• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran atas perkembangan atau kemajuan perekonomian dari suatu Negara atau wilayah karena berkaitan erat dengan aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat khususnya dalam hal peningkatan produksi barang dan jasa. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang mampu memberikan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu, sudah sewajarnya peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah.

Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yakni sumber daya manusia, sumber daya alam, pembentukan modal dan teknologi. Namun demikian, sumber daya alam tidak menjadi keharusan bagi keberhasilan ekonomi dunia modern. Hal ini sejalan dengan teori ekonomi neoklasik yang menitikberatkan pada modal dan tenaga kerja, serta perubahan teknologi sebagai sebuah unsur baru (Samuelson dan Nordhaus, 2001: 250-258).

Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp2.724,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.157,5 triliun. Ekonomi

(2)

Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,53 persen. Dari sisi Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,01 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 14,63 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih disebabkan terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen).

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan I-2015 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,30 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,56 persen, dan Pulau Kalimantan 8,26 persen.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan sejumlah daerah memiliki porsi belanja pegawai mencapai 70% - 80% dari total Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD). Porsi belanja pegawai yang terlalu besar perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Namun, untuk menurunkan porsi belanja pegawai yang tinggi tersebut tidak mudah sehingga perlu formulasi khusus untuk menekan belanja tidak langsung ini. Belanja infrastruktur dan

(3)

belanja modal seharusnya lebih tinggi untuk mendukung pembangunan daerah dan nasional, karena belanja modal merupakan salah satu faktor untuk mendukung kesejahteraan.

Sekarang ini, masalah pertumbuhan ekonomi merupakan isu penting dalam era desentralisasi fiskal, terutama di negara berkembang dan negara-negara transisi. Sudah menjadi persepsi umum, maju tidaknya suatu daerah bisa dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi semakin maju pula suatu daerah. .

Di indonesia, keberhasilan proses desentralisasi dalam mengurangi kesenjangan ekonomi atau pendapatan antardaerah masih menjadi pertanyaan. Beberapa studi terkait keberhasilan desentralisasi fiskal dalam mengurangi kesenjangan ekonomi atau pendapatan di tingkat provinsi di Indonesia telah dilakukan dan menghasilkan dua macam pandangan yang berbeda. Pandangan pertama, yang merupakan hasil studi dari Antonius (2007), menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara desentralisasi dengan kesenjangan ekonomi antar daerah. Hal ini berarti bahwa desentralisasi fiskal makin melebarkan kesenjangan ekonomi antarwilayah. Sedangkan pandangan kedua, yang diperkuat oleh studi dari Widhiyanto (2007), menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara desentralisasi fiskal dengan kesenjangan ekonomi antardaerah. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya pemerintah untuk membantu daerah melalui dana perimbangan cukup berhasil secara signifikan dalam mengurangi kesenjangan antar daerah.

(4)

Pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya terfokus pada dana bantuan dari pusat dalam bentuk dana perimbangan saja. Lebih penting dari itu adalah daerah dapat mandiri untuk mengurus rumah tangganya sendiri termasuk kemandirian keuangan daerah dengan memanfaatkan dan mendayagunakan, serta mengelola potensi-potensi yang ada di daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan pembangunan daerah. Menurut Halim (2007 : 232), kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber

pendapatan yang diperlukan daerah.

Pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah harus diikuti oleh pendanaan pelaksanaan wewenang tersebut. Salah satu sumber pendanaan tersebut adalah transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Transfer ke daerah meliputi transfer Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah dan pemerintahan daerah, serta mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah.

(5)

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terbanyak ke-3 di Indonesia. Dana perimbangan masih merupakan sumber utama dalam membiayai belanja daerah. Hal ini menunjukkan belum adanya kemandirian dari pemerintah daerah di Provinsi Jawa Barat untuk membiayai belanjanya dengan sumber pendapatan dari daerahnya sendiri. Masih terbatasnya kemampuan daerah untuk mengumpulkan pendapatan asli daerahnya membuat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya dana perimbangan yang diterima. Berikut ini disajikan data dana perimbangan kota/kabupaten Provinsi Jawa Barat tahun 2013.

(6)

Tabel 1.1

DATA DANA PERIMBANGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013

(dalam jutaan rupiah)

(sumber : Direktorat jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian keuangan ) NO KABUPATEN/KOTA DBH DANA PERIMBANGAN DAU DAK

1 Kabupaten Bandung 209.393.013 1.730.063.709 159.094.010 2 Kabupaten Bekasi 331.329.383 1.083.590.174 46.255.448 3 Kabupaten Bogor 184.346.206 1.887.770.112 216.694.720 4 Kabupaten Ciamis 72.681.920 1.303.907.527 95.612.680 5 Kabupaten Cianjur 82.191.886 1.305.617.257 97.513.400 6 Kabupaten Cirebon 85.203.940 1.280.797.128 97.245.530 7 Kabupaten Garut 131.184.479 1.563.833.157 179.732.880 8 Kabupaten Indramayu 199.383.792 1.134.695.113 74.221.500 9 Kabupaten Karawang 276.391.250 1.134.530.200 105.540.220 10 Kabupaten Kuningan 63.377.602 998.586.961 62.124.640 11 Kabupaten Majalengka 95.696.374 995.993.633 72.963.000 12 Kabupaten Purwakarta 81.963.195 722.162.721 56.137.400 13 Kabupaten Subang 187.956.930 1.032.567.352 59.497.100 14 Kabupaten Sukabumi 106.743.843 1.331.012.058 164.084.320 15 Kabupaten Sumedang 72.827.604 1.036.263.413 81.900.500 16 Kabupaten Tasikmalaya 75.529.208 1.225.934.879 98.997.370 17 Kota Bandung 221.830.037 1.485.941.032 67.312.530 18 Kota Bekasi 119.124.803 1.015.235.707 18.669.315 19 Kota Bogor 82.383.416 686.520.759 19.667.663 20 Kota Cirebon 60.109.509 536.884.996 28.845.610 21 Kota Depok 86.747.214 774.683.814 13.495.607 22 Kota Sukabumi 55.725.267 449.179.037 25.048.763 23 Kota Tasikmalaya 58.748.790 657.012.125 36.374.200 24 Kota Cimahi 53.908.256 489.174.792 25.643.550 25 Kota Banjar 54.867.452 317.122.023 19.192.147

26 Kabupaten Bandung Barat 63.431.899 909.359.898 64.682.770

(7)

Dapat dilihat dari tabel 1.1. besarnya dana perimbangan kab/ kota provinsi Jawa Barat terutama jumlah DAU yang merupakan dana terbesar dibandingkan dengan DAK dan DBH, hal ini membuat tujuan utama desentralisasi fiskal menjadi terhambat, padahal dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan pemerintah daerah dapat mengoptimalkan potensi pendapatan daerahnya.

Berdasarkan atas dasar uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian apakah pelaksanaan desentralisasi fiskal melalui pengalokasian Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penulis mengambil judul : “ PENGARUH DANA BAGI HASIL,

DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah yang diajukan penulis (Research question), intinya ialah sejauh mana dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Di Provinsi Jawa Barat. Research question tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah dana bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten Jawa Barat?

2. Apakah dana alokasi umum berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten Jawa Barat?

(8)

3. Apakah dana alokasi khusus berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten Jawa Barat?

4. Apakah dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan Ekonomi daerah kota/kabupaten Jawa Barat?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh dana bagi hasil terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh dana alokasi umum terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh dana alokasi khusus terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat. 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh dana bagi hasil, dana alokasi

umum dan dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

(9)

2. Kontribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak pihak yang berkepentingan antara lain :

1. Penulis

Untuk lebih mengetahui manfaat dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan pendapatan antar daerah dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi Strata 1 (S-1) pada program studi akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Mercu Buana Jakarta. 2. Akademis

Sebagai bahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang akuntansi khususnya Akuntansi Sektor Publik.

3. Umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembuat kebijakan dalam memecahkan permasalahan perekonomian di Indonesia dalam bidang desentralisasi fiskal dan kebijakan publik berkaitan dengan desentalisasi fiskal khususnya pengaruh dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Referensi

Dokumen terkait

jawawaban semula dengan penghapus sampai bersih (jangan sampai rusak), kemudian hitamkan jawaban yang menurut anda benar7. PILIHLAH JAWABAN YANG

 Guru menugaskan kepada siswa untuk mendiskusikan tentang perilaku yang demokratis sebagaimana yang terkandung dalam isi Al- Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf; 56 - 58, As-Shad;

Pengembangan karier merupakan suatu rangkaian posisi atau jabatan yang ditempati seorang selama masa kehidupan tertentu. Pengembangan karier merupakan perubahan nilai-nilai,

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ]alur seleksi Mandiri (sM) Gelombang II universitas Negeri yogyakarta memberikan. penghargaan dan mengucapkan terima kasih,

penelitian maka judul penelitian ini adalah “ PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey Pada

ramah keluarga yang biasanya mengacu pada kebijakan yang memungkinkan karyawan untuk... menyeimbangkan tuntutan pekerjaan yang dibayar dan kehidupan pribadi yakni

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (H1)Strategi bauran

Menurut definisi Undang-Undang Onsen Jepang, walaupun suhunya tidak tinggi, istilah onsen juga digunakan untuk air dari mata air dengan kandungan mineral yang