BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Paru
2.1.1 Anatomi Paru
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm. Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut. Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea.
Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran alveol bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti.
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
SISTEM SALURAN PERNAFASAN
Gambar : Anatomi Paru
Sumber : (Evelyn C. Pearce, 2007) 2.1.2 Fisiologi Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Evelyn C. Pearce, 2007)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Evelyn C. Pearce, 2007)
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 µm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomi saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida
antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Evelyn C. Pearce, 2007)
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama (Evelyn C. Pearce, 2007).
2.1.3 Otot – otot pernafasan
Pada waktu pernapasan biasa (waktu istirahat) yang bekerja hanya otot-otot pernapasan reguler yaitu: musculi diaphragma dan musculi intercostals.Apabila pernapasan dipergiat maka akan di bantu oleh otot-otot pernapsan auxiliair. Apabila kita melakukan tarik napas, yang bekerja adalah musculidiaphragma da musculi intercostale externi dan beberapa otot pembantu(auxiliair). Otot-otot inspirasi auxiliair antara lain :
1) Musculi anterior medius dan posterior
2) Musculus seratus posterior posterior dan seratus anterior 3) Musculi sterno-cledio-mastoideus
4) Musculi pectoralis major dan minor 5) Musculi rhomboideus
2.1.4 Alat-Alat Pernafasan (Apparatus Respiratoris)
Bila kita mengetahui jalan dari udara masuk melalui hidung maka berturut-turut akan melalui:
1) Cavum nasi (rongga hidung) 2) Cavum oris (rongga mulut) 3) Pharinx 4) Larynx 5) Trachea 6) Bronchus 7) Bronchiolus 8) Bronchiolus respiratoris 9) Ductulus alveolaris 10) Alveolus
Dari uraian diatas maka peulis sedikit menguraikan proses jalannya udara melaluibeberapa item yang adayaitu :
1. Cavum Nasi / Rongga hidung, disini udara pernapasan biasanya melalui ronggahidung dan didalam rongga hidung terdapat suatu sekat (septum nasi) dan choncainasalis yang terdiri dari tiga bagian : superior, media dan superior yang dilapisioleh jaringan yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Bagian luarbanyak ditumbuhi bulu (silia). Silia ini berfungsi sebagi filter dan cochae berfungsi agar udara yang masuk kedalam paru-paru memiliki suhu yang samadengan suhu didalam paru-paru, selain
itu menghasilkan suatu lendir yangberfungsi untuk menangkap debu-debu yang masuk bersama udara pernapasan.
2. Pharinx
Sebenarnya udara maupun makanan melewati daerah ini dan secara bergantian jalan ini dilewati. Kalau kita sedang memakan makanan maka kitatidak dapat bernafas karena tenggorokan tertutup oleh Ephyglotis. Sesudahmakanan masuk maka kita baru dapat bernapas kembali seperti sediakala karena ephyglotis terbuka.
3. Larynx
Merupakan saluran masuk ke trachea dan mempunyai dinding serta tulangrawan/cartilago. Dindingnya merupakan mesthelium dan dilapisi oleh jaringanotot polos. Sebelumnya ephyglotis ini akan meutup larynx kalau sedang menelanmakanan atau minuman.
4. Dari trache sampai alveolus
Dinding masih ada cartilage nya dan diantaranya terdapat otot polos dandindingnya mengandung tunika mukosa yang menghasilkan kelenjar danmempunyai silia (rambut getar). Kelenjar ini disebut mucus dan rambut getarberguna untuk mendorong debu atau partikel kecil lainnya keluar. Sesudah itutrachea akan bercabang dua : kanan dan kiri dan pada bagian kiri akan bercabang dua dan sebelah kanan bercabang tiga yang
masing-masing kita saebut bronchus.Didalam bronchus ini masih ada cartilago dan tunika mukosa yang mengandungmucus dan cilia serta otot polos.Sesuadah itu hawa masuk kedalam cabang-cabang broncus yang disebut bronchiolus. Bronchiolus respiratoris bercabang-cabang yang disebut ductulus alveolaris.setelah menjadi ductus alveolaris akan menjadi succulus alveolaris danterakhir adalah alveolus itu sendiri. Alveolus merupakan gelembung-gelembungkecil seperti balon kecil dan berdinding sangat tipis serta bagian luar dikelilingioleh kapiler-kapiler darah. Disinilah sebenarnya terjadi proses pertukaran gas.
Selain itu ada perlengkapan lain yang penting dalam pernapasan ialah sekatrongga dada/diafragma dan dada sendiri beserta tulang iga dan otot pernapasan. Ada dua gerakan napas secara diafragma, dimana sekat rongga dada turun sehingga rongga dada akan bertambah besar. Akibat pembesarn rongga dada maka tekanan dalam rongga dada relatif akan turun, sehingga udara tekanannya relatif besar akan masuk kedalam paru-paru melalui jalan napas.
2.2 Kapasitas Vital Paru
2.2.1 Pengertian Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru adalah kemampuan paru untuk menghisap atau menghembuskan udara secara maksimal (Jos Usin, 2000). Kapasitas vital
paru adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat (Evlyn C. Pearce, 2007) Kapasitas paru adalah volume gas maksimal yang dapat dihembuskan keluar setelah dihirup maksimal biasanya 4-5 liter. Vital Capacity adalah Jumlah udara yang dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya setelah melakukan inspirasi sedalam-dalamnya (Muchtamadji, 2000).
2.2.2 Kapasitas Vital Paru dan Kerja Paru
Organ tubuh yang memilki suatu peranan yang penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Letak paru-paru di dalam rongga dada yang terdiri dari jaringan elastis. Fungsi paru adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Evelyn.C. Pearce, 2007). Dalam bernapas setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda ada yang banyak dan ada yang sedikit.
Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas atau pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru (Evelyn. C. Pearce, 2007). Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah tidal volume dan volume cadangan ekspirasai ini adalah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelahia mengisi sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (Guyton, 2005). Pentingnya pengukuran kapasitas paru yaitu untuk mendiagnosis gangguan paru-paru dan seberapa parah gangguan tersebut.
Adapun faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah (1) posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, (2) kekuatan otot pernapasan, dan (3) distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut compliance paru-paru.
2.2.3 Pengukuran Kapasitas Paru
Dalam pengukuran kapasitas paru dikenal beberapa istilah, seperti 1. Vital Capasity (VC) / kapasitas vital yaitu volume udara maksimum
yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.
2. Forced Vital Capasity (FVC) adalah volume udara maksimum yang dapat dimasukan dalam paru-paru, dan secara paksa serta cepat mengeluarkannya semaksimum mungkin.
3. Forced Expiratory Volume in First Second (FEV1) adalah volume udara yang dikeluarkan pada detile pertama dimulai dengan hembusan nafas kuat pada pernafasan penuh. Pengukuran kapasitas paru disebut : a. Normal jika FEV1 > 70% dan Rasio FEV1 / FVC 75-80%
b. Tidak normal jika FEV1 < 70%.
Sebagian dari pada volume statis dari pada paru-paru dapat diukur dengan spirometer yaitu tidal volume dan kapasitas vital paru. Tidal volume adalah volume pernapasan normal yaitu dengan menghembuskan udara respirasi biasanya kedalam spirometer setelah inspirasi biasa. Sedangkan kapasitas vitas adalah volume ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal (Siregar 2002).
2.3 Rokok/Tembakau
Rokok merupakan Zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah ditambah sedikit racikan racikan seperti cengkeh saus rokok serta racikan lainnya (Sugeng D.Triswan to, 2007). Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh.Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa.Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa
orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata.Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk ke negara-negara Islam.
Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai dimana-mana di dunia, kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial (www:depkes.ri.com, 2004)
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri dibandingkan dengan yang bukan perokok. (Soetjiningsih dalam Subanda B, 2004).
Penelitian lapangan yang dilakukan Matua Harahap pada 2004, terungkap remaja merokok terpengaruh ajakan teman-temannya. Namun, remaja yang tidak merokok (perokok pasif) tetapi terkena asap rokok dari remaja yang merokok (perokok aktif) juga akan mengalami gangguan pada kesehatan dengan resiko yang sama. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok dari pada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
2.4 Remaja
Batasan Remaja istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh dewasa. Hurlock (2006)
mengatakan istilah adolescene yang digunakan sampai sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara umum masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang dilihat dari rentang usia. Gerungan (2008) mengatakan membagi tahapan masa remaja tersebut menjadi remaja awal (12 – 14 tahun), remaja pertengahan (15 – 17 tahun) dan remaja akhir (18 – 21 tahun). Masa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua tugas perkembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Oleh sebab itu,masa remaja disebut juga sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode pencarian identitas, dan periode tidak realistik. Pada periode pencarian identitas, remaja remaja yang tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak, berusaha menampilkan atau mengidentifikasi perilaku yang menjadi simbol status kedewasaan. Salah satu perilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang mereka anggap sebagai simbol kematangan, dimana perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama. Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan diluar rumah. Hal tersebut tentunya akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada
teman-temannya yang senasib dengannya. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Bebeapa motivasi yang melatar belakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan, untuk menghilangkan kekecewaan, dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma. Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori tentang gambaran kapasitas vital paru pada remaja yang telah di bahas sebelumnya, peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini :
2.1 Skema : Kerangka Teor
2.6 Kerangka Konsep
Ket :
= Variabel yang diteliti
Kapasitas Paru Remaja
perokok Kapasitas Paru Pada
Perokok Otot-otot Pernafasan Anatomi Paru Alat – alat Pernafasan Kapasitas Vital Paru - Pengertian - Kapasitas
Vital Paru dan kerja Paru. - Pengukuran Kapasitas Paru Remaja Perokok Remaja Awal Remaja Pertengahan Remaja Akhir Perokok Sedang Perokok Ringan Perokok Berat Rokok