• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi mencapai Target 23% EBT dalam KEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi mencapai Target 23% EBT dalam KEN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

SURYA DARMA Ketua Umum METI

DISAMPAIKAN PADA DIALOG ENERGI 2017 DEWAN ENERGI NASIONAL

Hotel Luwansa, 2 Maret 2017

Strategi mencapai Target

23% EBT dalam KEN

(2)

23% 25% 30% 22% 5% 46% 31% 18% 194 MTOE ~ 400 MTOE

Energi Baru dan Terbarukan Minyak Bumi

Gas Bumi

Batubara

Kondisi Saat ini

Tahun 2025

Target Bauran Energi Nasional Tahun 2025 – Amanat KEN

Saat ini Tahun 2025

Pembangkit Listrik 51 GW 115 GW

Konsumsi Energi 0,8 TOE/kapita 1,4 TOE/kapita

Konsumsi Listrik 776 KWh/kapita 2.500 KWh/kapita EBT Minyak Gas Batubara

(3)

Mandatori Bauran Penggunaan Energi Primer

Pembangkit Tenaga Listrik (KEN)

Minyak Bumi 25% ~ 96 MTOE Gas Bumi 22% ~ 76,75 MTOE Batubara 22% ~ 113,45 MTOE EBT 23% ~ 84,15 MTOE Baura n En er gi Prime r (PP 79 /2 01 4) Komposisi Kapasitas Pembangkit 60% Fosil 40% EBT 46,8 GW

2025: 115 GW

68,2 GW

(4)

Latar Belakang

RJPMN : Target Rasio Elektrifikasi 96,6

% pada tahun 2019 & masih banyak

desa belum terlistriki

PP 79/2014 KEN : target energy mixed

EBT 23 % tahun 2025, RUPTL PLN : 25

% tahun 2025.

(5)

LATAR BELAKANG

- Penyesuaian harga energi secara bertahap dengan jadwal yang jelas dan realistis menuju kepada harga komoditi energi yang mencapai harga ekonominya.

- Energi baru dan terbarukan perlu dikembangkan dengan memperhatikan keekonomian dan dalam rangka konservasi sumber-sumber energi tak terbarukan

- SUBSIDI bagi masyarakat tidak mampu justru dapat ditingkatkan dari hasil pajak yang meningkat sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang baik.

- Untuk menarik investasi berisiko tinggi dan harga energi yang terjangkau diperlukan program-program insentif, termasuk perpajakan. Untuk sistem perpajakan khusus di luar yang berlaku dengan UU 18/2001 tentang perpajakan, maka pengembangan ENERGI memerlukan undang-undang tersendiri (seperti halnya dengan UU Migas).

(6)

Amanah UU No. 30 yang seharusnya dilaksanakan

Pemerintah

a) Penyediaan energi dilakukan melalui: 1) inventarisasi sumber daya energi;

2) peningkatan cadangan energi; 3) penyusunan neraca energi;

4) diversifikasi, konservasi, dan intensifikasi sumber energy dan energi; dan

5) penjaminan kelancaran penyaluran, transmisi, dan penyimpanan surmber energi dan energi.

b) Penyediaan energi oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah diutamakan di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah perdesaan dengan menggunakan sumber energi setempat, khususnya sumber energi terbarukan. c) Daerah penghasil sumber energi mendapat prioritas untuk memperoleh energi dari

sumber energi setempat.

d) Penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

e) Penyediaan energi dari sumber energi baru dan sumber energi terbarukan yang dilakukan o!eh badan usaha, bentuk usaha tetap, dan perseorangan dapat

memperoleh kemudahan dan/atau insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu tertentu hingga

(7)

KONVERSI ENERGI

Energi Primer

KONVERSI

Energi Sekunder (energi elektrik) Air Batubara Minyak bumi Gas Panas bumi ET lainnya TEKNOLOGI Efisiensi Waste Energi Masalah Lingkungan Masalah sosial Resiko/ Keselamatan

(8)

Permasalahan & Tantangan

Pengembangan EBT

Masalah Regulasi : Pembinaan, Pengawasan &

Insentif Fiskal?

Masalah Bisnis : Ketidak pastian Harga Keekonomian

Masalah Legal : Seringnya berubah2 yang

menimbulkan ketidakpastian hukum - Perlu adanya UU

ET

Masalah Tekonologi : Transfer of Technology & Local

Content

Masalah SDM : Strategi Penyiapan SDM untuk Leaf

Frog ke 23%

(9)

Permasalahan & Tantangan

Pengembangan EBT

 Kebijakan Feed in Tariff ( FIT ) -EBT dengan harga yang relatif masih lebih mahal memerlukan kepastian

tersedianya mekanisme dan alokasi subsidi.

Program memanfaatkan sumber energi setempat dalam

rangka melistriki daerah “off grid” memerlukan model bisnis baru untuk memastikan “sustainability”

Penetrasi “Variable Energy” ke “grid” memerlukan

pendekatan teknis yang terintegrasi dalam perencanaan system dan operasi grid.

Explorasi uap panas bumi menjadi tantangan utama dalam

alur bisnis pengembangan PLTP.

Kebutuhan dana investasi ( project financing ) memerlukan

kepastian regulasi,model bisnis, kualifikasi PPL/IPP dan “creditworthiness” dari “Offtaker”.

(10)

FAKTA DALAM BISNIS

ENERGI TERBARUKAN

1. Kebijakan harga (ET) belum memperlihatkan kesungguhan Pemerintah dalam mendukung pemanfaatan ET;

2. Mekanisme yang ada tidak “bankable” sehingga “Pengembang” tidak ada;

3. Bank Nasional belum tertarik mendanai proyek ET;

4. Perumusan kebijakan sulit dilakukan karena harapan stakeholders yang tidak sama;

5. Teknologi lokal belum berkembang (kecuali microhydro), sehingga biaya investasi mahal.

(11)

Strategi pencapaian 23% EBT

Aspek Regulasi : Pembinaan, Pengawasan &

Insentif Fiskal

Aspek Bisnis : Harga berdasarkan Keekonomian

Aspek Legal : Perlu adanya UU ET

Aspek Tekonologi : Transfer of Technology &

Local Content

Aspek SDM : Strategi Penyiapan SDM untuk

Leaf Frog

(12)

Mengapa Energi Terbarukan

Perlu Dikembangkan Ketingkat

Komersial ?

• Keterbatasan dan menurunnya cadangan energi fosil Indonesia;

• Potensi cadangan ET belum sepenuhnya diusahakan mencapai tingkat komersial;

• Meningkatnya kesadaran masalah lingkungan dan keprihatinan terhadap efek rumah kaca;

• Sebagai energi alternatif untuk energi fosil guna menjamin kelangsungan pemenuhan kebutuhan energi nasional (energy security) dan mencapai daerah terpencil;

• Menyisihkan energi fosil untuk diekspor guna mendatangkan devisa;

• Sifatnya yang terbaharui secara alami, dan ramah lingkungan,

• Meningkatkan partisipasi UKM, baik manufakturing maupun pengusahaannya, termasuk pendanaan;

• Membantu mempercepat pembangunan daerah pedesaan, karena sumber ET yang tersedia di desa-desa.

(13)

Sifat-sifat Energi Terbarukan

Site specific

Ketersediaannya ada yang sepanjang

tahun (geothermal & Bio-energi), ada juga

hanya pada waktu tertentu saja (untuk

surya dan bayu)

Jenis ET tertentu tersedia disemua lokasi

di Indonesia.

Jenis ET tertentu tidak dapat dipindahkan,

tapi juga tidak memerlukan transportasi.

(14)

Kebijakan Harga dan Pasar Untuk

Energi Terbarukan Indonesia

 Harga Energi harus berdasarkan nilai ekonomik yang berasal

dari biaya produksi, lingkungan & biaya konservasi serta keuntungan yang wajar.

 Harga ET diregulasi sedemian rupa agar berdampingan

dengan harga BBM.

 Pemerintah harus mendukung penuh pembangunan proyek ET

yang berskala besar dengan menetapkan Mekanisme ‘Feed in

Tariff’ atau harga patokan (kebijakan harga) untuk pembangkit tenaga listrik.

 Pemerintah harus meregulasi pasar ET, termasuk pengaturan

kuota minimum untuk ET untuk pembangkit listrik, liquid fuel dan gas yang dihasilkan dari sumber ET.

 ET tidak berkembang karena kalah dengan harga BBM

subsidi. Oleh karena itu Pemerintah harus mensubsidi pula harga ET agar sama Nilainya.

(15)

Kebijakan Insentif Fiskal ET

 Pemerintah harus subsidi BBM dan Listrik serta tingkatkan

dengan ET & EBT [low carbon energy [LCE]]

 Pemerintah harus memberikan Fiskal khusus dan insentip

lainnya untuk pembangunan proyek ET. Insentip diberikan untuk ET sama seperti untuk BBM.

 Pemerintah harus memberikan insentip kepada pengguna

dan pemasok ET & EBT serta efisiensi energi dan konservasi energi dalam operasinya.

 Pemerintah harus memberikan insentip kepada pusat

kajian, pabrikan, manufaktur teknologi ET.

 Pemerintah harus memiliki dan mendukung peran dari

Bank nasional (saham Indonesia) untuk pengembangan program ET, program efisiensi energi serta program

(16)

Rekomendasi

 Diperlukan segera adanya Regulasi yang memberikan kepastian harga ET yang dapat memiliki nilai keekonomian dan memperoleh pendanaan untuk proyek ET.

 Pemerintah segera memberikan subsidi ET sebagai pengganti sumsidi BBM yang memadai untuk mendukung target ET, melalui APBN seperti subsidi BBM.

 Pemerintah diharapkan dapat memberikan kepastian dan kemudahan dalam perizinan pengembangan ET.

 Perlu dipikirkan adanya UU ET di Indonesia agar Regulasi [FiT] ET & pendanaan untuk proyek ET ada kepastian dan sering berubah-ubah.

(17)

Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia

2 Maret 2017

(18)

Critical Issues

Beberapa critical issues didalam skim pembiayaan ini:

Pricing

Kebijakan Power Purchase Agreement (PPA) Aspek Lingkungan Hidup

Time and Cost Overun

6

Government Regulation

(19)

Factors Affecting to the Tariff

1. PROJECT CAPITAL COST

i. Resources Development

ii. Steam Field Facilities

iii. Power Generation and Facilities

2. O & M COST

i. Steam field

ii. Power generation; i.e O/H, etc.

iii. Make up well; enthalpy, decline rate, success ratio and well deliverability.

3. FISCAL TERMS

4. ECONOMICS PARAMETERS 5. IRR

(20)

Factors Affecting to the Tariff

1. PROJECT CAPITAL COST ; 2. O & M COST

3. FISCAL TERMS

i. Corporate income tax (25%); new tax law @ 2010 ii. Royalty (2.5%); (revisi PP 45/2003)

iii. Tax exemption on imported goods (0%); PDRI (PMK 177 & 178/2007 iv. Investment allowance 5% per year for 6 yrs (30%); PP 1/2007 & PP

82/2008

v. Dividend tax (10%) (UU 36/2008)

vi. Tax loss carry forward, extended to 10 yrs vii. Signature Bonus $ 1.0M – 2.0M

4. Economics

i. Inflation rate :2.5% - 5.0% pa ii. Long Lead Time (5-6-8 yrs)

iii. Depreciation rate: 8 yrs instead of 15 yrs (PP 62/2008) iv. No CDM

v. Tariff: levelized (flat) or 2.5% escalation vi. Plant life: 30 yrs

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum luas areal budidaya perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat terbesar adalah sawah, kemudian kolam air tenang, dan terakhir karamba jaring apung.. Dalam 40

Masih dengan contoh diatas maka setelah timer T1 overflow 11 kali step program berikutnya adalah memberikan inisialisasi pada kondisi output compare match A yaitu dengan

Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diinterpretasikan sebagaiberikut: Berdasarkan hasil analisis uji parsial (Uji t), yaitu antara

Uji angka lempeng total pada 10 sampel lipstik cair yang terdiri dari 3 sampel usia 12 bulan, 1 sampel usia 6 bulan, 1 sampel usia 3 bulan, dan 5 sampel usia 0 bulan ditemukan

Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran berhitung menggunakan permainan congklak masih menemukan kendala diantaranya kurangnya alat

Pendekatan yang relative baru dan menjadi salah satu state-of-the-art dari konsep pengembangan wilayah dewasa ini adalah pendekatan pembangunan yang mengarah pada penciptaan

Untuk mengetahui suatu proses dalam keadaan terkendali atau tidak dalam suatu pengukuran (Measure), tentunya harus membuat grafik kendali dan menganalisis

Pemahaman para pengusaha UMKM terhadap proses akuntansi dan penyusunan laporan keuangan masih sangat terbatas, maka permasalahannya adalah bagaimana presepsi