Assessment (EHRA
LAPORAN STUDI EHRA
( Environmental Health Risk Assessment
)
Kabupaten Tapanuli
Tengah
Provinsi Sumatera Utara
Disiapkan Oleh :
Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP) Tahun 2014
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP) Tahun 2014
Assessment (EHRA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Karunianya sehingga pelaksanaan Studi EHRA Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014 dapat terselesaikan meskipun dalam keterbatasan waktu, anggaran, dan sumber daya manusia yang tersedia. Anggaran dalam Studi EHRA ini bersumber dari Dana APBD-P Kabupaten Tapanuli Tengah yang teralokasikan dalam DPA Kantor Bappeda Kabupaten Tapanuli Tengah.
Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk penulisan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Selain itu buku ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada kalangan pemerintahan, lembaga profesional, dunia usaha dan masyarakat luas dalam upaya mendukung program pengelolaan sanitasi guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dokumen ini adalah Laporan EHRA di Kabupaten Tapanuli Tengah yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai bulan Juni tahun 2014. Penyusunan laporan ini dilakukan oleh Tim Studi EHRA yang dibentuk oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah serta dibantu berbagai pihak antara lain Bappeda sebagai leading sektor penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah city facilitator, Koordinator wilayah, Supervisor lapangan, Petugas entri data, Bidan Desa selku Enumerator dan pihak kecamatan se-Kabupaten Tapanuli Tengah.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk bersama-sama menyelesaikan proses Studi EHRA ini. Masukan dan koreksi sangat kami perlukan untuk menyempurnakan Studi EHRA dimasa yang akan datang.
Pandan, November 2014 Plt. BUPATI TAPANULI TENGAH WAKIL BUPATI TAPANULI TENGAH
H. SUKRAN JAMILAN TANJUNG, SE
Assessment (EHRA
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang telah melakukan peminatan terhadap program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman). Salah satu permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah belum terpenuhinya target MDGs yang sudah ditetapkan dalam bidang kesehatan. Studi EHRA ini bertujuan untuk mengetahui resiko kesehatan lingkungan di masyarakat yang hasilnya akan dituangkan dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) dimana buku putih ini sebagai dasar menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang berisi program - program untuk mengejar ketertinggalan pembangunan sanitasi di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.
Penentuan kebijakan sampel dalam Studi EHRA untuk Kabupaten Tapanuli Tengah adalah dengan mengambil sebagian dari desa/kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Area Studi EHRA, hal ini dikarenakan jumlah desa/kelurahan cukup banyak dan dana yang tersedia terbatas. Penetapan desa/kelurahan dipilih sesuai dengan salah satu kondisi/kebijakan sampling yakni dengan menetapkan jumlah responden tertentu yang akan diambil sebagai Area Studi EHRA. Dengan jumlah populasi rumah tangga yang ada di Kabupaten Tapanuli Tegah sebanyak 69.357 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 382. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil stratifikasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah menetapkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 520 responden/sampel dengan jumlah desa/kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 13 desa/kelurahan, dengan jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden.
Kemudian dilakukan Stratifikasi desa/kelurahan terhadap seluruh desa/kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Stratifikasi atau penentuan strata desa/kelurahan, dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah bersama petugas Kecamatan dengan menggunakan empat kriteria utama penentuan strata yaitu strata 0, 1, 2, 3 dan 4. Hasil penentuan strata desa/kelurahan dan Jumlah desa/kelurahan sebagai Target Area Studi EHRA berdasar jumlah responden yang diambil sebagai sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No. Strata
Jumlah & Persentase Desa/Kelurahan tiap Strata
Jumlah Desa/Kelurahan yang diambil sebagai Target
Area Studi Jumlah % Jumlah % 1 Strata 0 9 5% 1 5% 2 Strata 1 56 32% 4 32% 3 Strata 2 41 23% 3 23% 4 Strata 3 49 28% 4 28% 5 Strata 4 22 12% 1 12% Jumlah 177 100% 13 100%
Assessment (EHRA
Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan langsung. Untuk quality control, tim spot
check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan
wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
Manfaat penghitungan Indeks Resiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area beresiko sanitasi. Hasil analisis mengenai Indeks Risiko yang mencakup 5 hal penting untuk Kabupaten Tapanuli Tengah, dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Prioritas berdasarkan permasalahan yang mendesak sesuai dengan hasil Studi EHRA diatas, terlihat bahwa yang menjadi resiko sanitasi dan menjadi prioritas pada Strata 0 adalah Perilaku hidup bersih sehat (77%) dan Air limbah domestik (57%) serta Sumber air (44%). Untuk strata 1 yang menjadi resiko sanitasi adalah persampahan (92%) dan Perilaku hidup bersih sehat (58%) serta Air limbah domestik (57%). Untuk strata 2 yang menjadi resiko sanitasi adalah persampahan (89%) dan Perilaku hidup bersih sehat (60%) serta Air limbah domestik (59%). Untuk strata 3 yang menjadi resiko sanitasi adalah Perilaku hidup bersih sehat (62%), Sumber air (49%) dan Genangan air (47%) serta Perilaku hidup bersih sehat (47%). Untuk strata 4 yang menjadi resiko sanitasi adalah Perilaku hidup bersih sehat (72%) dan Air limbah domestik (57%) serta Sumber air (53%).
Assessment (EHRA
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR ISTILAH ... v DAFTAR TABEL ... viDAFTAR GRAFIK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2
1.3. Waktu Pelaksanaan Studi EHRA ... 3
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA ... 4
2.1. Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah ... 6
2.2. Penentuan Strata Desa/Kelurahan ... 7
2.3. Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi ... 15
2.4. Penentuan RT dan Responden di Lokasi di Area Studi ... 22
2.5. Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya ... 23
BAB III HASIL STUDI EHRA ... 25
3.1. Informasi Responden ... 25
3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ... 27
3.3. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja ... 30
3.4. Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir ... 34
3.5. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga ... 39
3.6. Perilaku Higiene dan Sanitasi ... 42
3.7. Kejadian Penyakit Diare ... 45
3.8. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) ... 46
BAB IV PENUTUP ... 49 LAMPIRAN – LAMPIRAN.
Assessment (EHRA
DAFTAR ISTILAH
Air Limbah : Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan.
Air limbah domestik : Air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang).
Badan air penerima : Sungai, kali, danau, saluran, kolam, dan lain-lain yang menerima pembuangan limbah.
Bangunan atas jamban : Bagian dari fasilitas pembuangan yang berfungsi melindungi pemakai dari gangguan cuaca, kontaminasi dari tinja manusia dan/atau melalui lingkungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui vektor pembawa penyakit.
Bangunan bawah : Bangunan penampung dan pengolah tinja yang bisa berupa cubluk atau tangki septik.
Bangunan tengah jamban : Bangunan yang terdiri dari plat jongkok dan lantai jamban. Bidang resapan : Daerah permukaan untuk menampung air yang keluar dari suatu sistem
pengolahan air limbah rumah tangga.
Black water : Air limbah yang berasal dari jamban atau WC saja.
Cubluk : Sistem pembuangan tinja sederhana, terdiri atas lubang yang digali secara manual dilengkapi dengan dinding rembes air ).
Feces (faeces) : Buangan tinja dari manusia atau hewan tanpa urine (Water Environment Federation).
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) : Instalasi pengolahan air limbah yang didisain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan) (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang).
Jamban : Fasilitas pembuangan tinja.
Lantai jamban : Sarana atau perlengkapan bangunan atas, agar bangunan kuat menopang leher angsa.
Leher angsa : Komponen plat jongkok yang berisi air perapat untuk menahan bau agar tidak keluar dari jamban.
Pencemaran : Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia. Akibatnya kualitas air turun sampai ke tingkat yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Pengolahan air limbah : Perlakuan terhadap air limbah, agar air dapat dibuang ke badan air sesuai baku mutu yang disyaratkan.
Plat jongkok : Sarana atau perlengkapan jamban, yang dilengkapi lubang masuk tinja dan air kotor untuk dialirkan ke cubluk atau tangki septik.
Saluran : Pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau tangki septik. Sistem sanitasi off site : Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta
diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah Kota. Sebelumnya lebih dulu melalui penyaluran perpipaan air limbah kota (sewer pipe).
Sistem sanitasi onsite : Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir lumpur tinja.
Assessment (EHRA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan Area Studi EHRA ... 9
Tabel 2.2. Rekapitulasi Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan ... 13
Tabel 2.3. Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan sebagai Area Studi EHRA ... 15
Tabel 2.4. Pemilihan Desa/Kelurahan sebagai lokasi studi ... 17
Tabel 2.5. Rekapitulasi Desa/Kelurahan yang terpilih sebagai lokasi studi ... 21
Tabel 2.6. wilayah tugas enumerator dan supervisor pada pelaksanaan studi EHRA ... 24
Tabel 3.1. Informasi Responden ... 25
Tabel 3.2. Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA ... 29
Tabel 3.3. Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA ... 34
Tabel 3.4. Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ... 39
Tabel 3.5. Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ... 41
Tabel 3.6. Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA ... 44
Tabel 3.7. Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA ... 45
Assessment (EHRA
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Gambar 3.1. Grafik Pengelolaan Sampah ... 28
Gambar 3.2. Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga ... 29
Gambar 3.3. Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar ... 30
Gambar 3.4. Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja ... 31
Gambar 3.5. Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik ... 32
Gambar 3.6. Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik ... 32
Gambar 3.7. Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman ... 33
Gambar 3.8. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir ... 34
Gambar 3.9. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin ... 35
Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir ... 35
Gambar 3.11. Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah ... 36
Gambar 3.12. Grafik Persentase Kepemilikan SPAL ... 36
Gambar 3.13. Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga ... 37
Gambar 3.14. Persentase SPAL yang Berfungsi ... 38
Gambar 3.15. Grafik Pencemaran SPAL ... 38
Gambar 3.16. Grafik Akses Terhadap Air Bersih ... 40
Gambar 3.17. Grafik Sumber Air Minum dan Memasak ... 41
Gambar 3.18. Grafik CTPS di Lima Waktu Penting ... 42
Gambar 3.19. Grafik Waktu Melakukan CTPS ... 43
Gambar 3.20. Grafik BABS ... 44
Assessment (EHRA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Sanitasi merupakan salah satu usaha yang memberikan kontribusi positif terhadap penanganan tingkat kemiskinan dalam jangka waktu menengah dan panjang melalui tersedianya lingkungan yang sehat. Dengan tersedianya lingkungan yang sehat maka derajat kesehatan masyarakat juga akan meningkat sehingga kesejahteraan masyarakat akan bisa dicapai. Sanitasi menjadi tantangan, tugas dan kewajiban yang harus dihadapi pemerintah dan masyarakat. Masalah ini menjadi persoalan pembangunan Nasional dan Daerah, termasuk Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan pembangunan sanitasi di daerah, khususnya di Kabupaten Tapanuli Tegah diperlukan sebuah terobosan di dalam pembangunan sanitasi, yaitu melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program ini mempunyai target hingga 2014 sebagai berikut :
1. Stop BAB Sembarangan (Stop BABS) di wilayah perkotaan dan pedesaan pada 2014. 2. Perbaikan pengelolaan persampahan, melalui implementasi 3R (reduce, reuse, recycle)
dan TPA berwawasan lingkungan (sanitary landfill dan controlled landfill). 3. Pengurangan genangan di kawasan perkotaan seluas.(Luasnya Berapa).
Pada umumnya penyebab buruknya kondisi sanitasi di perkotaan adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi yang tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, tidak berkelanjutan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sarana sanitasi yang baik dan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk itu perlu dilakukan suatu strategi untuk memperbaiki buruknya kondisi sanitasi di perkotaan melalui Strategi Sanitasi Kota (SSK) berskala daerah dengan data aktual. Untuk menyusun SSK, diperlukan penyusunan Buku Putih Sanitasi yang merupakan potret sanitasi kabupaten/kota yang disusun berdasarkan data empiris melalui studi
Environmental Health Risk Assesment (EHRA) yang merupakan studi risiko kesehatan lingkungan,
data sekunder berdasarkan persepsi SKPD yang dapat menentukan area berisiko sanitasi.
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di
Assessment (EHRA
kabupaten/kota sampai dengan kelurahan. Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/Kota karena :
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.
2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda.
3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang.
4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di
desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa.
6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.
Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil studi EHRA dilaksanakan secara penuh oleh Pokja Kabupaten Tapanuli Tengah dengan bantuan City Fasilitator (CF) dan memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan data. Petugas pengumpul data (Enumerator) umumnya adalah Bidan Desa, Kader Posyandu, Kader PKK atau lainnya.
1.2. Tujuan dan Manfaat.
Adapun Tujuan studi EHRA adalah :
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan.
2. Memberikan Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan. 3. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi
Manfaat dari Studi EHRA adalah : hasil studi digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK)
Assessment (EHRA
1.3. Waktu Pelaksanaan Studi EHRA.
Jadwal pelaksanaan Studi EHRA Kabupaten Tapanuli Tengah dilaksanakan mulai akhir bulan Mei 2014 sampai bulan September 2014.
Jadwal Pelaksanaan Studi EHRA 2014 Kabupaten Tapanuli Tengah
No Kegiatan Mei Juni PeriodeJuli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pelaksanaan Studi EHRA 1.1 Persiapan Studi EHRA
Rapat persiapan untuk :
a. Membangun kesepahaman tentang studi EHRA
b. Membentuk Tim Pelaksana studi EHRA c. Menyiapkan anggaran studi EHRA 1.2 Penentuan area studi
a. Penentuan Stratifikasi Desa/Kelurahan wilayah studi EHRA
b. Penentuan desa/kelurahan wilayah studi EHRA
c. Penentuan responden terpilih dalam setiap desa/kelurahan
1.3 Pelatihan supervisor, enumerator, dan petugas entri data
a. Pemilihan supervisor, enumerator dan petugas entri data
b. Pelatihan Studi EHRA praktik wawancara bagi enumerator dan pelatihan entri data 1.4 Pelaksanaan studi EHRA
1.5 Pengolahan, Analisis Data dan penulisan laporan a. Entri Data
b. Analisis Data c. Penulisan Laporan
Assessment (EHRA
BAB II
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten/Kota untuk menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Studi EHRA ini memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota. Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Studi EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni : 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator mengikuti pelatihan enumerator selama 1 ( satu ) hari. Dalam pelatihan supervisor dan enumerator, materi yang dilatihkan adalah cara pengumpulan data yang merupakan salah satu bagian penting dari rangkaian kegiatan studi untuk memperoleh data yang akurat dan valid, antara lain mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrumen EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrumen.
Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai Target Area Studi. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap desa/kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. RT (Rukun Tetangga) Area Studi maupun responden atau sampel Studi EHRA diharapkan bisa merepresentasikan/mewakili sifat dari populasi yang diwakilinya. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak perempuan yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Assessment (EHRA
cara bertanya secara langsung kepada responden menggunakan kuesioner terstruktur yang dilengkapi dengan buku pedoman pengisian kuesioner. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang hasilnya ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu : pewawancara/Enumerator, responden, materi pertanyaan (kuesioner/daftar pertanyaan) dan situasi pada saat wawancara. Agar hasil wawancara mempunyai mutu yang baik, pewawancara harus menyampaikan pertanyaan kepada responden dengan baik dan jelas. Kalau perlu pewawancara harus menggali lebih lanjut jawaban responden yang belum jelas (probing) sehingga responden mau menjawab dengan jujur. Pewawancara hanya boleh secara berulang-ulang membacakan pertanyaan yang persis sama dan tidak boleh sedikitpun diubah oleh pewawancara. Wawancara dan pengamatan oleh Enumerator diselesaikan dalam waktu sekitar 30 - 45 menit.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot
check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan
dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut :
1. Penanggungjawab : Pokja Sanitasi Kabupaten TapanuliTengah. 2. Koordinator Studi : Kadis Kesehatan Kabupaten TapanuliTengah.
3. Anggota : BAPPEDA, Dinas PU, Bapedalda, Komunikasi dan lnformatika, Dinas Perhubungan.
4. Koordinator Kecarnatan : Kepala Puskemas – Kabupaten Tapanuli Tengah. 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas se- Kabupaten Tapanuli Tengah. 6. Tim Entry Data : Dinas Kesehatan, Bappeda dan Dinas PU.
7. Tim Analisis Data : Dinas Kesehatan dan Bappeda. 8. Enumerator : Bidan desa/kelurahan.
Assessment (EHRA
2.1. Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah.
Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam menentukan kebijakan sampelnya berpengaruh langsung pada penentuan jumlah desa/kelurahan area studi maupun penentuan jumlah respondennya. Dalam menentukan kebijakan, Pokja Kabupaten/Kota biasanya menggunakan pertimbangan-pertimbangan utama antara lain :
a. Kemampuan Anggaran Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota. b. Ketersediaan Sumber Daya Manusia pelaksana Studi EHRA
c. Desa/Kelurahan Prioritas sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut diatas, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota menentukan kebijakan sampelnya berupa ketentuan desa/kelurahan Area Studi atau ketentuan jumlah responden dalam studi EHRA sebagai berikut :
a. Seluruh Desa/Kelurahan diambil sebagai Area Studi EHRA, atau
b. Persentase Desa/Kelurahan (% jumlah desa/kelurahan) atau Desa/Kelurahan Prioritas/Tertentu diambil sebagai Area Studi EHRA, atau
c. Jumlah Responden tertentu diambil sebagai Sampel Studi EHRA.
Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan ukuran sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan “Rumus Slovin”. Rumus ini digunakan untuk mengetahui estimasi dari proporsi populasi dengan menggunakan proporsi sampel. Hal ini sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam studi EHRA, dimana hasil Studi EHRA dari sampel desa/kelurahan sebagai area studi yang berupa nilai proporsi akan bisa memberikan peta area berisiko dalam skala kabupaten/kota. Bentuk “Rumus Slovin” sebagai berikut :
Dimana :
n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi
d adalah persentase toleransi ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d =0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α = 0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Assessment (EHRA
yang tersedia terbatas. Penetapan desa/kelurahan dipilih sesuai dengan salah satu kondisi/kebijakan sampling yakni dengan menetapkan jumlah responden tertentu yang akan diambil sebagai Area Studi EHRA. Dengan jumlah populasi rumah tangga yang ada di Kabupaten Tapanuli Tegah sebanyak 69.357 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 382. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil stratifikasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah menetapkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 520 responden/sampel dengan jumlah desa/kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 13 desa/kelurahan.
2.2. Penentuan Strata Desa/Kelurahan.
Metoda penentuan area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Stratifikasi. Metode ini digunakan karena desa/kelurahan area studi dalam populasi mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang sangat variatif (heterogen), agar keanekaragaman karakteristik tersebut bermakna bagi analisa studinya dan agar tidak terambil hanya dari kelompok tertentu saja maka kepada desa/kelurahan area studi harus dilakukan stratifikasi terlebih dulu sebelum diambil sampelnya secara random (Stratified Random Sampling). Stratifikasi desa/kelurahan dalam studi EHRA dimaksudkan untuk mengklasifikasikan desa/kelurahan sesuai dengan strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan dari faktor geografi dan demografi.
Stratifikasi desa/kelurahan di Kabupaten/Kota akan menghasilkan Strata/Tingkatan Risiko Kesehatan Lingkungan dari desa/kelurahan. Desa/kelurahan yang terdapat pada Strata tertentu dianggap memiliki tingkat risiko kesehatan lingkungan yang sama. Dengan demikian, desa/kelurahan yang menjadi Area Studi pada suatu strata akan mewakili desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan Area Studi pada strata yang sama.
Penetapan strata dapat memberikan indikasi awal strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan desa/kelurahan sehingga bisa dipakai sebagai sarana advokasi kepada para pemangku kepentingan di kecamatan agar lebih memperhatikan desa/kelurahan yang mempunyai strata risiko kesehatan lingkungan yang tinggi. Oleh karena itu Kabupaten/Kota yang tidak harus melakukan stratifikasi ( karena sudah menentukan seluruh desa/kelurahannya sebagai area studi ), bisa melakukan stratifikasi desa/kelurahannya karena hasilnya akan digunakan sebagai sarana advokasi.
Penetapan Strata dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib digunakan oleh semua Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam melakukan Studi EHRA. Kriteria utama penetapan Strata tersebut adalah sebagai berikut :
Assessment (EHRA
a. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah tertentu. Pada umumnya kota-kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan kecamatan dan kelurahan. Sementara untuk kabupaten, umumnya hanya mempunyai data kepadatan penduduk sampai kecamatan meskipun ada pula beberapa kabupaten yang mempunyai data kepadatan penduduk sampai desa.
Di banyak kabupaten, tingkat kepadatan penduduk tidak merata. Ada beberapa kecamatan atau desa/ kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi dan lainnya masih sangat rendah karena sebagian besar lahannya masih berupa perkebunan atau hutan lindung. Oleh karena itu, Studi EHRA di kabupaten yang kepadatan penduduknya tidak merata akan diutamakan di kecamatan dan desa dengan kepadatan penduduk lebih dari 25 jiwa per Ha.
b. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap desa/kelurahan. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasar-kan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut :
(Σ Pra-KS + Σ KS1)
Angka Kemiskinan = --- X 100% Σ KK
Persentase angka kemiskinan disesuaikan dengan data angka kemiskinan masing-masing Kabupaten/Kota atau yang disepakati oleh Pokja.
c. Daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah digunakan sebagai sarana MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.
d. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut yang bisa ditentukan oleh Pokja atau mengacu kepada SPM PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam.
Stratifikasi atau penentuan strata desa/kelurahan, dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah bersama petugas Kecamatan dengan menggunakan empat kriteria utama penentuan strata diatas. Stratifikasi desa/kelurahan dilakukan terhadap seluruh desa/kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Berdasarkan kriteria di atas, stratifikasi desa/kelurahan di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut ini :
Assessment (EHRA
Tabel 2.1. Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan Area Studi EHRA.
NO. KECAMATAN DESA/KELURAHAN
KRITERIA STRATA
DESA/KELURAHAN STRATADESA/ KELURAHAN
PADAT MISKIN DAS BANJIR
1. MANDUAMAS Manduamas Lama - + - - 1
Pasar Onan Manduamas + + + + 4
Binjohara - + - - 1 Pagaran Nauli + + - - 2 Sarma Nauli - + - - 1 Saragih + + - - 2 Tumba + + + - 3 Tumba Jae - + + - 2 Lae Monang - + - - 1
2. SIRANDORUNG Sampang Maruhur + + + - 3
Siordang + + + - 3
Pardomuan + + + + 4
Simpang III Lae Bingke + + - - 2
Bajamas + + + - 3
Masnauli + + + - 3
Sigodung + + + - 3
Muara Ore + + + - 3
3. ANDAM DEWI Ladang Tengah + + + + 4
Uratan + + + - 3 Lobu Tua + + + + 4 Bondar Sihudon II - + - - 1 Bondar Sihudon I - + + + 3 Rina Bolak + - - - 1 Sosor Gonting + + + - 3 Sirami Ramian + + + + 4 Pangaribuan + - + + 3 Sijungkang - + + - 2 Sogar - + + + 3 Sigolang - + + + 3 Sitiris Tiris + - - + 2 Sawah Lamo - + - - 1
4. BARUS UTARA Pananggahan - + - - 1
Purba Tua - + + + 3
Hutaginjang - + - - 1
Sihorbo + + + - 3
Parik Sinomba + + + - 3
Siharbangan - + - - 1
5. BARUS Bukit Patupangan + + - - 2
Kedai Gedang - + + + 3
Sigambo Gambo + - + - 2
Padang Masiang + - + + 3
Kampung Solok + + + - 3
Pasar Batu Gerigis + - - + 2
Pasar Terandam + + + + 4 Kinali - + + + 3 Ujung Batu - + + + 3 Kampung Mudik - - + - 1 Gabungan Hasang - - - - 0 Aek Dakka - + + + 3
Assessment (EHRA
Bungo Tanjung - + + - 2
6. SOSOR GADONG Barambang - + + + 3
Sosor Gadong - + + + 3 Siantar CA + + + + 4 Muara Bolak + + + + 4 Siantar Dolok - + - - 1 Baringin - + - - 1 Huta Tombak - + - - 1 Sibintang + + + + 4 Unte Boang + + + + 4
7. PASARIBU TOBING Suga Suga Hutagodang + + + - 3
Suka Maju - + + + 3 Aek Nadua - + + - 2 Pasaribu Tobing - + + - 2 Makmur - + + - 2 Simargarap - + + - 2 Sidaling - + - - 1 Sipakpahi - + + - 2
8. SORKAM BARAT Maduma - + - - 1
Pahieme + + - - 2
Pasar Sorkam + + + + 4
Sorkam Kanan + + + + 4
Sipea Pea + - - - 1
Aek Raso - + - - 1
Pasaribu Tobing Jae - + + + 3
Pahieme II + + - - 2 Binasi - + + + 3 Sidikalang - + - - 1 Sorkam kiri + + + + 4 9. SORKAM Botot + - + + 3 Sorkam + - + + 3 Pargarutan + - - - 1 Tarutung Bolak + - - - 1 Gonting Mahe + - - - 1 Pardamean - + - - 1 Pelita - + - - 1 Fajar - + - - 1 Pearaja - - - - 0 Naipospos Barat + + + + 4 Rianiate - + - - 1 Dolok Pantis - + - - 1 Teluk Roban + - + + 3 Simarpinggan - + - - 1 Pargaringan - - - - 0
10. KOLANG Unte Mungkur IV - + - - 1
Unte Mungkur III - + - + 2
Unte Mungkur II - + - - 1
Unte Mungkur I - + - - 1
Satahi Nauli - + + + 3
Hurlang Muara Nauli - + + + 3
Kolang Nauli + - + + 3
Pasar Onan Hurlang + - + + 3
Assessment (EHRA
11. TAPIAN NAULI Tapian Nauli I - + - - 1
Mela Dolok - + + - 2
Aloban - + - - 1
Tapian Nauli III - + + + 3
Tapian Nauli II - - + + 2
Tapian Nauli IV - + - - 1
Mela I + + - - 2
Mela II + + - - 2
Bair - + - - 1
12. SITAHUIS Bonan Dolok - + - - 1
Rampa - + - - 1 Mardame - + - - 1 Nauli - + + - 2 Naga Timbul - + - - 1 Simaninggir - + - - 1 13. TUKKA Sipange + + + - 3 Hutanabolon + - + + 3 Sigiring Giring - + - - 1 Sait. Kalangan II - + - - 1 Aek Bontar - + + - 2
Tapian Naui/ Saurma - + - + 2
Bonalumban + + + + 4
Tukka + - + + 3
14. SARUDIK Sibuluan Nalambok + + + + 4
Sipan - + + - 2 Sarudik + + + + 4 Pondok Batu + + + + 4 Pasir Bidang + + + + 4 15. PANDAN Hajoran + + - - 2 Aek Tolang + - + - 2 Pandan + + - + 3 Sibuluan Indah - + + - 2 Lubuk Tukko + + + - 3 Sibuluan Nauli + + + - 3
Aek Sitio Tio - + - - 1
Sibuluan Raya - + + - 2 Kalangan + + - - 2 16. BADIRI Sitardas - + - - 1 Jago Jago - + + - 2 Hutabalang - - + + 2 Lopian - - + - 1 Aek Horsik - - - + 1 Kebun Pisang - - + - 1 Gunung Kelambu - - + + 2 Lubuk Ampolu - + + - 2 Pagaran Honas - + - - 1
17. PINANG SORI Pinang Sori + - + - 2
Gunung Marijo - - + - 1 Sihaporas - - + - 1 Sitonong Bangun - - - - 0 Toga Basir - - - - 0 Parjalihotan Baru - - - + 1 Pinang Baru - - - - 0 18. LUMUT Lumut - + + + 3 Lumut Nauli - + + + 3 Lumut Maju - + + + 3
Assessment (EHRA
Aek Gambir - + - - 1
Masundung - + - - 1
Sialogo - + - - 1
19. SIBABANGUN Mombang Boru - + + + 3
Anggoli + + + + 4 Sibabangun + + + + 4 Simanosor + + + + 4 Muara Sibuntuon - + + + 3 Sibio-bio - + + + 3 Hutagurgur - + + + 3
20. SUKABANGUN Tebing Tinggi - - - - 0
Pulo Pakkat II - - + + 2
Sihapas - - - - 0
Pulo Pakkat - - + - 1
Janji Maria - - + - 1
Assessment (EHRA
Tabel 2.2. Rekapitulasi Stratifikasi ( Penetapan Strata ) Desa/Kelurahan.
Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4
Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan
Gabungan Hasang Bondar Sihudon II Pagaran Nauli Tumba Pasar Onan Manduamas
Pearaja Rina Bolak Tumba Jae Bajamas Pardomuan
Pargaringan Sawah Lamo Saragih Sampang Maruhur Sarudik
Sitonong Bangun Manduamas Lama Simpang III Lae Bingke Siordang Pondok Batu
Toga Basir Binjohara Sijungkang Masnauli Pasir Bidang
Pinang Baru Sarma Nauli Sitiris Tiris Sigodung Sibuluan Nalambok
Tebing Tinggi Lae Monang Bukit Patupangan Muara Ore Ladang Tengah
Sihapas Pananggahan Sigambo Gambo Uratan Lobu Tua
Sihadatuon Hutaginjang Pasar Batu Gerigis Bondar Sihudon I Sirami Ramian
Siharbangan Bungo Tanjung Sosor Gonting Pasar Terandam
Kampung Mudik Aek Nadua Pangaribuan Siantar CA
Siantar Dolok Pasaribu Tobing Sogar Muara Bolak
Baringin Makmur Sigolang Sibintang
Huta Tombak Simargarap Kampung Solok Unte Boang
Tapian Nauli I Sipakpahi Kedai Gedang Pasar Sorkam
Aloban Unte Mungkur III Padang Masiang Sorkam Kanan
Tapian Nauli IV Sipakpahi Aek Lobu Kinali Sorkam kiri
Bair Hudopo Nauli Ujung Batu Anggoli
Sidaling Rawa Makmur Aek Dakka Sibabangun
Pargarutan Makarti Nauli Purba Tua Simanosor
Tarutung Bolak Pahieme Sihorbo Naipospos Barat
Gonting Mahe Pahieme II Parik Sinomba Bonalumban
Pardamean Mela Dolok Barambang
Pelita Tapian Nauli II Sosor Gadong
Fajar Mela I Suka Maju
Assessment (EHRA
Dolok Pantis Nauli Pasaribu Tobing Jae
Simarpinggan Aek Bontar Binasi
Sigiring Giring Tapian Naui/ Saurma Botot
Sait. Kalangan II Sibuluan Indah Sorkam
Maduma Hajoran Teluk Roban
Sipea Pea Aek Tolang Satahi Nauli
Aek Raso Sibuluan Raya Hurlang Muara Nauli
Sidikalang Kalangan Kolang Nauli
Unte Mungkur IV Sipan Pasar Onan Hurlang
Unte Mungkur II Jago Jago Tapian Nauli III
Unte Mungkur I Hutabalang Lubuk Tukko
Bonan Dolok Gunung Kelambu Pandan
Rampa Lubuk Ampolu Sibuluan Nauli
Mardame Pinang Sori Sipange
Naga Timbul Pulo Pakkat II Hutanabolon
Simaninggir Tukka
Kebun Pisang Lumut
Pagaran Honas Lumut Nauli
Sitardas Lumut Maju
Lopian Mombang Boru
Aek Horsik Muara Sibuntuon
Aek Sitio Tio Sibio-bio
Gunung Marijo Hutagurgur
Sihaporas Parjalihotan Baru Aek Gambir Masundung Sialogo Pulo Pakkat Janji Maria Jumlah Desa 9 56 41 49 22 Persentase 5 % 32 % 23 % 28 % 12 %
Assessment (EHRA
2.3. Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi.
Penentuan Jumlah desa/kelurahan Target Area Studi hanya dilakukan oleh Kabupaten/Kota yang menetapkan sebagian desa/kelurahannya sebagai Target Area Studi. Proses pemilihan desa/kelurahan sebagai target area studi, pada dasarnya dilakukan dengan teknik random atau acak dimana semua desa/kelurahan mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan desa/kelurahan Target Area Studi EHRA. Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tim EHRA berdasarkan kemampuan anggaran biaya studi yang tersedia, menentukan jumlah sampel/responden yang akan diambil sebagai Target Area Studi EHRA.
Setelah diketahui Strata atau komposisi strata desa/kelurahan se Kabupaten Tapanuli Tengah seperti pada Tabel 2.2. Rekapitulasi Stratifikasi (Penetapan Strata desa/kelurahan), Pokja Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah menetapkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 520 responden/sampel dengan jumlah desa/kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 13 desa/kelurahan. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Penghitungan jumlah desa target area studi tiap strata sesuai proporsi desa/kelurahan dengan komposisi strata desa/kelurahan hasil stratifikasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3. Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan sebagai Target Area Studi EHRA ( berdasar jumlah responden yang diambil sebagai sampel )
No. Strata
Jumlah & Persentase
Desa/Kelurahan tiap Strata Jumlah Desa/Kelurahan yangdiambil sebagai Target Area Studi Jumlah % Jumlah % 1 Strata 0 9 5% 1 5% 2 Strata 1 56 32% 4 32% 3 Strata 2 41 23% 3 23% 4 Strata 3 49 28% 4 28% 5 Strata 4 22 12% 1 12% Jumlah 177 100% 13 100%
Setelah ditentukan jumlah desa/kelurahan yang diambil sebagai target area studi, maka dilakukan pemilihan desa/kelurahan target area studi secara random sampai tercapai jumlah sesuai perhitungan jumlah desa/kelurahan target area studi disetiap stratanya. Untuk menentukan nama desa/kelurahan Target Area Studi Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut :
1. Strata 0 ( 1 desa/kelurahan dari 9 desa/kelurahan strata 0 ). a. Mengurutkan nama desa/kelurahan strata 0 se kabupaten.
Assessment (EHRA
b. Menentukan Angka Interval (AI). Dalam menentukan AI, perlu diketahui jumlah total desa/kelurahan strata 0 dan jumlah desa/kelurahan strata 0 yang akan diambil. Maka Angka interval (AI) = jumlah total desa/kelurahan strata 0 dibagi jumlah desa/kelurahan strata 0 yang diambil. AI = 9/1 = 9, maka diperoleh AI = 9.
c. Menentukan desa/kelurahan strata 0 pertama yang akan diambil, Angka random (desa/kelurahan strata 0 ke-1) yang diperoleh adalah 4, maka desa/kelurahan strata 0 dengan nomor urut 4 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 0 ke-1 sebagai lokasi area studi.
2. Strata 1 ( 4 desa/kelurahan dari 56 desa/kelurahan strata 1 ). a. Mengurutkan nama desa/kelurahan strata 1 se kabupaten.
b. Menentukan Angka Interval (AI). Angka interval (AI) = jumlah total desa/kelurahan strata 1 dibagi jumlah desa/kelurahan strata 1 yang diambil. AI = 56/4 = 14, maka diperoleh AI = 14. c. Menentukan desa/kelurahan strata 1 pertama yang akan diambil, Angka random
(desa/kelurahan strata 1 ke-1) yang diperoleh adalah 1, maka desa/kelurahan strata 1 dengan nomor urut 1 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 1 ke-1 sebagai lokasi area studi.
d. Memilih desa/kelurahan strata 1 berikutnya adalah 1 + 14 = 15. Maka desa/kelurahan strata 1 dengan nomor urut 15 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 1 ke-2 sebagai lokasi area studi, demikian seterusnya sampai diperoleh sebanyak 4 desa/kelurahan strata 1 lokasi area studi. 3. Strata 2 ( 3 desa/kelurahan dari 41 desa/kelurahan strata 2 ).
a. Mengurutkan nama desa/kelurahan strata 2 se kabupaten.
b. Menentukan Angka Interval (AI). Angka interval (AI) = jumlah total desa/kelurahan strata 2 dibagi jumlah desa/kelurahan strata 2 yang diambil. AI = 41/3 = 13,67, dengan pembulatan maka diperoleh AI = 14.
c. Menentukan desa/kelurahan strata 2 pertama yang akan diambil, Angka random (desa/kelurahan strata 2 ke-1) yang diperoleh adalah 2, maka desa/kelurahan strata 2 dengan nomor urut 2 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 2 ke-1 sebagai lokasi area studi.
d. Memilih desa/kelurahan strata 2 berikutnya adalah 2 + 14 = 16. Maka desa/kelurahan strata 2 dengan nomor urut 16 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 2 ke-2 sebagai lokasi area studi, demikian seterusnya sampai diperoleh sebanyak 3 desa/kelurahan strata 2 lokasi area studi. 4. Strata 3 ( 4 desa/kelurahan dari 49 desa/kelurahan strata 3 ).
Assessment (EHRA
b. Menentukan Angka Interval (AI). Angka interval (AI) = jumlah total desa/kelurahan strata 3 dibagi jumlah desa/kelurahan strata 3 yang diambil. AI = 49/4 = 12,25, dengan pembulatan maka diperoleh AI = 12.
c. Menentukan desa/kelurahan strata 3 pertama yang akan diambil. Angka random (desa/kelurahan strata 3 ke-1) yang diperoleh adalah 2, maka desa/kelurahan strata 3 dengan nomor urut 2 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 3 ke-1 sebagai lokasi area studi.
d. Memilih desa/kelurahan strata 3 berikutnya adalah 2 + 12 = 14. Maka desa/kelurahan strata 3 dengan nomor urut 14 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 3 ke-2 sebagai lokasi area studi, demikian seterusnya sampai diperoleh sebanyak 4 desa/kelurahan strata 3 lokasi area studi.
5. Strata 4 ( 1 desa/kelurahan dari 22 desa/kelurahan strata 4 ). a. Mengurutkan nama desa/kelurahan strata 4 se kabupaten.
b. Menentukan Angka Interval (AI). Angka interval (AI) = jumlah total desa/kelurahan strata 4 dibagi jumlah desa/kelurahan strata 4 yang diambil. AI = 22/1 = 22, maka diperoleh AI = 22. c. Menentukan desa/kelurahan strata 4 pertama yang akan diambil. Angka random
(desa/kelurahan strata 4 ke-1) yang diperoleh adalah 3, maka desa/kelurahan strata 4 dengan nomor urut 3 terpilih sebagai desa/kelurahan strata 4 ke-1 sebagai lokasi area studi.
Untuk lebih jelasnya hasil pemilihan dan penentuan serta rekapitulasi desa/kelurahan Target Area Studi Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.4. dan Tabel 2.5 di bawah ini :
Tabel 2.4. Pemilihan Desa/Kelurahan sebagai lokasi studi. Desa/Kelurahan Strata 0 sebagai lokasi studi.
Kecamatan Desa/Kelurahan Desa/KelurahanNo. Urut Desa/Kelurahan Strata 0Terpilih
BARUS Gabungan Hasang 1
SORKAM Pearaja 2
SORKAM Pargaringan 3
PINANG SORI Sitonong Bangun 4 Desa/Kelurahan Ke-1
PINANG SORI Toga Basir 5
PINANG SORI Pinang Baru 6
SUKABANGUN Tebing Tinggi 7
SUKABANGUN Sihapas 8
Assessment (EHRA
Desa/Kelurahan Strata 1 sebagai lokasi studi.
Kecamatan Desa/Kelurahan Desa/KelurahanNo. Urut Desa/Kelurahan Strata 1Terpilih
ANDAM DEWI Bondar Sihudon II 1 Desa/Kelurahan Ke-1
ANDAM DEWI Rina Bolak 2
ANDAM DEWI Sawah Lamo 3
MANDUAMAS Manduamas Lama 4
MANDUAMAS Binjohara 5
MANDUAMAS Sarma Nauli 6
MANDUAMAS Lae Monang 7
BARUS UTARA Pananggahan 8
BARUS UTARA Hutaginjang 9
BARUS UTARA Siharbangan 10
BARUS Kampung Mudik 11
SOSOR GADONG Siantar Dolok 12
SOSOR GADONG Baringin 13
SOSOR GADONG Huta Tombak 14
TAPIAN NAULI Tapian Nauli I 15 Desa/Kelurahan Ke-2
TAPIAN NAULI Aloban 16
TAPIAN NAULI Tapian Nauli IV 17
TAPIAN NAULI Bair 18
PASARIBU TOBING Sidaling 19
SORKAM Pargarutan 20
SORKAM Tarutung Bolak 21
SORKAM Gonting Mahe 22
SORKAM Pardamean 23
SORKAM Pelita 24
SORKAM Fajar 25
SORKAM Rianiate 26
SORKAM Dolok Pantis 27
SORKAM Simarpinggan 28
TUKKA Sigiring Giring 29 Desa/Kelurahan Ke-3
TUKKA Sait. Kalangan II 30
SORKAM BARAT Maduma 31
SORKAM BARAT Sipea Pea 32
SORKAM BARAT Aek Raso 33
SORKAM BARAT Sidikalang 34
KOLANG Unte Mungkur IV 35
KOLANG Unte Mungkur II 36
KOLANG Unte Mungkur I 37
SITAHUIS Bonan Dolok 38
SITAHUIS Rampa 39
SITAHUIS Mardame 40
SITAHUIS Naga Timbul 41
SITAHUIS Simaninggir 42
BADIRI Kebun Pisang 43 Desa/Kelurahan Ke-4
BADIRI Pagaran Honas 44
BADIRI Sitardas 46
BADIRI Lopian 47
Assessment (EHRA
PINANG SORI Parjalihotan Baru 51
LUMUT Aek Gambir 52
LUMUT Masundung 53
LUMUT Sialogo 54
SUKABANGUN Pulo Pakkat 55
SUKABANGUN Janji Maria 56
Desa/Kelurahan Strata 2 sebagai lokasi studi.
Kecamatan Desa/Kelurahan Desa/KelurahanNo. Urut Desa/Kelurahan Strata 2Terpilih
MANDUAMAS Pagaran Nauli 1
MANDUAMAS Tumba Jae 2 Desa/Kelurahan Ke-1
MANDUAMAS Saragih 3
SIRANDORUNG Simpang III Lae Bingke 4
ANDAM DEWI Sijungkang 5
ANDAM DEWI Sitiris Tiris 6
BARUS Bukit Patupangan 7
BARUS Sigambo Gambo 8
BARUS Pasar Batu Gerigis 9
BARUS Bungo Tanjung 10
PASARIBU TOBING Aek Nadua 11
PASARIBU TOBING Pasaribu Tobing 12
PASARIBU TOBING Makmur 13
PASARIBU TOBING Simargarap 14
PASARIBU TOBING Sipakpahi 15
KOLANG Unte Mungkur III 16 Desa/Kelurahan Ke-2
KOLANG Sipakpahi Aek Lobu 17
KOLANG Hudopo Nauli 18
KOLANG Rawa Makmur 19
KOLANG Makarti Nauli 20
SORKAM BARAT Pahieme 21
SORKAM BARAT Pahieme II 22
TAPIAN NAULI Mela Dolok 23
TAPIAN NAULI Tapian Nauli II 24
TAPIAN NAULI Mela I 25
TAPIAN NAULI Mela II 26
SITAHUIS Nauli 27
TUKKA Aek Bontar 28
TUKKA Tapian Naui/ Saurma 29
PANDAN Sibuluan Indah 30 Desa/Kelurahan Ke-3
PANDAN Hajoran 31
PANDAN Aek Tolang 32
PANDAN Sibuluan Raya 33
PANDAN Kalangan 34
SARUDIK Sipan 35
BADIRI Jago Jago 36
BADIRI Hutabalang 37
BADIRI Gunung Kelambu 38
BADIRI Lubuk Ampolu 39
PINANG SORI Pinang Sori 40
Assessment (EHRA
Desa/Kelurahan Strata 3 sebagai lokasi studi.
Kecamatan Desa/Kelurahan Desa/KelurahanNo. Urut Desa/Kelurahan Strata 3Terpilih
MANDUAMAS Tumba 1
SIRANDORUNG Bajamas 2 Desa/Kelurahan Ke-1
SIRANDORUNG Sampang Maruhur 3
SIRANDORUNG Siordang 4
SIRANDORUNG Masnauli 5
SIRANDORUNG Sigodung 6
SIRANDORUNG Muara Ore 7
ANDAM DEWI Uratan 8
ANDAM DEWI Bondar Sihudon I 9
ANDAM DEWI Sosor Gonting 10
ANDAM DEWI Pangaribuan 11
ANDAM DEWI Sogar 12
ANDAM DEWI Sigolang 13
BARUS Kampung Solok 14 Desa/Kelurahan Ke-2
BARUS Kedai Gedang 15
BARUS Padang Masiang 16
BARUS Kinali 17
BARUS Ujung Batu 18
BARUS Aek Dakka 19
BARUS UTARA Purba Tua 20
BARUS UTARA Sihorbo 21
BARUS UTARA Parik Sinomba 22
SOSOR GADONG Barambang 23
SOSOR GADONG Sosor Gadong 24
PASARIBU TOBING Suka Maju 25
PASARIBU TOBING Suga Suga Hutagodang 26 Desa/Kelurahan Ke-3
SORKAM BARAT Pasaribu Tobing Jae 27
SORKAM BARAT Binasi 28
SORKAM Botot 29
SORKAM Sorkam 30
SORKAM Teluk Roban 31
KOLANG Satahi Nauli 32
KOLANG Hurlang Muara Nauli 33
KOLANG Kolang Nauli 34
KOLANG Pasar Onan Hurlang 35
TAPIAN NAULI Tapian Nauli III 36
PANDAN Lubuk Tukko 37
PANDAN Pandan 38 Desa/Kelurahan Ke-4
PANDAN Sibuluan Nauli 39
TUKKA Sipange 40
TUKKA Hutanabolon 41
TUKKA Tukka 42
LUMUT Lumut 43
LUMUT Lumut Nauli 44
LUMUT Lumut Maju 45
SIBABANGUN Mombang Boru 46
Assessment (EHRA
Desa/Kelurahan Strata 4 sebagai lokasi studi.
Kecamatan Desa/Kelurahan Desa/KelurahanNo. Urut Desa/Kelurahan Strata 4Terpilih
MANDUAMAS Pasar Onan Manduamas 1
SIRANDORUNG Pardomuan 2
SARUDIK Sarudik 3 Desa/Kelurahan Ke-1
SARUDIK Pondok Batu 4
SARUDIK Pasir Bidang 5
SARUDIK Sibuluan Nalambok 6
ANDAM DEWI Ladang Tengah 7
ANDAM DEWI Lobu Tua 8
ANDAM DEWI Sirami Ramian 9
BARUS Pasar Terandam 10
SOSOR GADONG Siantar CA 11
SOSOR GADONG Muara Bolak 12
SOSOR GADONG Sibintang 13
SOSOR GADONG Unte Boang 14
SORKAM BARAT Pasar Sorkam 15
SORKAM BARAT Sorkam Kanan 16
SORKAM BARAT Sorkam kiri 17
SIBABANGUN Anggoli 18
SIBABANGUN Sibabangun 19
SIBABANGUN Simanosor 20
SORKAM Naipospos Barat 21
TUKKA Bonalumban 22
Tabel 2.5. Rekapitulasi Desa/Kelurahan yang terpilih sebagai lokasi studi. Desa/Kelurahan Strata 0 sebagai lokasi studi.
Desa/Kelurahan Lokasi ke No. Urut Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Strata 0 Terpilih
1 4 PINANG SORI Sitonong Bangun
Desa/Kelurahan Strata 1 sebagai lokasi studi.
Desa/Kelurahan Lokasi ke No. Urut Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Strata 1 Terpilih
1 1 ANDAM DEWI Bondar Sihudon II
2 15 TAPIAN NAULI Tapian Nauli I
3 29 TUKKA Sigiring Giring
Assessment (EHRA
Desa/Kelurahan Strata 2 sebagai lokasi studi.
Desa/Kelurahan
Lokasi ke Desa/KelurahanNo. Urut Kecamatan Desa/Kelurahan Strata 2Terpilih
1 2 MANDUAMAS Tumba Jae
2 16 KOLANG Unte Mungkur III
3 30 PANDAN Sibuluan Indah
Desa/Kelurahan Strata 3 sebagai lokasi studi.
Desa/Kelurahan Lokasi
ke Desa/KelurahanNo. Urut Kecamatan Desa/Kelurahan Strata 3Terpilih
1 2 SIRANDORUNG Bajamas
2 14 BARUS Kampung Solok
3 26 PASARIBU TOBING Suga Suga Hutagodang
4 38 PANDAN Pandan
Desa/Kelurahan Strata 4 sebagai lokasi studi.
Desa/Kelurahan
Lokasi ke Desa/KelurahanNo. Urut Kecamatan Desa/Kelurahan Strata 4Terpilih
1 3 SARUDIK Sarudik
2.4. Penentuan RT dan Responden di Lokasi di Area Studi.
Penentuan Rukun Tetangga ( RT ) dan Rumah Responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini bertujuan agar seluruh RT memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai RT Area Studi dan rumah di RT Area Studi sebagai sampel. Artinya, penentuan RT & rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri. Jumlah RT ( Rumah tangga ) ditentukan berdasarkan dusun/lingkungan, dengan rata-rata jumlah responden perdusun dalam satu desa/kelurahan sekitar 10 responden.
Tahapan penentuan Rukun Tetangga ( RT ) dan Rumah Respondennya adalah sebagai berikut : Pergi ke RT terpilih. Diminta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah
tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.
Assessment (EHRA
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh, angka random (responden 1) yang diperoleh adalah 2. Maka responden ke-1 adalah responden dari rumah nomor urut 2.
Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI
2 + 8 = 9. Maka responden ke-2 adalah responden dari rumah nomor urut 9, demikian seterusnya sampai diperoleh sebanyak 10 responden.2.5. Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya.
Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA. Supervisor dalam Studi EHRA di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah para Kepala Puskesmas yang ada di masing-masing Kecamatan yang dijadikan sebagai area studi. Tim EHRA Pokja Kabupaten Tapanuli Tengah melatih Koordinator Kecamatan dan Supervisor agar mereka memahami maksud, tujuan, metode dan targe/output studi EHRA. Selanjutnya Tim EHRA dan Supervisor melatih Enumerator mengenai tata cara pelaksanaan studi, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar.
Tugas utama Supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan studi adalah :
1. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan.
2. Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten Tapanuli Tengah. 3. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator.
4. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan.
5. Melakukan pengecekan/ pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator. 6. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden.
7. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada Koordinator Kecamatan. Enumerator dalam Studi EHRA di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah para Bidan Desa/Kelurahan yang ada di masing-masing desa/kelurahan yang dijadikan sebagai area studi. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh enumerator saat melakukan wawancara adalah :
1.
Memperkenalkan dirinya dengan sopan.2. Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat studi 3. Meminta izin untuk wawancara
4. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa memberikan jawaban
Assessment (EHRA
6. Mengetahui kapan harus membacakan pilihan untuk pertanyaan dengan pilihan jawaban kode angka (pilihan tunggal) dan ketika catatan hanya satu jawaban.
7. Mengetahui kapan harus membacakan jawaban dan kapan tidak (bila kalimat tercetak tebal dan bila kalimat tercetak normal).
8. Memeriksa apakah semua jawaban dalam kuesioner telah lengkap sesuai dengan alur logika pengisian kuesioner.
Untuk lebih jelasnya wilayah tugas enumerator dan supervisor pada pelaksanaan studi EHRA Kabupaten Tapanuli Tengah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.6. Wilayah Tugas Enumerator dan Supervisor pada Pelaksanaan Studi EHRA.
No. Lokasi Studi EHRA Nama Enumerator Nama Supervisor Desa/Kelurahan Kecamatan
1 Sitonong Bangun Pinangsori Lamtiar MS Muller Simanjuntak
2 Kebun Pisang Badiri Astuti Fitriani Siregar Ester Simatupang, SKM
3 Pandan Pandan Rabina Simamora Susywataty
4 Sibuluan Indah Pandan Asrimayanti Susywataty
5 Sigiring Giring Tukka Diah Ayu Hutasuhut Pasti Marias Sitompul
6 Sarudik Sarudik Sulastri Sianturi Harini Sinaga
7 Tapian Nauli I Tapian Nauli Yusraini Manalu Onma Hutabarat 8 Unte Mungkur III Kolang Panama Harahap Jonni Viktor Simatupang 9 Suga Suga Hutagodang Pasaribu Tobing Roina Simanjuntak Nenci M. Manalu
10 Kampung Solok Barus Desi Mespida Mukhlisah Pohan
11 Bondar Sihudon II Aandam Dewi Swarni Purba Khatarina Sitohang 12 Tumba Jae Manduamas Susi Irawati Limbong Drg. Fattih Yudha
13 Bajamas Sirandorug Rina Pasaribu Rolina Sihotang
BAB III
HASIL STUDI EHRA
Assessment (EHRA
3.1. Informasi Responden.
Pelaksanaan survey EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada : 1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, 2) Pembuangan Air Limbah Domestik, 3) Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, 4) Sumber Air, 5) Perilaku Higiene dan 6) Kasus Penyakit Diare.
Responden pada Studi EHRA ini adalah Ibu atau anak yang telah menikah, berumur antara 18 s/d 60 tahun sesuai dengan area survey yang telah ditentukan di 13 desa/kelurahan dalam Kabupaten Tapanuli Tengah. Informasi umum mengenai responden Studi EHRA Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini
:
Tabel 3.1. Informasi Responden.
Strata Desa/Kelurahan
Total
Variabel Kategori 0 1 2 3 4
n % n % n % n % n % n %
Kelompok Umur
Responden <= 20 tahun21 - 25 tahun 02 5,0,0 09 5,6,0 121 10,0,8 81 5,0,6 10 2,5,0 322 6,2,4
26 - 30 tahun 5 12,5 35 21,9 23 19,2 33 20,6 10 25,0 106 20,4
31 - 35 tahun 5 12,5 37 23,1 26 21,7 37 23,1 8 20,0 113 21,7
36 - 40 tahun 12 30,0 27 16,9 15 12,5 37 23,1 8 20,0 99 19,0
41 - 45 tahun 7 17,5 22 13,8 20 16,7 17 10,6 8 20,0 74 14,2
> 45 tahun 9 22,5 30 18,8 23 19,2 27 16,9 5 12,5 94 18,1
B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini?
Milik sendiri 20 50,0 90 56,3 73 60,8 91 56,9 26 65,0 300 57,7
Rumah dinas 2 5,0 4 2,5 2 1,7 5 3,1 0 ,0 13 2,5
Sewa 4 10,0 10 6,3 2 1,7 9 5,6 2 5,0 27 5,2
Kontrak 5 12,5 14 8,8 12 10,0 14 8,8 2 5,0 47 9,0
Milik orang tua 9 22,5 42 26,3 31 25,8 33 20,6 10 25,0 125 24,0
Lainnya 0 ,0 0 ,0 0 ,0 8 5,0 0 ,0 8 1,5
B3. Apa pendidikan
terakhir anda? Tidak sekolah formal 4 10,0 9 5,6 5 4,2 4 2,5 7 17,5 29 5,6
SD 17 42,5 48 30,0 26 21,7 50 31,3 15 37,5 156 30,0 SMP 11 27,5 48 30,0 31 25,8 47 29,4 7 17,5 144 27,7 SMA 6 15,0 42 26,3 41 34,2 47 29,4 5 12,5 141 27,1 SMK 1 2,5 7 4,4 5 4,2 3 1,9 3 7,5 19 3,7 Universitas/ Akademi 1 2,5 6 3,8 12 10,0 9 5,6 3 7,5 31 6,0 B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya 13 32,5 57 35,6 28 23,3 34 21,3 6 15,0 138 26,5 Tidak 27 67,5 103 64,4 92 76,7 126 78,8 34 85,0 382 73,5 Ya 10 25,0 79 49,4 56 46,7 74 46,3 17 42,5 236 45,4
Assessment (EHRA
B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Tidak 30 75,0 81 50,6 64 53,3 86 53,8 23 57,5 284 54,6 B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 33 82,5 153 95,6 108 90,0 148 92,5 35 87,5 477 91,7 Tidak 7 17,5 7 4,4 12 10,0 12 7,5 5 12,5 43 8,3Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kelompok umur dari 520 responden bervariasi yaitu kelompok umur yang terbanyak menjadi responden pada kelompok umur 31 – 35 tahun (21,7%) dan kelompok umur yang sedikit pada kelompok umur < 20 tahun (0,4%).
Untuk status rumah yang di tempati responden 57,7% menempati rumah sendiri, hal ini berarti bahwa potensi partisipatif untuk dilaksanakan pengembangan sanitasi akan lebih besar karena sense of ownership responden juga lebih besar, selebihnya milik orang tua (24,0%), kontrak (9,0%), sewa (5,2%), rumah dinas (2,5%), dan lainnya (1,5%).
Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamatan SD sebanyak 30%, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan warga Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagian besar tamat SD sehingga potensi pengetahuan warga dalam program sanitasi tergolong masih rendah. Kemudian diikuti tamat SMP sebanyak 27,7%, jenjang pendidikan SMA 27,1%, Universitas/Akademi sebanyak 6,0%, tidak sekolah formal 5,6% dan selebihnya sebanyak 3,7% adalah responden SMK.
Dari Tabel 3.1 diketahui bahwa dari sebanyak 520 orang yang disurvei, sekitar 73,5% tidak memiliki SKTM dan sekitar 26,5% memiliki SKTM. SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu ) adalah Surat yang menerangkan bahwa Keluarga pemegang surat tersebut adalah termasuk Keluarga tidak mampu. Dari data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Kabupaten Tapanuli Tengah bukan termasuk Keluarga Miskin.
Untuk kepemilikan Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) diketahui bahwa dari responden yang disurvei sebanyak 520 orang, sekitar 45.4% memiliki kartu askeskin dan sekitar 54,6% tidak memiliki kartu askeskin, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian responden bukan Keluarga Miskin.
Assessment (EHRA
Sampah merupakan limbah padat atau semi padat yang timbul bersamaan dengan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya. Pengaruh sampah terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik yaitu : menimbulkan kondisi yang kurang/tidak nyaman dan mengurangii keindahan, merusak harta benda, merusak kehidupan flora dan fauna, merusak atau mengganggu kesehatan manusia, merusak genetik dan reproduksi serta menyebabkan kerusakan ekosistem yang lebih luas. Pengelolaan sampah rumah tangga adalah pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara tidak membahayan kesehatan.
Pada saat ini sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan terutama sampah yang dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin komplek permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat. Pengelolaan sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sampah dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Faktor resiko yang dilihat pada survei ini yang berhubungan dengan persampahan adalah : 1) cara pengelolaan sampah rumah tangga. 2) frekuensi pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah.
Dalam kaitan dengan PHBS tatanan rumah tangga, perilaku membuang sampah disembarang tempat seperti disungai, kebun, maupun laut masih banyak dilakukan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Walaupun sudah ada dari pihak pemerintah yang melakukan pengangkutan secara rutin tapi tidak semua wilayah atau desa/kelurahan yang dijangkau, di Kabupaten Tapanuli Tengah baru 2 (dua) Ibu kota Kecamatan yang sudah terlayani pengangkutan sampahnya yaitu : Kecamatan Pandan dan Kecamatan Tukka.
Untuk pengolahan sampah di Kabupaten Tapanuli Tengah sampai dengan saat ini belum dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat. Dari hasil Study EHRA yang dilakukan pada 520 orang responden yang tersebar di beberapa Kecamatan menunjukkan bahwa sebagian besar pengelolaan sampah di desa/kelurahan dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuang ke sungai, untuk lebih detilnya dapat dilihat pada gambar 3.1.
Assessment (EHRA
Pada gambar 3.1. diatas dijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah melakukan pengolahan sampah rumah tangga dengan cara dibakar dengan persentase sebesar 72,9 %, kemudian dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 8,8%, dibuang ke sungai/kali/laut/danau sebesar 5,4%, sedangkan masyarakat yang melakukan pengolahan sampah dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS hanya sebesar 4,8%, dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 3,5%, dibiarkan saja sampai membusuk sebesar 2,3%. Persentase tertinggi pada pengolahan sampah dengan cara dibakar berada pada Strata 2 (dua) sebesar 80%, sedangkan persentase terendah dengan cara dibakar pada Strata 4 (nol) sebesar 52,5%.
Sampah yang tidak dipilah sebelum dibuang akan beresiko menimbulkan kecelakaan (untuk sampah jenis pecahan kaca dan logam), menjadi tempat perindukan serangga dan nyamuk (untuk sampah bekas wadah yang bisa menampung air bila terjadi hujan), menyulitkan penguraian oleh mikroba (untuk sampah plastic) dan bisa menimbulkan bahaya kebakaran ( untuk sampah yang mudah terbakar seperti kertas dan daun-daun kering).
Perilaku praktik pemilahan sampah rumah tangga sebagian besar masyarakat di Tapanuli Tengah tidak melakukan pemilahan sampah sebelum di buang, dengan persentase sebesar 75% dan hanya 25% masyarakat yang melakukan praktik pemilahan sampah. Persentase tertinggi praktik pemilahan sampah rumah tangga ada pada starata 0 (nol) sebesar 52,5% dan terendah pada strata 1 (satu) sebesar 18,8%, untuk lebih jelasnya pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar 3.2. dan
Assessment (EHRA
Gambar 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga.
Tabel 3.2 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Variabel Kategori Strata Desa/Kelurahan Total 0 1 2 3 4 n % n % n % n % n % n % Pengelolaan sampah Tidak memadai 33 82,5 157 98,1 113 94,2 151 94,4 37 92,5 491 94,4 Ya, memadai 7 17,5 3 1,9 7 5,8 9 5,6 3 7,5 29 5,6 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai 0 ,0 1 100,0 3 100,0 0 ,0 0 ,0 4 100,0 Ketepatan waktu pengangkutan sampah Tidak tepat waktu 0 ,0 1 100,0 3 100,0 0 ,0 0 ,0 4 100,0 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 18 45,0 113 70,6 74 61,7 122 76,3 32 80,0 359 69,0 Ya, diolah 22 55,0 47 29,4 46 38,3 38 23,8 8 20,0 161 31,0
Assessment (EHRA
Berdasarkan tabel Hasil Studi EHRA tahun 2014 untuk persampahan di atas, menunjukkan bahwa di Kabupaten Tapanuli Tengah pengelolaan sampah belum/tidak memadai sebesar 94,4%, frekuensi pengangkutan sampah juga tidak memadai 100%, demikian pula dengan pengangkutan sampah tidak tepat waktu sebesar 100%, dan untuk sampah setempat sebagian besar tidak di olah 69%. Hal ini menunjukan belum maksimalnya instansi terkait untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah, pengangkutan dan pengolahan sampah yang mungkin di sebabkan jumlah armada/kendaraan pengangkut sampah yang belum memadai dan sumber daya manusia (tenaga teknis) yang masih kurang.
3.3. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja.
Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi tercemarnya lingkungan dan akan mengakibatkan turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Selain itu, kondisi jamban juga mempengaruhi resiko kejadian penyakit, semakin bersih kondisinya, tentunya semakin kecil resiko terjangkitnya penyakit.
Gambaran mengenai Pembuangan Air Limbah Domestik Rumah Tangga di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada Graffik hasil Studi EHRA Tahun 2014 sebagai berikut :