• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (PKUB) KEMENTERIAN AGAMA R. I DALAM PENYEBARAN INFORMASI TERKAIT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (PKUB) KEMENTERIAN AGAMA R. I DALAM PENYEBARAN INFORMASI TERKAIT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (PKUB)

KEMENTERIAN AGAMA R. I DALAM PENYEBARAN INFORMASI

TERKAIT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Sarah Zhafira Afifah*), Laksmi

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia

*)E-mail: sazhafirafifah@gmail.com

Abstrak

Artikel ini membahas mengenai peranan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) dalam menyebarkan informasi terkait dengan kerukunan umat beragama. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa peranan PKUB dalam penyebaran informasi dilakukan melalui kegiatan dialog maupun ceramah. Untuk menunjukkan, bahwa PKUB serius dengan tugas yang diemban, mereka melibatkan narasumber, seperti para aparatur daerah, para petinggi PKUB, bahkan perwakilan dari Kementerian Agama pada kegiatan dialog maupun ceramah yang diselenggarakan. Melalui para narasumber tersebut, informasi-informasi yang terkait dengan kerukunan umat beragama disampaikan. Selain itu, PKUB juga turut melibatkan para pemuka agama untuk menjadi fasilitator antara PKUB dengan masyarakat. Namun, kegiatan tersebut belum berjalan dengan baik. Sebab, pada hakikatnya PKUB hanya menyebarkan peraturan-peraturan pemerintah dan informasi terkait kerukunan umat beragama, tanpa memahami karakter masyarakat dan tidak peduli apakah mereka paham atau tidak tentang informasi yang telah disampaikan oleh PKUB tersebut.

Kata Kunci: Penyebaran Informasi; Media Penyebaran Informasi; Pusat Informasi; Pusat

Kerukunan Umat Beragama (PKUB).

The Role of Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Ministry of Religious Affairs Republic of Indonesia in Disseminating Information Related to Religious Harmony

Abstract

The focus of this article is to describe the role of Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) in disseminating information related to religious harmony. This research is qualitative research with case study method and the methods of collecting data that used in this research are interview, observation, and document analysis. The result of this research is showing that PKUB is disseminating information by having dialogues and also speeches. Besides, for showing that PKUB seriously carrying out their duties, PKUB involves some speakers, such as district officials, staff of PKUB, and also Ministry of Religious Affairs on dialogues and also speeches. They are presenting the information and the rule of law about religious harmony. PKUB also involves religious leaders to be facilitator between PKUB and society. But the role of PKUB doesn’t run optimally, because is only disseminating information and

(2)

the rule of law about religious harmony without paying attention to the characteristics and understanding of the society.

Keywords: Information Dissemination; Information Dissemination Media; Information Center; Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB).

1. Pendahuluan / Latar Belakang

Penyebaran informasi merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh pusat informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Penyebaran informasi menurut Rogers dan Shoemaker (1995: 5), merupakan suatu proses dimana inovasi tersebar kepada anggota dalam suatu sistem sosial. Disamping itu, penyebaran informasi juga bertujuan sebagai salah satu alternatif untuk mengubah tingkah laku masyarakat agar bersedia menerima ide-ide baru yang dianggap sebagai informasi dan mengubah pola tingkah laku masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dengan informasi yang telah mereka adopsi (Ibid.,1995: 11). Terkait dengan upaya terciptanya masyarakat yang berpola tingkah laku baik tersebut, pada kenyataannya di tengah masyarakat masih cukup sering terjadi konflik sosial, seperti konflik yang terkait dengan kerukunan umat beragama yang justru mencerminkan keadaan sebaliknya.

Jika permasalahan tersebut dilihat secara kasat mata dan dikaitkan dengan peran pusat informasi dalam melakukan penyebaran informasi, mungkin pusat informasi yang berada di tengah-tengah masyarakat tersebut belum dapat menjalankan perannya untuk menjadikan masyarakat yang berpola tingkah laku baik, tertutama dalam hal menyebarkan informasi yang dimilikinya secara efektif kepada masyarakat atau sebaliknya justru masyarakat yang cenderung tidak peduli terhadap informasi yang disebarkan oleh pusat informasi, karena cara pusat informasi dalam menyebarkan informasi dianggap kurang menarik. Adapun menurut Sulistyo Basuki (1991: 66), pusat informasi pada dasarnya merupakan suatu pusat yang bertugas memberikan informasi yang diolah dari sumber lain mengenai suatu bidang khusus. Mengacu pada pengertian mengenai pusat informasi tersebut serta kaitannya dengan permasalahan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa, peran pusat informasi keagamaan lah yang memiliki peranan yang cukup besar dalam melakukan penyebaran informasi, khususnya menanggapi permasalahan mengenai kerukunan umat beragama, sebab pusat informasi keagamaan bertugas sebagai pusat informasi yang memberikan informasi terkait dengan bidang kegamaan.

(3)

Menanggapi permasalahan tersebut, maka diadakan suatu penelitian pada salah satu pusat informasi agama, yaitu Pusat Kerukunan Umat Bergama (PKUB) yang merupakan unsur pendukung dari pelaksanaan tugas Kementerian Agama yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama melalui Sekretaris Jenderal yang terletak di dalam gedung Kementerian Agama. Alasan dipilihnya PKUB sebagai lokasi penelitian, karena pusat informasi tersebut merupakan salah satu jenis pusat informasi agama yang secara langsung bertugas dalam menangani permasalahan kerukunan umat beragama dan melakukan kegiatan penyebaran informasi kepada masyarakat terkait dengan permasalahan kerukunan umat bergama. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh PKUB terkait dengan permasalahan kerukunan umat beragama?

2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung maupun penghambat PKUB dalam proses penyebaran informasi?

Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh PKUB. 2. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat PKUB dalam proses

penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama.

2. Tinjauan Literatur

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa penyebaran informasi merupakan suatu proses dimana inovasi tersebar kepada anggota dalam suatu sistem sosial (Ibid.,1995: 10). Inovasi yang dimaksud dalam pengertian tersebut, dapat diartikan sebagai ide-ide baru yang dianggap sebagai informasi. Disamping itu, adapun proses penyebaran informasi terdiri dari 7 (tujuh) tahap (Ibid.,1995: 336-337). Antara lain:

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah

Pada tahap ini, agen pengubah melakukan interaksi dengan pemakai untuk pertama kali. Sehingga, agen pengubah dituntut untuk bisa membangun hubungan komunikasi yang baik dengan pemakai seperti, bersikap positif, terbuka, dan empati kepada pemakai. Dengan membangun sikap positif, diharapkan agen pengubah berusaha dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mampu membaur dan diterima oleh pemakai. Sedangkan melalui sikap

(4)

terbuka dan empati, diharapkan agen pengubah mau menanggapi, mendengarkan, mengetahui, dan merasakan permasalahan yang dihadapi oleh pemakai untuk kemudian berusaha untuk membantu memberikan solusi kepada pemakai dalam mengatasi masalah yang ada.

2. Mengadakan hubungan untuk perubahan

Pada tahap ini, agen pengubah dituntut untuk dapat membangun hubungan komunikasi yang lebih akrab dengan pemakai agar dapat mempromosikan inovasi yang dimilikinya kepada pemakai untuk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pemakai. Sehingga pada tahap ini, agen pengubah juga dituntut kembali untuk memiliki rasa positif terhadap dirinya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mampu membaur dan diterima oleh pemakai untuk kemudian dapat mendorong pemakai untuk turut berpartisipasi dalam membangun suatu hubungan yang lebih akrab dan pada akhirnya, agen pengubah dapat mempromosikan inovasi yang dimilikinya kepada pemakai untuk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pemakai.

3. Mendiagnosis masalah

Pada tahap ini, agen pengubah dituntut kembali untuk bersikap terbuka dan empati terhadap pemakai. Sehingga, dapat diketahui kembali secara lebih jelas dan dalam mengenai permasalahan yang sedang dihadapi dan dialami serta solusi yang pernah digunakan sebelumnya.

4. Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri pemakai informasi Pada tahap ini, agen pengubah berusaha bersikap memberikan dukungan terhadap pemakai. Agen pengubah berusaha melalui solusi-solusi maupun inovasi yang dibawanya berusaha membangkitkan motivasi pemakai untuk melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhannya.

5. Mewujudkan niat ke dalam tindakan

Pada tahap ini, agen pengubah kembali bersikap positif terhadap pemakai. Agen pengubah harus memiliki keyakinan bahwa ia mampu mendorong bahkan mempengaruhi pemakai untuk melakukan perubahan sesuai dengan solusi yang diberikannya.

6. Memelihara program pembaruan dan mencegahnya dari hambatan

Pada tahap ini, agen pengubah kembali bersikap memberikan dukungan kepada pemakai agar pemakai berusaha mempertahankan secara efektif terhadap apa yang sudah dipilih dan dijalankan melalui penyampaian informasi atau pesan-pesan yang menunjang.

(5)

7. Mencapai hubungan terminal

Pada tahap ini, agen pengubah berusaha kembai untuk bersikap memberi dukungan dengan cara mencoba menumbuhkan rasa percaya diri pada pemakai informasi. Jika tercapai maka penyebaran informasi yang dilakukan oleh informan pun berjalan dengan baik.

Dari proses penyebaran informasi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa proses awal yang dilakukan saat melakukan proses penyebaran informasi, yaitu membangkitkan kebutuhan untuk berubah dijadikan tumpuan dari kelancaran seluruh proses penyebaran informasi. Karena pada tahap tersebut, agen pengubah melakukan interaksi dengan pemakai untuk pertama kali. Sehingga, dituntut untuk bisa membangun hubungan komunikasi yang baik dengan pemakai seperti, bersikap positif, terbuka, dan empati kepada pemakai.

Setelah mengetahui ketujuh proses penyebaran informasi, selanjutnya membahas mengenai berbagai macam media yang dapat digunakan untuk mendukung penyebaran informasi. Adapun menurut media yang dapat digunakan untuk membantu proses penyebaran informasi (Ibid.,1991: 286 – 292), yaitu:

1. Poster

Poster yang dibuat oleh pusat informasi hendaknya mencantumkan nama pusat informasi, alamat, nomor telepon, jam operasional pusat informasi agama, jenis informasi yang disediakan, serta fasilitas maupun jasa lain yang ditawarkan oleh pusat informasi. Agar penyebaran informasi dapat berjalan secara efektif, sebaiknya desain poster dibuat semenarik mungkin dan penempatan poster tersebut sebaiknya diletakkan pada lokasi strategis seperti, pusat informasi, pusat masyarakat, dan tempat umum lainnya dimana dapat terlihat oleh masyarakat luas dan menarik perhatian mereka yang melihat.

2. Media dan video

Selain poster, media dan video juga dapat digunakan sebagai sarana dalam menyebarkan informasi. Penyebaran informasi melalui media dan video dapat berupa iklan maupun warta berita dengan tujuan melakukan promosi pusat informasi serta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran pusat informasi.

3. Ceramah

Ceramah merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk penyebaran informasi oleh pusat informasi dengan biaya yang relatif. Ceramah dapat dilakukan di dalam pusat informasi maupun ke luar pusat informasi, yakni langsung menghampiri masyarakat. Selain itu, ceramah juga dapat dilakukan oleh pusat informasi secara langsung maupun

(6)

menggunakan jasa narasumber yang sengaja didatangkan dari luar pusat informasi. Dalam melakukan kegiatan ceramah, sebaiknya bahasa yang digunakan mudah dimengerti, ringkas namun tidak mengurangi inti dari informasi yang ingin disampaikan, sehingga menarik perhatian masyarakat. Sealin itu, metode ceramah juga memiliki kelebihan tersendiri, yaitu pusat informasi memperoleh masukan dari para masyarakat melalui diskusi secara langsung. Sehingga, pusat informasi dapat memperbaiki kekurangannya dan memperoleh masukkan mengenai segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.

Setelah berbagai cara dilakukan untuk melakukan penyebaran informasi, maka diharapkan masyaralat dapat menerima informasi yang disebarkan oleh pusat informasi melalui berbagai cara tersebut dengan baik, dan masyarakat pun semakin tertarik untuk mencari informasi dan memanfaatkan layanan pada pusat informasi.

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Mengacu pada jenis dan metode penelitian yang digunakan, adapun informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling). Adapun informan dipilih berdasarkan sub-subbidang yang berperan dalam penyebaran informasi yang akan ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1. Informan

Nama Jenis Kelamin Pekerjaan Bayu

(bukan nama sebenarnya) L

Subbidang Forum Kerukunan Umat Beragama Gusti

(bukan nama sebenarnya) L Subbidang Lembaga Keagamaan Nina

(bukan nama sebenarnya) P

Subbidang Pengembangan Dialog dan Wawasan Multikultural Heri

(bukan nama sebenarnya) L

Subbidang Penanganan Isu Kerukunan

(7)

Metode pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Observasi

Pada tahap ini, observasi dilakukan dengan berusaha mencatat aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam lokasi penelitian, terutama terfokus pada kegiatan penyebaran informasi yang dilakukan oleh PKUB.

2. Wawancara

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai peranan PKUB, terutama terkait dengan proses penyebaran informasi yang dilakukan PKUB dan mengenai kesulitan maupun kemudahan yang dirasakan berdasarkan pengalaman PKUB ketika melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat. 3. Analisis Dokumen

Pada tahap analisis dokumen, peneliti melakukan analisis melalui dokumen primer, berupa artikel laporan penelitian yang berkaitan dengan penyebaran informasi maupun kerukunan umat beragama baik dalam bentuk tercetak maupun yang berasal dari internet, peraturan-peraturan yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penyebaran informasi, dan foto untuk melengkapi perolehan informasi yang akan mendukung penelitian.

Metode analisis data. Pada tahap analisis data peneliti melakukan beberapa tahap, yaitu

catatan lapangan (field notes), melalui catatan lapangan peneliti melakukan pencatatan terhadap kejadian yang dialami di lapangan. Setelah itu, peneliti melakukan koding (coding), yaitu analisis dan pengkategorian terhadap data-data yang sudah didapatkan di lapangan. Setelah data dianalisis secara lengkap, maka tahap selanjutnya data tersebut mulai diinterpretasikan menggunakan thick description. Adapun thick description tersebut merupakan penjelasan atau deskripsi secara mendetail mengenai peristiwa yang terjadi di lapangan.

4. Peranan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) dalam Penyebaran Informasi Terkait Kerukunan Umat Beragama

Penyebaran informasi merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh pusat informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi maupun membantu dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi masyarakat. Akan tetapi, penyebaran informasi yang dilakukan oleh pusat informasi tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui beberapa proses, seperti membangun hubungan dan menjalin komunikasi yang baik terlebih dahulu

(8)

dengan masyarakat, mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat, mengidentifikasi kebutuhan informasi masyarakat terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi, menyediakan dan menawarkan solusi berupa informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat untuk berubah dengan cara menngadopsi informasi yang telah ditwarkan. Jika masyarakat mau menerima dan menerapkan informasi yang telah ditawarkan tersebut, maka proses selanjutnya adalah membantu masyarakat dalam mempertahankan informasi yang telah diadopsinya, hingga pada akhirnya membantu masyarakat menjadi pribadi yang mandiri, yaitu mulai mampu mengenali dan memilih alternatif informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Adapun hasil temuan selama melakukan penelitian di lapangan akan dijabarkan sebagai berikut.

Proses Penyebaran Informasi Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Terkait Kerukunan Umat Beragama

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai proses penyebaran informasi PKUB terkait kerukunan umat beragama dapat diketahui, bahwa terdapat dua bidang, yaitu Bidang

Pembinaan Lembaga Kerukunan Agama dan Lembaga Keagamaan dengan dua subbidang di

dalamnya, yaitu Subbidang Forum Kerukunan Umat Beragama (S. FKUB) dan Subbidang Lembaga Keagamaan (S. LK) dan Bidang Harmonisasi Umat Beragama dengan dua subbidang di dalamnya, yaitu Subbidang Pengembangan Dialog dan Wawasan Multikultural (S. PDWM) dan Subbidang Penanganan Isu Kerukunan (S. PIK) yang terlibat langsung dalam proses penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama. Proses penyebaran informasi pun dilakukan melalui kegiatan dialog maupun ceramah dan informasi yang disebarkan, yaitu:

 PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.

 SKB 2 Menteri Tentang Pendirian Rumah Ibadat.

 Penetapan Presiden Republik Indonesia No. 1/ PNPS Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan Dan/ Atau Penodaan Agama.

Selain menyampaikan informasi yang berupa peraturan-peraturan resmi yang dibuat oleh pemerintah tersebut, terdapat pula informasi lain yang disebarkan, seperti informasi terkini yang terkait dengan permasalahan atau isu-isu kerukunan umat beragama yang berasal

(9)

dari media massa (seperti: pembahasan mengenai penyebab dari munculnya permasalahan kerukunan umat beragama yang cukup sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia) dan melakukan pembahasan mengenai wawasan multikultural, yaitu mencakup keberagaman budaya, etnis, agama, dan cara berpikir, sudut pandang maupun kebiasaan masyarakat Indonesia.

Terkait dengan proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh PKUB mengenai kerukunan umat beragama, adapun media penyebaran informasi yang digunakan oleh PKUB berupa dialog maupun ceramah. Alasan dipilihnya dialog maupun ceramah selain lebih terjangkau dari segi biaya atau pendanaan kegiatan, melalui kegiatan tersebut juga PKUB dapat menyampaikan informasinya secara menyeluruh dan langsung kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun masyarakat terkait kerukunan umat beragama.

Ceramah merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk penyebaran informasi oleh pusat informasi dengan biaya yang relatif. Ceramah dapat dilakukan di dalam pusat informasi maupun ke luar pusat informasi, yakni langsung menghampiri masyarakat. Selain itu, ceramah juga dapat dilakukan oleh pusat informasi secara langsung maupun menggunakan jasa narasumber yang sengaja didatangkan dari luar pusat informasi. Dalam melakukan kegiatan ceramah, sebaiknya bahasa yang digunakan mudah dimengerti, ringkas namun tidak mengurangi inti dari informasi yang ingin disampaikan, sehingga menarik perhatian masyarakat. Selain itu, metode penyebaran informasi dengan ceramah juga memiliki kelebihan tersendiri. Dengan ceramah, pusat informasi memperoleh masukan dari para masyarakat melalui diskusi secara langsung. Sehingga, pusat informasi dapat memperbaiki kekurangannya dan memperoleh masukkan mengenai segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat (Ibid.,1991: 286).

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dialog maupun ceramah yang dipilih oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama sebagai media penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama dapat dikatakan tepat. Sebab, PKUB dapat menyampaikan informasinya secara menyeluruh dan langsung kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat. Selain itu, PKUB diharapkan dapat menerima langsung aspirasi masyarakat dan mendapat masukkan dari masyarakat akan kegiatan yang dilaksanakan tersebut sebagai bahan evaluasi bagi PKUB.

Namun, saat melakukan observasi dan wawancara para subbidang tersebut sulit untuk dihubungi, sehingga menimbulkan kesan bahwa mereka kurang terbuka kepada peneliti.

(10)

Adapun hasil temuan mengenai proses penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama tersebut, akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah

Membangkitkan kebutuhan untuk berubah dalam penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama oleh PKUB dapat terlihat melalui peranannya yang terlibat langsung dalam kegiatan dialog maupun ceramah dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat terkait dengan kerukunan umat beragama. Hal tersebut dapat diketahui melalui hasil analisis foto dari kegiatan dialog maupun ceramah yang pernah dilakukan oleh PKUB (lihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2), biasanya kegiatan dialog maupun ceramah dilakukan di aula atau ruangan rapat yang resmi dilengkapi dengan kursi maupun meja yang tertata dengan rapi agar menimbulkan kesan, bahwa mereka ingin menunjukkan kesan menghormati masyarakat, sehingga masyarakat memiliki perasaan senang dan mau terlibat dalam kegiatan dialog maupun ceramah yang diselenggarakan tersebut para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat terkait dengan kerukunan umat beragama. Dalam dialog tersebut pula, PKUB sebagai agen pengubah berusaha berpenampilan rapi, seperti menggunakan pakaian batik agar terlihat meyakinkan di depan masyarakat dan menunjukkan bahwa mereka memilikikedudukan yang sejajar dengan masyarakat.

Dari hasil analisis foto tersebut juga terlihat, bahwa PKUB turut melibatkan peran serta aparatur daerah, para petinggi PKUB, juga perwakilan dari Kementerian Agama. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka benar-benar serius dalam membangkitkan kebutuhan untuk berubah pada masyarakat. Disamping itu, PKUB juga berusaha menyampaikan informasi maupun peraturan-peraturan pemerintah terkait dengan kerukunan umat beragama, sehingga dapat meyakinkan masyarakat, bahwa PKUB memang paham dan memiliki kemampuan dalam hal menyampaikan informasi terkait kerukunan umat beragama.

Gambar 3.1: Kegiatan Dialog Tokoh Agama Islam yang dilaksanakan di Serang, Banten – Agustus 2012.

Gambar 3.2: Wakil Menteri Agama saat membuka Dialog Lintas Agama di Yogyakarta – Oktober 2011.

(11)

2. Mengadakan hubungan untuk perubahan

Pada tahap berikut, PKUB mengadakan hubungan untuk perubahan dalam penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama. Untuk dapat membangun hubungan komunikasi yang lebih akrab dan harmonis, PKUB melakukan kegiatan dialog dengan membentuk kelompok-kelompok dialog (focus group discussion) yang didukung oleh penataan meja dan kursi yang berkelompok-kelompok (lihat Gambar 3.1). Akan tetapi, hubungan komunikasi yang lebih akrab dan harmonis tidak didukung secara keseluruhan. Maksudnya, pada awal kegiatan dialog maupun ceramah justru dibuka oleh sambutan dari para aparatur daerah, petinggi PKUB, bahkan perwakilan dari Kementerian Agama (lihat Gambar 3.2), sehingga menimbulkan kesan kaku dan menegangkan. Hal tersebut pula dapat terlihat melalui hasil analisis foto dari kegiatan dialog maupun ceramah yang pernah dilakukan oleh PKUB.

Menanggapi hal tersebut, terdapat saran yang diberikan oleh Direktur Dialogue Centre, Prof. Dr. Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan dalam buku yang berjudul Kerukunan Umat

Beragama dalam Sorotan: Refleksi dan Evaluasi 10 (Sepuluh) Tahun Kebijakan dan Program Pusat Kerukunan Umat Beragama (2011: 93), bahwa peran PKUB untuk ke

depannya sebaiknya lebih diarahkan sebagai fasilitator dan pembina, maupun pengarah program-program perwujudan dan pemeliharaan kerukunan yang lebih membumi.

3. Mendiagnosis masalah

Adapun, peranan PKUB pada tahap mendiagnosis masalah berusaha dianalisis melalui foto dari kegiatan dialog maupun ceramah yang pernah dilakukan oleh PKUB (lihat Gambar

3.1). Pada kegiatan tersebut, hanya terlihat peranan PKUB dalam melakukan dialog dengan

para tokoh agama. Meskipun tidak diketahui secara pasti bagaimana cara PKUB melakukan diagnosis masalah melalui kegiatan tersebut, namun sepertinya melalui kegiatan-kegiatan tersebut PKUB dan masyarakat sama-sama belajar mencoba berdialog dan bertukar pikiran mengenai berbagai macam cara yang mungkin dilakukan ketika menghadapi konflik yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama, disamping melakukan sosialisasi atau menyebarkan informasi yang terkait dengan kerukunan umat beragama.

4. Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada masyarakat

Adapun, peranan PKUB pada tahap mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada masyarakat berusaha dianalisis melalui foto dari kegiatan dialog maupun

(12)

ceramah yang pernah dilakukan oleh PKUB (lihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2). Melalui foto tersebut, tahap mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada masyarakat kurang terlihat pada kegiatan-kegiatan tersebut. Tahap mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri pemakai informasi hanya dilaksanakan PKUB melalui kegiatan penyampaian informasi oleh para narasumber yang memang sengaja diikut sertakan pada kegiatan tersebut, seperti hadirnya para pemuka agama dari masing-masing perwakilan agama yang dapat menjadi fasilitator PKUB dengan masyarakat. Para narasumber tersebut diundang dengan harapan agar dapat menghasilkan informasi yang akurat dan relevan. Melalui kegiatan tersebut diharapkan masyarakat dapat termotivasi untuk berubah dan mau menerapkan informasi yang telah didapatkan tersebut dalam kehidupan demi terciptanya dan bertahannya keutuhan kerukunan umat beragama.

5. Mewujudkan niat ke dalam tindakan

Melalui foto (lihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2) dari kegiatan dialog maupun ceramah yang pernah dilakukan oleh PKUB, tidak terlihat peranan PKUB pada tahap mewujudkan niat ke dalam tindakan. Jika tahap tersebut dilaksanakan, maka peranan PKUB seharusnya adalah memotivasi maupun mendorong, bahkan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan tindakan perubahan sesuai dengan informasi yang telah disampaikan oleh PKUB.

6. Memelihara program pembaruan dan mencegahnya dari hambatan

Selain itu, melalui foto (lihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2) dari kegiatan dialog maupun ceramah yang pernah dilakukan oleh PKUB, peranan PKUB kembali tidak terlihat pada tahapan memelihara program pembaruan dan menceganya dari hambatan. Jika tahap tersebut dilaksanakan, maka peranan PKUB seharusnya adalah berusaha untuk bersikap memberikan dukungan kepada masyarakat agar masyarakat berusaha mempertahankan secara efektif terhadap apa yang sudah dipilih dan dijalankan melalui penyampaian informasi atau pesan-pesan yang menunjang.

7. Mencapai hubungan terminal

Tahap terakhir dari penyebaran informasi, yaitu mencapai hubungan terminal juga kembali tidak terlihat dilakukan oleh PKUB. Jika tahap ini dilakukan oleh PKUB, maka PKUB akan berusaha kembali untuk bersikap memberi dukungan dengan cara mencoba

(13)

menumbuhkan rasa percaya diri pada masyarakat. Jika tercapai maka penyebaran informasi yang dilakukan pun berjalan dengan baik.

Dari penjabaran mengenai proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh PKUB, maka dapat disimpulkan, bahwa pada hakikatnya PKUB hanya menyampaikan, mensosialisasikan informasi, maupun memberikan solusi yang terkait dengan kerukunan umat beragama. Melihat adanya hal tersebut, maka dapat dikatakan, bahwa PKUB belum dapat menjalankan proses dan perananannya dalam penyebaran informasi terkait dengan kerukunan umat beragama secara maksimal, sebab PKUB hanya berperan dalam menyampaikan dan mensosialisasikan informasi maupun solusi yang terkait dengan kerukunan umat beragama, tidak menjalankan perannya secara keseluruhan dalam menyebarkan informasi sesuai dengan teori penyebaran informasi yang ada.

Faktor Penghambat Penyebaran Informasi oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Terkait Kerukunan Umat Beragama

Dalam melaksanakan kegiatan penyebaran informasi terkait kerukunan umat beragama, PKUB tidak dengan begitu saja dengan mudah melakukan kegiatan tersebut. Terdapat kendala yang terkadang menghambat pelaksanaan kegiatan tersebut, adapun kendala yang dihadapi oleh PKUB, terdiri dari dua faktor, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor penghambat internal yang dihadapi oleh PKUB saat melakukan penyebaran informasi terkait dengan kerukunan umat beragama, yaitu.

 Faktor Pendanaan

Terkait dengan faktor pendanaan, pada hakikatnya anggaran kegiatan yang telah ditetapkan di awal tahun. Akan tetapi terkadang anggaran tersebut dirasa kurang, apabila secara mendadak muncul konflik di suatu wilayah dan PKUB harus bergegas mengatasi konflik di wilayah tersebut. Sehingga, terkadang karena adanya kegiatan tidak terduga tersebut, Pusat Kerukunan Umat Beragama harus merelokasi atau menghilangkan kegiatan lain yang dianggap tidak mendesak.

 Faktor Sumber Daya Manusia

Terkait dengan faktor Sumber daya manusia, terkadang karena tugas yang diemban oleh PKUB dirasa cukup berat, sebab harus mencegah bahkan meredam konflik, maupun menyebarkan informasi ke wilayah-wilayah yang memiliki kebiasaan maupun adat istiadat

(14)

yang berbeda-beda, maka terdapat pegawai-pegawai yang cenderung malas menghadapi situasi dan kondisi tersebut, selain itu jumlah sumber daya manusia di Pusat Kerukunan Umat Beragama pun tergolong sedikit.

2. Faktor Eksternal

Sedangkan, terdapat beberapa kendala yang muncul dari luar PKUB itu sendiri, seperti faktor kebudayaan dan adat-istiadat setempat. PKUB menjalankan tugasnya dengan mengunjungi wilayah-wilayah yang berbeda, sehingga dapat dipastikan kebudayaan, adat-istiadat, bahasa yang digunakan di setiap wilayah pun berbeda.

Faktor Pendukung Penyebaran Informasi oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Terkait Kerukunan Umat Beragama

Menanggapi faktor penghambat yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan penyebaran informasi yang dilakukan oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) terkait dengan kerukunan umat beragama, maka pada bagian ini akan diinterperetasikan beberapa faktor pendukung yang dapat membantu kelancaran kegiatan yang dilakukan oleh PKUB, yaitu:

1. Faktor Internal

Terdapat beberapa faktor pendukung kelancaran kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh PKUB yang berasal dari dalam PKUB itu sendiri, yaitu:

 Dari segi pendanaan kegiatan, sebaiknya membuat anggaran tak terduga yang dapat digunakan pada saat terdapat kegiatan mendesak (seperti, konflik yang terjadi di luar perencanaan anggaran), tanpa mengganggu anggaran dan rencana kkegiatan yang telah dircancang sebelumnya.

 Dari segi sumber daya manusia, sebaiknya diberikan peraturan pekerjaan yang akan memberikan sanksi ataupun penghargaan bagi para staffnya yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya ataupun yang bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya. Hal tersebut dilakukan, agar memotivasi para staff untu tetap bersemangat, memiliki motivasi diri, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diemban.

2. Faktor Eksternal

Sedangakan faktor pendukung yang berasal dari luar PKUB, yaitu sebaiknya membangun sikap saling toleransi, menghormati, dan mengharagai antar sesama. Sehingga,

(15)

kerjasama dapat terjalin dengan baik antara tim PKUB, Provinsi maupun FKUB, para tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta masyarakat setempat.

4. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa proses penyebaran informasi oleh PKUB dilakukanmelalui kegiatan dialog maupun ceramah. Selain itu, mereka juga menyebarkan peraturan-peraturan pemerintah dan informasi terkait kerukunan umat beragama. Pada proses tersebut, dapat dikatakan PKUB dapat menjalankan peranannya dengan baik. Bahkan untuk menunjukkan bahwa mereka serius dengan tugas yang diemban lembaga tersebut, mereka melibatkan narasumber, seperti para aparatur daerah, para petinggi PKUB, bahkan perwakilan dari Kementerian Agama pada kegiatan dialog maupun ceramah yang diselenggarakan. Melalui para narasumber tersebut pula, kemudian informasi-informasi yang terkait dengan kerukunan umat beragama disampaikan. Proses tersebut dilakukan, dengan tujuan agar dapat memotivasi masyarakat untuk berubah. PKUB juga turut melibatkan para pemuka agama yang dapat menjadi fasilitator antara PKUB dengan masyarakat.

Namun, dari rangkaian kegiatan tersebut pula dapat terlihat, bahwa proses penyebaran informasi yang dilakukan secara keseluruhan oleh PKUB belum berjalan secara maksimal. Sebab, PKUB hanya bertugas dalam mensosialisasikan atau menyampaikan informasi pada masyarakat. Selain itu, dapat dikatakan bahwa PKUB sedikit sekali melibatkan masyarakat, apalagi untuk memahami masyarakat secara mendalam. PKUB hanya mementingkan tugas lembaga, PKUB kurang mempedulikan pemahaman masyarakat akan informasi yang disampaikan oleh PKUB tersebut. Sehingga, hal tersebut dapat menjadi salah satu penghambat dalam penyebaran informasi. Selain itu, keterlibatan para aparatur daerah, para petinggi PKUB, bahkan perwakilan dari Kementerian Agama pada kegiatan dialog maupun ceramah yang diselenggarakan pun, malah menimbulkan suasana yang kaku dan menciptakan jarak dengan masyarakat, hal tersebut pula dapat menjadi penghambat dalam penyebaran informasi.

Disamping itu, PKUB juga masih menemukan beberapa hambatan dalam melakukan penyebaran informasi, seperti faktor klasik yang berkaitan dengan kurangnya pendanaan kegiatan dan sumber daya manusia yang kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, terdapat juga faktor penghambat yang berkaitan dengan kebudayaan maupun adat-istiadat masyarakat setempat, seperti kesulitan dalam penggunaan bahasa

(16)

daerah setempat yang dihadapi oleh PKUB pada saat melakukan penyebaran informasi ke beberapa wilayah di Indonesia.

Akan tetapi, kendala tersebut dapat diatasi jika ditunjang oleh tiga faktor pendukung, seperti dibuatnya perencanaan terhadap anggaran kegiatan yang lebih rinci dan membuat anggaran untuk pengeluaran tak terduga, membuat peraturan kerja yang tegas bagi para pegawai PKUB (seperti, memberikan penghargaan bagi pegawai yang bertanggung jawab dalam menunaikan tugasnya dan memberi hukuman bagi yang tidak bertanggung jawab dalam menunaikan tugasnya), selain itu kendala dalam budaya maupun adat-istiadat dapat diatasi dengan mengedepankan sikap saling toleransi dan menghormati satu sama lain dan mengikutsertakan tokoh masyarakat setempat sebagai fasilitator antara PKUB dan masyarakat.

(17)

Daftar Acuan

Kementerian Agama R. I. (2011). Kerukunan Umat Beragama dalam Sorotan: Refleksi dan

Evaluasi 10 (Sepuluh) Tahun Kebijakan dan Program Pusat Kerukunan Umat Beragama.

Jakarta: Kementerian Agama R. I.

Rogers, Everett M. (1995). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.

Sahin, Ismail. “Detailed Review of Rogers’ Diffusion of Innovation Theory and Educational Technology-Related Studies Based on Rogers’ Theory.” The Turkis Online Journal of

Educational Technology, April 2006: 14 – 23.

Gambar

Tabel 3.1. Informan
Gambar 3.1: Kegiatan Dialog Tokoh Agama  Islam yang dilaksanakan di Serang, Banten –  Agustus 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh materi dalam skripsi saya yang berjudul ANALISIS PRODUCT PLACEMENT DALAM SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN , adalah hasil karya tulis

 Dengan mencermati teks bacaan yang disajikan, siswa mampu menemukan informasi tentang berbagai penyakit yang berhubungan dengan organ pernapasan manusia..  Dengan

Pre-test akan dibandingkan dengan hasil Post- test sehingga dapat diketahui apakah kegiatan belajar mengajar berhasil baik atau tidak dan diharapkan pemahaman

Penelitian ini dilakukan pada Proyek Peningkatan Jalan Alun-Alun Suka Makmue-Jalan Lingkar Timur Ibu Kota Tahap II, Kabupaten Nagan Raya, dengan tujuan untuk mengetahui

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentangPetunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Setelah dilakukan implementasi, pengujian berserta analisis pada penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa perbandingan yang dilakukan terhadap tiga metode klasifikasi

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam