• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALIHAN RESIKO PROYEK KONSTRUKSI PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGALIHAN RESIKO PROYEK KONSTRUKSI PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALIHAN RESIKO PROYEK KONSTRUKSI

PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA

Oleh :

Apwiddhal

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang

ABSTRAK

Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi resiko yang cukup tinggi karena sifatnya yang unik dan kompleks. Potensi resiko ini dimulai dari tahap konsep, desain, implementasi dan terminasi. Dewasa ini industri konstruksi semakin menyadari akan petingnya memperhatikan masalah resiko pada pekerjaan-pekerjaan yang ditanganinya, karena kesalahan dalam memperkirakan dan menangani resiko akan menimbulkan dampak pada proyek konstruksi. Potensi-potensi resiko semakin berkembang yang dipicu oleh beberapa kondisi antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya ukuran volume, nilai kontrak, dan kompleksitas proyek. Hal umum yang terjadi, pemilik sebagai pihak yang memiliki kepentingan paling besar pada suatu proyek konstruksi merasa perlu untuk mengalihkan resiko sebanyak-banyaknya kepada kontraktor.

Kata Kunci: resiko, asuransi, jaminan

PENDAHULUAN

Resiko yang ditanggung oleh kontraktor dalam suatu proyek konstruksi tidaklah kecil, misalnya saja terjadi penyimpangan kualitas hasil pekerjan, baik itu akibat perbuatan yang disengaja atau tidak, cara memperbaiki bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi adalah dengan membongkarnya dan membangunnya kembali di tempat yang sama sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Sedang di pihak lain hal tersebut tidak akan merubah biaya dan waktu pelaksanaan yang telah disepakati dalam kontrak, bahkan nantinya bila terjadi keterlambatan akan dikenakan denda, dampak buruk lainnya adalah turunnya reputasi kontraktor tersebut..

Dampak trend tersebut pada industri konstruksi adalah peningkatan konflik dan perselisihan, penyelesaian perselisihan di pengadilan, keterlam- batan penyelesaian pekerjaan, meningkatnya tuntutan (claim), dan perubahan-perubahan pekerjaan (schedule

delay). Kondisi ini menempatkan kontraktor

sebagai pihak yang memiliki posisi sulit dan beresiko tinggi. Untuk itu penanganan resiko

yang akan dihadapi pada suatu proyek penting untuk dilakukan sedini mungkin. Pengetahuan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek mengenai analisis dan penanganan resikopun juga dianggap penting (Rahayu, 2001).

Resiko Proyek Konstruksi

Resiko pada proyek konstruksi adalah suatu kondisi dimana dampak dari terjadinya suatu resiko dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan suatu proyek, seperti waktu penyelesaian, biaya, dan mutu yang disepakati. Tujuan dilakukan manajemen resiko ini adalah untuk menganalisa kemungkinan resiko yang akan dihadapi dalam suatu proyek agar dapat diketahui tindakan apa yang akan dilakukan terhadap resiko tersebut. Dalam Rahayu (2001) dijelaskan resiko diklasifikasikan menurut kebutuhan dalam penanganannya, antara lain: a. Resiko murni dan resiko spekulatif, resiko

murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya satu luaran (outcome) yaitu kerugian (Flanagan,1996), contohnya: kecelakaan kerja di proyek, kegagalan

(2)

pengecoran dan lain-lain. Sedangkan resiko spekulatif mengandung dua luaran yaitu berupa kerugian atau keuntungan, resiko ini dikenal sebagai resiko dinamis, sebagai contoh perusahaan asuransi selaku pihak penjamin akan mendapatkan keuntungan dari jumlah uang premi yang dibayar kontraktor, bila resiko yang dijamin tidak terjadi, kalau resiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi akan mengalami kerugian, karena harus membayar uang pertanggungan sebesar nilia kerugian yang terjadi.

b. Resiko fundamental dan resiko khusus, dimana resiko fundamental adalah resiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan kepada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contohnya banjir, gempa bumi, angin topan, peperangan, kekacauan, inflasi, devaluasi. Sedangkan resiko khusus adalah resiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri dimana sifat dari resiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan, contohnya rusak atau hilangnya barang.

Untuk proyek konstruksi resiko dapat bersumber dari dua hal, pertama bersumber dari keputusan yang diambil dan lingkup proyek (internal), seperti yang berkaitan dengan masalah teknis, finansial, penjadwalan dan organisasi, kedua bersumber dari luar lingkup proyek (eksternal) yaitu alam dan lingkungan termasuk aspek hukum, sosial, ekonomi dan budaya dimana proyek dilaksanakan. Resiko

proyek konstruksi yang ada dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Disain proyek (defective atau faulty design,

incomplete design dan design built ability)

Disain yang salah ata tidak lengkap akan menyulitkan pihak pelaksana (kontraktor), karena bila kontraktor tersebut melaksanakan disain yang salah, kontraktor akan mengalami kerugian biaya dan atau waktu. Kondisi ini menyulitkan kontraktor, karena bila disain tersebut tidak dilakukan, kontraktor harus menunggu disain baru, hal ini tentu saja akan merugikan kontraktor.

2. Dokumen kontrak

Persyaratan-persyaratan umum dan khusus, spesifikasi, daftar volume pekerjaan, addendum yang terdapat dalam dokumen kontrak dapat menjadi sumber resiko proyek konstruksi. Hal ini tersebut dapat terjadi, bila isi kontrak mengandung makna ganda (ambiguity), yang menyebabkan perbedaan penafsiran (misinterpretasi) pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

3. Kondisi alam. Kondisi alam di lokasi proyek berpotensi untuk menimbulkan resiko bagi pekerjaan konstruksi, misalnya curah hujan yang sangat tinggi atau bahkan bencana alam, dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan dan mengakibatkan kerugian/kerusakan.

4. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi

Kegiatan pada suatu proyek, konstruksi membutuhkan sumber daya yang besar, tingkat penguasaan teknologi, dan produk yang spesifik, karakteristik khusus dari proyek konstruksi ini mengandung potensi resiko yang tidak kecil. Pada tahap

(3)

pelaksanaan, berbagai resiko dapat muncul, hal ini timbul karena faktor ketidakpastian dalam tahapan ini bisa sangat besar, bila pelaksana tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang pekerjaan.

5. Kondisi perekonomian

Kondisi perekonomian yang tidak stabil dapat menyulitkan/menghambat kelangsungan pelaksanaan pekerjaan. Ketidakstabilan perekonomian akan sangat mengganggu kegiatan proyek konstruksi, karena kegiatan ini sangat membutuhkan dukungan finansial yang besar, sehingga bila terjadi gangguan pada masalah finansial, seluruh kegiatan konstruksi dapat terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Misalnya proyek konstruksi dikerjakan berdasarkan harga kontrak dalam mata uang rupiah, sedangkan dalam proses konstruksi, dibutuhkan peralatan impor yang harus dibeli dalam mata uang dolar, keadaan ini tentu saja akan menimbulkan kesulitan, karena bila alat-alat itu tidak mampu diimpor maka pekerjaan akan terhenti.

6. Situasi sosial politik

Situasi politik sangat mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Bila terjadi instabilitas politik, maka terdapat keraguan dari pihak investor untuk menanamkan modalnya, dan investor dapat menarik kembali modal yang telah ditanamnya, hal ini tentu saja akan berdampak buruk pada kegiatan konstruksi.

Penanganan Resiko

Berdasarkan pengertian tentang resiko terdapat dua unsur utama dari resiko yaitu ketidakpastian dan kerugian. Unsur

ketidakpastian berhubungan erat dengan sifat possibilistik dan probabilistik (kemungkinan terjadi) dari suatu peristiwa. Unsur-unsur ini mengindikasikan keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi potensi resiko yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian secara fisik maupun finansial. Seiring dengan berkembangnya potensi-potensi resiko proyek konstruksi, maka semakin berkembang pula usaha-usaha untuk menangani permasalahan resiko ini, salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan manajemen resiko.

Pada dasarnya ada beberapa cara/metode dalam manajemen resiko yang dapat dipergunakan untuk menangani resiko proyek konstruksi yaitu:

a. Penghindaran resiko (risk avoidance) b. Pengurangan resiko (risk

reduction/mitigation)

c. Penahanan/pemikulan resiko (risk

retention)

d. Pengalihan resiko (risk transfer)

Keempat metode tersebut dapat diterapkan secara terpisah atau dikombinasikan, tergantung dari strategi yang diterapkan dalam proyek konstruksi yang bersangkutan. Dari keempat metode penanganan resiko diatas, metode pengurangan resiko, penahanan resiko, pengalihan resiko dapat dilakukan melalui mekanisme pembiayaan resiko (risk

financing)

Pembiayaan resiko (risk financing)

merupakan suatu mekanisme pengalokasian dana untuk menangani atau mengatasi resiko-resiko tertentu. Pada metode pengurangan dan penahanan resiko, pembiayaan resiko, digunakan untuk membiayai kegiatan

(4)

pengurangan dan penahanan resiko, tanpa melibatkan pihak penjamin (misal dengan pelatihan dan penyediaan peralatan K3). Sedangkan pada metode pengalihan resiko (risk transfer), pembiayan resiko proyek konstruksi dimaksudkan untuk memberikan kompensasi secara finansial, kepada pihak penjamin yang bersedia menanggung suatu resiko.

Pembiayaan resiko (risk financing) pada metode pengalihan resiko (risk transfer), memungkinkan kontraktor untuk mengalihkan resiko-resiko yang tidak dapat diatasi sendiri ke pihak lain. Bentuk pengalihan resiko tersebut dapat berupa asuransi (insurance) atau jaminan (bond).

Asuransi Sebagai Alternatif Pengalihan Resiko Proyek Konstruksi Di Indonesia

Asuransi merupakan salah satu sarana pengalihan resiko dengan cara pembiayaan resiko (risk financing), dimana kontraktor atau pemilik (owner) bermaksud untuk menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab terhadap kerugian yang diakibatkan oleh timbulnya suatu resiko dengan memindahkan tanggung jawab kepada perusahaan asuransi. Dari pengertian diatas terlihat bahwa asuransi berkaitan erat dengan masalah resiko dan

framework manajemen resiko secara keseluruhan, karena pihak asuransi dalam menentukan jumlah premi yang dibayar sebagai konsekuensi penjaminan perlindungan terhadap kerugian yang timbul akibat suatu resiko, terlebih dahulu melakukan proses manajemen resiko.

Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa jenis asuransi yang digunakan yaitu (Palmer, 1996 dan Hinze 1995 dalam Rahayu, 2001)

a. Commercial General Liability Insurance (CGL Insurance): resiko yang diasuransikan adalah tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak ketiga akibat bodily injury dan property

damage yang disebabkan pelaksanaan

pekerjaan proyek.

b. Operation and Premises Liability Insurance: resiko yang diasuransikan adalah tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak ketiga akibat bodily injury dan

property damage yang disebabkan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan kontraktor.

c. Contractor’s and Owner’s Protective Liability Insurance: resiko yang diasuransikan adalah tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak ketiga bodily injury dan property damage yang disebabkan pekerjaan subkontraktor untuk kontraktor dan owner.

d. Comleted Operation Liability Insurance: Resiko yang diasuransikan adalah tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan akibat

property damage yang terjadi setelah

pembangunan proyek selesai.

e. Contractual Liability Insurance: resiko yang diasuransikan adalah tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan akibat bodily injury dan property

damage yang disebabkan kelalaian subkontraktor dan kontraktor.

f. Professional Liability Insurance: resiko yang

diasuransikan adalah tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan akibat financial losses, bodily

injury dan property damage yang disebabkan kelalaian atau kesalahan yang dilakukan desainer atau engineer.

(5)

g. Dan banyak lagi bentuk asuransi sehubungan dengan pelaksanaan proyek seperti asuransi pemakaian kendaraan proyek, asuransi kerusakan dan kehilangan peralatan dan material saat pengangkutan dan lain-lain.

Jenis asuransi yang dinilai cukup komprehensif dalam industri konstruksi adalah asuransi

Contractor’s All Risk (CAR), asuransi ini

memungkinkan kontraktor memperoleh nilai pertanggungan dari perusahaan asuransi untuk berbagai jenis resiko sekaligus dalam satu paket polis.

Pengertian All Ris’ pada jenis asuransi ini tidak

berarti semua jenis resiko proyek konstruksi akan dijamin, karena luas jaminan dari resiko-resiko tersebut dapat dibatasi atau diperluas dengan penerapan klausula tambahan (endorsement). Untuk perluasan jaminan, pihak tertanggung dikenakan tambahan premi.

Tinjauan Kontrak di Indonesia

Pada peninjauan kontak konstruksi di Indonesia disini digunakan kontrak konstruksi yang dilaksanakan di daerah. Pemilihan kontrak di daerah dilakukan karena tugas yang akan dijalani nanti adalah di daerah terutama kabupaten dan kota. Dalam Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) yang terdiri dari pasal-pasal, dan berdasarkan pasal-pasal yang mencantumkan hal-hal yang berhubungan dengan resiko, jaminan dan atau asuransi adalah sebagai berikut

Pasal tentang Nilai Kontrak, berbunyi

1. Nilai kontrak untuk pelaksanaan pekerjaan ditetapkan dan sudah termasuk

didalammnya adalah beban pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Nilai kontrak tersebut Pasal 4 ayat (1) diatas didasarkan atas harga satuan tetap (fixed unit price) yang perinciannya tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga dalam Dokumen Kontrak

3. Nilai Kontrak tersebut Pasal 4 ayat (1) diatas selain sudah termasuk beban PPN juga sudah termasuk beban Pajak Daerah dan pungutan lainnya yang syah/resmi seperti PPh, Pajak Bahan Galian Golongan C, Asuransi JAMSOSTEK dan SP3 (Sumbangan Pihak ketiga Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga) dan IMB 4. Segala resiko akibat kenaikan harga

material/bahan, peralatan dan upah tenaga selama dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan klaim dalam bentuk apapun kepada PIHAK KESATU

Pasal tentang Jaminan Pekerjaan, berbunyi

1. PIHAK KEDUA harus menyerahkan jaminan pelaksanaan kepada PIHAK KESATU sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak pada saat dilakukan penandatanganan Kontrak

2. Jaminan Pelaksanaan berupa Surat Jaminan dari Bank Umum atau berupa Surety Bond dari perusahaan Asuransi Kerugian / Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah

3. Masa berlakunya Jaminan Pelaksanaan sedikit-dikitnya sama dengan jangan waktu pelaksanaan pekerjaan

4. Jaminan Pelaksanaan akan dikembalikan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK

(6)

KEDUA apabila jangka waktu masa pemeliharaan telah berakhir dan telah dilaksanakan Serah Terima Kedua (FHO) 5. PIHAK KEDUA harus menjamin

pekerjaannya sebagai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai transaksi pembayaran dalam bentuk pemotongan pembayaran pada setiap dilakukan transaksi pembayaran prestasi pekerjaan/pembayaran angsuran (termyn)

6. Jaminan Pemeliharaan akan dibayarkan seluruhnya oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA apabila jangka waktu masa pemeliharaan telah berakhir dan telah dilaksanakan Serah Terima Kedua (FHO)

Pasal tentang Pembayaran Pekerjaan berbunyi

1. Nilai Jaminan Uang Muka sedikit-dikitnya sama dengan nilai uang muka yang diminta dan jangka waktu masa berlakunya jaminan uang muka sedikit-sedikitnya sama dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan

2. Jaminan Uang Muka berupa Surat Jaminan dari Bank Umum atau Surety Bond dari Perusahaan Asuransi Kerugian / Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pasal tentang Resiko Kontraktor, berbunyi

Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua resiko terhadap kehilangan atau kerugian dari phisik barang-barang hak milik dan luka atau meninggal seseorang yang terjadi selama dan sebagai konsekuensi dari tanggung jawabnya didalam pelaksanaan proyek.

Pasal tentang Resiko Pemberi Pekerjaan, berbunyi

Pemberi Pekerjaan akan bertanggung jawab terhadap resiko-resiko yang tidak diharapkan yaitu:

(a). Sepanjang secara langsung berakibat terhadap pelaksanaan pekerjaan di wilayah pemberi pekerjaan, resiko peperangan, permusuhan, invasi, tindakan dari musuh luar negeri, pemberon-takan, revolusi, pemberontakan oleh militer atau perampasan kekuasaan perang sipil, kerusuhan, huru-hara atau kekacauan (kecuali dilarang untuk pegawai-pegawai kontraktor), dan kontaminasi dari setiap bahan bakar nuklir atau sisa-sisa nuklir atau bahan peledak toxid radio aktif, atau

(b). Sesuatu alasan yang disebabkan karena desain dari pekerjaan, selain dari desain yang dibuat oleh kontraktor.

Pasal tentang Asuransi, berbunyi

1. Tanpa mengurangi pertanggung jawaban kontraktor, perlindungan asuransi berikut ini harus disediakan dan dipelihara oleh kontraktor dalam nama bersama antara Pemberi Pekerjaan dan Kontraktor untuk jangka waktu dari tanggal mulai dan berakhirnya Penyampaian Periode Kerusakan atau sampai dengan tanggal terakhir Periode Perbaikan Pekerjaan yang mana yang lebih akhir

(a) Tanggung jawab pihak ketiga dalam satu jumlah yang tidak kurang dari jumlah yang dicantumkan didalam Data Kontrak, untuk setiap klaim atau satu seri klaim yang timbul dari setiap kecelakaan atau kejadian

(b) Kompensasi kerja yang wajar dan/atau asuransi dari Pemberi Pekerjaan yang

(7)

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

(c) Pertanggung jawaban yang wajar terhadap kendaraan dan asuransi kerusakan harta milik tak bergerak dan

(d) Perlindungan terhadap kerusakan dari Pekerjaan dan material-material selama konstruksi.

2. Polis atau sertifikat asuransi harus diserahkan oleh kontraktor kepada pemberi pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum tanggal dimulainya yang tercantum didalam Data Kontrak dan sesudahnya jika diminta oleh Pemberi Pekerjaan.

3. Pemberi Pekerjaan harus diberitahu 30 hari sebelumnya jika terjadi pembatalan atau perubahan dari satu bagian atau keseluruhan dari polis asuransi tersebut.

Pasal tentang Penggantian Kerugian, berbunyi

1. Setiap pihak harus bertanggung jawab terhadap dan mengganti kerugian kepada pihak lainnya terhadap kehilangan, pengeluaran-pengeluaran, dan klaim untuk kehilangan atau kerusakan atas hak milik tidak bergerak, orang yang luka, dan kematian yang disebabkan oleh tindakan-tindakan atau kelalaiannya sendiri.

2. Walaupun terdapat pasal diatas, kontraktor harus tetap bertanggung jawab dan mengganti kerugian dan mencegah terjadinya klaim terhadap pemberi pekerjaan, pertanggung jawaban dan biaya-biaya dari tindakan sehubungan dengan terjadi luka-lukanya seseorang atau kematian seseorang selama pelaksanaan

pekerjaan-pekerjaan oleh kontraktor atau oleh sub-kontraknya.

PENANGANAN KEMUNGKINAN RESIKO

DALAM KONTRAK

Berdasarkan Pasal Nilai Kontrak

Dari pasal ini disebutkan bahwa nilai kontrak dengan harga satuan tetap. Apabila dalam pelaksanaan biaya yang dibutuhkan melebihi dari yang ditetapkan maka resiko ini harus ditanggung oleh kontraktor kecuali ada perubahan volume pekerjaan karena yang tetap disini adalah harga satuan. Selain itu kontraktor juga harus menyetorkan pajak PPN, Pajak Daerah, PPh, Pajak Galian Golongan C, SP3 dan IMB, yang sudah dimasukkan ke harga total kontrak. Untuk Pajak Galian Golongan C, beban biayanya sudah dibebankan kedalam harga material golongan C tersebut, sehingga kontraktor hanya menyetorkan kembali saja.

Asuransi yang diwajibkan pada pasal ini adalah Asuransi Jamsostek yaitu asuransi untuk jaminan sosial tenaga kerja, Permasalahannya adalah mengenai tenaga kerja yang digunakan oleh kontraktor. Umumnya kontraktor di Indonesia tenaga kerja yang digunakan ada dua jenis, yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja lepas.

Tenaga kerja yang di didaftarkan dan di asuransikan adalah tenaga kerja tetap yaitu karyawan tetap perusahaan kontraktor sedangkan tenaga kerja lepas yaitu dari pekerja, tukang, kepala tukang dan mandor merupakan karyawan temporer yang direkrut pada saat proyek akan dilaksanakan. Tenaga kerja lepas ini biasanya tidak didaftarkan sebagai peserta Asuransi Jamsostek, padahal mereka yang memiliki kemungkinan besar mengalami resiko kecelakaan kerja. Hal ini

(8)

perlu menjadi perhatian bagi pemilik (owner) dan menjadi kewajiban kontraktor untuk mengasuransikan.

Perubahan harga material/bahan, peralatan dan upah tenaga kerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pihak Kedua (kontraktor). Untuk mengantisipasi hal ini, kontraktor dalam menetapkan harga satuan material, bahan, peralatan dan upah tenaga kerja harus melakukan kajian untuk jangka waktu selama masa pelaksanaan proyek. Hal ini perlu dilaksanakan agar proyek dapat dilaksanakan dengan biaya sesuai kontrak sehingga dapat dicapai waktu dan mutu yang direncanakan. Antisipasi perubahan harga satuan ini dapat dimasukkan pada biaya kontingensi.

Berdasarkan Pasal Jaminan Pelaksanaan Ada dua jaminan yang disyaratkan yaitu jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan. Jaminan pelaksanaan berupa surat jaminan dari Bank Umum atau dari perusahaan asuransi kerugian. Dalam pengurusan surat jaminan merupakan beban biaya bagi kontraktor. Sedangkan jaminan pemeliharaan yang diberikan kontraktor adalah berupa uang yang seharusnya diterima pada periode pembayaran tertentu ditahan atau dipotong sebesar yang disyaratkan pemilik (pihak kesatu). Jumlah nilai uang yang ditahan akan diberikan atau dikembalikan setelah penyerahan kedua dilaksanakan.

Dari hal diatas, kontraktor memikul dua beban yaitu biaya yang dikeluarkan dalam pengurusan jaminan dan nilai manfaat uang yang belum dapat digunakan karena ditahan sampai penyerahan terakhir. Jika kedua ini dijumlahkan juga cukup besar nilai uang yang menjadi beban kontraktor. Beban ini biasanya kontraktor di daerah kurang

memperhitungkannya. Sebenarnya ini dapat dibebankan kepada perusahaan asuransi. Asuransi yang dapat digunakan adalah

Commercial General Liability Insurance (CGL Insurance) dan Operation and Premises Liability Insurance yaitu mengasuransikan

tanggung jawab hukum untuk ganti rugi terhadap pihak ketiga akibat bodily injury dan

property damage yang disebabkan pelaksanaan pekerjaan proyek. Juga dapat digunakan asuransi Contractual Liability Insurance.

Berdasarkan Pasal Jaminan Uang Muka Sama halnya dengan jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka berupa surat jaminan dari Bank Umum atau dari perusahaan asuransi kerugian. Dalam pengurusan surat jaminan ini juga merupakan beban biaya bagi kontraktor Untuk biaya yang lebih murah, kini kontraktor lebih banyak memakai Surety Bond yaitu suatu jenis jaminan yang diberikan oleh perusahaan asuransi. Karena perusahaan asuransi bukan bank dan oleh karenanya tidak tunduk kepada peraturan-peraturan Bank Indonesia, pemberian Surety Bond tidak kena pembatasan

Legal Lending Limit maupun Capital Adequacy Ratio.

Resiko yang dijamin dari Surety Bond tidak ditahan sendiri oleh si penjamin, tetapi diasuransikan sendiri oleh si penjamin, tetapi diasuransikan kembali kepada Perusahaan Reasuransi seperti halnya yang diumumkan berlaku pada bisnis asuransi.

Berdasarkan Pasal Resiko Kehilangan Pada pasal ini ditetapkan secara jelas tanggung jawab kontraktor terhadap resiko terhadap kehilangan atau kerugian dari phisik barang-barang hak milik dan luka atau

(9)

meninggal seseorang yang terjadi selama dan sebagai konsekuensi dari tanggung jawabnya didalam pelaksanaan proyek.

Dalam memperhitungkan besar resiko ini dapat didasarkan atas keadaan lokasi proyek terhadap keamaan, tingkat kesulitan dari setiap item pekerjaan. Jika kondisi ini berpotensi akan menimbulkan resiko sebaiknya kontraktor mengambil langkah-langkah penanggulangannya. Lokasi proyek jalan yang panjang tidak mungkin untuk dilakukan pemagaran seperti halnya proyek gedung. Untuk itu kontraktor menyiapkan suatu lokasi yang dijadikan tempat semua kegiatan pengendalian proyek dilakukan, penyimpanan material, tempat peralatan dan lain-lain. Lokasi ini dapat dipagar dan dijaga dengan petugas keamanan. Untuk bagian pekerjaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang besar, kontraktor harus menyiapkan alat-alat keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan seperti sabuk keselamatan, masker, sepatu kerja, helm dan lain-lain.

Kedua resiko diatas dapat juga diasuransikan, sehingga jika terjadi juga kontraktor tidak menanggung lagi biaya kehilangan barang, material, peralatan berharga dan biaya kecelakaan akibat pekerjaan. Tentu hal ini dapat dilakukan apabila syarat-syarat keamanan dan keselamatan sudah dipenuhi sesuai dengan persyaratan yang ada pada polis asuransi yang digunakan. Asuransi jenis Builder’s (Contractor’s) All Risk

Insurance karena asuransi ini memungkinkan

kontraktor memperoleh nilai pertanggungan dari perusahaan asuransi untuk berbagai jenis resiko sekaligus dalam satu paket polis. Pengertian “All Risk” pada jenis asuransi ini tidak berarti semua jenis resiko proyek

konstruksi akan dijamin, tetapi dibatasi dengan penerapan klausa tambahan.

Berdasarkan Pasal Keadaan Memaksa Untuk pasal ini kontraktor tidak dibebankan atas resiko yang akan terjadi, karena pemberi pekerjaan akan bertanggung jawab terhadap resiko-resiko yang tidak diharapkan ini. Pemberi pekerjaan akan menganggap suatu keadaan memaksa (kahar, force majeure) bila hal-hal yang dijelaskan pada pasal ini terjadi. Keadaan kahar adalah keadaan yang terjadi diluar kehendak kedua belah pihak selama dalam pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi salah satu dari keadaan kahar, pihak kedua harus segera mengambil tindakan pencegahan sesuai dengan batas kemampuannya dan segera memberitahukan secara tertulis kepada pihak kesatu tentang terjadinya keadaan kahar dimaksud serta tindakan-tindakan pencegahan yang telah dilaksanakan oleh pihak kedua. Hal ini diatur pada pasal 14 dalam dokumen kontrak ini.

Berdasarkan Pasal Asuransi

Pada pasal ini kontraktor diberi kewajiban untuk mengasuransikan dalam hal-hal sebagai berikut

a. Tanggung jawab pihak ketiga dalam satu jumlah yang tidak kurang dari jumlah yang dicantumkan didalam Data Kontrak, untuk setiap klaim atau satu seri klaim yang timbul dari setiap kecelakaan atau kejadian b. Kompensasi kerja yang wajar dan/atau

asuransi dari Pemberi Pekerjaan yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

c. Pertanggung jawaban yang wajar terhadap kendaraan dan asuransi kerusakan harta milik tak bergerak dan

(10)

d. Perlindungan terhadap kerusakan dari Pekerjaan dan material-material selama konstruksi.

Asuransi ini dengan masa pertanggungnya dari tanggal mulai dan berakhirnya penyampaian periode kerusakan atau sampai dengan tanggal terakhir periode perbaikan pekerjaan yang mana yang lebih akhir:

Polis atau sertifikat asuransi harus diserahkan oleh kontraktor kepada pemberi pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum tanggal dimulainya yang tercantum didalam data kontrak dan sesudahnya jika diminta oleh pemberi pekerjaan. Juga kontraktor harus memberi tahu pemberi pekerjaan 30 (tiga puluh) hari sebelumnya jika terjadi pembatalan atau perubahan dari satu bagian atau keseluruhan dari polis asuransi tersebut. Asuransi jenis Builder’s (Contractor’s)

All Risk Insurance karena asuransi ini

memungkinkan kontraktor memperoleh nilai pertanggungan dari perusahaan asuransi untuk berbagai jenis resiko sekaligus dalam satu paket polis.

Berdasarkan Pasal Penggantian Kerugian Ditegaskan bahwa kontraktor harus bertanggung jawab terhadap dan mengganti kerugian kepada pihak lainnya terhadap kehilangan, pengeluaran-pengeluaran, dan klaim untuk kehilangan atau kerusakan atas hak milik tidak bergerak, orang yang luka, dan kematian yang disebabkan oleh tindakan-tindakan atau kelalaiannya sendiri.

Dari pasal ini jenis asuransi Builder’s

(Contractor’s) All Risk Insurance karena

asuransi ini memungkinkan kontraktor memperoleh nilai pertanggungan dari

perusahaan asuransi untuk berbagai jenis resiko sekaligus dalam satu paket polis.

KESIMPULAN

Dengan melihat kontrak proyek Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkar Karangduren-Bobotsari Dana APBD Kabupaten Purbalingga Tahun Anggaran 2003 dengan Nomor: 602.601/2003 dan tertanggal: 10 Mei 2003, dapat disimpulkan

1. Penentuan jenis asuransi yang digunakan tidak ditetapkan secara tegas kecuali untuk Asuransi Jamsostek.

2. Kontraktor tidak dibebankan atas resiko yang akan terjadi, karena pemberi pekerjaan akan bertanggung jawab terhadap resiko-resiko yang tidak diharapkan ini. Pemberi pekerjaan akan menganggap suatu keadaan memaksa (kahar, force majeure) bila hal-hal yang dijelaskan pada pasal ini terjadi.

3. Jenis asuransi Builder’s (Contractor’s) All Risk Insurance dapat dipilih karena asuransi jenis ini memungkinkan kontraktor memperoleh nilai pertanggungan dari perusahaan asuransi untuk berbagai jenis resiko sekaligus dalam satu paket polis.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bey M, Mewaspadai Bentuk-Bentuk Jaminan

Dalam Kontrak-Kontrak Konstruksi Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perbankan, Seminar

Nasional Manajemen Konstruksi 2001, Bandung, 2001.

Flanagan R., & Norman G, Risk Management

and Construction, Blacwell Science, 1993.

Heins R.M. & Williams C.A, Risk Management

and Insurance, Mc Graw-Hill, Singapore, 1989.

Munich Re Standard, Underwriting and Rating

Directives, Munich, 1988.

Prawoto, Agus, S.H,MA, Hukum Asuransi dan

Kesehatan Perusa-haan Asuransi, Penerbit

BPFE Yogyakarta, 1995.

Rahayu, H.P, Asuransi CAR Sebagai Alternatif

Pengalihan Risiko Proyek Dalam Industri Konstruksi Indonesia, Seminar Nasional Manajemen Konstruksi 2001, Bandung, 2001. Silaban S. & Budiartha W.M, Metode Pengalihan Risiko Proyek Konstruksi Melalui Kontrak Asuransi CAR, Skripsi, Jurusan Teknik

Sipil ITB, 1998.

Suprapto, Pengembangan Model Cakupan

Risiko (Risk Coverage) Asuransi Contractor’s All Risk di Indonesia, Tesis Magister, Jurusan

Teknik Sipil ITB, 1999.

Zulnaidi & Sudama T.W, Pengembangan Model

Asuransi CAR untuk proyek konstruksi di Bandung, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil ITB,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan dana pensiun berdasarkan Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),Usia pegawai saat perhitungan dilakukan

Wujud kesantunan bahasa guru dalam memberikan tindak direktif ditunjukkan melalui penggunaan (1) kata, meliputi kata sapaan, kata kerja pembentuk pasif di- ,

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka kami dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pada peningkatan ketrampilan menulis wara-waradalam

Berdasarkan hasil pernyataan pada dimensi ini, diketahui bahwa mayoritas responden dengan total persentase 76,8% masuk kedalam kategori tinggi (9-12) yang menyatakan

Sosialisasi dan pemetaan permasalahan dilakukan tanggal 5 Mei 2020 Berdasarkan observasi dan diskusi langsung dengan anggota kelompok dapat dipetakan permasalahan

Seluruh produksi dari Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Kijang adalah untuk ekspor dengan negara tujuan Cina dan Jepang, Kedua negara tersebut memiliki syarat kadar

Perancangan layout yang digunakan yaitu untuk mendesain program delphi yang digunakan untuk menampilkan suhu dari arduino. Digunakan beberapa komponen penting pada

Alat ukur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah instrumentes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dalam pendidikan ilmu kimia berupa butir- butir soal dan perangkat tes