• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1.Perumusan masalah

Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada perawatan pasien di rumah sakit. Banyak orang mendonorkan darahnya untuk alasan religius, kemanusiaan, etik dan alasan medis. Diantaranya banyak yang mendonorkan darahnya lebih dari satu kali pertahun. Sehingga timbul masalah defisiensi besi pada pendonor darah yang teratur mendonorkan darahnya, kira-kira 0,5 mg besi hilang tiap mililiter darah yang didonorkan. Jika tidak dikompensasi dengan efisien, kehilangan besi akan menyebabkan anemia, defisiensi besi non anemia juga bisa menjadi masalah (Djalali et al., 2006).

Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi paling umum di seluruh dunia dan dikaitkan dengan lambatnya perkembangan, gangguan perilaku, berkurangnya kinerja intelektual dan turunnya daya tahan terhadap infeksi (Trost et al., 2006). Menurut WHO diperkirakan ada 4-5 milyar orang dengan defisiensi besi. Dua milyar orang dengan anemia disebabkan oleh defisiensi besi yang terdapat di negara yang berkembang, banyak disebabkan oleh infeksi cacing dan malaria, sering dianggap sebagai penyakit yang hanya terjadi di negara yang berkembang, ternyata juga terjadi pada negara industri karena defisiensi nutrisi (Hinzmann, 2003)

Pada pendonor darah didapatkan banyak sekali kehilangan besi setiap kali prosedur pengambilannya 425 – 475 ml, pendonor darah laki-laki kehilangan besi

(2)

242 ± 17 mg dan perempuan 217 ± 11 mg. Kehilangan ini dapat digantikan oleh besi dalam bentuk feritin untuk menambah cadangan besi jika diet adekwat. Cadangan besi menurun, absorbsi besi meningkat ( Mahida et al., 2008; Mittal et al., 2006; Jeremiah dan Koate, 2010).

Kadar hemoglobin (Hb) normal tidak dapat mengekslusi defisiensi besi, karena orang dengan cadangan besi normal harus kehilangan sebagian besar dari besi tubuh sebelum Hb turun (Hb < 12 g/dl untuk wanita dan Hb < 13 g/dl untuk pria). Pada pasien yang tidak anemia manifestasi klinis yang penting dari defisiensi besi adalah gejala fatik kronis (besi dibutuhkan untuk enzim yang terlibat dalam metabolisme oksidasi). Namun sedikit yang melakukan skrining karena jarang mempertimbangkan adanya defisiensi besi pada pasien yang tidak anemia (Cook, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Mittal et al., menunjukkan bahwa terjadi defisiensi besi pada pendonor darah yang sehat, 50 % dari wanita sehat yang mendonorkan darah telah defisiensi besi sebelum donor. Pada pendonor darah pria defisiensi besi jadi progresif (feritin serum < 15 ng/l), 49 % defisiensi besi terjadi pada pendonor yang mendonorkan darahnya lebih dari 3 kali pertahun. Begitu juga dengan 3 penelitian lainnya juga menunjukkan prevalensi yang tinggi terjadinya defisiensi besi pada pendonor darah (Nadarajan, 2002; Mozaheb et al., 2011).

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara status besi dengan frekuensi donasi pada pendonor darah reguler di Yogyakarta ?

(3)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status besi dengan frekuensi donasi pada pendonor darah reguler di Yogyakarta.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendonor darah : memberikan informasi tentang defisiensi besi yang sering menjadi masalah bagi pendonor darah.

2. Bagi klinisi : mengetahui hubungan antara status besi dengan frekuensi donasi pada pendonor darah reguler sehingga dapat membantu dalam pemilihan keputusan klinis yang diambil terkait pencegahan perburukan lebih lanjut.

3. Bagi ilmu pengetahuan : memberikan data tentang faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap status besi pada pendonor darah, sehingga dapat dijadikan acuan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.

D. Keaslian Penelitian

Penelusuran pada database PubMed dengan menggunakan kata kunci iron status AND blood donors mendapatkan beberapa penelitian di bawah ini :

1. Penelitian Norshikin et al. (2006) terhadap 211 orang pendonor darah yang berjudul A study of serum ferritin levels among male blood donors in hostital universiti sains Malaysia, menilai cadangan besi dengan mengukur kadar feritin serum pada laki-laki pendonor darah pertama dan pendonor darah yang teratur mendonasikan darahnya, dan menguji hubungan kadar feritin serum dengan jumlah donor dan kadar hemoglobin. Penelitian ini menunjukkan kadar feritin serum signifikan lebih rendah pada pendonor darah yang teratur mendonasikan

(4)

darahnya (62,0±39,78 ng/ml) dibandingkan dengan pendonor darah pertama (90,7±66,63). Kadar feritin serum menurun secara bertahap berdasarkan jumlah donasi darah dan ada korelasi yang signifikan antara frekuensi mendonorkan darah dengan kadar feritin serum (r2 = 0,082), juga ada korelasi yang signifikan antara jumlah donasi dan hemoglobin (r2 = 0,061). Namun tidak ada korelasi yang signifikan antara hemoglobin dan kadar feritin (r2 = 0,015). Sebelas persen dari pendonor darah mengalami deplesi cadangan besi.

2. Mittal et al. (2006) dalam penelitiannya dengan judul Evaluation of iron stores in blood donors by serum ferritin, yang mengukur feritin serum 400 orang pendonor darah yang dibagi empat kelompok berdasarkan frekuensi mendonorkan darahnya, didapatkan jumlah pendonor darah wanita dengan defisiensi besi lebih banyak daripada pendonor pria. Kadar feritin serum pendonor darah pertama lebih tinggi daripada pendonor darah berulang. Frekuensi donor yang lebih tinggi signifikan menurunkan feritin serum.

3. Djalali et al. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul The effect of Repeated Blood donations on the Iron Status of Iranian Blood donors attending the Iranian Blood Transfusion Organization,sebanyak 91 orang pendonor darah yang dibagi dalam 4 kelompok berdasarkan frekuensi mendonorkan darah pertahun dan 63 orang sehat sebagai kontrol. Pada penelitian tersebut didapatkan kadar hemoglobin, hematokrit dan status besi yang signifikan lebih rendah pada donor daripada kontrol dan penurunan signifikan pada status besi setiap kali donor darah. Frekuensi donor darah pertahun berhubungan terbalik dengn Hb (r= -0,67, p<

(5)

0,001), Hmt (r= 0,65, p< 0,001), MCHC (r= 0,56, p< 0,001), feritin serum (r= -0,38, p< 0,001), besi serum (r= -0,62, p< 0,001) dan saturasi tansferin (r= -0,61, p< 0,001) dan berhubungan langsung dengan TIBC (r= 0,56, p< 0,001).

4. Mahida et al. (2008) dalam penelitiannya dengan judul Iron status of regular voluntary blood donors yang mengukur status besi 250 orang donor, didapatkan Hb, MCV dan MCH secara bertahap menurun sesuai peningkatan jumlah mendonorkan darah. Ada hubungan yang signifikan pada kategori mendonorkan darah 21-50 kali dan > 50 kali (P< 0,001). Anemia, defisiensi besi dan deplesi cadangan besi prevalensinya lebih sering pada kategori > 20 kali mendonorkan darah (P< 0,001). Pendonor darah wanita lebih sering defisiensi besi dan terjadi penurunan cadangan besi dibandingkan pendonor darah pria (P< 0,05).

Sepengetahuan peneliti saat ini belum ada penelitian yang dilakukan di Indonesia khususnya di DIY yang melihat korelasi antara defisiensi besi dengan jumlah mendonorkan darah pada pendonor darah reguler.

(6)

Tabel 1. Daftar penelitian-penelitian sebelumnya

Judul penelitian Peneliti Hasil Penelitian Evaluation of iron stores in blood

donors by serum ferritin

Mittal et al., 2006 Cross sectional N = 400

Kadar feritin serum pendonor darah pertama lebih tinggi daripada pendonor darah berulang. Frekuensi donor yang lebih tinggi signifikan menurunkan feritin serum.

A study of serum ferritin levels among male blood donors in hospital universiti sains Malaysia

Norashikin et al., 2006

Cross sectional N = 211

kadar feritin serum signifikan lebih rendah pada pendonor darah reguler (62,0±39,78 ng/ml) dibandingkan dengan pendonor darah pertama (90,7±66,63). The effect of repeated blood

donations on the iron sttus of iranian blood donors attending the iranian blood transfusion orgnization

Djalali et al., 2006 Cross sectional N = 154

kadar hemoglobin, hematokrit dan status besi yang signifikan lebih rendah pada donor

daripada kontrol dan penurunan signifikan pada status besi setiap kali donor darah Iron status of regular voluntary

blood donors Mahida et al., 2008 Cross sectional N = 250 didapatkan Hb, MCV dan MCH secara bertahap menurun sesuai peningkatan jumlah mendonorkan darah. Ada hubungan yang

signifikan pada kategori mendonorkan darah 21-50 kali dan > 21-50 kali (P< 0,001)

Referensi

Dokumen terkait

· Guru memberikan kessempatan kepada siswa untuk saling berkenalan dengan cara melakukan tanya jawab tentang identitas diri dengan tepat. · Siswa melakukan

Rekomendasi untuk tumpahan di darat dan tumpahan di perairan ini didasarkan pada skenario tumpahan yang paling mungkin terjadi untuk material ini; namun, kondisi geografi, angin,

Disain platform menggunakan tiga buah motor servo yang berfungsi sebagai penggerak segitiga yang dihubungkan dengan IMU, seperti yang dapat dilihat pada Gambar

Menjelaskan dan membedakan perusahaan perorangan, firma, komanditer, koperasi &amp; PT Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa

Kemudian peneliti malakukan wawancara dengan guru mata pelejaran IPA Terpadu dan siswa kelas VIII (Lampiran 1 dan 2). Adapun hasil yang diperoleh dari hasil wawancara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman hijauan pakan indigenous tertinggi di pegunungan kapur Gombong Selatan adalah pada wilayah dengan tingkat kerapatan

Dengan mengadakan evaluasi atau penilaian seorang guru dapat mengatahui sejauhmana peserta didik dapat berhasil menyerap pelajaran yang diberikan, juga sebagai feed

UNIFEM juga bekerja sama dengan pemerintahan Burundi serta melibatkan tokoh masyarakat untuk membina wanita Burundi agar lebih aktif serta terlibat dalam