktor makro non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi masa, dan kasus lingkungan hidup.

2. Faktor mikro adalah faktor yang berada didalam perusahaan itu sendiri, meliputi :

a. Laba bersih per saham b. Nilai buku per saham

c. Rasio utang terhadap ekuitas d. Rasio keuangan lainnya

(10)

2.1.3.3 Metode Perhitungan Return Saham

Mengungat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodic kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung sebagai berikut (Jogianto, 2011) :

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 = 𝑃𝑡−𝑃𝑡−1×100%

𝑃𝑡−1

Keterangan :

Pt = Harga saham sekarang

Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Namun dalam jenisnya return dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Return Realisasi (actual return)

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Actual return digunakan dalam menganalisis data adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham individual periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, dapat ditulis dengan rumus :

𝑅𝑖,𝑡 =𝑃𝑖,𝑡−𝑃𝑖,𝑡−1

𝑃𝑖,𝑡−1 (Jogianto: 2010) Keterangan :

Ri,t = Return Saham i Pada waktu t Pi,t = Harga Saham I pada periode t Pi,t-1 = Harga Saham pada I periode t-1 2. Return Ekspektasi (Expected return)

Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Adapun

(11)

perhitungan Expected return menurut Brown dan Waren dalam (Jogiyanto,2003) yaitu :

𝐸(𝑅𝑖𝑡) = 𝑅𝑚𝑡 Keterangan :

E (Rit) = Tingkat keuntungan saham yang diharapkan pada hari ke t Rmt = Tingkat keuntungan pasar pada periode t

Return rata-rata (average return) dihitung dengan menggunakan rumus :

𝐴𝑅 =(𝑅1+𝑅2+⋯𝑅𝑛)

𝑛 (Jogiyanto, 2009:211) Keterangan :

AR = Average Return R1 = Return periode ke-1 R2 = Return periode ke-2 Rn = Return periode ke-n n = Total jumlah periode

Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus :

𝑅𝑚 = 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 Keterangan : Rm = Return Pasar

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1

(12)

Pendapat-pendapat yang telah dikemukan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa return saham merupakan keuntungan yang diperoleh selama periode investasi yang terdiri dari dividend an capital gain. Dengan melihat dari berbagai komponen return yang ada apakah capital gain (loss) maupun yield. Dibedakan menjadi dua kategori yaitu return realisasi dan return ekspetasi. Dengan mengetahui perbedaan dari kedua jenis return yang didapatkan perhitungannya pun berbeda-beda. Return realisasi bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan, sedangkan return ekspetasi bertujuan untuk mengukur return yang diharapkan akan didapatkan oleh para investor.

2.1.4 Laporan Keuangan

Siklus akuntansi merupakan keseluruhan proses yang dilakukan oleh entitas yang berawal dari sebuah transaksi untuk mengolah data-data keuangan hingga menjadi informasi berupa laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna untuk pengambilan keputusan (Martanti, 2012:86).

2.1.4.1 Pengertian laporan keuangan

Menurut Darmono dan Ashari (2005:13) laporan keuangan merupakan inormasi yang memuat posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberkan oleh pemilik. Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang berada di luar perusahaan.

(13)

Prinsip-prinsip akuntasi yang berlaku umum atau yang sekarang dikenal dengan istilah PSAK (revisi 2009)(Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan) No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian laporan terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang juag menunjukkan hasil pertanggungjawaban amanajemen atas pengunaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan memiliki tujuan yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

2.1.4.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut SFAC No. 1 Objective of Financial Reporting by Business Enterprises (FASB 1978) menjelaskan tujuan laporan keuangan diantaranya :

1. Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and other users in making rational investment, credit, and semilar decisions.

The information should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and economic activities and are willing to study the information with reasonable diligence.

(14)

2. Financial reporting ahould provide information to help present and potential investors and creditors and other users to assess the amounts, timing, and uncertainty of prospective cash receipts. Since investors’ and creditors’ cash flows are related to enterprise cash flows, financial rporting should provide information to help assess the amounts, timing, and uncertainty of prospective net cash inflows to the related enterprise.

3. Financial reporting should provide information about the economic resources of an enterprise; the clains to these resource (obligations); and the effects of transactions, events, and circumstances that cause changes in resources and claims to those resources.

These are sources, direct or indirect, of future cash inflows and cash outflows.

Tujuan pertama laporan keuangan adalah menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang sekaran maupun potensial investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis yang rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk membantu pihak-pihak yang sekarang maupun potensial investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dari deviden dan bunga di masa yang akan datang. Tujuan ketiga adalah laporam keuangan menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomi dari sebuah perusahaan,

(15)

mengklaim sumber-sumber tersebut (obligasi) serta pengaruh dari sebuah transaksi, kejadian dan penyebab adanya perubahan dalam sumber-sumber dan klaimnya. Ketiga tujuan pelaporan keuangan tersebut mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko atas investasi yang dilakukan.

2.1.4.3 Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Darmono dan Ashari (2015:11) selain sebagai alat pertangunggjawaban informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Investor atau pemilik

Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhklan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar deviden. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.

(16)

2. Pemberi pinjaman atau kreditor

Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan pemebrian pinjaman dan kemampuan membayar ansuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak.

3. Pemasok atau kreditor usaha lainnya

Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembel dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.

4. Pelanggan

Dalam beberapa situasi pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerjasama. 5. Karyawan

Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya dalam hal ini perusahaan sebagai tempat menggantungkan tempat hidupnya

6. Pemerintah

Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi seperti sumber alokasi daya, UMK, pajak, pungutan serta bantuan.

(17)

7. Masyarakat

Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisa serta informasi trend dan kemakmuran

2.1.5 Penilaian Kinerja Perusahaan

Langkah pertama dalam pengambilan keputusan ekonomi adalah menegtahui kinerja perusahaan apakah perusahaan memiliki prospek yang baik dalam hal kesehatan keuangan serta stabilitas keuangannya atau tidak. Penelitian ini menggunakan empat alat dalam penilaian kinerja perusahaan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS).

2.1.5.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengundang risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada laink bank) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya,2005:121)(dalam skripsi Hidayat,2015).

Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

(18)

Semakin tinggi rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mengindikasikan bank tersebut semakin sehat (Siamat, 2005:287).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menyediakan modal yang digunakan untuk mengontrol dan mengantisipasi risiko-risiko yang timbul atas kegiatan operasional bank. Semakin tinggi rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank, maka bank semakin baik bank dalam menangani risiko-risiko kerugian sehingga akan kinerja keuangan bank semakin baik juga. Menurut (Taswan, 2010:425 penurunan nilai rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) akan menurunkan kepercayaan masyarakat dan ini berarti mengancam keberlangsungan perusahaan perbankan tersebut.

Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:121).

𝐶𝐴𝑅 = T𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜× 100% Pos – pos yang masuk modal bank adalah :

1. Modal inti terdiri dari

A. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.

B. Agio saham, yaitu selisih laba setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

(19)

C. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih sesudah dikurangi pajak yang telah disetujui.

D. Cadangan tertentu, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu diantaranya:

a. Laba yang ditahan, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota,. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

b. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi dengan tafsiran hutang pajak. c. Minority interdest yaitu modal inti anak perusahaan setelah

dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.

2. Modal Pelengkap, terdiri dari :

A. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

B. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.

(20)

C. Modal Kuasi, modal yang didukung oleh instrumen atau warkaf yang memiliki sifat seperti modal.

D. Pinjaman Subordinasi, pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, minimal 5 tahun dan pelunasanya sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia.

3. Serta modal kantor cabang bank asing terdiri atas dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya di luar Indoneia.

ATMR merupakan pejumlahan baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang telah dikalikan bobotnya masing-masing. Pos-pos yang masuk dalam aktiva antara lain kas, emas, Giro pada Bank Indonesia, Tagihan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, kredit yang disalurkan, penyertaan, aktiva tetap dan inventaris, rupa rupa aktiva, fasilitas kredit yang belum digunakan, jaminan bank, dan kewajiban untuk membeli kembali aktiva bank dengan syarat repurchase agreement. Seluruh aktiva tersebut dikalikan dengan bobot risiko yang telah ditetapkan Bank Indonesia kemudian dan disebut dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

2.1.5.2 Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga suatu saham, dibandingkan dengan laba bersih atau perkiraan laba bersih yang

(21)

didapat dari saham tersebut dalam jangka waktu setahun (Rokhmatussa’dyah dan Suratman, 2009:190). PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham.

Dengan demikian PER merupakan salah satu cara untuk menentukan tingkat keuntungan (return) dengan membandingkan harga saham terhadap laba bersihnya. Oleh karena itu, PER dijadikan sebagai salah satu indikator nilai perusahaan dalam model penelitian. Adapun rumus price earning ratio menurut Fahmi (2014:337) dapat dihitung sebagai berikut:

𝑃𝐸𝑅 =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 Keterangan :

PER = Ratio harga terhadap laba

Market Price Per Share = Harga per lembar saham Earning Per Share = Laba per lembar saham

2.1.5.3 Return On Equity (ROE)

Menurut Sutrisno (2012:223) Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebutkan sebagai rentabilitas modal sendiri.

(22)

Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan. Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir.

Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi (Ang, 1997).

Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak/ Earning After Tax. Rumus ROE adalah sebagai berikut :

𝑅𝑂𝐸 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%

2.1.5.4 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Menurut Tandelilin (2010:374) menjelaskan Earning Per Share (EPS) dapat menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan, tetapi EPS bisa

(23)

dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan.

Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang nantinya menjadi bahan pertimbangan investor dalam menetukan saham. Dengan penilaian yang akurat dan cermat dapat meminimalkan resiko dan membantu investor dalam meraih keuntungan. Secara matematis earning per share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut (Fahmi, 2014:336):

𝐸𝑃𝑆 =𝐸𝐴𝑇 𝑗𝑠𝑏 Keterangan :

EPS = Earning Per Share atau laba per lembar saham EAT = Earning After Tax atau pendapatan setelah pajak Jsb = Jumlah saham yang beredar

2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return Saham

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio keuangan untuk mengukur permodalan. Pada dasarnya semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR), maka bank semakin solvabel. Bank yang memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi, berarti bank memiliki modal yang cukup kuat guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperolehnya. Capital Adequacy Ratio (CAR) yang

(24)

tinggi berarti bank mempunyai kemampuan untuk mengatasi kemungkinan kerugian akibat perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Selain itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) tinggi maka modal sendiri yang dimiliki bank meningkat sehingga tersedia dana yang besar untuk mengembangkan kegiatan bisnis. Dengan kondisi ini memberikan sinyal yang baik kepada investor mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR yang tinggi dan menunjukkan bahwa kondisi bank dalam keadaan prima. Dengan adanya persepsi dari investor bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi sebagai sinyal yang baik yang diberikan oleh bank. Hal tersebut meningkatkan permintaan saham perbankan tersebut sehingga mampu memicu kenaikan harga saham. Pada akhir perolehan return saham akan mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. Dan hal tersebut sesuai dengan teori sinyal (signaling theory) dimana setiap tindakkan perusahaan dalam mengelola perusahaan yang berhungan kegiatan bisnis mengandung informasi yang bersifat baik (good news) maupun buruk (bad news). Informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk pelaku pasar (investor) yang di guankan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi

Hal ini diperkuat dalam penelitian Mohammad Fahri Nor Hidayat (2015) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian Rilla Gantino & Fahri Maulana (2014) dan Novita Dianasari (2012) bertolak belakang dengan penelitian Mohammad Fahri Nor Hidayat (2015) yang

(25)

menyatakan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap return saham Perusahaan.

H1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap return saham

2.2.2 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham

Menurut Gulter dan Yilmas (2008) rasio ini dianggap investor sebagai ukuran kemampuan memprediksi laba di masa depan dari suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna menentukan saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang, dengan pertimbangan jika perusahaan dengan pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai PER yang besar dan sebaliknya. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi.

Semakin tinggi PER menunjukkan prospek harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatan per lembar sahamnya (Arslan, 2014). Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga menyebabkan

(26)

ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan yang kemudian dapat meningkatkan harga saham (Husnan, 2009:75).

Hal ini diperkuat dalam Ningsih, Abdul Halim & Retno Wulandari, 2013) yang menyatakan penelitian (Vivi Seftya bahwa Price Earning Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Penelitian mengenai Price Earning Ratio juga dilakukan oleh (Ida Ayu Ika Maryuni & Gede Suarjaya, 2018) tetapi dengan bertyolak belakang dengan pernyataan diatas yang menyatakan bahwa Price Earning Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

H2 : Price earning ratio berpengaruh terhadap return saham

2.2.3 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham

Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebutkan sebagai rentabilitas modal sendiri. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi.

Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada

(27)

perusahaan yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya return saham. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (Average Shareholders’ Equity) yang dimiliki oleh perusahaan (Ang, 1997).

Hal ini diperkuat dalam penelitian Hani Fitriani (2015) yang menyatakan bahwa Return On Equity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Penelitian mengenai Return On Equity juga dilakukan oleh Lilis Purnamasari (2015) yang beertolak belakang dengan pernyataan diatas menyatakan bahwa Return On Equity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham

H3 : Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham 2.2.4 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham

Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Earning per Share merupakan salah satu indikator keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi. Dalam hal ini perdagangan saham EPS berpengaruh besar terhadap penghasilan return saham yang positif. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari

(28)

setiap lembar saham. Kepercayaan investor kepada emiten selalu dibarengi dengan permintaan akan saham emiten. Apabila permintaan saham naik maka harga sahampun meningkat, maka return saham akan meningkat.

Hal ini diperkuat dalam penelitian Ida Ayu Ika Mayuni & Gede Suarjaya (2018) yang menyatakan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan penelitian dari Risdiyanto dan Suhermin (2016) bertolak belakang dengan pernyatakan diatas yang menyatakan EPS tidak berpengaruh terhadap return saham.

H4: Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham

2.3 Penelitian Terdahulu Table 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Sampel dan periode penelitian Variabel dan

Metode Analisis Hasil 1 Rilla Gantino &

Fahri Maulana (2014) perbankan umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan 2012 berjumlah 72 sampel • Variabel Independen : ROA, CAR, LDR • Variabel Dependen : Return Saham • Metode Analisis : regresi linier berganda, pengujian Statistik Deskriptif dan Uji Determinasi dan Uji Asumsi Klasik • Pengaruh positif dan signifikan rasio profitabilitas yang diwakilkan oleh ROA (Return on Asset) terhadap Return Saham • Pengaruh negatif dan tidak signifikan rasio solvabilitas yang diwakilkan oleh CAR (Capital

(29)

Adequacy Ratio) terhadap Return Saham. • Pengaruh negatif dan signifikan rasio likuiditas yang diwakilkan oleh LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap Return Saham 2 Moh. Zainuddin Arief, Budi Wahono, dan M. Agus Salim (2018) 8 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta memiliki saham aktif selama tahun 2014-2016.

• Variabel Independen : DER, EPS, dan PER • Variabel Dependen : Return Saham • Metode Analisis : Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi Linear Berganda, Uji F, Uji T • DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham • EPS pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham • PER pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham 3 Mohammad Fahri Nor Hidayat (2015) 5 perusahaan perbankan yang secara konsisten tergabung dalam 6 periode pengamatan dalam indeks LQ 45 yang berjumlah 30 sampel • Variabel Independen : ROA, LDR, CAR • Variabel Dependen : return saham • Metode Analisis : analisis linear berganda, uji asumsi klasik, uji T, Koefisien Deerminan (R2) • Return on asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap Return Saham • Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh, karena hasilnya positif dan tidak signifikan terhadap Return Saham • Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan

(30)

terhadap

Return Saham

4 Ida Ayu Ika Mayuni & Gede Suarjaya (2018)

Jumlah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar dan masih aktif di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016 yaitu terdapat 105 perushaan. • Variabel Independen : Return On Asset (ROA), Firm

Size, Earning per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) • Variabel Dependen : Return Saham • Metode Analisis : regresi linier berganda • Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. • Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. • Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. • Price Earning Ratio tidak berpengaruh siginfikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5 Novita Dianasari (2012) 31 bank go public yang terdaftrar di • Variabel Independen : CAR, ROE, • CAR berpengaruh tidak

(31)

Bursa Efek Indonesia tahun 2011. LDR, NPL • Variebel Dependen : Return Saham • Metode Analisis : analisis regresi linier berganda dan sample paired t test signifikan secara parsial terhadap return saham • ROE berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap return saham • LDR berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap return saham • NPL berpengaruh tidak signifikan secara simultan terhadap return saham 6 Hani Fitriani (2015) Laporan keuangan 15 Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan Minuman dari tahun 2012-2013 jadi jumlah sampelnya 30. • Variabel Independen : Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS). • Variabel Dependen : Return Saham • Metode Analisis : Uji Asusmsi Klasik, Analisis Korelasi, dan Analisis Koefisien Determinasi • Return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman • Earning per share berpengaruh namun tidak signifikan terhadap return saham,

(32)

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis PER ROE EPS Return Saham CAR

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai Perda Nomor 18 Tahun 2012, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang perencanaan

Skripsi Fungsi Partikel Akhir Wa dalam Bahasa Jepang. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang .Bandung

Dengan kata lain, meskipun menurut produsennya, barang yang dihasilkannya sudah melalui prosedur kerja yang cukup baik, namun jika tetap belum mampu

Dengan adanya undang undang yang mengatur koordinasi antara pihak Kepolisian dengan Dinas Perhubungan dalam melaksanakan penertiban lalu lintas maka kedua pihak

Berdasarkan ketiga faktor di atas, kemiringan dasar sungai merupakan satu-satunya faktor yang dapat direkayasa untuk meminimalisir efek negatif dari aliran lahar dingin dengan cara

Populasi dalam penelitian ini adalah investor Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).Penelitian ini menggunakan teknik convenience dengan ukuran sampel berkisar 30-500

Berdasarkan hasil temuan tentang implementasi metode ceramah dalam membina akhlak peserta didik di MTs Nurul Barkah Pekon Betung tersebut diketahui bahwa mulai

Silahkan kirimkan formulir Aplikasi Verifikasi Rencana Jalur 3 Anda, disertakan dengan pembayaran, ke kantor IBLCE yang melayani di negara tempat tinggal Anda sesuai yang