• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

(2)

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apa pun juga tanpa seijin editor dan penerbit.

EDITOR Harsono

PENATA LETAK & DESAIN COVER Sutarto

ILUSTRATOR GAMBAR Lingga Tri Utama FOTOGRAPHER

Bimo (Gedung Pusat UGM) Bambang Prastowo (Gerbang UGM) Dicetak Oleh:

... ... Yogyakarta, 2005

Cetakan Pertama, November 2005 ISBN No. ...

(3)

Sebenarnyalah bahwa kurikulum terpadu telah tersedia di alam semesta ini dengan jumlah dan jenis yang tak terhitung. Alam semesta merupakan satuan kurikulum terpadu yang tak habis-habisnya dipelajari oleh manusia. Proses mempelajari alam semesta bervariasi, sesuai dengan zaman dan tingkat peradaban manusia. Sejalan dengan proses tadi maka manusia “menemukan” fenomena-fenomena dengan skala yang sangat kecil bila dibandingkan dengan alam semesta. Proses penemuan tadi ada yang bersifat tak sengaja (tetapi kemudian dipikir, dicoba, dan dianalisis sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang ada) dan bersifat sengaja melalui suatu perancangan atau metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berbagai hasil tadi kemudian diekspresikan dalam bentuk fisik maupun non-fisik yang dapat dianggap sebagai suatu “modul terpadu”, misalnya radio, pesawat televisi, pesawat terbang, bendungan, psikologi pendidikan, sistem politik, sistem ekonomi, sistem hukum, musik klasik, agrobisnis, dan lain sebagainya.

Dalam proses pembelajaran secara konvensional maka kepada para mahasiswa disiapkan unsur-unsur yang menyusun suatu fenomena secara terpisah, tidak dalam konteks utuh, terfragmentasi. Dengan demikian para mahasiswa mempelajari hal-hal yang “mati” atau “tidak bermakna”. Sementara itu, dalam proses pembelajaran secara inovatif maka kepada para mahasiswa dihadapkan sesuatu yang utuh, terpadu, menarik, dan bermakna bagi mereka. Selama para mahasiswa mengurai unsur-unsur fenomena tadi maka mereka tetap “hidup dalam konteks”. Inilah hakekat kurikulum terpadu.

Buku ini menyajikan garis besar pemahaman tentang kurikulum terpadu. Sudah barang tentu para pembaca akan merasakan adanya kekurangan substansi dalam buku ini. Para pembaca dipersilakan untuk mencari informasi lebih lanjut tentang kurikulum terpadu, sesuai dengan tingkat keperluannya. Pencarian ini akan lebih bermanfaat apabila disertai dengan aktivitas mencoba untuk menyusun dan kemudian menggunakan kurikulum terpadu, sekecil apa pun formatnya, dalam kapasitasnya sebagai dosen.

Yogyakarta, November 2005 Penyusun

(4)

Harsono

H.C.Yohannes

K O N T R I B U T O R

Kusminarto

Achmadi Priyatmojo

Djoko Dwiyanto

Edia Rahayuningsih

Amitya Kumara

Ika Dewi Ana

(5)

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Bab 1 Pendahuluan ... 1

Bab 2 Jenis-Jenis Kurikulum Terpadu ... 4

Ciri-ciri kurikulum terpadul ... 5

Keterpaduan multidisiplin ... 5

Keterpaduan antardisiplin ... 7

Keterpaduan transdisiplin ... 8

Komponen pokok dalam kurikulum terpadu ... 11

Pelurusan kurikulum ... 11

Bab 3 Bentuki Kurikulum Terpadu Dalam Konteks Pembelajaran ... 13

Tujuan umum kurikulum terpadu ... 13

Project- based learning ... 14

Problem-based learning ... 15

Rancangan pembelajaran dan pengajaran pada kurikulum terpadu ... 16

Gardner’s Multiple Intelligence ... 18

Technological intelligence ... 19

Bab 4 Perancangan Kurikulum Problem Based Learning ... 20

Elemen kurikulum ... 20

Perancangan kurikulum ... 20

Tingkatan kurikulum ... 22

Peta kurikulum ... 23

Langkah-langkah perancangan kurikulum ... 23

Perancangan kurikulum yang spesifik untuk PBL ... 23

(6)

Langkah Awal Penyusunan Kurikulum Terpadu ... 26

Langkah awal ... 27

Penutup ... 30

(7)

PENDAHULUAN

Dampak globalisasi bersifat multidimensional; dampak ini juga terasa dalam bidang pendidikan terutama pendidikan tinggi yang secara langsung berinteraksi dengan komunitas internasional. Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya perubahan peran institusi pendidikan tinggi. Peran sebagai institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu, perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan maka pendekatan komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.

Institusi pendidikan tinggi ditantang untuk mengubah kurikulum secara total. Penekanan kurikulum tidak lagi pada content atau pengetahuan melainkan pada pengembangan pembelajaran, kemampuan kreatif, serta penggunaan informasi baru dan teknologi komunikasi. Dengan demikian struktur kurikulum harus disesuaikan dengan memperhatikan azas kompetensi, manfaat, kelenturan, dan continuous improvement. Proses inovasi kurikulum meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) persiapan secara menyeluruh, (b) perencanaan strategis, (c) identifikasi tujuan pembaharuan, pengukuran kinerja, sasaran dan langkah-langkah, (d) analisis kurikulum yang ada / masih digunakan, (e) perancangan kurikulum baru, (f) implementasi & evaluasi, yang untuk seterusnya merupakan suatu siklus continuous improvement.

Pengembangan kurikulum yang inovatif seyogyanya mengikuti alur proses inovatif yang bercirikan hal-hal sebagai berikut: (a) interaktif atau non-linear, (b) iteratif atau berulang secara spiral / helix yang juga dikenal

(8)

sebagai feed-back loops, (c) penyaringan dan pelurusan, (d) beberapa paradoks yang perlu dipertimbangkan, meliputi keperluan jangka panjang vs jangka pendek, pengabaian kompetensi vs penekanan kompetensi, individual (collective creativity vs strategic alignment), efektivitas vs efisiensi, serta kekenduran vs kecepatan.

Salah satu bentuk pengembangan kurikulum yang akhir-akhir ini memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh adalah pengintegrasian kurikulum yang hasilnya disebut sebagai kurikulum terpadu (integrated curriculum). Sebenarnyalah bahwa kurikulum terpadu merupakan bagian tak terpisahkan dari inovasi pembelajaran yang mengajak para mahasiswa untuk belajar dan berdiskusi secara kontekstual, mempelajari fenomena yang telah tersedia secara alamiah – baik yang terjadi sesuai dengan evolusi alam maupun yang terkait dengan hasil peradaban manusia, tidak lagi bersifat tekstual. Apabila di bagian hulu tersedia berbagai konsep ilmiah maka di bagian hilir terhampar bebagai fenomena yang dalam skala kecil berbentuk berbagai macam “modul”, dan “modul-modul” inilah yang akan ditiru oleh - atau menjadi sumber inspirasi bagi - para penyusun kurikulum terpadu agar para mahasiswa dapat belajar secara kontekstual, menyenangkan, efektif, efisien, bermakna, serta mampu menghubungkan konsep ilmiah yang relevan dengan kejadian-kejadian yang dapat dideteksi oleh panca-indera. Kemampuan ini sangat penting dalam mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan mereka kelak di dunia kerja. Secara ringkas, kurikulum terpadu dapat dikatakan sebagai suatu refleksi kehidupan itu sendiri.

Manfaat atau keuntungan kurikulum terpadu sudah diakui oleh para teoriwan dan pakar filosofi pendidikan, antara lain Dewey (1924), Bruner (1977), dan Howey (1996). Kurikulum terpadu mengenal adanya hubungan antardisiplin yang dapat dipelajari oleh para mahasiswa secara terpisah (untuk mendalami karakteristik masing-masing disiplin ilmu) dan sekaligus dipelajari secara kontekstual (untuk memahami keterpaduan berbagai disiplin yang ada sehingga menimbulkan fenomena yang menarik dan

(9)

bermakna). Kurikulum terpadu dapat disusun dari standar dan prinsip umum sampai dengan isi dan nilai-nilai praktis yang spesifik, dari tingkat dasar sampai dengan tingkat lanjut dan kompleks, dan dari tingkat prasyarat sampai dengan tingkat yang menunjukkan hubungan jejaring ilmu.

Pengembangan kurikulum terpadu memerlukan alasan yang logis dan kuat, disertai tujuan yang jelas, obyektif, dan terukur, memperhatikan rancangan implementasi (method of delivery) yang jelas serta mudah dipantau dan dikendalikan, serta memperhatikan sistem evaluasi untuk mengukur keberhasilan mahasiswa yang sesuai dengan proses pembelajarannya. Secara keseluruhan, pengembangan kurikulum terpadu harus memperlihatkan adanya jaminan mutu serta continuous improve-ment.

(10)

JENIS-JENIS KURIKULUM TERPADU

Definisi kurikulum terpadu dapat dibangun sesuai dengan sudut pandang yang berbeda, meliputi kerangka konsep, tujuan, dan implementasinya. Dipandang dari konsep yang paling sederhana, kurikulum terpadu diartikan sebagai suatu “hubungan yang bermakna antara beberapa subyek”. Berangkat dari pemahaman yang sederhana ini maka muncullah berbagai macam pertanyaan yang berkaitan dengan kata “hubungan”, yaitu hubungan yang bagaimana, menghubungkan apa dengan apa, apakah hubungan tadi berbasis ketrampilan atau pengetahuan? Selain itu, keterpaduan dapat diartikan sebagai suatu fusi (kombinasi antara dua subyek) dan dapat pula diartikan sebagai unifikasi seluruh subyek dan pengalaman. Diskusi tentang kurikulum terpadu ini sudah berlangsung cukup lama, bahkan pada tahun 1935 telah diformulasikan oleh the National Council of Teachers of English di Amerika Serikat. Namun demikian berbagai definisi yang berkembang di kemudian hari tetap tidak memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pengembangan kurikulum itu sendiri. Berdasarkan situasi seperti ini maka muncullah gagasan tentang kategori kurikulum terpadu yang kemudian lebih diterima oleh para pemerhati pendidikan, yaitu integrasi multidisiplin, antardisiplin, dan transdisiplin.

Ciri-ciri kurikulum terpadu

Apa pun bentuk atau kategori kurikulum terpadu, maka setiap kategori akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

l Ada kombinasi dari beberapa subyek l Ada penekanan pada “proyek”

(11)

l Mendorong pembelajar untuk mencari sumber belajar di luar text books

l Ada hubungan di antara beberapa konsep

l Unit tematik merupakan organisasi dasar (sebagai pemicu pembelajaran)

l Adanya tatakala yang lentur

l Pengelompokan mahasiswa secara lentur

Keterpaduan multidisiplin

Integrasi model ini difokuskan pada disiplin-disiplin yang dipadukan, biasanya dalam bentuk tema. Banyak cara yang dapat dipakai untuk menyusun kurikulum multidisiplin, dan masing-masing cara mempunyai intensitas yang berbeda. Jenis-jenis pendekatan ini meliputi intradisiplin, fusi, service learning, parallel disciplines atau learning centers, dan theme-based units (Gambar 1).

(12)

Pendekatan intradisiplin

Pendekatan model in merupakan keterpaduan beberapa subdisiplin dari suatu area subyek. Sebagai contoh adalah komunikasi baca, tulis, dan oral dari seni bahasa. Program studi sosial dapat tersusun atas beberapa subdisiplin, antara lain ilmu-ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan pemerintahan. Contoh dari ilmu dasar adalah keterpaduan antara ilmu-ilmu biologi, kimia, fisika, dan ruang angkasa. Dengan model pendekatan ini maka diharapkan para mahasiswa mempelajari dan memahami hubungan antara berbagai subdisiplin yang berbeda dan keterkaitannya dengan kenyataan yang ada di dunia ini.

Fusi

Model pendekatan ini memadukan ketrampilan, pengetahuan, atau bahkan sikap dan perilaku. Teknologi moderen dapat dimasukkan ke dalam kurikulum ketrampilan penggunaan komputer. Ligkungan hidup dapat dipelajari dengan model pendekatan ini.

Service learning

Model pendekatan ini melibatkan komunitas, dan biasanya dikemas dalam bentuk “proyek”. Di Universitas Gadjah Mada, model pendekatan ini dikenal sebagai program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang kemudian berkembang dalam berbagai bentuk submodel, untuk mencapai keefektivan dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Learning centers / parallel disciplines

Model seperti ini telah digunakan oleh Fakultas Kedokteran UGM sejak tahun 1992, dikenal sebagai program Problem-based learning. Pada 10 tahun pertama digunakan 8 modul dengan tema yang berbeda, sebagai contoh adalah modul “demam” dan “nyeri”. Dengan modul “demam” sebagai pemicu pembelajaran maka para mahasiswa mempelajari tema tadi dari berbagai perspektif yang berbeda secara paralel, antara lain histologi, anatomi, biokimia, farmakologi, imunologi.

(13)

Contoh lain adalah tema “pola batik gaya Surakarta”; dengan tema ini maka para mahasiswa diharapkan mengeksplorasi pola batik tadi dari sudut pandang yang berbeda. Dari kegiatan ini maka para mahasiswa akan belajar tentang filosofi “kejawen”, seni lukis, sejarah, teknik pencelupan, seni tari, sastra, ekonomi, dan bahkan ilmu dasar seperti kimia.

Theme-based units

Model pendekatan ini memadukan beberapa tema yang disajikan kepada para mahasiswa, mereka mengeksplorasinya untuk kemudian mencapai puncak aktivitas yang terpadu. Aktivitas mahasiswa berupa pembelajaran kolaboratif dan kooperatif.

Keterpaduan antardisiplin

Keterpaduan model ini merupakan penataan kurikulum lintas disiplin dengan penekanan pada konsep dan ketrampilan antardisiplin. Peran disiplin kurang penting bila dibandingkan dengan pendekatan multidisplin

(14)

(Gambar 2). Contoh popular tentang model ini adalah “layang-layang” yang disajikan melalui deskripsi pendek yang secara sekilas tidak

mem-punyai makna, sebagai berikut: kertas koran lebih berguna daripada majalah, bambu akan lebih tepat daripada logam, benang lebih berguna daripada tali plastik, angin sepoi lebih dibutuhkan dan menimbulkan keasyikan daripada angin ribut, berjalan tidak akan mememberi hasil sebagaimana diinginkan, lari-lari merupakan keharusan, dua orang akan lebih bagus hasilnya daripada seorang, tanah lapang lebih ideal daripada jalan raya, hujan akan membatalkan rencana.

Keterpaduan transdisiplin

Dalam model ini kurikulum ditata atas dasar perhatian dan pertanyaan para mahasiswa. Mereka mengembangkan life skills sebagaimana mereka

(15)

menerapkan ketrampilan disiplin dan antardisiplin dalam konteks kehidupan nyata. Ada dua jalur untuk melaksanakan integrasi transdisiplin ini, ialah project-based learning dan negosiasi kurikulum (Gambar 3).

Gambar 3. Pendekatan transdisipliner

Project-based learning

Universitas Gadjah Mada sejak tahun 1998 mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan project-based learning melalui Quality Undergradu-ate Education Project. Dalam hal ini seorang dosen mengajukan proposal penelitian dengan topik tertentu, mengajak 4-5 mahasiswa dalam seluruh proses penelitan dan masing-masing mahasiswa bertanggung jawab atas subtopik tertentu yang bergayut dengan topik utama. Dari subtopik yang diselesaikannya maka mahasiswa bersangkutan telah menyelesaikan skripsinya.

(16)

Langkah-langkah rinci untuk perancangan project-based learning adalah sebagai beikut:

l Dosen dan mahasiswa bersama-sama memilih suatu topik yang akan diteliti, dengan memperhatikan standar kurikulum, sumberdaya lokal, dan ketertarikan mahasiswa.

l Dosen mencari tahu tentang apa saja yang telah dipahami para mahasiswa dan membantunya untuk mengembangkan per-tanyaan-pertanyaan yang kelak akan dieksplorasi. Dosen juga menyediakan sumber belajar bagi mahasiswa serta kesempatan untuk bekerja di lapangan.

l Para mahasiswa berbagi pengalaman dan hasil di antara mereka, kemudian masing-masing mahasiswa melaporkan hasil penelitiannya dan akhirnya mereka turut serta dalam proses evaluasi proyek.

(17)

Negosiasi kurikulum

Model seperti ini memberi peluang kepada para mahasiswa untuk mengajukan berbagai macam pertanyaan. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut maka disusunlah kurikulum terpadu, meliputi content, metode pembelajaran, dan student assessment. Model seperti ini sangat mirip dengan apa yang disebut sebagai kontrak pembelajaran atau portofolio.

Komponen pokok dalam kurikulum terpadu

l Proses dan ketrampilan inti, termasuk ketrampilan dasar misalnya membaca dan matematika, serta ketrampilan sosial dan pemecahan masalah.

l Tema-tema dan “untaian” kurikulum, merupakan organisasi dasar dari kurikulum terpadu

l Tema-tema utama, merupakan bagian langsung dari “untaian” kurikulum.

l Pertanyaan-pertanyaan, menentukan tema-tema utama dan aktivitas pembelajaran

l Pengembangan unit, berasal dari tema-tema utama l Evaluasi, melalui student assessment.

Pelurusan kurikulum

Pelurusan (alignment) diartikan sebagai upaya agar kurikulum terpadu tetap bersifat koheren, yaitu kerangka umum meluruskan kurikulum, instruksi, dan assessment dalam satu konteks pertalian tujuan pembelajaran. Pelurusan kurikulum meliputi dua hal, ialah pelurusan eksternal dan inter-nal.

Pelurusan eksternal

Pelurusan ini akan terjadi bila kurikulum satu garis lurus dengan standar yang telah ditetapkan dan tujuan tes. Pertama, kurikulum tertulis dan yang

(18)

di dalam standar. Kedua, pelurusan eksternal berarti bahwa dosen sangat memahami makna dan tujuan tes untuk mahasiswa. Standar dan praktik assessment dapat diluruskan dengan berbagai cara. Apabila tes tidak mencerminkan standar maka dosen dapat merujuk pada tujuan tes spesifik dan butir-butir tes untuk mencapai pelurusan kurikulum eksternal

Pelurusan internal

Pelurusan internal akan terjadi apabila strategi instruksional dan penilaian kelas mencerminkan tujuan standar.

(19)

BENTUK KURIKULUM TERPADU

DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN

Jenis kurikulum yang telah kita kenal (Bab 2) masih bersifat pemahaman dasar, agak sulit dimengerti apabila tidak disertai penjelasan praktis yang mengantarkan pembaca kepada aspek aplikasinya. Untuk itu perlu diberikan penjelasan seperlunya agar makna kurikulum terpadu dapat dipahami secara menyeluruh dan utuh.

Tujuan umum kurikulum terpadu

l Untuk mengembangkan kebebasan sekaligus perasaan saling membutuhkan pada para mahasiswa sebagai pembelajar yang efisien dengan motivasi tinggi.

l Memungkinkan para mahasiswa untuk merasakan bahwa kurikulum yang dipelajari bergayut dengan kebutuha pem-belajaran.

l Pengakuan bahwa sikap dan nilai mempunyai peran penting dalam mengeksplorasi konsep dan prinsip yang ada di dalam area kurikulum.

l Untuk lebih mengefektifkan pengajaran dan pembelajaran bila dibandingkan dengan pendekatan subyek yang terpisah. Rasional rangkaian kesatuan pembelajaran dan kurikulum terpadu (Tabel 1)

(20)

Tabel 1. Alur pembelajaran dalam kurikulum terpadu

Project-based learning

Secara keseluruhan, project-based learning merupakan salah satu contoh kurikulum terpadu yang menekankan “learning by doing”. Pengertian pokok tentang project-based learning meliputi hal-hal sebagai berikut:

l Suatu struktur yang mengubah strategi “teachers telling” menjadi “students doing”.

l Secara lebih spesifik, project-based learning dapat didefinisikan sebagai suatu ajakan kepada para mahasiswa untuk mengalami pembelajaran yang bersifat kompleks, dalam situasi yang sebenarnya, melalui pengembangan dan penerapan ketrampilan serta pengetahuan.

l Merupakan strategi yang mengakui bahwa pembelajaran yang bermakna akan mengetuk nurani mahasiswa untuk belajar secara bersemangat, meningkatkan kemampuan untuk bekerja, dan mendorong mahasiswa untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara sungguh-sungguh.

l Merupakan pembelajaran di mana outcome kurikulum telah dipaparkan terlebih dahulu, namun demikian hasil pembelajaran para mahasiswa tidak dapat dipastikan ataupun diharapkan sepenuhnya. Keter-paduan melalui korelasi antara subyek-subyek Keter-paduan melalui tema umum dan gagasan Keter-paduan melalui penye-lesaian praktis terhadap masalah dan pokok bahasan Keter-paduan melalui pencari- an berpusat maha-siswa

(21)

l Merupakan pembelajaran di mana para mahasiswa perlu mencari banyak sumber informasi dan disiplin dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi oleh mereka.

l Merupakan pembelajaran di mana para mahasiswa belajar tentang manajemen bahan dan waktu.

Problem-based learning

Di dalam problem-based learning para mahasiswa mengembangkan berbagai ketrampilan penting yang dilaksanakan dalam suatu pembelajaran kolaboratif. Masalah disajikan dalam bentuk skenario yang berisikan muatan terpadu. Model problem-based learning dapat dilihat pada gambar sebagai berikut (Gambar 4):

(22)

Rancangan pembelajaran dan pengajaran pada kurikulum

terpadu

Implementasi kurikulum terpadu cukup bervariasi, namun demikian sangat dianjurkan untuk menggunakan strategi pembelajaran berpusat mahasiswa atau student-centered learning. Salah satu contoh rancangan pembelajaran adalah task-strategy pairs (Tabel 2).

Tabel 2. Model task-strategy pairs

Di samping hal tersebut di atas, keterpaduan kurikulum dapat lebih ditekankan maknanya melalui penyelarasan pengalaman pembelajaran ke dalam suatu kerangka kerja. Dengan cara ini maka dosen dan mahasiswa akan lebih menyadari dan sekaligus lebih mampu mengembangkan kecerdasan dan semangat belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik. Hal seperti ini dapat dilihat pada taksonomi Bloom (Tabel 3) dan Gardner’s Multiple Intelligences.

Tugas pembelajaran dan

pengajaran Strategi penyampaian materi Teori dan konsepsi Kuliah

Metode Praktikum Konsep materi Peninjauan lapangan

Teknik penelitian Studi kasus

Kemampuan pemecahan masalah Problem-based learning Kemampuan komunikasi Presentasi mini

Analisis informasi dan kemampuan

mengambil kseimpulan Tinjauan topik/masalah, computer aided learning Kemampuan kerjasama kelompok Pembelajaran kelompok Pengembangan skema Pemetaan konsep

(23)

Tabel 3. Taksonomi Bloom

Tingkat kognitif Proses Hasil Knowledge

Menghafal, mempelajari fakta Membuat daftar, bercerita, menguraikan, menggambar, ketepatan waktu Daftar, uraian, catatan Comprehension Memahami atau menginterpretasikan informasi, penggunaan gagasan dalam situasi yang sama

Menulis ulang, merangkum, menerangkan, diskusi Esei, diagram, gambar Application

Menerapkan gagasan, konsep dalam situasi baru

Mendramatisasi, menunjukkan, menerjemahkan, menghitung

Model / contoh, main peran, peta, jurnal

Analysis

Mengurai gambaran besar menjadi beberapa komponen, memeriksa komponen lebih cermat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik

Menganalisis, memeriksa, membandingkan, membedakan, mengelompokkan, survei, mengklasifikasi Survei, grafik, catatan wawancara, tinjauan buku Synthesis

Bagian-bagian kecil dicipta menjadi sesuatu yang baru dan utuh, sebagai pikiran atau hasil yang aseli Menata kembali, menemukan, membuat prakiraan, memperbaiki, membuat kombinasi, membuat perencanaan Penemuan, cerita, lagu, permainan, puisi Evaluasi

Keputusan terhadap kriteria atau mengembangkan / menerapkan standar Membuat suatu keputusan, mengevaluasi, berdebat, memberi rekomendasi, menyetujui, memberi kritik Kesimpulan, ringkasan, laporan, tinjauan, keputusan bersama, bentuk evaluasi

(24)

Gardner’s Multiple Intelligence

Language-related intelligence

l Seseorang dengan kecerdasan verbal / linguistik dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara efektif dan persuasif, untuk memecahkan masalah, untuk mengingat, untuk menyenangi dan memperoleh pengetahuan

l Seseorang dengan kecerdasan musik / irama dapat merasakan, berkomunikasi, memahami, dan mengekspresikan emosi melalui musik (irama, melodi, pola titinada).

Object-related intelligence

l Seseorang dengan kecerdasan matematika / logika mampu mengenali pola, kategori, dan hubungan, serta mengeksplorasinya secara logis atau dalam suatu urutan

l Seseorang dengan kecerdasan visual / spasial dapat merasakan, mencipta, dan mengubah obyek visual secara mental, dapat melakukan navigasi dan orientasi lingkungan secara baik

Personal-related intelligence

l Seseorang dengan kecerdasan intrapersonal mengetahui dan memahami harapan, emosi, kekuatan dan kelemahan; memiliki kapasitas untuk mendisiplinkan diri sendiri

l Seseorang dengan kecerdasan interpersonal dapat memaklumi perasaan, maksud, dan suasana hati orang lain, membangun hubungan dengan orang lain secara mudah dan baik.

Body / Kinethetic intelligence

l Seseorang dengan kecerdasan kinetetik dapat menggunakan pikiran dan tubuh untuk mengerjakan tugas-tugas fisik yang berkaitan dengan koordinasi, kecepatan, dan kelenturan

(25)

Di samping berbagai kecerdasan sebagaimana tercantum di atas, maka masih ada satu lagi kecerdasan yang perlu ditambahkan, yaitu techno-logical intelligence.

Technological intelligence

Kecerdasan ini tidak termasuk dalam kecerdasan Gardner. Dalam hal perencanaan kurikulum terpadu maka kecerdasan teknologi ini perlu dipertimbangkan.

l Seseorang dengan kecerdasan teknologi dapat berpikir secara logis dan lateral ketika sedang menggunakan komputer dan teknologi terkait,dapat memecahkan masalah, dan dapat melakukan navigasi dalam lingkungan yang abstrak

(26)

PERANCANGAN KURIKULUM

PROBLEM-BASED LEARNING

Perancangan dan pengembangan kurikulum problem-based learning (PBL) harus mempertimbangkan karakteristik aturan dasar yang merupakan kombinasi antara metode dan filosofi yang dikenal sebagai student-cen-tered, sistem tutorial, serta pembelajaran aktif dan mandiri. Student-cen-tered berarti bahwa pengembangan kurikulum perlu memperhatikan relevansi, yang untuk seterusnya akan mendorong motivasi mahasiswa. Di samping itu, di dalam PBL juga dikenal adanya adult learning di mana struktur dan isi kurikulum harus sesuai dengan situasi pembelajaran yang melekat pada kepentingan mahasiswa.

Elemen kurikulum

Elemen kurikulum PBL meliputi hal-hal sebagai berikut: l Isi

l Strategi pembelajaran dan pengajaran l Student assessment

l Evaluasi

Perancangan kurikulum

Model preskriptif: objectives model

l Tujuan pendidikan apa yang ingin dicapai oleh institusi?

l Pengalaman belajar-mengajar apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan tadi?

(27)

l Bagaimana dengan penataan pengalaman pembelajaran secara efektif?

l Bagaimana cara menetapkan bahwa tujuan pendidikan telah tercapai?

l Pernyataan tentang cara mencapai tujuan pendidikan dikenal sebagai objectives

l Objectives harus ditulis dengan arti bahwa terjadi perilaku pembelajar yang dapat diukur secara mudah

l Jenis objectives: acceptable verbs dan unacceptable verbs l Objectives diawali dengan kata-kata students will be able to….

Model preskriptif: outcomes-based education

l Premis: kurikulum harus ditentukan oleh outcomes yang harus dicapai mahasiswa, dengan demikian disebut sebagai outcomes based education; ini mirip dengan objectives model.

l Dengan demikian perancangan kurikulum “bergerak ke belakang”: dari outcomes menuju elemen-elemen lainnya (isi, pengalaman pembelajaran, student assessment, evaluasi)

Model deskriptif

l Malcolm Skillbeck menekankan pentingnya situasi atau konteks dalam rancangan kurikulum (Gambar 5).

l Perancang kurikulum menganalisis situasi secara menyeluruh, utuh, dan sistematik, dengan perhatian pada dampak terhadp apa yang dikerjakan dalam kurikulum

l Analisis situasi meliputi factor eksternal dan internal

l Faktor eksternal meliputi harapan / perubahan masyarakat, harapan stakeholders, nilai dan asumsi komunitas, disiplin subyek, system pendukung, dan sumber daya

l Faktor internal meliputi mahasiswa, dosen, staf pendukung, struktur dan etos institusi, sumber daya yang ada, masalah dan tatacara pemecahannya dalam kurikulum yang ada

(28)

Gambar 5. Model situasi yang menekankan pentingnya situasi atau konteks dalam rancangan kurikulum

Tingkatan kurikulum

Secara sederhana tingkatan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 6):

(29)

Peta kurikulum

l Menggambarkan hubungan antarelemen dalam kurikulum l Menggambarkan kurikulum secara jelas dan ringkas

l Memperlihatkan struktur organisasi kurikulum secara sistematik l Menyiapkan dasar untuk computer databases

l Titik awal peta kurikulm bervariasi, bergantung pada audience l Peta kurikulum untuk mahasiswa mempunyai fokus yang berbeda

dengan peta kurikulum untuk dosen, administrator, dan badan akreditasi; namun demikian peta-peta tadi mempunyai tujuan umum yang memperlihatkan ruang lingkup, kompleksitas, dan kohesi kurikulum

Langkah-langkah perancangan kurikulum

l Identifikasi kebutuhan

l Penetapan learning outcomes l Kesepakatan isi

l Penataan isi

l Keputusan tentang strategi pendidikan l Keputusan tentang strategi pembelajaran l Persiapan student assessment

l Sosialisasi kurikulum kepada pengajar dan mahasiswa

l Perbaikan lingkungan pendidikan / pembelajaran yang sesuai l Manajemen kurikulum

Perancangan kurikulum yang spesifik untuk PBL

l Analisis tentang situasi praktik lulusan

l Fokus pada apa yang akan dikerjakan lulusan, bukan tentang akan bekerja di mana

l Pemetaan kurikulum, meliputi konsep, keterpaduan, dan urutan pembelajaran

(30)

Petunjuk teknis

l Kurikulum disusun untuk masa 4 tahun (bergantung pada pro-gram S1 yang terkait), sepenuhnya terpadu

l Untuk 2 tahun pertama: kurikulum dipadukan menurut sistem atau model lain yang setara

l Kurikulum terpadu disusun dalam blok, bukan dalam semester atau tahun

l Blok dasar berisi ilmu dasar bagi program studi yang bersangkutan

l Dapat pula disusun atas dasar lintas blok yang terpadu, misalnya apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi kemudian l Alokasi waktu untuk kuliah, konferensi, dan praktikum lebih sedikit

bila dibandingkan dengan sistem konvensional, lebih banyak waktu untuk pembelajaran mandiri

l Pada 2 tahun terakhir kurikulum terpadu antara ilmu dasar dan ilmu terapan / profesi

l Ujian dalam konteks terpadu, kompleks, bukan hanya MCQ l Alokasi waktu untuk latihan ketrampilan profesional harus

diperhatikan ·

Komponen dalam rancangan kurikulum PBL (Gambar 7).

Komponen dalam rancangan kurikulum PBL bersifat lintas sektoral. Hal ini menggambarkan keterpaduan kurikulum PBL yang bersifat kontekstual, baik dalam aspek pembelajaran maupun aspek fenomena yang dipelajari oleh para mahasiswa.

(31)
(32)

LANGKAH AWAL PENYUSUNAN KURIKULUM

TERPADU

Merancang dan melaksanakan kurikulum terpadu bukan hal yang mudah. Aktivitas ini memerlukan usaha yang serius dan intensif. Penyusunan kurikulum terpadu dalam satu bidang studi atau satu fakultas memerlukan koordinasi yang baik. Demikian pula halnya untuk langkah pertama perancangan matakuliah terpadu dilaksanakan untuk tahun pertama atau semester awal. Hasil perencanaan dan pelaksanaan kurikulum terpadu untuk tahun pertama akan berdampak pada proses pembelajaran mahasiswa pada tahun berikutnya. Dampak positif ini akan mendorong mahasiswa untuk dapat melaksanakan pembelajarannya dengan lancar dan kemudian menyelesaikannya dengan sukses.

Sejumlah 20 – 30 SKS dalam tahun pertama dapat ditinjau untuk dipadukan. Matakuliah dapat diintegrasikan secara horizontal dan sekaligus diurutkan secara lebih efisien. Kurikulum seperti ini mengandung keterpaduan antarmatakuliah; sehingga soal-soal pekerjaan rumah juga dirancang secara terpadu yang menunjukkan hubungan antara matakuliah yang satu dengan matakuliah lainnya. Dengan demikian untuk perancangan kurikulum terpadu diperlukan tim perancang yang berkomitmen tinggi, sanggup bekerja keras dan “bekerja dengan hati”.

Dalam perancangan kurikulum terpadu perlu diperhatikan butir-butir sebagai berikut:

l Mengintegrasikan beberapa matakuliah tahun pertama, misalnya untuk Fakultas Biologi dapat dipadukan matakuliah dasar seperti Fisika Dasar, Kimia Dasar, Matematika, Biologi Umum, dan

(33)

sebagainya. Untuk Fakultas Teknik dapat dipadukan matakuliah seperti Fisika Teknik, Kalkulus, dan matakuliah Keteknikan (engi-neering).

l Perancangan proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif dan kolaboratif, baik antara mahasiswa dengan mahasiswa maupun antara mahasiswa dengan dosen / asisten l Ruang kelas yang berorientasi pada teknologi informasi dan

komunikasi (TIK). Hal ini akan memudahkan para mahasiswa dan dosen untuk secara bersama-sama mengakses informasi ilmiah yang diinginkan, sesuai dengan konteks yang sedang dihadapi. l Struktur kurikulum disesuaikan dengan filosofi pembelajaran berpusat mahasiswa (student-centered learning), dengan memperhatikan jenis-jenis pembelajaran berpusat mahasiswa yang ada. Dengan demikian tim perancang kurikulum terpadu dapat memilih jenis pembelajaran yang dapat dijalani oleh para mahasiswa secara mudah dan menyenangkan. Dalam kaitan ini perlu dipikirkan tentang kemungkinan untuk dilakukannya tuto-rial (lihat buku Tutotuto-rial, terbitan Universitas Gadjah Mada). l Metode evaluasi hasil pembelajaran mahasiswa hendaknya

disiapkan secara paralel dengan perancangan metode pembelajaran; dengan demikian kompetensi para mahasiswa dapat diukur secara tepat.

Langkah awal

Sesuai dengan buku Pedoman Pengembangan Kurikulum yang disusun oleh Tim Universitas Gadjah Mada, maka untuk memulai pengembangan kurikulum perlu dibentuk Panitia Kurikulum di tingkat Jurusan atau Pro-gram Studi. Pengangkatan panitia ini dengan surat keputusan Dekan Fakultas.

Panitia Kurikulum bersama dengan pengurus Jurusan atau secara sendiri mengadakan diskusi dan presentasi tentang inovasi kurikulum. Sosialisasi tentang akan adanya pengembangan kurikulum harus sudah dilaksanakan sebelum aktivitas pengembangan kurikulum dimulai.

(34)

Di Universitas Gadjah Mada telah ada pembahasan tentang pengembangan kurikulum dan seminar tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Dalam hal ini Pusat Pengembangan Pendidikan secara substansial mempunyai tugas untuk pengembangan kurikulum secara berkelanjutan. Sosialisasi tentang kegiatan ini perlu dilaksanakan secara berkelanjutan, yaitu sejak tahap perencanaan, implementasi, sampai dengan evaluasi kurikulum yang telah dikembangkan. Hal ini penting agar seluruh staf akademik dan mahasiswa dapat mengikuti perkembangan dan kemudian memberi kritik maupun saran terhadap kurikulum yang tengah dikembangkan. Dengan demikian akan terjadi partisipasi aktif civi-tas academica.

Panitia kurikulum pada awal kerjanya terlebih dahulu mengkaji kurikulum lama, untuk mencari dan menentukan aspek-aspek yang baik maupun yang memerlukan perubahan, atau matakuliah apa saja yang dapat dipadukan. Kajian tersebut dapat mencakup content, skills, dan con-text.

Content mencakup pengetahuan yang esensial untuk disiplin ilmu terkait (sesuai dengan jurusan dan program studi). Skills mencakup ketrampilan praktis (hands on) yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam menempuh pendidikan tinggi, yang dianggap esensial untuk mahasiswa, apa pun bidang ilmu yang ditekuninya. Ketrampilan ini meliputi kemampuan komunikasi oral dan tertulis yang efektif, berpikir analitik, kerjasama dalam kelompok, manajemen proyek, dan kepemimpinan.

Context mengacu secara khusus pada

l penelusuran dampak karya teknis pada masyarakat dan pengaruh pendapat masyarakat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan / atau

l penelusuran budaya kita sebagai individu dan penilaian komparatif budaya-budaya kontemporer sehingga seseorang dapat mengerti nilai-nilai yang dimiliki bersama dan dapat menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.

(35)

Panitia kurikulum juga mendiskusikan basis atau fondasi kurikulum yang akan dikembangkan, apakah memerlukan fondasi yang luas atau fondasi yang dalam. Demikian pula perlu ditentukan kompetensi lulusan (outcomes). Lulusan harus mampu berpikir analitik, nalar, dan kritis, dapat menyatakan pikirannya secara jelas, dapar bekerja sendiri (independen), dan dapat bekerja dalam tim, serta sadar akan pentingnya pembelajaran sebagai suatu aktivitas yang terpadu dan bukannya suatu pengalaman yang terpisah atau terfragmentasi.

Dalam melaksanakan pengembangan kurikulum terpadu perlu diperhatikan beberapa kiat berikut.

Pertama harus dipelajari struktur kurikulum untuk melihat bagian mana dari kurikulum atau matakuliah yang mana saja yang dapat dipadukan. Dalam hal ini dapat dipadukan matakuliah dasar dalam satu semester atau dalam dua semester awal ( horizontal integration) atau dapat dipadu secara vertikal dengan memperhatikan matakuliah tahun petama dengan matakuliah yang lebh tinggi tingkatannya.

Kemudian perlu dipelajari kesamaan antara berbagai kuliah yang sudah ditawarkan (cross-section between courses). Untuk menentukan apakah ada kesamaan bahan kuliah antara matakuliah yang telah ditawarkan. Disini pentingnya lokakarya kurikulum yang diadakan oleh Jurusan atau Panitia Kurikulum sebagai persiapan pengembangan kurikulum terpadu.

Selain itu perlu juga dibentuk hubungan antar mata kuliah yang telah ada dengan jalan memberi tugas dan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan bahan yang dibicarakan dalam matakuliah lain. Penting sekali dosen mengetahui apa yang diajarkan dikelas atau matakuliah yang lain, sehingga mahasiswa mendapat bahan yang terpadu, saling berkaitan antara matakuliah dan mendapat pandangan holistik dari bidang ilmu yang ditekuninya.

(36)

Penutup

Demikian telah diuraikan pentingnya kurikulum terpadu, hambatan apa yang ditemui dalam pengembangan kurikulum dan kiat untuk mengembangkan kurikulum tersebut.

Untuk mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum terpadu maka penting sekali komitmen dari Pimpinan Fakultas, Pengurus Jurusan dan partisipasi aktif dari semua dosen.

Diharapkan dengan kurikulum baru, mahasiswa dapat merasakan manfaatnya, dapat belajar lebih lancar dan mendapat kompetensi yang lebih baik sehingga lebih siap menghadapi tugasnya dalam masyarakat.

Daftar pustaka

Armstrong,T. 1994 Multiple intelligences in the classroom. Alexandria,VA; Association for Supervision and Curriculum Development

Brady, M. 1996 Educating for life as it is lived. Educ. Forum;60(3):249-55. Coil, C. 1996 Tools for teaching and learning in the integrated classroom.

Australia; Hawker Brownlow Education.

Conway, J., Little, P. 2002 From practice to theory: reconceptualising cur-riculum development for PBL; University of Newcastle Australia Dolmans,D.H.J.M,. Snellen-Balendong, H,. Wolfhagen, I.H.A.P,. Van der

Vleuten. C.P.M. 1997. Seven principles of effective case design for a problem-based learning curriculum. Med.. Teacher ;19:185-89 Drake, S.M., Burn s, R.C. 2004 Meeting Standards through Integrated

Cur-riculum; Cgapter 1: What is integrated curriculum: Alexandria,VA; ASCD.

Drake, S.M, Burns, R.C. 2004 Meeting Standards through Integrated Cur-riculum; Chapter 4: Using standards to integrate the curriculum. Alexandria,VA; ASCD.

Ettinger, M.J,. Saltzman, A.R. 1999 Proposal for curriculum development. URL: http://wings.buffalo.edu/smbs/council/98-99/9899Ettinger Saltzmancurriculumproposal.htm.4/7/2004

(37)

Harden, R.M. 2001 Planning a curriculum, in JA dent & RM Harden (eds): A Practical Guide for Medical Teachers; Edinburgh, Churchill Livingstone; pp. 13-24

Hutchinson, L. 2003 ABC of learning and teaching: Educational environ-ment; BMJ; 326:810-12

Kim, M.M., Andrews, R.L., Carr, D.L. 2004 Traditional versus integrated preservice teacher education curriculum. J.Teacher Educ. 55(4):341-56.

Maudsley, G. 1999 Roles and responsibilities of the problem based learn-ing tutor in the undergraduate medical curriculum. BMJ; 318:657-61 Nelson, J.D., Schroder, B., 2001, Establishing an Integrated Mathematics, Engineering and Science Curriculum: Lessons Learned, American So-ciety for Engineering Education

Prideaux, D. 2003 ABC of learning and teaching in medicine: Curriculum design. BMJ; 326:268-270

PROBLARC. 1996 PBL-curriculum design. Newcastle University.

Shoemaker, B. 1989 Integrative education: a curriculum for twenty-first century. Oregon School Study Council.

Tanner, D,.. Tanner, L.N. 1995 Curriculum Development: Theory into Prac-tice; New York; Merril.

University of Rochester Medical Center. 2004 Curriculum development principles and guidelines. URL: http://www.urmc.rochester.edu/smd/ ca/dh/principles.html.3/4/2004

Warnod, H. 2002 Integrated curriculum: designing curriculum in the im-mersion classroom. ACIE Newsletter; The Bridge.

Wood, D. 2003 ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. BMJ;326:328-30

(38)

Gambar

Gambar 1. Pendekatan multidisiplin
Gambar 2. Pendekatan  antardisiplin
Gambar 3. Pendekatan transdisipliner
Tabel 1. Alur pembelajaran dalam kurikulum terpadu
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Mulyani Sumantri,

Partisipasi masyarakat yang dimaksud adalah ikut sertanya masyarakat dalam hal pengelolaan sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan, yaitu membuang sampah sesuai dengan waktu

Dapat diketahui bahwa bila penelitian dialek bahasa Karo ini tidak dilakukan secara dini, maka masyarakat suku Karo akan rugi karena mereka tidak dapat mengetahui ciri khas

Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa efisiensi rata-rata penggunaan bahan bakar premium yang paling maksimal adalah ketika menggunakan manifold 4 dan dengan penambahan

Berdasarkan intepretasi data perhitungan bobot frekuensi content analysis maka prioritas faktor penyebab utama penurunan vitalitas kawasan pelabuhan kamal, yaitu: Penurunan

Kaitannya dengan kesimpulan khusus nomor 3, yakni kinerja lulusan ditinjau dari segi pemahaman situa si/lingkungan kerja, maka disarankan pada waktu pembekalan materi di kelas,

Mengingat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

meningkatkan prestasi kerja pada saat sekarang, sedangkan pengembangan ditujukan untukmeningkatkan prestasi kerja dimasa yang akan datang. Adapun beberapa program-program dan