PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STATUS WILAYAH GUNUNG KELUD (STUDI PADA MASYARAKAT di DESA SUGIHWARAS
KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI)
MEIRINA AYU PATRIYANI
Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang
Email:meirin70@yahoo.co.id
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan beberapa hal yaitu, (1) Mendiskripsikan kronologis masalah menurut masyarakat Desa
Sugihwaras tentang status wilayah Gunung Kelud, (2) Mendiskripsikan persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud, (3) Upaya yang di lakukan masyarakat Desa Sugihwaras dalam mempertahankan wilayah Gunung Kelud agar tetap menjadi milik Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian di kumpulkan dari hasil observasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian: (1) Kronologis masalah tentang status wilayah Gunung Kelud berawal dari perselisihan batas wilayah antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar. Muncul klaim dari Pemerintah Kabupaten Blitar bahwa Gunung Kelud merupakan bagian dari wilayah Blitar. Ditetapkanlah Surat Keputusan oleh Gubernur Jawa Timur Nomor. 188/113/KPTS/013/2012 tentang Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar Dengan Kabupaten Kediri yang Terletak Pada Kawasan Gunung Kelud di Provinsi Jawa Timur, yang menyatakan bahwa
kawasan puncak Gunung Kelud di tetapkan dalam wilayah dari Kabupaten Kediri. (2) Persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud adalah masyarakat tetap meyakini dan sepakat Gunung Kelud sejak dulu milik Kabupaten Kediri. Dan (3), upaya masyarakat Desa Sugihwaras dalam
mempertahankan wilayah Gunung Kelud yaitu dengan mempercayakan segala urusan dan ketentuan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri.
Kata kunci: Persepsi, Masyarakat, Status Wilayah, Gunung Kelud
Latar Belakang Masalah
Adanya perselisihan batas wilayah terhadap status wilayah Gunung Kelud yang saat ini sedang di pergunjingkan antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar cukup menarik perhatian. Persepsi masyarakat Desa Sugihwaras yang merupakan masyarakat paling dekat dengan Gunung Kelud dapat memberikan penguatan terhadap kepemilikan status wilayah Gunung Kelud tersebut. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar bersih kukuh mengklaim ingin menetapkan bahwa wilayah Gunung Kelud menjadi milik Kabupaten Blitar. Namun
Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri akan sebisa mungkin tetap mempertahankan wilayah Gunung Kelud untuk tetap menjadi milik Kabupaten Kediri. Adanya kasus tentang perselisihan perebutan wilayah atau status wilayah Gunung Kelud antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar masih diperjuangkan oleh masyarakat Kediri sampai dengan adanya keputusan dari Pemerintah Pusat Jawa Timur. Melihat letak dan kondisi geografis di Indonesia serta perbedaan kondisi sosial budaya, ekonomi, dan politik seperti sekarang ini maka hubungan antar Pemerintah Daerah yang satu dengan Pemerintah Daerah yang lain patut
mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Daerah Provinsi. Sengketa wilayah ini terutama meruncing setelah turunnya Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor. 188/113/KPTS/013/2012 tentang Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar Dengan Kabupaten Kediri yang Terletak Pada Kawasan Gunung Kelud di Provinsi Jawa Timur, yang menyatakan bahwa kawasan puncak Gunung Kelud di tetapkan dalam wilayah dari Kabupaten Kediri.
Landasan Teori
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito, 2004: 87-88). Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Menurut Slameto (2003: 102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Pada dasarnya, persepsi merupakan proses kognitif yang dialami seseorang dalam memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, penghayatan dan lain-lain. Bahwa persepsi setiap orang itu berbeda-beda karena, sebagai makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat
Permasalahan Penelitian
1. Bagaimana kronologis masalah menurut masyarakat Desa Sugihwaras tentang status wilayah Gunung Kelud ?
2. Bagaimana persepsi masyarakat desa Sugihwaras terhadap dengan status wilayah Gunung Kelud saat ini ?
3. Bagaimana upaya masyarakat desa Sugihwaras dalam mempertahankan wilayah Gunung Kelud agar tetap menjadi milik Kabupaten Kediri ? Harapan Hasil Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, hasil penelitian diharapkan dapat membantu memberikan bahan masukan dalam mengumpulkan referensi terkait persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud di Kabupaten Kediri.
2. Bagi Masyarakat Desa Sugihwaras
Bagi masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memberikan gambaran kondisi masalah perselisihan status wilayah Gunung Kelud di Kabupaten Kediri.
3. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu memberikan informasi dan referensi terkait persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud di
Kabupaten Kediri.
4. Bagi Universitas Negeri Malang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi bagi pihak Universitas Negeri Malang khususnya untuk Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan prodi PPKn tentang Persepsi Masyarakat Desa Sugihwaras Terhadap Status Wilayah Gunung Kelud di Kabupaten Kediri.
METODE
Penelitian yang membahas tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Status Wilayah Gunung Kelud Studi Pada Masyarakat di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha
mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistic-kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci, penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti sebagai instrument kunci dalam penelitian dan dilakukan dengan cara observasi,
wawancara mendalam dan pengamatan dengan informan yaitu Kepala Desa (Bapak Bejo Utami), perangkat desa (Bapak Didik, Bapak Suprapto, Bapak Eko, dan Bapak Sukamdiah), tokoh masyarakat (Mbah Jaman), pemuda desa di Desa Sugihwaras (Bapak Purwanto), dan masyarakat Desa Sugihwaras (Ibu Endang). Dengan dilakukannya observasi tersebut diharapkan dapat menggali bagaimana persepsi masyarakat desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud.
Pada penelitian ini, kehadiran peneliti sangat penting karena bertindak sebagai pengumpul data secara langsung dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data tanpa turut berpartisipasi dalam kegiatan yang ada dalam lokasi penelitian. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain memperoleh informasi data dari sumber secara langsung adalah dengan adanya alat bantu yaitu dengan recorder dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, dan berfungsi sebagai instrument pendukung.
Lokasi penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Desa tersebut berada di lereng Gunung Kelud. Lokasi Desa Sugihwaras terletak jauh dari pusat Kota Kediri. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu mendapatkan informasi secara langsung yaitu berupa kata-kata atau ucapan dari informan yaitu Kepala Desa (Bapak Bejo Utami), perangkat desa (Bapak Didik, Bapak Suprapto, Bapak Eko, dan Bapak Sukamdiah), tokoh
masyarakat (Mbah Jaman), pemuda desa di Desa Sugihwaras (Bapak Purwanto), dan masyarakat Desa Sugihwaras (Ibu Endang) dan sumber data sekunder yaitu peneliti mengumpulkan data dari dokumen Desa Sugihwaras yaitu profil desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des), dan lampiran-lampiran yang telah diputuskan dari badan-badan resmi yang dianggap penting.
Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan teknik
Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono (2011:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Aktivitas dalam analisis data meliputi:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan sejumlah data yang diperoleh peneliti yang terekam baik dari hasil observasi atau dari sejumlah dokumen. Data di peroleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu Kepala Desa (Bapak Bejo Utami), perangkat desa (Bapak Didik, Bapak Suprapto, Bapak Eko, dan Bapak
Sukamdiah), tokoh masyarakat (Mbah Jaman), pemuda desa di Desa Sugihwaras (Bapak Purwanto), dan masyarakat Desa Sugihwaras (Ibu Endang). Selain itu juga merupakan dokumen-dokumen seperti profil desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, dan lampiran surat-surat. Data yang terkumpul masih sangat luas dan bersifat umum serta tidak tersusun berdasarkan kategori tertentu.
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Yaitu merangkum hasil wawancara dengan informan yaitu Kepala Desa (Bapak Bejo Utami), perangkat desa (Bapak Didik, Bapak Suprapto, Bapak Eko, dan Bapak Sukamdiah), tokoh masyarakat (Mbah Jaman), pemuda desa di Desa Sugihwaras (Bapak Purwanto), masyarakat Desa Sugihwaras (Ibu Endang), dan juga
mengsinkronkan dengan dokumen-dokumen yang di peroleh yaitu profil desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, dan lampiran surat-surat. Dengan demikian data yang telah direduksi oleh peneliti akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dengan uraian singkat. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian
4. Penarikan kesimpulan
Berdasarkan pemahaman terhadap penyajian data yang telah dihasilkan, peneliti berusaha untuk mencari makna data yang telah tergali atau terkumpul untuk mencari pola, tema, hubungan, persamaan hal-hal yang sering timbul, kemudian dari data yang telah diperoleh tersebut peneliti mengambil kesimpulan.
HASIL
1. Kronologis Masalah Menurut Masyarakat Desa Sugihwaras Tentang Status Wilayah Gunung Kelud
Perselisihan status wilayah Gunung Kelud antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar dimulai dari adanya pembuatan jalan setapak atau jalan tembus menuju Gunung Kelud oleh warga Kabupaten Blitar dengan cara merusak hutan lindung milik Dinas Perhutani Kabupaten Kediri. Pembuatan jalan tersebut yang tanpa seijin pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri. Pembuatan jalan tersebut dilakukan secara diam-diam oleh warga Kabupaten Blitar dan dianggap merusak hutan lindung milik Dinas Perhutani Kabupaten Kediri. Dari adanya tindakan warga Blitar tersebut membuat pihak Dinas Perhutani dan masyarakat Desa Sugihwaras merasa tidak terima. Adanya masalah tersebut menjadi ramai hingga dibawa ke Pemerintahan. Kemudian masyarakat Kabupaten Blitar
mengklaim bahwa wilayah puncak Gunung Kelud tersebut masuk dalam wilayah Kabupaten Blitar. Gunung Kelud sebenarnya masuk dalam tiga wilayah yaitu, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar. Dan memang sejak dulu secara de facto dan de yure yaitu ungkapan atau pernyataan secara hukum dan sesuai kenyataan Gunung Kelud itu adalah hak milik Kabupaten Kediri. Karena yang sejak dulu yang menjaga, melestarikan alamnya, dan juga
membangun infrastruktur hingga sekarang adalah Pemerintah Kabupaten Kediri. Namun dengan adanya pernyataan bahwa Pemerintah Kabupaten Blitar yang berambisi mengklaim bahwa Gunung Kelud milik Kabupaten Blitar pihak Pemerintah Kabupaten Kediri pun juga kurang tahu apa alasan mereka. Padahal sejak dulu, saat pariwisata di Gunung Kelud belum ramai Pemerintah Kabupaten Blitar tidak pernah mempermasalahkan tentang keberadaan status wilayah Gunung Kelud yang sebenarnya. Tetapi saat prasarana dan infrastruktur di dalam
pengembangan kawasan wisata Gunung Kelud di perbaiki oleh Pemerintah Kabupaten Kediri, kemudian Pemerintah Kabupaten Blitar tiba-tiba mengklaim bahwa Gunung Kelud adalah milik wilayah Kabupaten Blitar. Adanya pengakuan tersebut membuat Pemerintah Kabupaten Kediri juga cukup resah. Sehingga masalah tersebut dibawa hingga ke Pemerintah Pusat Jawa Timur. Menuju kawasan Gunung Kelud yang merupakan jalan akses satu-satunya ke lokasi Gunung Kelud adalah melewati Kabupaten Kediri yaitu salah satunya adalah Desa Sugihwaras. Namun masyarakat Kabupaten Blitar ada yang tanpa ijin membuat jalan setapak dengan merusak hutan lindung milik Dinas Perhutani Kabupaten Kediri. Jalan setapak tersebut jaraknya cukup jauh jika menuju kawasan Gunung Kelud. Desa Sugihwaras yang berada di lereng Gunung Kelud merupakan desa terakhir di Kabupaten Kediri bila menuju ke arah Gunung Kelud. Ditetapkannya Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor. 188/113/KPTS/013/2012 tentang Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar Dengan Kabupaten Kediri yang Terletak Pada Kawasan Gunung Kelud di Provinsi Jawa Timur pada tanggal 28 Februari 2012 oleh Gubernur Jawa Timur bahwa
berdasarkan garis batas wilayah kawasan Gunung Kelud masuk wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Keputusan tersebut menjelaskan bahwa Gunung Kelud sah masuk wilayah Kabupaten Kediri. Hal tersebut membuat Pemerintah Kabupaten Blitar tidak terima dan mengajukan gugatan atas keputusan tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jawa Timur dengan alasan bahwa Kabupaten Kediri tidak memiliki bukti cukup kuat tentang peta wilayah. Namun peta yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Blitar juga dianggap tidak valid karena hanya merupakan peta Top Dam atau peta militer milik TNI. Pemerintah Kabupaten Kediri memiliki bukti bahwa sesuai sejarah dan adanya peta yang dibuat dari sebelum kemerdekaan menunjukkan bukti yang cukup kuat bahwa Gunung Kelud adalah bagian dari wilayah Kabupaten Kediri. Hingga saat ini masalah ini belum juga menemui titik
kejelasan. Masyarakat Kabupaten Kediri khususnya masyarakat Desa Sugihwaras tetap yakin dan menganggap bahwa Gunung Kelud sejak dulu dan sampai
kapanpun adalah milik Kediri. Masyarakat Kediri khususnya masyarakat Desa Sugihwaras tidak mempermasalahkan hal tersebut. Keberanian Pemerintah
Kabupaten Blitar untuk melakukan gugatan terkait keputusan tersebut dianggap memliki alasan tersendiri dan Pemerintah Kabupaten Kediri tidak tahu apa alasannya. Menurut masyarakat Desa Sugihwaras hal seperti itu adalah wajar, karena merupakan hak warga negara untuk menyelesaikan masalahnya secara hukum.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Status Wilayah Gunung Kelud
Persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap masalah ini adalah mereka menyerahkan segala keputusan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah Provinsi. Adapun banyaknya perselisihan paham yang sedikit membuat masyarakat resah namun masyarakat tetap tenang dalam menanggapi hal tersebut. Masyarakat Desa Sugihwaras cenderung menyerahkan segala urusan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri. Mereka percaya dan sepakat bahwa wilayah Gunung Kelud sejak dulu dilihat dari sejarah adalah bagian dari wilayah Kediri. Selain itu, jika ada kejadian atau sesuatu yang terjadi di wilayah Gunung Kelud yang bertanggung jawab adalah masyarakat Kabupaten Kediri khususnya masyarakat Desa Sugihwaras. Jika terjadi bencana alam ketika Gunung Kelud meletus yang menangani dan terkena dampak letusan secara langsung adalah Desa Sugihwaras yang letaknya di lereng Gunung Kelud. Dan juga saat ada kejadian kecelakaan ataupun ada orang yang tenggelam di kawah Gunung Kelud yang mengurusi juga masyarakat Desa Sugihwaras.
3. Upaya Masyarakat Dalam Mempertahankan Wilayah Gunung Kelud Agar Tetap Menjadi Milik Kabupaten Kediri
Upaya yang telah dilakukan masyarakat Desa Sugihwaras hingga saat ini belum begitu terlihat, karena masyarakat memang meyakini bahwa Gunung Kelud memang milik Kabupaten Kediri sejak dulu. Karena sejak dulu yang membangun dan menjaga wilayah Gunung Kelud adalah masyarakat Desa Sugihwaras. Selain itu Gunung Kelud merupakan aset wisata Kabupaten Kediri khususnya bagi masyarakat Desa Sugihwaras. Sejak dibukanya kawasan wisata di Gunung Kelud kehidupan masyarakat Desa Sugihwaras cukup meningkat baik di bidang
ekonomi. Perkembangan masyarakat Desa Sugihwaras mulai membaik, yang sebelumnya hanya pengangguran sekarang bisa menjadi ojek, pedagang, dan membuka tempat penginapan di sekitar lokasi wisata.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan pada papran data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kronologis masalah menurut masyarakat Desa Sugihwaras tentang status wilayah gunung Kelud
Kronologis masalah menurut masyarakat Desa Sugihwaras tentang status wilayah Gunung Kelud dapat di simpulkan bahwa masalah tersebut berawal dari perselisihan batas wilayah antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar. Dimana warga dari Kabupaten Blitar dengan tanpa ijin membuat jalan tembus atau jalan setapak untuk menuju Gunung Kelud. Pembuatan jalan tersebut di nilai merusak hutan lindung milik Dinas Perhutani Kabupaten Kediri. Masalah tersebut menjadi rumit dan berlanjut hingga ke Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri bahkan hingga Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. Dari adanya masalah tersebut kemudian muncul klaim dari Pemerintah Kabupaten Blitar bahwa Gunung Kelud merupakan bagian dari wilayah Blitar. Pada akhirnya, di tetapkanlah melalui Surat Keputusan oleh Gubernur Jawa Timur Nomor.
188/113/KPTS/013/2012 tentang Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Antara Kabupaten Blitar Dengan Kabupaten Kediri yang Terletak Pada Kawasan Gunung Kelud di Provinsi Jawa Timur, yang menyatakan bahwa Gunung Kelud sah menjadi milik Kabupaten Kediri. Namun, dengan adanya keputusan tersebut pihak dari Kabupaten Blitar tidak terima dan mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jawa Timur. Hingga saat ini kejelasan mengenai status wilayah Gunung Kelud menjadi tidak jelas, tetapi masyarakat Kabupaten Kediri khusunya masyarakat Desa Sugihwaras tetap yakin dan menganggap bahwa Gunung Kelud milik Kabupaten Kediri.
2. Persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Desa Sugihwaras terhadap status wilayah Gunung Kelud adalah masyarakat tetap meyakini dan sepakat bahwa Gunung Kelud sejak
dulu dan sesuai sejarah milik Kabupaten Kediri. Menurut masyarakat Desa
Sugihwaras secara de facto dan de yure dan sesuai sejarah wilayah Gunung Kelud berada di wilayah Kabupaten Kediri. Selain itu, adanya masalah ini masyarakat tidak menunjukkan gejolak apapun terkait adanya masalah tersebut. Masyarakat tetap tenang dan menjalani hari-hari seperti biasa.
3. Upaya masyarakat Desa Sugihwaras dalam mempertahankan wilayah Gunung Kelud Agar Tetap Menjadi Milik Kabupaten Kediri
Upaya masyarakat Desa Sugihwaras dalam mempertahankan status
wilayah Gunung Kelud yaitu dengan mempercayakan segala urusan dan ketentuan kepada Pemerintah Kabupaten Kediri. Masyarakat hanya mendukung segala kinerja yang dilakukan Pemerintah dalam mempertahankan wilayah Gunung Kelud agar tetap menjadi milik Kabupaten Kediri. Selain itu masyarakat juga akan tetap mempertahankan status wilayah Gunung Kelud agar tetap menjadi milik Kabupaten Kediri. Karena Gunung Kelud merupakan aset wisata terbesar bagi Kabupaten Kediri yang harus di pertahankan dan di lestarikan bagi masyarakat yang berada di sekitarnya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap status wilayah Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Universitas Negeri Malang
Penelitian ini seyogyanya dapat membantu untuk di jadikan bahan riset dan dapat ditindak lanjuti sebagai riset-riset berikutnya.
2. Bagi Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Sugihwaras
Penelitian ini di seyogyanya dapat membantu Pemerintah Desa dalam memberi penguatan kepada masyarakat dalam mempertahankan status wilayah Gunung Kelud di Kabupaten Kediri. Dan juga bagi masyarakat Desa
Sugihwaras dapat dijadikan pertimbangan agar masyarakat tetap kondusif dalam mempertahankan status wilayah Gunung Kelud sebagai bagian dari wilayah dalam Kabupaten Kediri. Selain itu masyarakat juga tidak terprovokasi dengan adanya berita-berita yang kurang bertanggung jawab. Jadi adanya
permasalahan ini sebaiknya antara kedua belah pihak Pemerintah Daerah tersebut dipertemukan dalam musyawarah yang diwadahi oleh Pemerintah Daerah Provinsi untuk menetapkan keputusan. Dan jika keputusan tersebut sudah ditetapkan kedua belah pihak Pemerintah Daerah harus menerima dengan lapang dada.
Daftar Rujukan
Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Asshiddiqie, Jimly. 2009. Komentar atas Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika
Bratakusumah, Deddy dan Dadang Solihin. 2003. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Budiharsono, Sugeng. 2005. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Moleong, J. Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Moleong. J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Moleong. J. Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba (bagian sejarah Batak). Yayasan Obor Indonesia.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soelaeman, Munandar. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Revika Aditama Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 2004. Otonomi Daerah. Surabaya: Serba Jaya
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi Kelima). Malang: UM Press.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi sosial. Yogyakarta: CV Andi Offset Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI
Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wisadirana, Darsono. 2004. Sosiologi Pedesaan. UMM Press
Yuliati, Yayuk dan Mangku Poernomo. 2003. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama
. 2011. Profi Desa Sugihwaras. Desa Sugihwaras
. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Desa Sugihwaras Peraturan Daerah Kabupaten Kediri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030. (Online),
http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20130207101402.pdf (di akses pada tanggal 29 Maret 2013)