• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT ZOONOSIS PADA TELUR, SUSU, DAN DAGING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYAKIT ZOONOSIS PADA TELUR, SUSU, DAN DAGING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT ZOONOSIS PADA TELUR, SUSU, DAN DAGING

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah kesehatan masyarakat veteriner

Dosen Pengampu : drh. Dyah Mahendrasari S. M. Sc

Di Susun Oleh : 1. Ningrum Pangstu 6411412164 2. Sholekhah 641412180 3. Elisa Diyah P. 6411412185 4. Khasiatun Nurul K. 6411412189 5. Anggraini Kusuma W. 6411412229 Rombel 02 Epidemiologi

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

BAB I

(2)

1.1 Latar Belakang

Berbagai penyakit yang muncul di masyarakat saat ini banyak berasal dari hewan. Hal ini menjadi menjadi sangat penting karena penyakit dari hewan tersebut sewaktu – waktu dapat mewabah hingga jangkauannya luas. Sehingga diperlukanlah langkah – langkah terpadu untuk mencegah dan menanggulanginya. Mewabahnya penyakit asal hewan terkait dengan populasi manusia, lingkungan, dan agen penyakit itu sendiri yang dapat berimplikasi pada kemunculan suatu penyakit zoonosis.

Penyakit zoonosis menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) adalah suatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Penyakit pada hewan dapat ditularkan langsung dan tidak langsung atau melaui produk hewan seperti daging, susu, dan telur termasuk penyakit yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan (foodborne disease) dan penyakit yang disebabklan masuknya agen pathogen ke dalam saluran pencernaan (food infection) serta food intoxination .

Seperti kita ketahui sekarang ini masih sering terjadi penyakit zoonosis, kejadian keracunan pada manusia akibat mengkonsumsi pangan asal hewan seperti daging susu dan telur yang mengakibatkan diare pada anak-anak sekolah dasar setelah mengkonsumsi susu. Disamping itu berdasarkan pemeriksaan laboratorium terhadap pangan asal hewan masih ditemukannya kuman-kuman patogen seperti Staphylococcus aureus , Salmonella sp dan toxoplasma gondii yang dapat menimbulkan kecemasan pada masyarakat. Penyebarannya di Indonesia makin lama makin meluas sampai ke pulau atau daerah lain yang tadinya bebas dari zoonosis.

Demikian juga keadaan lingkungan hidup, cara hidup masyarakat maupun kebiasaan mengkonsumsi pangan asal hewan sebagian besar tempat di Indonesia sangat memungkinkan tumbuh dan berkembangnya beberapa mikroorganisme atau vector pembawa penyakit baik vektor mekanis maupun vektor biologis. Keadaan ini akan menyulitkan usaha untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit termasuk zoonosis.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan zoonosis ?

2. Apa saja penyakit zoonosis pada telur, daging dan susu ? 3. Apa saja dampak penyakit zoonosis bagi masyarakat ?

BAB II

PEMBAHASAN

(4)

2.1 Zoonosis

Menurut UU No. 6 tahun 1967 pengertian zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya atau disebut juga Anthropozoonosis. Begitu pula dalam UU No. 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan, sebagai pengganti UU No. 6 tahun 1967 dinyatakan bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia dan sebaliknya.

Zoonosis, menurut badan Kesehatan sedunia OIE (Office Internationale

Epizooticae) merupakan penyakit yang secara alamiah dapat menular diantara

hewan vertebrata dan manusia. Penyakit yang tergolong dalam zoonosis dengan penyebaran penyakit tersebar ke seluruh penjuru dunia dan yang sering ditemukan di Indonesia misalnya antraks, rabies, leptospirosis, brucelosis, toxoplasmosis, tuberkolosis, salmonellosis, avian Influenza, dan lain-lain. Zoonosis menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) adalah suatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia.

Penyakit pada hewan dapat ditularkan langsung dan tidak langsung atau melaui produk hewan seperti daging, susu, dan telur termasuk penyakit yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan (foodborne disease) dan penyakit yang disebabklan masuknya agen pathogen ke dalam saluran pencernaan (food

infection) serta food intoxination.

Penyakit yang tergolong dalam zoonosis terdapat lebih kurang 150 jenis dengan penyebaran penyakit tersebar ke seluruh penjuru dunia dan yang sering ditemukan di Indonesia seperti antraks, rabies, leptospirosis, brucellosis, toxoplasmosis, tuberkulosis, salmonellosis, avian Influenza dan lain-lain.

2.2 Penyakit Zoonosis 1. Salmonellosis

(5)

Salmonellosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella sp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan mammalia, dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit ini dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan/air yang tercemar Salmonella sp.

Bakteri Salmonella sp. sensitif terhadap panas dimana tidak tahan pada suhu lebih dari 700C. Pasteurisasi pada suhu 71.1oC selama 15 menit dapat menghancurkan Salmonella pada susu. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi dehidrasi dalam kurun waktu yang sama pada feses dan makanan untuk konsumsi hewan dan manusia.

Di Jerman, Eropa dan Amerika Serikat dilaporkan terjadi peningkatan kasus foodborne disease yang disebabkan oleh S.enteritidis yang ditularkan melalui daging, telur dan produk olahan lainnya. Survei di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 30% hasil unggas yang dijual di pasar swalayan terkontaminasi Salmonella sp.

Ternak merupakan sumber utama untuk foodborne salmonellosis pada manusia, hal ini karena di peternakan, dalam tubuh unggas terjadi kolonisasi pada usus unggas dan secara cepat menyebar ke unggas lain. Kolonisasi intestinal akibat Salmonella dalam tubuh unggas dapat meningkatkan risiko kontaminasi selama pemotongan. Telur juga merupakan resevoir untuk Salmonella khusunya S.enteritidis sebagai organisme yang dapat berkoloni pada ovarium ayam.

Transmisi melalui transovari yang menyebabkan bakteri bisa mencapai bagian dalam telur sebelum pembentukan cangkang telur dalam oviduk. Sebagai hasilnya, telur yang disimpan dalam temperatur kamar dapat mengandung konsentrasi S. Enteritidis yang tinggi, dapat mencapai 1011 sel per telur.

(6)

Gambar 1. Transmisi Salmonella melalui transovari

Cara penularan pada manusia salmonellosis dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, terutama telur, daging ayam, susu dan produk pangan asal hewan lainnya. Selain itu, para karyawan yang bekerja pada farm atau kandang ayam dapat tertular penyakit tersebut melalui kotoran (feses) hewan.

2. Toxoplasmosis

Taxoplasmiosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh prozotoa Toxoplasma gondii, penyakit ini dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan genital) pada bayi dan keguguran pada ibu hamil. Hewan yang terserang biasanya sapi, domba, kambing, babi, ayam. Infeksi Toxoplasma gondii diketahui penyebarannya di seluruh dunia pada manusia dan hewan. Manusia terinfeksi secara postnatal apabila menelan sista parasit yang terkandung pada daging yang mentah atau kurang dimasak dengan sempurna, di samping itu dapat juga terinfeksi melalui makanan atau air yang tercemar oleh oosita T. gondii,atau dari lingkungan yang tercemar oleh oosita parasit tersebut.

(7)

Gambar 2. Siklus hidup Toxoplasma gondii

Hasil-hasil penelitian terhadap seroprevalensi toksoplasmosis pada manusia di berbagai daerah di Indonesia telah dilaporkan, yaitu berkisar antara 3,1%-64,0%. Hasil penelitian beberapa peneliti menampilkan bahwa kebiasaan makan sangat menentukan terjadinya infeksi parasit tersebut. Kebiasaan makan sate yang belum masak dengan sempurna, kebiasaan makan lawar di Bali, dan kebiasaan makan daging organ visceral ayam yang dimasak setengah matang, mendorong terjadinya infeksi.

Metode laboratorium toxoplasma godii : 1) Pemeriksaan serologi

Darah yang diperoleh dilakukan pemisahan serum yang kemudian dilakukan pemeriksaan serologis untuk menentukan adanya antibody

(8)

terhadap T. gondiii. Pemeriksaan serologi menggunakan metoda Modified Aglutination Test (MAT).

2) Isolasi T. gondii

Sebanyak 50 gram untuk masing masing jaringan digerus dengan blender dengan kecepatan rendah, kemudian ditambah PBS dan digerus lagi dengan kecepatan tinggi. Hasil gerusan tersebut kemudian ditambahkan larutan pepsin HCl, setelah diinkubasi pada suhu kamar dan diputar dengan magnetic stirerselama satu jam homogenate dicuci tiga kali dengan PBS (mengandung 104 unit potassium-G penisilin dan 100 mg streptomisin dalam 100 ml). Untuk memisahkan pepsin-HCl dilakukan pemutaran pada 2000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan sedimen ditambahkan PBS sampai 100 ml. Suspensi tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk menentukan adanya bradisoit.

3) Bioassay pada mencit

Suspensi dari hasil pemeriksaan metode digesti yang mengandung bradisoit T. gondii kemudian diinokulasikan pada mencit. Untuk menentukan patogenitas dari isolat yang didapat dilakukan dengan menghitung lethal dose (LD) 50 dan infectious dose (ID) 50 berdasarkan metode Reed dan Muench.

3. Keracunan akibat Staphylococcus aureus

Susu merupakan produk hasil ternak perah yang bernilai gizi tinggi. Kandungan gizi yang tinggi pada susu memberi peluang bagi perkembangan bakteri, baik yang patogen maupun non patogen yang dapat menurunkan kualitas susu. Salah satu bakteri patogen yang terdapat di dalam susu sapi segar adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif yang dapat menyebabkan toksik pada manusia serta mastitis pada ternak perah (Abrar et al., 2013). Standarisasi kualitas susu menurut BPOM RI (2008) adalah cemaran mikroba maksimal 1 x 106 CFU/ml dan batas cemaran Staphylococcus aureus maksimal adalah 1 x 102 CFU/ml.

(9)

Cara yang tepat dilakukan untuk menjaga kualitas susu agar terhindar dari kontaminasi bakteri adalah dengan perlakuan dipping. Dipping merupakan perlakuan mencelupkan puting sapi pada larutan desinfektan dengan lama waktu tertentu yang dilakukan setelah pemerahan untuk mencegah masuknya bakteri ke dalam ambing dan mencegah terjadinya mastitis (Pujiati dan Indrianto, 2009). Salah satu desinfektan yang banyak ditemui di pasaran adalah iodosfor. Iodosfor merupakan desinfektan berbahan dasar iodine, sorbitol dan gliserol. Iodosfor dapat digunakan sebagai desinfektan dan dapat mengatasi semua bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Berdasar latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi iodosfor untuk dipping terhadap Total Plate Count (TPC) dan Staphylococcus aureus pada susu sapi FH.

Berdasarkan penelitian Wibowo A.,dkk (2015) bahwa Dipping dengan menggunakan iodosfor pada konsentrasi terendah (0,5%) sudah dapat menurunkan TPC dan Staphylococcus aureus pada susu sapi FH. Disarankan kepada peternak untuk melakukan dipping setelah pemerahan dengan menggunakan iodosfor

2.3 Dampak zoonosis terhadap masyarakat

Kejadian wabah penyakit zoonosis dapat menimbulkan dampak terhadap kehidupan masyarakat antara lain :

1. Mempunyai dampak terhadap ketentraman batin masyarakat dan fobia masyarakat untuk mengkonsumsi pangan asal hewan (daging, susu, dan telur)

2. Berdampak terhadap perekonomian masyarakat dan perdagangan ternak karena kebijakan peerintah terhadap penutupan lalu lintas ternak yang rentan

3. Menimbulkan keresahan masyarakat industri, karena terbatasnya pasokan bahan baku industry karena larangan impor dari Negara yang tertular penyakit hewan.

(10)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian-penelitian terhadap pangan asal hewan masih ditemukannya kuman-kuman patogen seperti Staphylococcus aureus , Salmonella

(11)

sp dan toxoplasma gondii yang dapat menimbulkan ancaman pada kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Dwinata, I Made., dkk. 2012. Seroprevalensi dan Isolasi Toxoplasma gondii pada Ayam Kampung di Bali. Bali :

(12)

Universitas Udayana. Jurnal Veteriner Desember 2012 Vol. 13 No. 4: 340-344.

Nugroho, Widagdo Sri. Tingkat Cemaran Salmonella Sp. pada Telur Ayam Ras di Tingkat Peternakan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan Wibowo. A., dkk. 2015. Tampilan Total Plate Count dan

Staphylococcus Aureus pada Susu Sapi Friesian Holstein akibat Dipping dengan Iodosfor pada Berbagai Konsentrasi. Semarang:Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Animal Agriculture Journal 4(1): 88-92, April 2015.

Gambar

Gambar 1. Transmisi Salmonella melalui transovari
Gambar 2. Siklus hidup Toxoplasma gondii

Referensi

Dokumen terkait

 Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang kurang sesuai dengan data, tidak terdapat pengembangan hasil pada masalah lain.  Kerjasama

Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup

dibina oleh Puri Mengwi untuk kepentingan pariwisata di puri tersebut juga berfungsi sebagai pengikat hubungan patron-client antara puri dengan masyarakat di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh dosis kapur dan pupuk kandang kambing dan untuk menentukan dosis kombinasi kapur dan pupuk kandang

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru seperti o, ya, wah, aduh, dan kasian, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang

tentang Calon Tenaga Pendidik Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia Melalui Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T) Universitas Negeri Malang Kerjasama dengan Ditjen

Perusahaan “Pulau Teladan” adalah perusahaan yang bergerak di bidang konfeksi. Penelitian di perusahaan “Pulau Teladan” ini menitik beratkan pada produk pakaian

Pengelolaan Dusun Sungai Bungo berada di bawah wewenang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu, untuk mengembangkan potensi atraksi alam maupun budaya