• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN DAN PELUANG AKUNTAN INDONESIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANTANGAN DAN PELUANG AKUNTAN INDONESIA (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Genderang perang Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah ditabuh. Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, salah satunya akuntan. Artinya, akan terjadi persaingan dalam memperebutkan jabatan dan posisi strategis akuntan di ASEAN yang tertutup atau minim tenaga asingnya

Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tarko Sunaryo, mengakui ada kekhawatiran karena banyak akuntan yang belum menyadari adanya kompetisi yang semakin ketat. Selain kemampuan Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau mereka bersaing dengan akuntan luar negeri. (robbyjulianto.blogspot.com. Diakses pasa 14 November 2014)

Selain itu, kualitas lulusan akuntansi di Indonesia masih kurang dalam hal profesionalitas, dan tidak hanya itu lulusan akuntansi di Indonesia masih kurang up to date dengan kondisi terbaru, juga penerapan teknologi informasi dalam bidang akuntansinya. Hal ini di karenakan kurangnya kesadaran para lulusan akuntansi akan pentingnya penerapan sikap yang selalu ingin maju dan mengikuti perkembangan zaman, sehingga tidak hanya diam pada zona amannya saja melainkan siap mengahadapi tantangan-tantangan baru. Perubahan mindset adalah modal utama profesi Akuntan untuk selalu bisa inline dengan zaman.

(2)

kompetensi melalui pendidikan profesional berkelanjutan, menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan, dan mematuhi standar dan kode etik profesi.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai anggota International Federation of Accountants (IFAC) telah meluncurkan Chartered Accountant (CA). CA diluncurkan untuk mentaati Statement Membership Obligations & Guidelines IFAC dan untuk memberi nilai tambah bagi akuntan beregister negara. Sementara itu, Certified Public Accountant (CPA) diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) merupakan upaya mensejajarkan akuntan Indonesia dengan akuntan asing, terutama dari wilayah ASEAN.

(3)

1.2 . Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan profesi akuntansi Indonesia, 2. Mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi profesi akuntan

Indonesia, dan

3. Merumuskan upaya untuk memenagkan persaingan di era MEA.

1.3 . Manfaat Penulisan

1. Untuk profesi akuntansi, hasil penulisan ini diharapkan memberi gambaran dan wawasan mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi, sehingga dapat mendorong untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya dan menyusun strategi agar dapat bersaing di era MEA.

2. Untuk lembaga pendidikan akuntansi, hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber masukan/ kontribusi untuk menyusun dan menyempurnakan kurikulum terbaru sehingga dapat mencetak lulusan akuntansi yang berkualitas.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Landasan Teori a. Tantangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tantangan adalah hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat); hal atau objek yang perlu ditanggulangi.

Tantangan dalam penulisan ini diasumsikan sebagai pengamatan dan penilaian kondisi profesi akuntan Indonesia. Hal yang perlu diamati adalah kuantitas akuntan Indonesia yang relatif masih kurang untuk mengisi kebutuhan tenaga akuntan dalam negri saja. Sedangkan, hal yang dinilai adalah kualitas akuntan Indonesia yang masih rendah. Di level ASEAN kualitas akuntan Indonesia dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

b. Peluang

(5)

c. Strategi

Pengertian strategi menurut KBBI adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Seperti yang dijelaskan dalam tantangan dan peluang, diperlukannya strategi untuk memenangkan MEA. Seperti, mempersiapkan akuntan handal, continuous improvement, network and benchmark International, belajar bahasa Internasional dan bahasa Negara ASEAN, dan cetak biru profesi akuntansi Indonesia.

2.2 . Uraian Terdahulu

Beberapa karya tulis sudah dilakukan dalam rangka mengetahui seperti apakah tantangan dan peluang akuntan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Adapaun beberapa karya tulis yang menjadi acuan dan referensi bagi penulis untuk menyusun karya tulis ini adalah sebagai berikut:

A. Syarifudin (2015)

Karya tulis ini menjelaskan tentang ‘Tantangan dan Peluang Akuntan Indonesia dalam Menghadapi AEC 2015.’ Dalam karya tulis ini terdapat 1 (satu) topik yang diangkat oleh penulis yaitu penjelasan mengenai ciri-ciri akuntan yang handal yakni mempunyai integritas yang tinggi, profesional, kompetitif, konsultatif, pengalaman praktek, keilmuan yang berkualitas, dan kepemimpinan. Penulis menambahkan satu ciri akuntan handal yakni good governance. Karya tulis ini menyimpulkan bahwa karakter dari akuntan yang handal menjadi harapan baru untuk berkompetisi dalam AEC 2015.

B. Majalah IAI Edisi Desember 2014

(6)
(7)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa karya tulis oleh Syarifudin (2014) dan Jurnal akuntansi oleh IAI (Edisi Desember 2014)

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Melakukan penelusuran melalui internet pada situs resmi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan alamat situs www.IAIglobal.or.id 2. Melakukan penelusuran melalui internet pada situs resmi Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan alamat situs www.IAPI.or.id

3. Melakukan penelusuran melalui internet pada situs resmi Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kemenkeu RI dengan alamat situs www.PPAJP.depkeu.go.id

4. Studi literatur dengan mengumpulkan data kepustakaan yang berhubuingan dengan penulisan.

3.3. Analisis Data

(8)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 . Konsep Perpindahan Tenaga Kerja Terampil Masyarakat Ekonomi ASEAN

Secara prinsip ada dua terminologi perpindahan tenaga terampil yaitu prinsip Movement of Natural Persons (MNP) dan fasililtated entry. Pada prinsip pertama, tenaga kerja terampil melakukan mobilitas dalam kurun waktu tertentu baik sebagai individu yang mempekerjakan dirinya sendiri maupun sebagai pekerja dari perusahaan multinasional. Oleh karena itu yang termasuk dalam MNP adalah pengunjung bisnis, investor dan pedagang yang melakukan transaksi bisnis dan investasi, pindahan tenaga kerja pada perusahaan multinasional serta kalangan profesional seperti dokter, perawat, pengacara, akuntan, insinyur teknik dan tenaga profesional di bidang teknologi informasi. Prinsip yang kedua adalah mobilitas yang terkendali jadi bukan berarti bahwa mobilitas itu secara totally free akan tetapi melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA). Dengan mekanisme MRA, negara tujuan mengakui kualifikasi profesional tenaga terampil dari negara asal atau negara pengirim. Itu berarti negara asal memiliki otoritas untuk memberikan sertifikat yang menjelaskan tentang kompetensi tenaga terampil yang akan dikirim. Meski tidak langsung memberikan jaminan akses pasar tapi tentunya MRA merupakan langkah awal dalam upaya mempromosikan tenaga terampil tersebut.

4.2 . Manfaat Konsep Perpindahan Tenaga Kerja Terampil Masyarakat Ekonomi ASEAN

a. Adanya mobilisasi tenaga kerja terampil b. Mobilitas tenaga kerja terampil yang terkendali

c. Kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja d. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas profesi e. Keleluasaan dalam menentukan pilihan profesi f. Harmonisasi regulasi, dan

(9)

4.3 . Tantangan Profesi Akuntansi Indonesia

Dikutip dari Majalah Indonesia CPA Edisi Oktober, Anggota Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Poppy berpendapat : Dari kuantitas, jumlah akuntan Indonesia saat ini sebanyak 52 ribu lebih, relatif masih kurang untuk mengisi kebutuhan tenaga akuntan dalam negri saja. Sebagai gambaran sederhana saja, di Indonesia terdapat lebih dari 500 entias Pemerintah Daerah dengan paling sedikit 30 SKPD yang mengelola anggaran dan menyusun laporan keuangan berdasar SAP, juga setiap Pemda memiliki fungsi internal asurans, bawasda/Inspektorat, namun hanya sedikit Pemda yang sudah memiliki sarjana akuntansi.

Pasar jasa akuntansi di indonesia masih sangat tinggi dan belum dapat dilayani oleh akuntan indonesia saat ini. Bukti kecil adalah lulusan sarjana akuntansi dari perguruan tinggi manapun terserap didunia kerja sangat cepat. Waktu tunggu lulus S1 akuntansi dari beberapa perguruan tinggi, bahkan negatif (belum lulus, sudah bekerja)

Banyak posisi yang harus diisi oleh sarjana akuntansi pada suatu entitas, bukan hanya sebagai pnaggungjawab penyusunan laporan keuangan saja, namun juga pada fungsi kepatuhan perpajakan, asuranca internal, akuntansi biaya dan anggaran, juga pada fungsi komite audit.

Sementara itu, data IAI (2013) menunjukkan perbandingan jumlah akuntan Negara ASEAN sebagai berikut, Thailand (56.573), Malaysia (30.236), Singapura (27.394), Filipina (19.573) dan Indonesia (15.940).

Data IAPI (2013) menunjukan perbandingan jumlah akuntan publik Negara ASEAN adalah Singapura (15.120), Filipina (15.020), Thailand (6.070), Malaysia (2.460), Vietnam (1.600) dan Indonesia (998).

(10)

Total akuntan beregister sampai Mei 2013 adalah 52.637, dan tidak seluruhnya bekerja sebagai akuntan.

Data diatas menunjukan kalau kita kekurangan akuntan. Tantangan kita adalah bagaimana caranya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yakni setidaknya pemakai jasa akuntansi dalam negeri tidak dikuasai akuntan asing.

Berbicara dari segi kualitas, Menurut Laporan Bank Dunia, terjadi kesenjangan besar dalam kualitas akuntan di Indonesia. Disebutkan kesenjangan terbesar adalah penggunaan bahasa Inggris (44%), penggunaan komputer (36%), ketrampilan perilaku (30%), ketrampilan berpikir kritis (33%) dan ketrampilan dasar (30%). Penguasaan bahasa inggris diperlukan karena keberadaannya sebagai bahasa internasional, dan akuntan harus menguasai baik secara lisan maupun tulisan. Kenyataannya masih ada akuntan yang belum memiliki kemampuan yang baik dalam bahasa inggris. Sementara penguasaan keahlian teknis yang mantap mengakibatkan penguasaan yang baik terhadap standar-standar profesi (Islahuddin dan Soesi, 2002).

Tatangan yang lebih serius lagi adalah masalah Integritas akuntan Indonesia. Beberapa kasus pelanggaran kode etik profesi, yakni :

Pertama, kasus sembillan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya, dalam kasus ini terdapat banyak pelanggaran kode etik profesi akuntan. Prinsip pertama yaitu tanggung jawab profesi telah dilanggar. Karena auditor telah menerbitkan laporan palsu, maka kepercayaan masyarakat terhadapnya yang dianggap dapat menyajikan laporan keuangan telah disalahi. Prinsip kedua yaitu kepentingan publik juga telah dilanggar, karena dianggap telah menyesatkan publik dengan disajikannya laporan keuangan yang telah direkayasa. Bahkan prinsip keempat yaitu obyektivitas juga dilanggar, yaitu mereka tidak memikirkan kepentingan publik melainkan hanya mementingkan kepentingan klien.

Kedua, kasus pelanggaran kode etik BPK dalam kasus Hambalang : Mempertanyakan objektivitas Audit Investigasi BPK, dan

(11)

kepentingan publik juga telah dilanggar dalam kasus ini. Seorang akuntan seharusnya tidak hanya mementingkan kepentingan klien saja, tapi juga kepentingan publik.

Keempat, kasus Mulyana W Kusuma, sebagai anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang akan mengaudit keuangan logistik pemilu. Dalam kasus ini terdapat pelanggaran kode etik dimana auditor telah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang auditor dalam mengungkapkan kecurangan. Auditor telah melanggar prinsip keempat etika profesi yaitu objektivitas, karena telah memihak salah satu pihak dengan dugaan adanya kecurangan. Auditor juga melanggar prinsip kelima etika profesi akuntansi yaitu kompetensi dan kehati-hatian professional, disini auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professionalnya sampai dia harus melakukan penjebakan untuk membuktikan kecurangan yang terjadi.

Dan masih banyak contoh kasus pelanggaran kode etik profesi akuntan lainnya. Kasus tersebut seharusnya menjadikan akuntan Indonesia sadar kalau akuntan dan integritas tidak bisa dipisahkan karena integritas merupkan karakter yang mendasari profesionalitasnya.

4.4 . Peluang Profesi Akuntansi Indonesia

Akuntan Indonesia memilki peluang yang sangat besar untuk mengisi lapangan kerja yang sangat terbuka, mengingat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 43 persen dari jumlah penduduk ASEAN dan angkatan tenaga kerja kita mencapai 125,3 juta orang pada tahun 2014, bertambah sebanyak 5,2 juta orang dari tahun lalu.

(12)

Selain itu, Indonesia mempunyai 34 Provinsi, 398 Pemerintah Kabupaten, 93 Pemerintah Kota, 34 Kementrian, 28 Lembaga Pemerintahan Non Keuangan (LPNK), 141 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), 1.007 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), 4.042 Perusahaan Publik, 100.000 Yayasan, 108.000 Koperasi, 4.000 Perguruan Tinggi, 14 Partai Politik dan lebih dari 10.000 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan landang bagi akuntan karena 226.780 organisasi tersebut memerlukan jasa akuntansi (sumber: Moh. Mahsun).

Ditambah lagi jumlah UMKM Indonesia mencapai 56,53 juta pada tahun 2013. data tersebut menunjukan bahwa begitu banyak jasa akuntan yang di butuhkan di Indonesia sendiri (beritaUMKM.com).

Dalam sertifikasi kompetensi akuntan, peluncuran Chartered Accountant (CA) IAI dan Certified Public Accountant (CPA) IAPI bisa menjadi kunci atau standar dalam persaingan MEA dengan negara-negara ASEAN karena sertifikasi tersebut sudah diakui di level Internasional.

4.5 . Strategi Profesi Akuntansi Indonesia a. Mempersiapkan Akuntan Handal

MEA menuntut berbagai profesi untuk meningkatkan kualitas daya saingnya, termasuk profesi akuntan. Untuk dapat bersaing di MEA akuntan-akuntan Indonesia perlu melakukan peningkatan kualitas serta kompetensinya. Salah satu cara untuk dapat bersaing adalah dengan mencetak akuntan yang handal. Syarifudin menyebutkan, ciri – ciri akuntan yang handal adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai Integritas yang tinggi

Kita semua tahu bahwa tujuan dari pendidikan akuntansi, khususnya di Indonesia adalah untuk menghasilkan lulusan yang beretika dan bermoral tinggi sehingga tujuan dari laporan keuangan dapat tercapai yaitu memberikan informasi kepada penggunannya baik internal maupun eksternal.

(13)

laporan keuangan yang bermanfaat bagi penggunanya. Namun peran EQ dan SQ juga sangat penting, seorang akuntan yang memiliki EQ yang baik akan mampu menghadapi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dapat mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi dan empati. Sedangkan SQ, membuat seorang akuntan mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu bagi dirinya, dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunianya kepada orang lain. Jadi, dalam rangka mewujudkan profesi akuntan yang beretika, berahklak, beradab, dan bijak secara utuh, tidak hanya memperhatikan dan mengembangkan potensi secara intelektual (IQ), tetapi juga secara emosionalitas (EQ) dan spiritualitas (SQ).

Setiap profesi mempunyai kode etik masing-masing, begitu pula seorang akuntan, ada kode etik yang harus dipatuhi oleh seorang akuntan. Di Indonesia kerangka etika profesi akuntan telah diatur oleh IAI. Akuntan yang memiliki IQ, EQ, dan SQ yang baik pasti akan menjalankan kode etik tersebut dengan baik sehingga dia layak disebut sebagai akuntan yang beretika. Sebagai contoh dari integritas yang tinggi yaitu bahwa seorang harus menyajikan pekerjaan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada keuangan perusahaan tersebut. Jangan sampai ada manipulasi maupun kecurangan dalam catatan keuangan perusahaan karena itu akan berpengaruh penting pada kelangsungan dan citra perusahaan.

2. Profesional

(14)

3. Kompetitif

Pada tahun ini persaingan peran akuntan semakin ketat karena adanya AEC yang memberi peluang kepada akuntan negara lain untuk merebut kursi di perusahaan yang betempat di Indonesia. Indonesia harus siaga menghadapi itu semua, termasuk menyiapakan akuntan-akuntan yang kompetitif, jumlah permintaan jasa akuntan pasti akan meningkat, karena diperkirakan saat AEC sudah diberlakukan maka akan banyak berdiri perusahaan baru di Indonesia. Hal ini tentu menuntut jasa akuntan yang kompetitif agar dapat bersaing dengan akuntan dari negara lain. Untuk melahirkan akuntan kompetitif tentunya memerlukan peran dari berbagai pihak untuk merealisasikannya, namun yang terpenting adalah dorongan dari diri akuntan itu sendiri. Seorang akuntan harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi, pantang menyerah, dan bersinergi untuk berkompetisi menjadi yang terbaik.

4. Konsultatif

Seorang akuntan diharapkan mampu memberikan masukan kepada manajemen atas informasi akuntansi dalam rangka kepentingan membuat keputusan. Disamping itu juga mampu menganalisa laporan keuangan dengan baik. Akuntan memahami masalah perubahan secara detil dan lengkap karena tanggungjawab yang diembannya, sehingga mereka bisa mengambil keputusan secara cepat, akurat dan terintegrasi. Intensitas akuntan profesional berhubungan dengan berbagai pihak dalam perusahaan menyebabkan mereka mampu berkoordinasi dan membuat akuntan profesional bisa mengkomunikasikan visi manajemen dengan tepat sasaran dan secara berkesinambungan.

5. Pengalaman Praktek

(15)

6. Keilmuan yang Berkualitas

Akuntan memiliki semangat untuk meng-upgrade diri dengan keilmuan akuntansi dan wawasan terbaru terhadap perkembangan dunia bisnis, sebagai referensi dalam mengolah data, menyajikan laporan keuangan, atau memberikan rekomendasi bisnis bagi manajemen.

7. Kepemimpinan

Akuntan yang handal tentu memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Bagi perusahaan yang mencari top leader ataupun suksesor untuk melanjutkan estafet kepemimpinan manajemen di bidang keuangan, maka akuntan adalah pilihan yang tepat dan pantas.

8.Komitmen Good Governance

Akuntan kompetitif memiliki komitmen terhadap integritas, etika bisnis, dan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat. Mereka menghormati tata norma tersebut, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip tersebut dalam setiap rekomendasi yang diberikan kepada manajemen. Dengan komitmen tersebut, perusahaan bisa membangun iklim good governance yang kondusif dan iklim bisnis yang sehat dalam perusahaan.

Anggota DPN IAI/Menteri ESDM Sudirman Said, menerangkan “Governance itu bukan soal SOP (standard operational procedure), bukan soal sistem. Tapi lebih ke culture, behavior, perilaku, dan keteladanan dari pemimpinnya. Sisi leadership penting untuk membangkitkan governance,” ujarnya. “Saya sangat yakin Akuntan bisa melakukannya. Apalagi budaya di profesi Akuntan senantiasa mengedepankan integritas dan governance.”

b. Continuous Improvement

(16)

standar kode etik, dan sebagainya. Sehingga dengan begitu, diharapkan para akuntan yang menjadi anggota asosiasi profesi tersebut menjadi lebih profesional dan menaati kode etik.

Tantangan profesi akuntansi ke depannya dengan adanya MEA kian tinggi. Di mana dengan adanya dinamika standar pelaporan keuangan yang sangat dinamis seperti International Financial Reporting Standards (IFRS), serta standar profesi utuk akuntan publik dengan adanya adopsi International Standards on Auditing (ISAs), jelas menuntut kompetensi tinggi.

c. Network & Benchmark Internasional

Seorang akuntan dituntut mempunyai jaringan dan acuan standar Internasional. Jaringan penting karena seorang akuntan harus bisa mempromosikan kualitas dirinya agar bisa eksis di Asean. Sedangkan, akuntan harus up to date dengan kondisi terbaru akuntansi yang di jadikan patokan Internasional.

d. Belajar Bahasa Internasional dan Bahasa Negara ASEAN

Penguasaan bahasa Inggris merupakan keharusan karena bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional. Sedangkan belajar bahasa Negara ASEAN diharuskan jika ingin memenagkan persaingan MEA.

e. Cetak Biru Profesi Akuntansi Indonesia

Pertama, memiliki kompetensi, yakni mengikuti proses pendidikan di bidang akuntansi, dan memiliki pengalaman menjalankan pekerjaan di bidang akuntansi.

(17)

kepada Asosiasi Profesi Akuntan. Jumlah Satuan Kredit PPL (SKP) yang wajib diikuti oleh akuntan, saat ini yang dirumuskan paling sedikit 30 SKP setiap tahun, mencakup materi yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan regulasi. Ketiga, menjadi anggota asosiasi profesi akuntan, yakni IAI. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2014) mengatakan bahwa manfaat yang diterima jika bergabung dengan IAI adalah sebagai berikut :

a. Mendapatkan pelayanan keanggotaan

b. Mendapat pembelajaran mengenai pengembangan dan penyusunan standar akuntansi keuangan

c. Mendapat pembelajaran mengenai pengembangan dan penegakkan kode etik akuntan

d. pemberian konsultasi untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi

e. menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan akuntansi f. meningkatkan kompetensi akuntan melalui kegiatan pendidikan

dan pelatihan

(18)

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Masyarakat Ekonomi ASEAN memungkinkan moblisasi profesi akuntansi. Jika akuntan Indonesia tidak siap maka akuntan asing akan merebut pasar Indonesia.

Akuntan Indonesia memiliki kekurangan yang harus segera diperbaiki. Seperti, kuantitas akuntan yang masih relatif kecil dibandingakan pasar yang dibutuhkan. Dan kualitas akuntan seperti kurangnya kemampuan bahasa inggris, penggunaan komputer, keterampiulan berperilaku, berpikir kritis, sikap mental dan moral.

Sedangakan peluang akuntan Indonesia adalah banyaknya jumlah entitas/ organisasi yang membutuhkan jasa akuntansi, sertifikasi profesi CA dan CPA yang sudah diakui di level Internasional menjadikan akuntan Indonesia siap bersaing dengan akuntan Negara ASEAN.

Karakter dari akuntan yang handal menjadi harapan baru untuk berkompetisi dalam MEA.

1.2. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin, 2015. Tantangan dan Peluang Akuntan Indonesia dalam Menghadapi AEC 2015. Yogyakarta.

http://www.IAI.or.id/v02/akuntan_profesional.php?id=1. (Diakses tanggal 3 Januari 2015)

http://www.IAPI.or.id. Jumlah Akuntan Publik. (Diakses tanggal 3 Januari 2015)

http://www.PPAJP.depkeu.go.id. Jumlah Akuntan yang Menjadi Anggota Asosiasi Akuntan Nasional di Negara-negara ASEAN. (Diakses tanggal 18 Januari 2015)

Mahsun, 2015. Potensi dari Posisi Strategis Akuntan. Yogyakarta.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/03/11/1621393/Hadapi.MEA.Menk eu.Keluarkan.Aturan.Akuntan.Beregister.Negara. (Diakses tanggal 25 September 2015)

http://myditarizki.wordpress.com/2014/04/24/tantangan-dan-peluang-akuntan-indonesia-dalam-menghadapi-mea-2015/

robbyjulianto.blogspot.com. Tantangan Akuntan Indonesia. (Diakses tanggal 14 November 2014)

KBBI, 2015. Pengertian tantangan dan peluang. Yogyakarta.

IAI, Mardiasmo dan subur, 2015. Blue Print Profesi Akuntan, Mengubah Wajah Akuntan Indonesia. Jakarta.

CPA, Poppy, 2014. Akuntan siap hadapi MEA. Jakarta.

(20)

Tuntutan Profesionalisme di Era Globalisasi. Jurnal Manajemen dan Bisnis, vol.4 (1), 1-18.

www.beritaUMKM.com. Data UMKM. (Diakses tanggal 13 Januari 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan diagram 4.56 di atas, didapatkan jawaban mayoritas responden menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang atau 50%, hal ini menyimpulkan bahwa Komisi

Kedua, Pandangan mahasiswa yang percaya bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan oleh karena itu maka perbedaan akan konstruksi sosial antara

Rincian Pembagian Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi dalam rangka Otonomi Khusus Kurang Bayar Tahun 2013 dan Triwulan

[9] Rifadil, Mochammad Machmud Rifadil, Era Purwanto, Arman Jaya, Gigih Prabowo, “Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Menggunakan Kincir Angin Sumbu Vertikal untuk

Semua habitat alami memiliki nilai-nilai konservasi yang melekat, termasuk keberadaan spesies langka atau endemik, penyediaan jasa ekosistem, situs suci, atau sumber daya dipanen

dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Diplomasi ekonomi Indonesia pada tahun 2015 juga terus memanfaatkan peluang pasar non- tradisional baik di Pasifik Selatan,

Meskipun secara empiris peneliti belum pernah menemukan hasil riset mengenai pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap kegigihan mengajar, namun dalam beberapa pelatihan dalam

Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak Ha dan menerima Ho, yang berarti bahwa Cash Turnover (X1) tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap