• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI DSN. BELAHAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI DSN. BELAHAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI DSN. BELAHAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURI

Imam Zainuri, Nova Anas Jayanti

ABSTRACT

Posyandu which is a community activity will lead to society's commitment especially the mothers, in preserving life and child growth, with technology experts from the government. The success key of Posyandu development Program is the growth society participation. The purpose of this study is to analyze the correlation between mothers motivation with the visit of toddlers to Posyandu in Dusun Belahan Brayung The Working Area of Puskesmas Puri Mojokerto Regency. The Design of this study is cross sectional analytic study design. The Population is all mothers who have toddlers as many as 88 people and taken 41 people as samples using purposive sampling. The variable is mothers’ motivation and toddlers’ visit. Data were collected using a Likert scale questionnaire on 17 May-19 May 2012. Collecting the data, did editing, coding, scoring, tabulating and analyzing data (univariate and bivariate statistical tests and Spearman's rho). Results showed that most of the respondents have low motivation as many as 22 respondents (53.7%) and unregularly toddlers’ visit of 22 respondents (53.7%). Based on Spearman's rho test obtained p value (0.000) < α (0.05), means that H0 is rejected, so there is a correlation between mothers motivation with the visit of toddlers to Posyandu in Dusun Belahan Brayung The Working Area of Puskesmas Puri Mojokerto Regency. The value of r = 0.573 and shows the medium relationship and positively correlated, means that the higher the mothers motivation, the higher their visit to Posyandu. The majority of respondents have low motivation and the toddlers’ visit to Posyandu is not regular. This may affected by age, occupation, education, and information resources. Should there be an effort to motivate mother to visit Posyandu regularly.

Key words: motivation, toddlers, visit and posyandu PENDAHULUAN

Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan di lapangan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan teknis Puskesmas, Departemen Agama, Departemen Pertanian, dan BKKBN.

Posyandu melaksanakan 5 program kesehatan dasar yakni: KB, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Adapun sasaran utama adalah menurunkan angka kematian bayi dan memperbaiki status kesehatan dan gizi balita, maupun ibu hamil dan menyusui

(2)

(Sabarguna, 2009). Posyandu yang merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkan komitmen masyarakat tertama para ibu, dalam menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak, dengan ahli teknologi dari pemerintah. Dengan demikian masyarakat tidak akan selalu bergantung pada pemerintah, dan suatu saat nanti akan mandiri. Kemandirian masyarakat akan membawa dampak kemandirian keluarga, ibu dan individu (Syafrudin, 2009)

Krisis ekonomi telah melemahkan aktifitas posyandu dan meningkatkan kasus gizi buruk terutama didaerah miskin karena masyarakat dan kadernya mengalami kekurangan sumber daya untuk melanjutkan kegiatannya. Surat edaran Mendargi No. 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1990 bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja

posyandu, sehingga mampu

mempertahankan dan meningkatkan status gizi, dan status kesehatan ibu dan anak (Runjati, 2002)

Fenomena yang ada di masyarakat khususnya di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto menunjukkan rendahnya angka kunjungan balita ke posyandu. Salah satu penyebabnya adalah masih banyak ibu balita yang belum terdorong untuk membawa balitanya ke posyandu, ibu mengganggap

bahwa setelah anaknya mendapatkan imunisasi campak sudah tidak terdorong lagi membawa balitanya ke posyandu.

Kehadiran ibu balita di posyandu diharapkan teratur setiap bulannya, dengan harapan dapat memaksimalkan kondisi kesehatan ibu dan balita. Namun pada kenyataan berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 17 Maret 2012 didapatkan data kunjungan balita (Januari- Maret 2012), rata-rata cakupan kehadiran balita di Posyandu Dusun Belahan Desa Brayung di Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto mencapai 40 balita per bulan (45,5%) dari 88 balita. Hasil wawancara dan melihat KMS balita dari 5 ibu balita, 3(60%) ibu balita sudah mengerti dan mengetahui tentang pentingnya kunjungan ke posyandu tetapi malas ke posyandu dikarenakan balitanya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan melihat KMS, ibu membawa balitanya dalam 6 bulan terakhir hanya 2 kali, sedangkan 2(40%) ibu balita mengatakan mereka sibuk bekerja dan mengatakan bahwa balitanya sudah umur 3 tahun.

Motivasi adalah suatu konsep yang digunakan ketika dalam diri muncul keinginan (intitate) dan menggerakkan serta mengarahkan tingkah laku. Semakin tinggi motivasi, semakin tinggi intensitas

(3)

perilakunya (Asnawi, 2007). Kunci keberhasilan pengembangan program posyandu adalah tumbuhnya partisipasi masyarakat (Syarifudin, 2009). Perlu adanya peningkatan motivasi masyarakat agar datang ke posyandu tidak hanya pada saat ada pembagian vitamin A saja tapi rutin tiap bulan untuk mengetahuai perkembangan anaknya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan anak balita di posyandu antara lain: 1) Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalm individu atau datang dari lingkungan. Motivasi terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik). Motivasi ibu yang kurang dalam berpartisipasi dalam posyandu mengganggap setelah bayinya menadapatkan imunisasi lengkap sudah malas datang ke posyandu. 2) Pekerjaan. Menurut Nursalam dan Pariani (2001), bahwa bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu dan dengan bekerja ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap keluarga, dari kondisi itu dapat dilihat jika seseorang tidak bekerja memungkinkan kurangnya lingkup pergaulan. Sehinnga kunjungan menjadi tidak rutin karena kesibuka bekerja.

Dampak ketidakhadiran balita ke posyandu tidak terpantaunya pertumbahan anak balita sehingga tidak tahu menderita gizi kurang/gizi buruk, terjadinya drop out cakupan imunisasi dan apabila terdapat kelainan pada anak balita tidak dapat dilakukan rujukan segera ke Puskesmas.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah cross sectional, karena variabel bebas dan variabel terikat diamati pada saat yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto sebanyak 88 orang. Instrument yang digunakan pada variable motivasi ibu menggunakan kuisioner yang telah dirancang. Sedangkan variable kunjungan balita ke posyandu menggunakan instrument data dari kohort bayi wilayah posyandu setempat.

(4)

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Tabulasi silang motivasi ibu dengan kunjungan balita ke posyandu di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto pada tanggal 17 Mei- 19 Mei 2012

Motivasi

Kunjungan balita

Total Rutin Tidak rutin

f % f % f % Tinggi 4 21,1 0 0 4 9,7 Sedang 10 52,6 5 22,7 15 36,6 Rendah 5 26,3 17 77,3 22 53,7 Total 19 46,3 22 53,7 41 100 p=0,000 < a = 0,05 Sumber: data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari 4 responden yang memiliki motivasi tinggi, seluruhnya memiliki kunjungan rutin ; dari 15 responden yang memiliki motivasi sedang, 10 responden (52,6%) diantaranya memiliki kunjungan rutin dan 5 responden(22,7%) memiliki kunjungan tidak rutin; dan dari 22 responden yang memiliki motivasi rendah, 5 responden (26,3%) diantaranya memiliki kunjungan rurin selain itu 17 responden (77,3%) memiliki kunjugan tidak rutin

Berdasarkan uji Spearman’s rho didapatkan nilai p (0,000) < α (0,05), artinya H0 ditolak sehingga ada hubungan motivasi ibu dengan kunjungan balita ke posyandu di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. Nilai r = 0,573 menunjukkan hubungan sedang dan berkorelasi positif, artinya semakin tinggi motivasi ibu, maka makin tinggi kunjungannya ke posyandu.

(5)

PEMBAHASAN Motivasi

Berdasarkan tabel diketahui bahwa hampir sebagian besar dari responden memiliki motivasi rendah dalam ibu membawa balita ke posyandu sebanyak 22 responden (54%). Motivasi responden yang rendah disebabkan oleh responden menganggap datang ke posyandu bukan sebagai suatu kebutuhan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya adanya dorongan untuk membawa balita ke posyandu.

Usia responden telah cukup matang, dimana seharusnya pada usia ini responden telah memiliki kematangan emosi dalam berpikir dan mengambil keputusan. Namun pada umur-umur tertentu, kemampuan penerimaan atau mengingat suatu hal akan berkurang, termasuk pada umur 20-35 tahun. Hal ini disebabkan pada usia tersebut, responden telah memasuki tahapan kehidupan perkawinan dengan masalah yang lebih kompleks dibandingkan saat masih sendiri. Kurangnya kemampuan berpikir responden tentang keuntungan datang ke posyandu menyebabkan kurangnya dorongan untuk membawa balita ke posyandu. Sebab responden tidak menganggap datang ke posyandu sebagai kebutuhan.

Sebagian besar reponden tidak bekerja adalah.sebanyak 23 orang (56,1%). Menurut Sobur (2003) bahwa semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Damayanti dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan pendekatan insentif dalam motivasi memfokuskan diri pada apa yang menarik seseorang untuk berperilaku tertentu. Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka orang tersebut akan mendapatkan imbalan yang menyenangkan.

Sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang lebih banyak memiliki waktu luang. Hal ini biasanya dimanfaatkan oleh responden untuk berkumpul dengan sesama ibu rumah tangga di lingkungan sekitar rumah. Datang ke posyandu tidak memberikan imbalan positif yang langsung dapat dirasakan, sehingga ia juga menjadi kurang terdorong untuk datang.

Pendidikan sebagian besar responden hanya sebatas pendidikan SMP. Berdasarkan data terlihat bahwa ada yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan tentang posyandu. Namun disebabkan tingkat pendidikan responden yang masih

(6)

berpendidikan SMP menyebabkan responden kurang mampu menyerap dan kurang mampu melaksanakan apa yang diinformasikan oleh tenaga kesehatan setempat.

Responden yang memliki motivasi tinggi sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak 3 responden (75%), pendidikan responden SMA sebanyak 2 orang (50%) dan akademi/perguruan tinggi sebanyak 2 orang (50%), mendapatkan sumber informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 3 orang (75%), dan pekerjaan responden sebanyak 3 orang yang tidak bekerja (75%). Faktor yang mendominasi motivasi menjadi tinggi yaitu semua karakteristik karena di usia yang cukup matang dengan cara berfikir dan membuat keputasan didukung juga dengan cara mendapatkan informasi, tidak bekerja serta pendidikan menengah sehingga motivasi untuk membawa balita ke posyandu tinggi .

Responden yang memiliki motivasi sedang hampir seluruhnya berumur 20-35 tahun sebanyak 13 responden (86,8%), tidak bekerja sebanyak 8 responden (86,8%), pendidikan SMA sebanyak 8 reponden (86,8%), sedangkan sumber informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 7 responden (46,7%). Faktor yang mendominasi motivasi menjadi motivasi

sedang responden dari faktor pekerjaan dan pendidikan. Terdapat 7 orang (46,7%) bekerja dan berpendidikan SMP sehingga motivasinya menjadi sedang karena membagi waktu antara pekerjaannya dengan datang ke posyandu dan yang berpendidikan SMP masih belum membuat orangmemiliki kemampuan dalam menyerap informasi sehingga motivasi untuk datang ke posyandu sedang.

Responden yang memiliki motivasi rendah sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 16 responden (72,7%). Tidak

bekerja sebanyak 12 orang

(54,5%),berpendidikan SMP sebnyak 14 orang (63,6%), dan mendapat informasi tentang posyandu dari teman/saudara sebanyak 14 orang (63,6%). Berdasarkan umur yaitu umur masih ada responden yaitu 4 (18,2%) berumur < 20 tahun karena usia yang belum matang untuk berfikir dan mengambil keputusan sehingga membuat motivasi untuk datang ke posyandu menajadi rendah, dan 2 orang(9,1%) berumur >35. Dari karakteristis pekerjaan masih ada 10 orang (45,5%) yang bekerja sehingga waktu luang mereka datang ke posyandu mereka buat bekerja. Dari segi pendidkan sebagian besar reponden masih berpendidikan SMP sehingga kemmapuan dalam menyerap informasi masih kurang.

(7)

Dari segi sumber informasi tentang posyandu sebagian besar responden mendapatkan informasi dari teman/saudara sehingga informasi yang didapatkan belum tentu benar menyebabkan motivasi menjadi rendah. Faktor yang mendominasi semua dari karakteristik yaitu umur, pekerjaan, pendidikan dan sumber informasi

Kunjungan balita ke posyandu

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa hampir sebagian besar dari responden memiliki kunjungan tidak rutin ke posyandu sebanyak 22 responden (53,7%). Kunjungan

balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya, penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Sebagian besar responden memliki angka kunjungan tidak rutin di sebabkan karena banyak hal sehingga tidak terdorong untuk datang ke posyandu.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hampir seluruhnya reponden berumur 20-35 tahun sebanyak 32 orang (78,0%). Usia responden telah cukup matang, dimana seharusnya pada usia ini responden telah memiliki kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan. Namun pada umur-umur tertentu, kemampuan penerimaan atau mengingat suatu hal akan berkurang,

termasuk pada umur 20-35 tahun. Keterbatasan responden dalam mengingat informasi menyebabkan responden kurang menyadari bahwa kunjungan balita penting untuk mengetahui kondisi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balitanya, sehingga angka kunjungan menjadi tidak rutin.

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP sebanyak 21 responden (51,2%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, dkk., 2007). Rendahnya pendidikan ibu menyebabkan kurangnya kesadaran ibu akan pemanfaatan sarana kesehatan khususnya untuk memantau kesehatan balitanya. Kurangnya kesadaran akibat rendahnya kemampuan dalam menyerap dan memahami informasi menyebabkan rendahnya angka kunjungan

(8)

atau menyebabkan kunjungan menjadi tidak rutin.

Responden yang memliki kunjungan rutin sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak 18 responden (94,7%), pendidikan responden SMA sebanyak 14 orang (73,7%), mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 12 orang ( 63,2%), dan berdasarkan pekerjaan responden tidak bekerja sebanyak 14 orang (73,7%). Faktor yang mendominasi kunjungan menjadi rutin yaitu semua karakteristik karena di usia yang cukup matang didukung juga dengan cara mendapatkan informasi, tidak bekerja serta pendidikan menengah sehingga kunjungan ke posyandu menjadi rutin.

Responden yang memiliki kunjungan tidak rutin hampir seluruhnya berumur 20-35 tahun sebanyak 14 orang (63,6%), sebagian besar bekerja sebanyak 13 orang (59,1%), pendidikan SMP sebanyak 18 reponden (81,2%), sedangkan sumber informasi sebanyak 16 responden (72,7%) dari Teman/saudara. Faktor yang mendominasi memilki kunjungan tidak rutin adalah semua karakteristik yaitu umur, pekerjaan, pendidikan dan sumber informasi yang didapat.

Hubungan antara motivasi ibu dengan kunjungan balita ke posyandu di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari 4 responden yang memiliki

motivasi tinggi, 4 responden (21,1%) diantaranya memiliki kunjungan rutin ; dari 15 responden yang memiliki motivasi sedang , 10 responden (52,6%) diantaranya memiliki kunjungan rutin dan 5 responden(22,7%) memiliki kunjungan tidak rutin; dan dari 22 responden yang memiliki motivasi rendah, 5 responden (26,3%) diantaranya memiliki kunjungan rurin selain itu 17 responden (77,3%) memiliki kunjugan tidak rutin.

Berdasarkan uji Spearman’s rho didapatkan nilai p (0,000) < α (0,05), artinya H0 ditolak sehingga ada hubungan motivasi ibu membawa balita ke posyandu dengan Kunjungan balita ke posyandu di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. Nilai r = 0,573 menunjukkan hubungan sedang dan berkorelasi positif, artinya semakin tinggi motivasi ibu membawa balita ke posyandu, maka makin tinggi kunjungannya ke posyandu.

Hubungan motivasi ibu dengan kunjungan balita ke posyandu dapat

(9)

dijelaskan menurut teori Lawrence Green yang menganalisa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang mendorong seseorang untuk berperilaku (Notoatmodjo, 2010). Notoatmodjo (2010) menyatakan jika dikaitkan dengan model sistem kesehatan oleh Anderson, dikatakan bahwa predisposing factors dan enabling factors untuk mencari pelayanan kesehatan dapat terwujud dalam tindakan jika hal itu dirasakan sebagai kebutuhan. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa kebutuhan merupakan dasar dari terjadinya motivasi. Tanggapan terhadap kebutuhan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu dengan adanya kebutuhan, manusia akan terdorong untuk bertindak atau berperilaku. Motivasi ibu membawa balita ke posyandu mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Hal ini disebabkan motivasi merupakan konsep yang digunakan ketika dalam diri muncul keinginan (intitate) dan menggerakkan serta mengarahkan tingkah

laku. Semakin tinggi motivasi, semakin tinggi intensitas perilakunya (Asnawi, 2007). Motivasi yang tinggi untuk membawa balita ke posyandu akan membuat kunjungan balita ke posyandu menjadi rutin,sebab ibu menganggap posyandu sebagai kebutuhan sebagai sarana kesehatan untuk memanatau pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Namun bagi ibu yang memiliki motivasi sedang, sedikit adanya dorongan karena menganggap posyandu sehingga kadang kunjungan ke posayndu menjadi rutin dan tidak rutin.

Sobur (2003) menyatakan motif sosiogenetis merupakan motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada dan berkembang. Walgito (2004) menyatakan bahwa pada umumnya, motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu timbul kebutuhan, memicu perilaku tertuju pada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan (goal) tercapai, motivasi itu berhenti. Tetapi itu akan kembali ke keadaan semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi.

Kondisi responden yang menyatakan sebaliknya yaitu memiliki motivasi sedang namun kunjungan rutin atau memiliki motivasi rendah namun kunjungan rutin menunjukkan adanya

(10)

pengaruh yang cukup kuat baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungan terhadap kunjungan responden. Pengaruh dari dalam diri pribadi menyebabkan responden yang telah memiliki pengetahuan cukup tidak merasa bahwa datang ke posyandu sebagai suatu kebutuhan, sehingga tidak mendorong perilaku untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan yang menunjukkan kunjungan tidak rutin Sedangkan bagi responden yang memiliki motivasi rendah, namun karena pengaruh lingkungan yang cukup kuat, misalnya adanya ajakan dari tenaga kesehatan menyebabkan meski datang ke posyandu bukan kebutuhan, namun motif sosiogenetis membuat terjadinya perilaku untuk mencapai tujuan.

Antara motivasi dan kunjungan faktor yang mendominasi yaitu umur, pekerjaan, pendidikan dan sumber informasi yang di dapat tentang posyandu. Pada motivasi sedang tapi kunjungan rutin 15 responden yang memiliki motivasi sedang, 10 responden(22,7%) dengan kunjungan rutin memliki umur 20-35 tahun, berpendidikan SMA mungkin banyak disebabkan karena bekerja dan sumber informasi. Pada motivasi sedang dengan angka kujungan tidak rutin disebabakan karena berbagai faktor yang mendominasi adalah sumber informasi dan umur, dan

pendidikan terbukti dari 5 reponden tersebut mayoritas berpendidikan SMA, mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan . Pada motivasi rendah tapi angka kunjungan tinggi faktor yang mendominasi sumber informasi dari tenaga kesehatan, meskipun berpendidikan menengah karena faktor tidak bekerja sehingga responden memiliki waktu luang untuk ke posyandu. Pada motivasi rendah dengan kunjungan tidak rutin, faktor yang mendominasi faktor sumber informasi tentang posyandu dari teman/saudara.

KESIMPULAN

Ada hubungan motivasi ibu dengan kunjungan balita ke posyandu di Dusun Belahan Desa Brayung Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. Hal ini mungkin di pengaruhi oleh umur, status pekerjaan, pendidikan, dan sumber informasi

SARAN

Perlu adanya upaya untuk memotivasi agar ibu datang ke posyandu, seperti kegiatan arisan ibu-ibu ataupun pemberian PMT untuk balita, sehingga dapat meningkatkan kunjungan balita, pada

(11)

akhirnya dapat meningkatkan kualitas perkembangan balita

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Asnawi, S. 2007. Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Studi Press

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengatar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Salemba Medika

. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Kepmenkes, 2008. Keputusan menteri kesehatan

RI NOMOR 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Available from:

(http://dinkes.slemankab.go.id/wp- content/uploads/2011/03/JUKNIS-SPM-2008.pdf)( Accessed April 6, 2012) LP2M Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. 2010.

Buku Panduan Penyusunan Skripsi. Mojokerto: Stikes Bina Sehat PPNI

Mubarok, W.I. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Muhibbin, S. 2008. Psikologi Belajar. Cetakan IV. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Nerendra, M.B, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: CV Sagung Seto

Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:PT Rineka Cipta . 2005. Metedologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

__________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta . 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam dan Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Infomedika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Proverawati, Atikah, Siti Asrufah, 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nurha Medika

Proverawati, Atikah. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Yogyakarta: Numedika

Runjati,M.Mid. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

(12)

Sabarguna, MARS. 2009. Pengembangan Posyandu, Peningkatan Pendapatan, Pengelolahan Sampah Juga Seni Dan Pariwisata Dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta : Sagung Seto Setiadi. 2007. Konsep &Penulisan Riset

Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: CV.

Pustaka Setia

Sugiono. 2009. Statistik untuk penelitian. Jakarta : CV Alfabeta

Sulistyaningsih. 2011. Metode penelitian kuantitatif-kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sunaryo.2004. Psikologi untuk Keprawatan. Jakarta: EGC

Syafrudin . 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Masyarakat Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media

Uno, H.B. 2008. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Wahyuningsih, H. P,dkk. 2009. Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitrimaya

Waryana. 2010. Gizi reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Referensi

Dokumen terkait

Hal seperti ini terjadi karena di satu sisi ada masyarakat yang memiliki tanah pertanian yang luas namun tidak bisa mengolahnya dan tanah tidak produktif atau masalah

Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 tentang anak luar kawin, tidak menghapus atau

Dari hasil penelitian, seluruh responden memiliki umur lebih dari 50 tahun dimana Diabetes Melitus tipe 2 sering menyerang orang yang berumur &gt;40 tahun, sebagian besar memiliki

Pada masa itu, di kerajaan Aceh telah berlaku hukum Islam yang sesuai dengan agama yang dianut oleh masyarakat Aceh sendiri.Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya

Tujuan utama dalam pemberian perintah oleh atasan kepada bawahan ialah untuk memberikan kegiatan bawahan, agar kegiatan masing ± masing bawahan yang beraneka ragam

Situs ini dibuat dengan tujuan untuk mempromosikan Produk elektronik yang dikeluarkan oleh P.T HIMIDA, karena kurang efisiennya promosi produk yang diberikan P.T HIMIDA itu

Pendekatan regresi untuk suatu percobaan dapat juga dilakukan dengan peubah bebas (X) diberi nilai satu (1) dan nol (0) , yaitu bersifat katagori , yang

Data primer dapat berupa opini subjek secara individual atau secara kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,.. Metode yang digunakan untuk