• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap 6, No. 17 September - Oktober 2015 DAFTAR ISI. 1-2 Tawarikh Mazmur Yudas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tahap 6, No. 17 September - Oktober 2015 DAFTAR ISI. 1-2 Tawarikh Mazmur Yudas"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Tahap 6, No. 17

September - Oktober 2015

DAFTAR ISI

Diterbitkan oleh:

Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus

Redaksi ... 3

Stereofonik Sejarah Kerajaan Israel ... 4

Renungan Tanggal 1 September - 22 Oktober 2015 ...5

Surat Pendek yang Penting bagi Gereja ...57

Renungan Tanggal 23 Oktober 2015 ... 58

Reformasi Kristen Abad Ke-16 dan Kebangunan rohani. ...59

Renungan Tanggal 24-31 Oktober 2015 ...61

Daftar Gereja Sinode GKY ... 70

1-2 Tawarikh • Mazmur • Yudas

(2)

Alamat Redaksi : Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180. Telepon: (+62-21) 6010405-08.

Website: www.gky.or.id • e-Mail: binagkysinode@gmail.com Dapatkan dan bacalah renungan GEMA melalui:

1. Buku renungan.

2. Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur GEMA). 3. Unduh ke perangkat Android dan Apple (iPhone, iPad, iPod Touch):

- www.gky.or.id lalu klik download pada salah satu dari 2 pilihan (Android atau IOS).

Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999

diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.

Ketua: Pdt. Joni Sugicahyono Editor Umum: GI. Purnama

Penulis:

Pdt. Candra Gunawan, Pdt. Souw Suharwan, Pdt. Surya Sudipan GI. Melyana Senjaya, GI Purnama

(3)

Redaksi

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Setelah dipersiapkan selama lebih dari satu tahun, revisi GeMA Mobile untuk Android—dan kemudian juga untuk IOS—akhirnya bisa diluncurkan pada bulan Juli 2015. Beberapa kelemahan GeMA Mo-bile sebelumnya telah berhasil diperbaiki, tetapi tentu saja masih ada hal-hal yang masih perlu untuk disempurnakan di masa mendatang. Sekalipun demikian, kami telah menerima banyak respons yang positif terhadap tersedianya GeMA Mobile yang telah diperbarui ini. Pem-baca yang menggunakan smartphone berbasis Android serta IOS (Ap-ple) disarankan untuk mengunduh aplikasi GeMA Mobile ini, sehingga Anda bisa membaca GeMA di mana pun Anda berada, termasuk saat Anda berada di luar negeri. Untuk sementara, GeMA Mobile ini baru diselesaikan untuk edisi bahasa Indonesia. Kami berharap bahwa di masa depan, GeMA Mobile dalam bahasa Mandarin juga bisa kami sediakan. Kami memohon agar para pemakai GeMA terus mendukung kami dalam doa.

Pada GeMA edisi ini, kita akan mengikuti pembacaan Alkitab dari kitab 1-2 Tawarikh, beberapa pasal kitab Mazmur, Surat Yudas, dan kita juga akan mengikuti renungan khusus tentang pokok-pokok re-formasi dengan merenungkan tokoh-tokoh dalam Alkitab yang telah melakukan reformasi pada zaman mereka. Saat membaca Alkitab, kita perlu terus memegang teguh keyakinan bahwa walaupun Alkitab ber-bicara kepada orang-orang pada masa lampau, Alkitab tetap mengan-dung pesan-pesan yang relevan bagi kita pada masa kini.

Kami memohon maaf kepada para pembaca GeMA dalam baha-sa Mandarin karena dalam GeMA Mandarin edisi yang lalu terdapat banyak kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan karena terjadinya pergantian staf GeMA yang menangani edisi Mandarin. Pada edisi ini, telah dilakukan berbagai pembaruan dan diusahakan sedapat mung-kin agar kesalahan-kesalahan yang terjadi pada edisi yang lalu tidak terulang pada edisi ini.

Tanpa terasa, program GeMA Tahap keenam ini telah hampir sele-sai. Pembaca yang mengikuti pembacaan GeMA dengan teratur sejak GeMA Tahap pertama (Tahun 1999) akan menyelesaikan pembacaan seluruh Alkitab sebanyak enam kali. Teruslah membaca Alkitab de-ngan tekun karena pesan Alkitab tidak pernah habis tergali!

(4)

Stereofonik Sejarah Kerajaan Israel

P

erkataan “Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” adalah ungkapan ter-kenal yang diucapkan Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno. Kutipan itu perlu kita ingat saat kita membaca, mempelajari & merenungkan 1-2 Ta-warikh. Bersama dengan 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja, kitab 1-2 Tawarikh merupakan sebuah “stereofonik” sejarah (pengupasan pengalaman sejarah dari dua sisi berbeda dalam periode yang sama, yaitu periode Kerajaan dalam sejarah Israel). Hal ini serupa dengan keempat kitab Injil yang mence-ritakan kehidupan Kristus dengan penekanan yang berbeda-beda.

Kitab 1-2 Tawarikh ditulis pada masa pasca pembuangan. Pada masa itu, isu identitas bangsa Israel dan kejayaannya penting untuk ditekan-kan. Penekanan pada Dinasti Daud dan keturunannya menunjukkan ke-sinambungan sejarah Israel masa pra-pembuangan dan pasca pembu-angan. Pengisahan masa lalu Israel menegaskan kesetiaan Allah dalam memelihara umat-Nya dan menjamin campur tangan Allah yang tak henti-hentinya untuk mewujudkan maksud perjanjian-Nya bagi umat Israel sebagai milik kepunyaan-Nya yang khusus. Sejarah Israel mengi-ngatkan bahwa Allah berkenan kepada Israel sebagai umat pilihan-Nya. Pesan penting lainnya adalah penekanan pada Bait Allah sebagai simbol kehadiran dan pemerintahan Allah (Teokrasi) di tengah umat-Nya. Bait Suci sebagai pusat penyembahan terhadap Allah serta peran para imam dan orang Lewi dalam pelayanan di Bait Suci menandai kekudusan umat Allah di antara bangsa-bangsa kafir di sekeliling Israel. Dari kehidupan mereka, nama Tuhan Allah dikenal. Kesamaan gaya berbahasa dengan Kitab Ezra & Nehemia sesuai dengan tradisi yang menyebut Ezra seba-gai penulis kitab 1-2 Tawarikh. Walaupun kepengarangan Ezra belum sepenuhnya diterima umum, besarnya perhatian penulis terhadap Bait Allah, para imam dan orang Lewi yang melayani membuat diyakini bah-wa penulis adalah imam atau orang Lewi yang melayani di Bait Allah.

Bagi kita, kitab 1-2 Tawarikh sangat penting, bukan hanya untuk mempelajari sejarah bangsa Israel, tetapi juga supaya umat Allah selalu mengutamakan Allah dalam kehidupannya. Kedua kitab ini mengingat-kan dan mendorong kita untuk hidup dalam ketaatan agar pemulihan dari Allah terjadi dalam hidup kita dan damai sejahtera, kemakmuran, serta berkat-Nya selalu menyertai kita. Periksalah relasi kita dengan Allah tanpa memusingkan berkat yang akan kita terima! Kita berelasi dengan Allah hanya karena semata-mata Dia adalah Allah, Tuhan dan Penguasa hidup kita, sedangkan kita adalah ciptaan dan tebusan-Nya. [MS]

(5)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 1-2

Setiap kali pulang dari kantor (sewaktu saya masih bekerja), saya sering melewati jalan yang sama dengan ciri-ciri yang sama (tidak berubah) se-tiap hari. Namun, sesuatu terjadi ketika sebuah pohon besar—yang me-rupakan pengingat jalan masuk dan keluar tersingkat ke arah rumah— ditebang, saya mulai kebingungan untuk bisa menemukan jalan pintas ke arah rumah tersebut. Untunglah bahwa hal tersebut tidak berlang-sung lama. Kebingungan karena kehilangan sesuatu yang biasanya ada juga dialami oleh Bangsa Israel sepulang dari pembuangan. Mereka mengalami masa krisis identitas sehingga perlu sekali mendengar atau membaca catatan yang menjadi “pengingat identitas” mereka sebagai Umat Pilihan Allah. Pasal 1-2 Tawarikh 1 merupakan pasal-pasal yang sangat berharga untuk menjadi pengingat identitas mereka. Pasal-pa-sal itu menjelaskan bahwa mereka beraPasal-pa-sal dari Adam, manusia pertama yang Allah ciptakan. Keturunan demi keturunan dicatat dengan teliti dan cermat, sehingga jelas bahwa Keturunan Yehuda telah dipilih Allah un-tuk menjadi Bapa Leluhur Umat Pilihan-Nya.

Membaca dan mempelajari dua pasal pertama dari kitab 1 Tawarikh mengenai silsilah sering membuat banyak orang bosan dan tergoda un-tuk melewatkan bagian tersebut. Karena itu, sering kali kita melewat-kan sebuah makna yang sangat penting, yaitu bahwa Allah secara sa-ngat teliti dan terperinci memilih orang-orang yang Ia mau pakai untuk menjadi Bapa Leluhur Umat Pilihan-Nya. Mereka merupakan Pengingat Identitas umat Allah. Bagi kita sebagai Israel rohani, pengingat identitas ini sangat penting dan berharga karena mengingatkan akan kasih setia Allah yang tidak berkesudahan kepada orang-orang yang telah dipilih-Nya. [MS]

Mazmur 106:48

“Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan biarlah seluruh umat mengatakan: ‘Amin!’ Haleluya!”

Pengingat Identitas

Selasa 1 Sept

(6)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 3-4

Selektivitas Allah dalam memilih dari generasi ke generasi untuk men-jadikan garis keturunan Raja Daud sebagai Raja Pilihan-Nya terlihat dalam bacaan Alkitab hari ini. Di pasal 3, keturunan Daud terbagi dalam tiga bagian, yaitu anak-anaknya (3:1-9), raja-raja Yehuda yang dimulai dari Salomo (3:10-16), serta keturunan Daud pasca pembuangan (3:17-24). Penulisan “Keturunan Yehuda dari cabang lain” (Judul LAI untuk pasal 4) menunjukkan betapa selektifnya Allah terhadap pilihan-Nya, sekaligus mengandung pesan betapa luar biasanya kasih setia Allah yang membuat mereka masih tetap dicatat sebagai umat pilihan-Nya. Pemilihan Allah kepada Daud dan keturunannya sebagai Raja Israel, serta kepada Yehuda mengingatkan kita akan perjanjian Allah sampai lahirnya Sang Mesias—Yesus Kristus yang adalah keturunan Daud, Raja pilihan Allah. Catatan penulis Tawarikh ini sangat berguna, bukan ha-nya semata-mata agar mereka mengerti sejarah dan diingatkan akan leluhur mereka, tetapi supaya mereka mengerti akan rahasia sebuah komunitas iman—sebuah hubungan Perjanjian dengan TUHAN ALLAH, Sang Pembuat Perjanjian.

Catatan silsilah yang kita baca hari ini bermakna ganda, yaitu:

Per-tama, tentu saja silsilah ini menunjukkan bahwa tetap ada komunitas

iman dan perjanjian yang masih berlaku sampai hari ini, yaitu bahwa kita adalah Israel rohani, keturunan dari Raja pilihan Allah. Kedua, silsi-lah itu menunjukkan kesetiaan Alsilsi-lah kepada Perjanjian-Nya. Dia adasilsi-lah Allah yang tetap setia walaupun manusia tidak setia. Apa yang sudah dijanjikan-Nya, itulah yang akan diterima oleh umat-Nya. [MS]

Mazmur 89:4

Engkau telah berkata:

“Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:

Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun.”

Raja Pilihan Allah

Rabu 2 Sept

(7)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 5

Catatan sejarah menjadi penting bila bukan hanya sekedar nama-nama yang dicatat tetapi juga apa yang dilakukan oleh para tokoh ini sehingga nama mereka “harus” dicatat dalam daftar sejarah orang-orang pilihan. Pasal 5 memberikan penekanan kepada mengapa suku Yehuda men-jadi inti dari umat pilihan Allah, padahal sesungguhnya Rubenlah anak sulung Yakub dari Lea. Selain itu, keturunan Ruben pun dicatat sebagai para pejuang yang luar biasa. Masa kejayaan suku Ruben dicatat ketika mereka melawan orang Hagri (5:10, 18-22). Akan tetapi, tentu yang se-harusnya menjadi perhatian kita adalah bahwa penyertaan Allahlah yang menghasilkan semua prestasi dan pencapaian mereka (5:20, 22). Ketika mereka setia kepada Allah, penyertaan Allah membuat mereka dapat memenangkan setiap pertempuran dan kejayaan. Ketika mereka berubah setia kepada Allah. Hukuman pun mereka terima, yaitu mereka digiring ke pembuangan (5:25-26).

Mengakhiri lebih penting daripada mengawali. Itulah pelajaran ber-harga dari Ruben dan keturunannya. Awal yang baik sebagai anak sulung belum tentu menjadi sebuah keuntungan pada akhirnya. Setelah hak ke-sulungan tidak diterima, keturunan Ruben pun mengalami pembuangan. Dalam perjalanan iman kerohanian kita bersama Allah, memiliki awal yang baik tidaklah cukup. Kita perlu terus memperhatikan pertumbuhan kerohanian kita dan memeliharanya sehingga kita dapat mengakhiri per-tandingan iman kita dengan baik. Pastikan bahwa apa yang kita lakukan setiap hari adalah dalam rangka memelihara iman kita kepada Yesus Kris-tus! [MS]

2 Timotius 4:7-8

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku

mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.“

Mengakhiri Dengan Baik

Kamis 3 Sept

(8)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 6

Dari catatan sejarah keturunan Suku-suku Israel, catatan tentang Lewi dan keturunannya merupakan sebuah catatan panjang—bahkan yang terpanjang di sepanjang kitab 1 Tawarikh—yang lengkap dengan apa yang terjadi dan yang mereka lakukan. Lewi dan keturunannya menjadi simbol religiositas (kesalehan) Bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Lewi adalah suku yang dikhususkan Allah untuk memimpin Bangsa Israel dalam hal kerohanian kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allahlah sesungguhnya yang memimpin, Allah yang berkuasa dan berdaulat di tengah Bangsa Israel.

Dalam melakukan tugas pelayanannya, Allah dengan cermat mem-berikan talenta kepada mereka yang dipilih-Nya sebagai Imam Besar, se-bagai pemuji, sese-bagai pemimpin rohani dan seterusnya. Jika Allah mau memakai seseorang untuk melayani, Ia pasti akan memperlengkapi me-reka. Pemilihan khusus Allah kepada suku Lewi merupakan sebuah bukti bahwa Allah sangat mementingkan relasi dengan Umat-Nya. Setiap waktu, setiap saat, Allah mau berhubungan dengan umat pilihan-Nya. Hati Allah selalu mau berelasi dengan umat-Nya, walaupun umat-Nya seringkali mengecewakan Allah.

Kita pun seharusnya mementingkan relasi dengan Allah dalam hidup kita. Allahlah yang berkuasa, berdaulat, dan memimpin hidup kita. Allah selalu rindu untuk menjalin relasi dengan umat pilihan-Nya. Dia telah memilih kita secara khusus untuk melayani Dia. Sudahkah kita memper-lakukan Allah seperti yang seharusnya dalam hidup kita? [MS]

1 Petrus 4:10-11a

“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah

ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus.”

Dipilih Secara Khusus

Jumat 4 Sept

(9)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 7-8

TUHAN itu adil. Suku-suku Israel semua mendapatkan tugas khusus tanpa terkecuali. Suku-suku selebihnya (seperti judul yang dituliskan oleh LAI) di pasal 7 menunjuk pada suku-suku Israel yang tidak dominan, namun tetap berharga di mata Allah. Suku-suku ini mendapatkan tugas khusus sebagai tentara dan pahlawan-pahlawan perang Israel. Sedangkan suku Benyamin—suku yang merupakan keturunan anak bungsu dari Yakub— mendapat julukan “A Royal Tribe”. Saul, Raja Israel yang pertama berasal dari suku Benyamin. Semua suku mendapat tugas dan bagian (warisan) masing-masing.

Kepada umat Allah pada hari ini, Allah masih memberikan tugas khusus dalam Keluarga Allah. TUHAN yang adil itu memberi tugas kepada setiap anak-anak-Nya sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan keluar-ga Allah dan kemuliaan nama-Nya. Baik sekali jika semua anggota keluarkeluar-ga Allah itu melakukan bagian tugasnya masing-masing. Ada dua pertanyaan untuk kita renungkan saat ini: Pertama, apakah Anda sudah mengetahui tugas khusus yang Allah berikan kepada Anda? Kedua, apakah Anda sudah melakukannya dengan setia? Betapa indahnya bila kita mengetahui kebe-naran tentang Allah yang adil dan yang menganggap kita berharga sehingga layak untuk mengerjakan sebuah tugas khusus bagi kepentingan keluarga Allah dan kemuliaan-Nya. Mari kita melakukan hal itu dengan setia! [MS]

Roma 12:6-8

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dinugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah

kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan,

hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”

Tidak Dominan Tetapi Berharga

Sabtu 5 Sept

(10)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 9-10

Dua pasal berikut mengisahkan tentang hal yang sama, yaitu menge-nai sebuah awal yang baru. Pasal 9 mengisahkan Bangsa Israel yang baru saja kembali dari pembuangan dan mengadakan pencatatan atau sensus penduduk. Walaupun saat itu keadaan mereka masih memprihatinkan, tetapi sebagai sebuah bangsa mereka sudah ada dan mereka kembali ke tanah milik pusaka mereka. Eksistensi reka sebagai sebuah bangsa ditandai oleh sudah kembalinya me-reka ke tanah milik meme-reka dan kota-kota meme-reka (9:2), adanya para imam dan Orang Lewi yang menyelenggarakan ibadah (9:10-16, 28-34), dan adanya para penunggu pintu gerbang yang telah siap berjaga (9:17-27). Pasal 10—walaupun melalui kisah kematian Saul yang tragis—merupakan awal baru bagi sebuah dinasti keraja-an di Israel, yaitu Dinasti Kerajakeraja-an Daud. Dalam kedua awal ykeraja-ang baru ini, umat Allah harus bersandar pada perjanjian setia mereka kepada Allah. Jika mereka tidak setia kepada Allah, hukuman akan menimpa mereka.

Dalam catatan Tawarikh, penulis memberikan alasan khusus bagi sebuah kebenaran teologis mengapa Israel mengalami pembuangan dan mengapa Saul mengalami kekalahan perang, yaitu karena perbu-atan mereka yang tidak setia kepada Allah (9:1; 10:13-14). Namun, dasar perjanjian Allah dengan umat-Nya bukanlah hanya berdasar-kan kepada setia—diberkati atau tidak setia—dikutuk, tetapi ber-dasarkan pada kasih setia Allah yang tidak pernah berakhir kepada Nya. Hal ini semata-mata karena Allah begitu mengasihi umat-Nya. Awal yang baru seperti sebuah kesempatan baru bagi umat Allah untuk memperbaiki diri dan lebih setia kepada-Nya. Kasih setia

dan anugerah Allah tidak pernah berakhir! [MS]

Mazmur 136:1

“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”

Awal Yang Baru

Minggu 6 Sept

(11)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 11

Penulis Tawarikh mulai memberi penekanan yang lebih jelas tentang maksud penulisan kitabnya, yaitu sebagai catatan tentang raja Israel pi-lihan Allah sendiri, yaitu Daud. Hal itu dikonfirmasi melalui perkataan bangsa Israel sendiri yang menyampaikan firman Allah bahwa Daudlah yang akan menggembalakan umat Israel dan menjadi raja atas mereka. Kemudian, Daud diurapi menjadi raja (11:2-3) serta melakukan tugas se-bagai raja (11:4-9) dan membawa Israel ke masa kejayaan. Nama para pahlawan perang Daud dicatat dengan teliti (11:10-47). Kemenangan demi kemenangan diraih oleh Daud dan para pahlawannya, sehingga tampak jelas kejayaan Bangsa Israel di bawah pemerintahan Daud.

Rahasia kesuksesan Daud adalah penyertaan dan perkenanan Allah kepadanya (11:9). Penyertaan Tuhan juga sangat penting bagi hidup kita saat ini. Tanpa Tuhan, kita tidak berarti apa-apa. Walaupun kita sukses, bergelimang harta, dan hidup bahagia menurut standar kita, ingatlah bahwa kita bisa sukses karena penyertaan Tuhan atas hidup kita. Ja-nganlah kita memegahkan diri dan menjadi sombong. Selanjutnya, yang harus menjadi perenungan kita adalah penyertaan Tuhan atas kita pun bukan karena kehebatan kita, tetapi karena anugerah Tuhan. Daud bisa menjadi sukses, kekuasaannya bisa semakin besar, dan ia memenangkan setiap pertempuran bukan karena ia gagah perkasa atau karena ia tam-pan dan hebat, tetapi karena Tuhan menyertai dan berkenan kepada-nya. Setelah ia diurapi menjadi raja pilihan Tuhan atas Israel, kesuksesan mengiringinya karena Tuhan menyertai serta memberi kemenangan kepada-Nya (11:14). Bila kita menghendaki agar Tuhan menyertai kita, pastikan bahwa Ia berkenan atas segala sesuatu yang kita lakukan. Peka-lah kepada suara Tuhan dan taatiPeka-lah perintah-Nya, maka Ia akan berke-nan kepada Anda! [MS]

1 Tawarikh 11:9

“Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab TUHAN semesta alam menyertainya.”

Penyertaan dan Perkenanan

Senin 7 Sept

(12)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 12

Kekuasaan dan kehebatan seseorang dinilai bukan hanya dari seberapa banyak harta yang dimilikinya, tetapi juga dari seberapa banyak pengi-kut dan tentaranya. Itulah sebabnya, di pasal 12 ini dituliskan mengenai pengikut dan tentara Daud. Namun, yang membuat mereka berbeda dari pengikut dan tentara raja mana pun adalah kesadaran bahwa Tuhan Allahlah yang menolong Daud dan bahwa mereka disertai Tuhan (12:18). Tuhan tidak sembarangan memilih orang-orang yang Ia mau pakai un-tuk mendukung Daud dalam setiap pertempuran yang harus dijalaninya. Hal ini terbukti dari berbagai keahlian yang mereka miliki untuk men-jadi pahlawan-pahlawan Daud yang gagah perkasa (12:1-2, 8). Mereka semua benar-benar mendukung Daud (12:17-18, 21-22, 38). Mereka sehati, tulus dan bulat hati mendukung dan bertempur bersama-sama Daud sehingga ada sukacita besar di Israel.

Kesetiaan Daud kepada Allah adalah kunci yang membuat para pengikut dan tentaranya setia kepadanya. Hal itu merupakan anugerah Tuhan. Pada bagian ini, penulis menunjukkan bahwa bila seseorang se-tia kepada Tuhan, maka Tuhan akan turun tangan menolongnya dalam segala hal. Allah juga memberikan kepada kita satu atau beberapa keah-lian khusus (talenta) yang seharusnya kita pakai untuk melayani dalam keluarga Allah. Selain itu, Firman-Nya adalah ya dan amin saat berbicara tentang orang-orang yang setia kepada-Nya. Allah akan menyertai—dan bahkan membela—orang yang setia kepada-Nya. Apakah Allah akan menemukan kita tetap setia melayani dengan talenta kita dan tetap

se-tia mempercayai Tuhan dalam keadaan apa pun? [MS]

Ulangan 7:9

“Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia,

yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada

perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.”

Setialah!

Selasa 8 Sept

(13)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 13-14

Hal pertama yang dilakukan Daud untuk membangun identitas Israel sebagai sebuah bangsa yang besar dan berdaulat adalah mengaman-kan dan merebut daerah kekuasaan yang dilakumengaman-kan oleh para pahlawan Daud (11:4-9). Di pasal 13, kita membaca mengenai hal berikutnya yang dilakukan Daud, yaitu memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem— yang disebut sebagai Kota Daud. Bagi Daud dan bangsa Israel, Tabut Allah bukan hanya merupakan lambang perjanjian, tetapi juga merupa-kan lambang kehadiran Allah di tengah bangsa Israel. Namun, begitu terkejutnya Daud ketika menyaksikan bahwa kekudusan Allah telah di-langgar oleh Uza, walaupun hal itu dilakukan secara tidak sengaja. Daud menjadi takut dan sempat “mogok” dalam misinya untuk memindahkan tabut Allah ke Yerusalem. Namun, peristiwa itu justru membuat Daud semakin bersandar kepada Allah. ia selalu bertanya kepada Allah ketika akan melakukan segala sesuatu; baik dalam hal yang menyangkut pe-merintahan, maupun yang menyangkut kehidupan pribadi dan keluarga serta rumah tangganya.

Kekudusan Allah seharusnya membuat kita semakin menghormati dan takut kepada Allah, sekaligus membuat kita semakin bersandar ke-pada-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Kekudusan Allah seharusnya membuat kita semakin memperhatikan seluruh aspek kehidupan kita, termasuk relasi kita dengan masyarakat dan lingkungan pekerjaan, ke-hidupan dalam keluarga dan dalam rumah tangga, serta keke-hidupan pe-layanan dan bergereja. Kekudusan Allah seharusnya memacu kita untuk hidup kudus di hadapan Allah. Jangan main-main dengan kekudusan Allah dan jangan hidup dengan sembarangan! Bila kita semakin takut kepada Allah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, maka berkat-Nya pasti akan menyertai kita (13:14, 14:17) [MS]

Ayub 4:6

“Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?”

Takut Akan Allah

Rabu 9 Sept

(14)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 15:1-16:6

Pelanggaran atas kekudusan Allah ketika Daud berniat memindahkan Tabut Allah dalam pasal 13 meninggalkan ketakutan yang mendalam ke-pada Daud. Hal ini membuat Daud mempersiapkan segala sesuatu de-ngan lebih baik ketika perencanaan pemindahan Tabut Allah dibuat lagi, seperti yang dicatat pada bagian Alkitab yang sudah kita baca. Sekarang, Daud sudah mengerti makna kekudusan Allah. Oleh karena itu, Daud sungguh-sungguh memperhatikan semua persiapan dengan lebih baik, mulai dari mempersiapkan tempat bagi Tabut Allah dalam kemahnya, memerintahkan agar orang-orang Lewi yang memindahkan Tabut Allah tersebut menguduskan diri mereka, kemudian mempersiapkan para pe-nyanyi dan alat-alat musik, serta merencanakan persembahan korban. Daud mempersiapkan segalanya dengan lebih baik bagi Tuhan yang Ku-dus yang ia sembah.

Saat ini, kita menyembah Tuhan yang sama dengan Tuhan yang di-sembah Daud. Dia adalah Tuhan yang kudus. Oleh karena itu, kita tidak bisa meremehkan kekudusannya. Dalam hidup ini, janganlah kita sem-barangan melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah, apalagi berkompromi dengan dosa. Tuhan tidak bisa dipermainkan. Dalam pe-layanan, kita perlu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Jangan melayani dengan sikap asal-asalan karena Tuhan kita adalah Tuhan yang kudus. Kita mempersembahkan yang terbaik bukan karena semata-mata takut kepada hukuman Tuhan atas diri kita, tetapi karena sudah seha-rusnya kita memiliki sikap yang benar saat berelasi dengan Tuhan Allah, yaitu dengan menghormati Dia. Dia adalah Allah yang Kudus, Allah yang patut kita hormati dan segani, Dia juga adalah Allah yang mengasihi,

yang selalu menerima dan menyambut kita apa adanya. [MS]

Mazmur 96:8-9a

”Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan.”

Hormatilah Dia, Allah yang Kudus

Kamis 10 Sept

(15)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 16:7-43

Ayat 8-36 adalah pujian ucapan syukur Daud setelah berhasil memin-dahkan Tabut Allah ke Yerusalem, Kota Daud. Keberhasilan pemindahan Tabut Allah adalah langkah besar bagi Israel sebagai bangsa yang utuh. Mereka adalah umat Allah karena Allah berkenan atas mereka serta ha-dir, bahkan berdiam di tengah umat-Nya. Peristiwa ini terjadi di masa kejayaan mereka di bawah pemerintahan Raja Daud. Inilah penekanan utama Kitab Tawarikh yang dibacakan segera setelah mereka kembali dari pembuangan. Kitab Tawarikh adalah pengingat identitas mereka sebagai umat pilihan Allah. Pujian ini disebut Pujian Pengucapan Syukur atau Mazmur Pengucapan Syukur (The Psalm of Thanksgiving) yang di-karang oleh Raja Daud serta dinyanyikan oleh Asaf dan kaumnya untuk acara besar ini. Tujuan penulisan Mazmur Pengucapan Syukur ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memuji kebesaran dan kasih setia Tuhan, serta untuk memuji Tuhan dan bersyukur karena mereka sudah diberikan keselamatan saat memindahkan Tabut Allah ke Yerusalem.

Ucapan syukur kepada Allah harus kita nyanyikan dan naikkan se-tiap hari. Karena Dia, kita bisa ada sebagaimana kita ada hari ini. Tanpa Tuhan, kita tidak berarti dan tidak bisa melakukan apa-apa. Ucapkanlah syukur dalam segala keadaan, baik ketika kita bersukacita—seperti yang Daud alami—maupun saat kita berdukacita. Walaupun sulit, belajarlah untuk bersyukur dalam segala keadaan. Mazmur Pengucapan Syukur Daud bisa menjadi sebuah bahan referensi yang baik bagi kita dalam menaikkan pujian pengucapan syukur kepada Tuhan (bandingkan de-ngan Mazmur 96:1-13, 105:1-15 & 106:1, 47-48). Marilah kita belajar untuk bersyukur dalam segala keadaan! [MS]

1 Tawarikh 16:34-35

Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan katakanlah: ‘Selamatkanlah kami, ya TUHAN

Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu ...”

Mazmur Pengucapan Syukur

Jumat 11 Sept

(16)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 17

Sungguh indah membaca bagian yang menggambarkan suasana keak-raban yang erat antara Allah dengan Raja Daud. Allah berkenan atas kehidupan Daud serta mengangkat dan menyertainya, sehingga Daud menjadi Raja atas seluruh Israel, Allah juga yang menegakkan kepemim-pinan Raja Daud dan keturunannya serta menjaga perjanjian di antara Allah dengan umat-Nya. Namun, Allah juga menyatakan kehendak-Nya kepada Daud—lewat perantaraan Nabi Nathan, bahwa yang akan mem-bangun Bait Allah adalah keturunan Raja Daud, bukan diri Raja Daud sendiri. Dalam doanya (17:18-27), Raja Daud sangat bersyukur atas ke-baikan dan kepercayaan Allah terhadap dirinya. Ia memohon agar Tuhan memimpin dia untuk melaksanakan kehendak Tuhan atas hidupnya dan memberkati dia.

Pernyataan kehendak Allah yang gamblang dan jelas dipaparkan dalam kehidupan Raja Daud membuat seakan-akan ia lebih mudah menjalani kehidupannya. Namun, kenyataannya tidak semudah itu, Raja Daud bisa gagal hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah, ia jatuh dalam dosa! Tetapi, ketika kesempatan bertobat itu datang, Daud menggunakannya dengan sebaik mungkin. Hari ini, kita sering merasa bingung saat ingin mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup kita se-hingga seringkali yang kita rasakan adalah rasa berat dalam menjalani kehidupan kita. Namun, sesungguhnya kehendak Allah dinyatakan dalam firman-Nya di dalam Alkitab dan juga melalui relasi kita dengan Allah dalam doa. Hal yang seharusnya menjadi perenungan kita adalah sudahkah kita bertekun dalam membaca firman-Nya dan berdoa supaya kita lebih mengerti kehendak Tuhan? [MS]

1 Tawarikh 16: 11-12

“Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya,

mujizat-mujizat-Nya dan

penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya.”

Akrab dengan Allah

Sabtu 12 Sept

(17)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 18-20

Kitab Tawarikh ditulis dengan penekanan bahwa Daud adalah Raja pilihan Allah, Tuhan berkenan kepada Daud, keturunan Daud akan memerintah Israel, perjanjian Tuhan Allah dengan Israel, serta bahwa TUHAN adalah Allah mereka dan mereka adalah umat pilihan Allah. Penekanan pada Raja Daud sebagai raja yang berkenan kepada Tuhan dapat kita baca di pasal 18-20 ini. Penekanan ini terlihat dari kisah-kisah kemenangan Raja Daud serta pahlawan-pahlawan dan pasukan-nya dalam setiap pertempuran, dan juga dari kisah-kisah kepahlawa-nan dalam pemerintahannya. Dengan membaca kisah-kisah ini, kita bisa melihat bahwa Allah sungguh-sungguh setia berpegang kepada janji-Nya dan Ia memberikan kemuliaan kepada Israel sebagai umat pilihan-Nya. Penyertaan dan berkat Tuhan selalu mereka rasakan di setiap pertempuran melawan Bangsa Filistin, Moab, Aram, dan Amon. Raja Daud pun memahami bahwa dia adalah alat yang Tuhan pakai untuk membawa kemenangan demi kemenangan bagi bangsa Isarel, umat pilihan Allah. Raja Daud melakukan tugas yang menjadi bagi-annya dengan baik.

Saat ini, sebagai Israel rohani, kita pun masih tetap berperang dalam peperangan rohani. Tentu saja kita tidak mengangkat berbagai senjata dan mengenakan baju zirah seperti yang dipakai Raja Daud dan para pahlawannya. Bagian kita dalam peperangan rohani adalah mengena-kan seluruh perlengkapan senjata Allah, sehingga kita bisa memenang-kan setiap pertempuran, bahmemenang-kan kita bisa memadammemenang-kan panah api dari si jahat (Efesus 6:10-20). Mari kita lakukan tugas dan bagian kita dengan baik. Kita lebih dari pemenang! [MS]

Efesus 6: 13

“Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu

dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.”

Lebih Dari Pemenang

Minggu 13 Sept

(18)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 21

Iblis memang tidak akan pernah tinggal diam untuk berusaha membuat seorang anak Tuhan jatuh dalam dosa. Hal ini tidak terkecuali terjadi juga atas diri Raja Daud. Dengan jelas, penulis mencatat bahwa iblislah yang bangkit melawan orang Israel serta Raja Daud. Iblis tidak suka jika Bangsa Israel menjaga perjanjian mereka dengan Allah dan mereka taat menjalani perintah Tuhan. Iblis mengoda Raja Daud untuk menghitung pasukannya sehingga membuat dia mengalihkan perhatian dari Allah. Iblis mau membuat Raja Daud bergantung pada pasukannya yang ba-nyak dan mulai menyombongkan diri bahwa ia bisa melakukan semu-anya dengan pasukannya, tanpa Tuhan. Jika kita membaca kelanjutan kisah kehidupan Raja Daud, ternyata bahwa akhirnya Raja Daud terje-bak oleh godaan iblis dan jatuh dalam dosa, sehingga Allah menghukum Raja Daud dan orang Israel.

Cara kerja iblis tetap sama, ia tidak akan pernah berhenti berusaha menjatuhkan anak-anak Tuhan, membuat anak-anak Tuhan melakukan dosa dan menjauh dari Tuhan, baik melalui kesibukan dalam pekerjaan dan pelayanan, dengan menumbuhkan kesombongan dalam diri kita bahwa kita bisa melakukan segala sesuatu dengan kemampuan kita sendiri, serta melalui godaan dosa yang terasa nikmat dalam hidup kita. Jangan lengah! Memang, ada dosa yang kita lakukan kerena kele-mahan kedagingan kita, tetapi iblis juga bisa memanfaatkan kelekele-mahan kita untuk membuat kita menjauhi Tuhan. Akibatnya, bukan hanya kita berdosa, tetapi juga hukuman Tuhan akan datang menimpa kita. Tapi, syukur bahwa kita bisa datang kepada Tuhan Yesus untuk memohon pengampunan. Kita juga harus terus berjaga-jaga agar kita tidak lengah.

Semoga Tuhan menolong kita! [MS]

1 Yohanes 1:9

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita

dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Berjaga-jagalah dan Jangan Lengah

Senin 14 Sept

(19)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 22

Salah satu bukti kasih Daud kepada Allah adalah hasratnya yang mengge-bu-gebu untuk membangun Bait Allah. Saat duduk di istananya yang megah, ia ingat bahwa Tabut Allah—lambang kehadiran Allah—masih ditempatkan di tenda-tenda, sehingga hatinya menjadi hancur (pasal 17). Oleh karena itu, ia berdoa memohon agar Allah mengizinkan dia membangun Bait Allah. Akan tetapi, Allah tidak mengizinkannya. Allah menginginkan agar anaknyalah—yaitu Salomo—yang membangun Bait Allah tersebut. Sekalipun tidak diizinkan membangun Bait Allah, Daud membuat berbagai persiapan untuk membantu Salomo membangun Bait Allah. Kita bisa melihat bahwa Daud amat bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan pembangunan Bait Allah tersebut.

Kasih kepada Allah harus kita tunjukkan dengan berbagai cara, an-tara lain melalui tiga hal: Pertama, kita harus tetap mempercayai Allah. Dalam segala perkara, belajarlah dari Daud yang mempercayai Tuhan ketika merasa takut, ketika dikepung musuh, maupun ketika bersukaci-ta. Dalam keadaan apa pun, kita harus mempercayai Allah sebagai bukti bahwa kita mengasihi Dia. Kedua, kita harus melayani Tuhan. Pelayanan Daud dalam mempersiapkan pembangunan Bait Allah dilakukan dengan tidak tanggung-tanggung. Layanilah Tuhan Allah selagi kita memiliki waktu dan kesempatan dengan tidak tanggung-tanggung. Buktikanlah bahwa kita mengasihi Dia! Ketiga, kita harus menaati perintah Allah. Ke-taatan dalam melakukan perintah Tuhan Allah adalah bukti paling nyata bahwa kita mengasihi Allah. Walaupun sulit, kita harus tetap berusaha. Ketika melakukan dosa, Daud mendapat teguran. Ia bertobat dan me-nyesal serta berusaha melakukan perintah Tuhan. Mari kita belajar un-tuk lebih sungguh-sungguh mengasihi Allah! [MS]

Ulangan 6:5

“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu

dan dengan segenap kekuatanmu.”

Mengasihi Tuhan

Lebih Sungguh-sungguh

Selasa 15 Sept

(20)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 23

Raja Daud bukan hanya memikirkan pembangunan fisik Bait Allah, tetapi dia melangkah lebih jauh, yaitu memikirkan kehidupan rohani bangsa Israel, yang memiliki identitas sebagai umat pilihan Allah. Bait Allah yang akan dibangun dan ibadah yang diselenggarakan di dalamnya adalah bukti nyata pemerintahan Allah di Israel. Oleh karena itu, Raja Daud mempersiapkan orang-orang Lewi untuk melakukan tugas seba-gai suku yang dipilih Allah secara khusus untuk melayani Tuhan. Raja Daud sangat memahami peran dan tugas orang Lewi seperti yang telah ditunjukkan Allah di zaman Musa (bandingkan dengan Keluaran 28:1, Ulangan 10:8 dan Bilangan 3:5-9). Raja Daud sungguh-sungguh belajar untuk menaati Allah. Raja Daud memberi perintah terhadap orang Lewi dengan menyebut per nama dan per keluarga supaya mereka mengingat tugas utama mereka, yaitu menyelenggarakan ibadah di rumah TUHAN. Jangan sampai mereka terpesona oleh kemegahan Bait Allah, sehingga lupa akan ibadah yang seharusnya diselenggarakan.

Dunia kita hari ini merupakan zaman yang mementingkan penampil-an fisik. Dalam kondisi seperti itu, kita tidak boleh lupa bahwa kehidup-an kerohkehidup-anikehidup-an kita harus terus dibkehidup-angun karena kita adalah umat Allah. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa membangun kehidupan keroha-nian adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Tuhan. Ingatlah bahwa bukti kasih kita yang nyata kepada Allah adalah bila kita melakukan pe-rintah-Nya. Akan tetapi, bagaimana kita bisa dengan leluasa melakukan perintah Tuhan, jika kita tidak pernah beribadah dan kita tidak menge-nal perintah-Nya? [MS]

2 Yohanes 1:6

“Dan inilah kasih itu,

yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu,

yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.”

Fisik vs Rohani

Rabu 16 Sept

(21)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 24

Penjelasan mengenai kelompok-kelompok dan tugas-tugas orang Lewi masih berlanjut di pasal ini. Adanya pembagian tugas dan jabatan imam yang jelas ketika memasuki Bait Allah menunjukkan adanya organisasi yang sangat rapi yang Allah persiapkan melalui Raja Daud. Hal ini menja-min kelancaran proses ibadah Orang Israel. Pengaturan jalannya proses ibadah (kepemimpinan) ini tidak kalah penting ketimbang pembangun-an fisik Bait Allah.

Gereja sebagai representasi Bait Allah di zaman ini perlu memper-hatikan dua hal di atas (pembangunan fisik dan kepemimpinan) secara seimbang. Pembangunan fisik untuk menjangkau lebih banyak orang dan untuk menyediakan sarana yang lebih baik harus diiringi dengan jalannya kegiatan kerohanian serta adanya organisasi (sistem kepemim-pinan) para pemimpin gereja yang baik. Kita patut bersyukur bahwa Tuhan selalu membangkitkan para hamba Tuhan dan para aktivis yang sebagian merupakan para pemimpin gereja untuk melayani Tuhan de-ngan baik dan memastikan terselenggaranya kegiatan ibadah dan peng-aturan organisasi yang baik. Setiap anggota jemaat Tuhan semestinya mendukung pelayanan para pemimpin gereja, baik dengan mendukung kelancaran setiap program yang telah disusun maupun dengan secara langsung terlibat aktif dalam pelayanan di Rumah Tuhan. Jangan lupa bahwa kita juga perlu mendukung melalui doa, bukan hanya supaya pe-layanan dapat berlangsung dengan baik, tetapi juga supaya para pemim-pin bisa menjadi teladan yang memuliakan Allah melalui gaya hidup dan pelayanan mereka. Semuanya itu harus dilakukan bersama-sama dan semata-mata hanya untuk menyenangkan Tuhan kita, Sang Pemimpin Gereja. Amin. [MS]

1 Korintus 12: 12

“Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,

demikian pula Kristus.”

Kepemimpinan Rohani

Kamis 17 Sept

(22)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 25

Musik dan nyanyian merupakan bagian dari budaya Yahudi yang sangat kental. Mulai dari saat Allah membebaskan bangsa Israel dari perbu-dakan di Mesir, mereka sudah menyanyi memuji Tuhan dengan meng-gunakan berbagai alat musik (Keluaran 15:1-21). Peristiwa itu menjadi awal pemakaian musik dan pujian dalam ibadah mereka. Walaupun demikian, penentuan adanya bagian khusus kelompok penyanyi baru-lah ditentukan di bagian ini, ketika Raja Daud mempersiapkan diri dalam ibadah di Bait Allah. Anak-anak Asaf, anak-anak Heman dan anak-anak Yedutun ditetapkan untuk menjadi kelompok-kelompok penyanyi dalam ibadah di Bait Allah. Mereka mempersiapkan pujian, nubuatan, dan juga memainkan alat-alat musik. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa musik dan pujian memegang peranan penting dalam ibadah di gereja atau dalam penyembahan kepada Allah.

Musik masih terus diperhatikan sampai pada masa kini dan men-jadi bagian penting dalam ibadah dan penyembahan kita kepada Allah. Musik dapat membangkitkan semangat untuk berdoa, berbelaskasihan, dan membangkitkan kasih sayang. Kata-kata dalam pujian yang dinaik-kan memberi makna tersendiri bagi anggota jemaat yang menyanyidinaik-kan- menyanyikan-nya. Mempersiapkan musik yang indah amat penting dalam ibadah karena musik dapat membentuk suasana ibadah yang baik. Pujian yang baik akan membawa umat Allah untuk menyembah Allah. Ingatlah bah-wa musik dan pujian yang dinaikkan diperuntukkan untuk memuji dan

menyembah Allah. [MS]

Mazmur 149:1-3

“Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya,

biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!”

Musik Dalam Ibadah

Jumat 18 Sept

(23)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 26

Bagian yang menjadi perhatian dalam pengorganisasian Bait Allah dalam bacaan Alkitab hari ini adalah penjaga pintu gerbang (26:1-19), penjaga perbendaharaan rumah Allah dan barang-barang kudus (26:20-28), ser-ta pengatur dan hakim (26:29-32). Para penjaga pintu gerbang bertugas untuk memperhatikan dan menjaga agar setiap kegiatan di dalam Bait Allah bisa berlangsung dengan baik. Para penjaga perbendaharaan dan barang-barang kudus bertugas untuk menjaga semua barang yang ada di Bait Allah serta memeliharanya. Para pengatur dan hakim yang di-tempatkan di sebelah barat Sungai Yordan bertugas untuk urusan kero-hanian serta urusan pemerintahan. Hal ini penting agar ada orang yang khusus menangani daerah kekuasaan Israel yang semakin meluas.

Lebih jelas lagi, pada bagian ini kita bisa melihat bagaimana Tuhan Allah melalui raja Daud memikirkan dengan begitu detil pembagian tu-gas dalam organisasi di Bait Allah. Secara tidak langsung, ada tiga hal yang menjadi perhatian Raja Daud, yaitu pembangunan fisik Bait Allah, kegiatan kerohanian di Bait Allah, serta pembagian tugas secara admi-nistratif. Ketiga hal di atas masih sangat kontekstual dengan keberadaan gereja hari ini. Gereja memerlukan adanya bangunan fisik sebagai tem-pat ibadah, kegiatan kerohanian yang berpusat pada penyembahan ke-pada Allah, serta berbagai tugas adminitratif dalam pelayanan jemaat. Gereja harus memperhatikan ketiga hal itu secara seimbang. Bila ketiga hal itu dijalankan dengan baik, setiap gereja pasti akan menjadi gereja yang sehat. [MS]

1 Korintus 12:17-18

“Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?

Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus,

suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.”

Tiga Hal Tentang Gereja

Sabtu 19 Sept

(24)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 27

Setelah memaparkan pembagian tugas dalam pendirian Bait Allah dan pengelolaan organisasinya, penulis Tawarikh beralih pada pembagian tugas para tentara penjaga raja, para kepala suku, pengawas persediaan raja, pengawas para pekerja, dan para penasihat raja, semuanya secara lengkap dituliskan dalam pasal ini. Bagian ini adalah bagian khusus dalam Kitab Tawarikh yang tidak ada paralelnya dalam Kitab 1-2 Raja-raja. Yang ditulis di bagian ini bukan dari Suku Lewi, tetapi mereka yang secara khusus dipilih untuk melayani raja dan keluarganya. Melihat apa yang dituliskan di sini, tidak mengherankan bila Bangsa Israel sangat menga-gumi dan mengagungkan Raja Daud. Raja Daud bukan hanya berhasil memenangkan berbagai peperangan dan meluaskan daerah kekuasaan bangsa Israel, tetapi setiap orang juga menerima tugas khusus yang me-reka jalankan dengan baik dan setia. Raja Daud mengungkapkan peme-rintahan Allah yang adil, benar, dan damai.

Pemerintahan Raja Daud memang sudah ditetapkan oleh Allah. Daud adalah raja pilihan Allah. Penetapan ini merupakan fokus penulis Kitab Tawarikh, yaitu bahwa kepemimpinan bangsa Israel di bawah pemerin-tahan Daud merupakan model yang terwujud saat Allah menumbuhkan Tunas Keadilan dari keturunan Daud dan mengangkat seorang Gembala Israel yang akan memerintah umat-Nya, yang menunjuk kepada Yesus Kristus (bandingkan dengan Yeremia 33:15, Yehezkiel 34:23-24). Tentu saja pemerintahan yang dimaksud bukanlah pemerintahan secara fisik dalam dunia ini, seperti yang diharapkan oleh orang-orang Israel, bah-kan juga oleh murid-murid Tuhan Yesus. Tetapi, yang dimaksud dengan pemerintahan terwujud saat umat Allah dimerdekakan dari setiap dosa yang mengikat mereka dan saat Tuhan Yesus Kristus menjadi Raja dan

Pusat Kehidupan umat-Nya [MS]

Yehezkiel 34:31

“Kamu adalah domba-domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku adalah Allahmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”

Tunas Keadilan dan Gembala Israel

Minggu 20 Sept

(25)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 28

Setelah rencana pembangunan Bait Allah diselesaikan dan dilakukan pembagian tugas, di pasal 28 ini, Raja Daud mengumpulkan para pe-mimpin Yehuda dan menyampaikan pidato mengenai pembangunan Bait Allah. Raja Daud menyampaikan bahwa anaknya—Salomo—yang akan memimpin proses pembangunan dari awal hingga selesai. Pidato ini se-kaligus merupakan proklamasi secara resmi bahwa Salomo dan seluruh Israel akan bahu-membahu membangun Bait Allah. Daud menekankan perencanaan pembangunan Bait Allah yang merupakan identitas Bangsa Israel serta merupakan lambang kehadiran dan pemerintahan Allah atas Israel, serta dilandasi oleh perjanjian umat dengan Allah. Selama me-reka beribadah dan menaati semua perintah Allah dengan setia, Allah pasti akan memberkati mereka. Daud juga memberikan motivasi kepada Salomo agar tetap maju membangun dan tidak perlu takut karena ada Allah yang menolong dan menyertai.

Allah yang sama juga tidak akan meninggalkan kita. Ia akan menyer-tai dan menolong kita agar kita bisa tetap melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita. Mungkin hari ini Allah tidak secara langsung meme-rintahkan kita untuk membangun sebuah gereja atau melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pembangun fisik sebuah Bait Allah. Tetapi, Allah masih tetap mau melibatkan kita dalam pelaksanaan agenda-Nya di dunia ini. Maukah Anda menaati kehendak-Nya, walaupun seringkali kita tidak bisa memahami kehendak Tuhan secara jelas? Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu. Lakukanlah perintah Tuhan dalam hidup kita agar

kehendak-Nya terwujud dalam hidup kita! [MS]

1 Tawarikh 28: 20b

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu: janganlah takut dan janganlah tawar hati, sebab TUHAN Allah, Allahku, menyertai engkau. Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau sampai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah Allah selesai.”

Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu

Senin 21 Sept

(26)

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Tawarikh 29

Pasal terakhir Kitab 1 Tawarikh ini terbagi dalam tiga bagian: Pertama, pidato raja Daud yang mendorong seluruh jemaah untuk memberi persembahan bagi pembangunan Bait Allah—yang dimulai dari teladan-nya dalam memberi persembahan (29:1-9). Kedua, pujian kepada Al-lah karena semua yang sudah Tuhan AlAl-lah kerjakan dalam hidup Daud, serta berkat dan doanya bagi Salomo—anaknya yang akan menjadi raja (20:10-20). Ketiga, Daud mengakhiri pemerintahannya dan bah-kan hidupnya serta menyerahbah-kan kursi pemerintahan kepada Salomo, anaknya. Bagian ini menyatakan dua hal penting yaitu perkenanan Al-lah atas Salomo yang akan membangun Bait AlAl-lah serta kesetiaan AlAl-lah kepada perjanjian-Nya dengan Daud, bahwa ia dan keturunannya akan memerintah atas Israel (20:21-30).

Penulis menutup kitab 1 Tawarikh dengan sangat elegan dalam sua-sana meriah. Seluruh kerajaan bersukacita karena persiapan sebuah pembangunan besar telah dimulai dan telah dilakukan pengurapan seorang raja baru atas Israel, walaupun mereka sedang berduka karena kematian Raja Daud. Dengan mencatatkan apa yang Daud telah lakukan bagi Israel, kedukaan tertutupi oleh kemuliaan yang Allah anugerahkan bagi Daud. Kitab 1 Tawarikh ini memperlihatkan sosok raja yang sangat ideal dalam diri Daud, karena memang dicatatkan hampir tanpa kele-mahan dan dosa. Yang harus menjadi penekanan adalah bagaimana Daud mengutamakan dan menghadirkan Allah dalam setiap penggalan kehidupannya; mulai dari penetapannya sebagai raja pilihan Allah, se-mua peperangan, perencanaan pembangunan Bait Allah, sampai penye-rahan jabatan sebagai raja kepada penerusnya, yaitu Salomo. Bagaima-na dengan hidup kita? Apakah dalam segala hal kita mengutamakan

dan menghadirkan Allah? [MS]

1 Tawarikh 29: 10b

”Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.”

Hadirkah Allah di Hidupmu?

Selasa 22 Sept

(27)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 1-2

Raja Salomo mengawali pemerintahannya dengan baik. Di awal peme-rintahannya, dia pergi ke Kemah Pertemuan (Kemah Suci)—yang saat itu terdapat di Gibeon—untuk mempersembahkan seribu korban bakaran dan meminta petunjuk TUHAN. Kemah Suci adalah pusat peribadatan bangsa Israel yang dibuat pada zaman Musa. Bagian terpenting Kemah Suci adalah Tabut Perjanjian atau Tabut Allah yang merupakan tempat yang lazim bagi Allah untuk berbicara kepada umat-Nya. Pada zaman Hakim-hakim, Tabut Allah sempat dirampas oleh musuh dan kemudian direbut kembali oleh bangsa Israel, namun tidak dikembalikan lagi ke Kemah Suci. Saat Raja Daud berkuasa, dia memindahkan Tabut Perjan-jian ke Yerusalem karena ia ingin membangun rumah (Bait Suci) untuk menyimpan Tabut Allah. Akan tetapi, Allah melarang Daud membangun Bait Suci, dan Allah memberikan hak membangun Bait Suci kepada Raja Salomo. Pembangunan Bait Suci adalah cita-cita Raja Daud yang paling tinggi. Itulah sebabnya, karya awal (yang merupakan karya tertinggi) Raja Salomo adalah membangun Bait Suci (pasal 2-5).

Isi permohonan Raja Salomo kepada Allah, yaitu memohon hikmat dan pengertian untuk memimpin bangsa Israel merupakan permohonan yang amat Allah hargai, sehingga Allah bukan hanya mengabulkan per-mohonan tersebut, tetapi Allah juga menganugerahkan kekayaan, harta benda, dan kemuliaan (1:11-12). Sikap kerendahhatian dan kebergan-tungan kepada Allah yang tercermin dalam permohonan di atas

meru-pakan teladan yang menjamin kesuksesan umat Allah. [P]

2 Tawarikh 1:11b-12a

“Oleh karena itu yang kauingini dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa pembencimu, dan juga tidak meminta umur panjang, tetapi sebaliknya engkau meminta kebijaksanaan dan pengertian

untuk dapat menghakimi umat-Ku yang atasnya Aku telah merajakan engkau, maka kebijaksanaan dan pengertian itu diberikan kepadamu; selain itu Aku berikan kepadamu kekayaan, harta benda dan kemuliaan, ...”

Awal yang Baik

Rabu 23 Sept

(28)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 3:1-5:1

Bila kita memperhatikan ukuran Bait (rumah) Allah atau Bait Suci yang dibangun oleh Raja Salomo (3:3), mungkin kita akan merasa heran saat menyadari bahwa ukuran Bait Allah itu hanya seperti ukuran gereja yang relatif kecil: panjang 60 hasta (=27 m) dan lebar 20 hasta (=9m). Seka-lipun demikian, kita perlu menyadari bahwa pada masa itu, yang dii-zinkan memasuki Bait Suci hanya para imam, Bahkan Ruang Mahasuci hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar setahun sekali. Oleh karena itu, memang tidak diperlukan bangunan dengan ukuran yang terlalu luas.

Walaupun ukuran Bait Suci relatif kecil, bahan-bahan yang dipakai amat mahal (memakai kayu impor dan banyak memakai lapisan emas). Bila bangunan semacam itu didirikan pada masa kini, pasti banyak orang akan mengatakan bahwa mendirikan bangunan yang mahal semacam itu merupakan suatu pemborosan! Akan tetapi, bagi Raja Salomo (yang mewarisi pola pikir Raja Daud), Allah patut dihormati dengan kemewah-an! Perhatikan penghargaan kepada Allah yang diungkapkan Raja Daud (1 Tawarikh 29:1-5) maupun Raja Salomo (2 Tawarikh 2:5-6).

Apakah tindakan membangun Bait Allah yang megah dan mewah itu merupakan tindakan yang berlebihan? Tidak! Yang menjadi masa-lah adamasa-lah bila kita membangun Rumah Almasa-lah untuk kepentingan kita sendiri (supaya kita mendapat pujian). Bagi Salomo, masalah juga mun-cul karena dia membangun istana yang (lebih) megah bersama-sama dengan pembangunan Bait Suci (2:1, 3, 12; 7:11). Bait Allah dibangun dalam 7 tahun (1 Raja-raja 6:38), sedangkan istana Salomo dibangun dalam 13 tahun (1 Raja-raja 7:1). ( [P]

2 Tawarikh 2:6

”Tetapi siapa yang mampu mendirikan suatu rumah bagi Dia, sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun

tidak dapat memuat Dia? Dan siapakah aku ini, sehingga aku hendak mendirikan suatu rumah bagi Dia, kecuali sebagai tempat untuk membakar korban di hadapan-Nya?”

Bait Allah yang Mewah

Kamis 24 Sept

(29)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 5:2-6:11

Bagian apa yang paling penting di dalam Bait Allah. Jelas bahwa bagian paling penting adalah Ruang mahakudus. Ruang Mahakudus merupa-kan bagian terpenting karena di sana terdapat Tabut Perjanjian TUHAN yang di dalamnya terdapat dua loh batu. Di kedua loh batu itu terdapat-tulisan Allah sendiri tentang hukum-hukum Allah yang terpenting yang biasa disebut sebagai sepuluh hukum Allah. Tabut perjanjian itu pen-ting karena Allah telah berjanji bahwa Ia akan berbicara kepada umat Israel dari atas tutup tabut perjanjian yang disebut sebagai tutup penda-maian. Tidak mengherankan bahwa Raja Daud menganggap penting un-tuk membawa Tabut Perjanjian itu ke Yerusalem. Kehadiran Allah pada tutup pendamaian itu membuat Tabut Perjanjian harus dihargai. Tabut Perjanjian itu tidak boleh disentuh dengan tangan. Siapa yang menyen-tuh Tabut Perjanjian akan mati! Tabut Perjanjian itu sudah dilengkapi dengan gelang-gelang yang bisa dimasuki oleh tongkat pengusung, se-hingga para imam yang bertugas mengusung tabut tidak perlu meme-gang tabut tersebut.

Saat kebaktian diselenggarakan, kemuliaan Allah memenuhi seluruh rumah Allah, sehingga para imam yang menyelenggarakan kebaktian ti-dak tahan berdiri (Maksudnya, kemuliaan Tuhan itu memaksa mereka untuk bersujud di hadapan TUHAN). Ibadah yang baik bukanlah ibadah yang membuat umat Allah terkagum-kagum terhadap pendeta atau terhadap pemimpin pujian atau terhadap paduan suara atau terhadap pemain musik, melainkan ibadah yang membuat tidak ada seorang pun yang berani bersikap sombong di hadapan Allah. Apakah ibadah yang

Anda ikuti membuat Anda merendahkan diri di hadapan Allah. [P]

2 Tawarikh 5:13b-14

”Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri

untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.”

Kehadiran Allah

Jumat 25 Sept

(30)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 6:12-42

Apakah adanya Bait Allah itu membuat Allah terlokalisasi (terbatas di satu tempat)? Tidak! Allah yang tidak terbatas tidak mungkin dibatasi oleh sebuah gedung. Walaupun keberadaan Allah tidak dibatasi oleh tempat, dalam Perjanjian Lama, Allah berkenan untuk menyatakan diri-Nya dari atas tutup pendamaian (Keluaran 25:22; 30:6), yaitu penutup dari Tabut Perjanjian atau Tabut Hukum. Raja Salomo memahami benar bahwa Allah tidak mungkin dilokalisasi (2 Tawarikh 2:6; 6:18), sehingga Raja Salomo merasa perlu mendasari permohonannya pada janji Allah (6:20). Raja Salomo memohon agar Allah mau mendengar permohonan yang diajukan oleh umat Allah di Bait Allah (6:20-40). Perhatikan bahwa Tuhan Yesus menyebut Bait Allah sebagai Rumah Doa (Matius 21:13; Lukas 19:46), bahkan sebagai Rumah Doa bagi “Segala Bangsa” (Markus 11:17), bukan hanya bagi bangsa Yahudi saja.

Bagi bangsa Yahudi yang sedang berada di pembuangan, mereka ti-dak dapat lagi berdoa di Bait Allah (karena Bait Allah telah dirobohkan oleh bangsa Babel). Oleh karena itu, mereka membangun pusat ibadah yang disebut “Tempat Sembahyang” (Kisah Para Rasul 16:13, 16) atau “Sinagoge”. Pada masa kini, sangat disayangkan bahwa banyak orang Kristen melupakan gagasan bahwa gedung gereja pun bisa kita pandang sebagai “Rumah Doa”. Memang, Allah tidak bisa dibatasi oleh gedung dan kita bisa berdoa secara pribadi di rumah. Akan tetapi, gedung gereja adalah tempat bagi kita untuk berdoa sebagai suatu “umat”, bukan ha-nya berdoa secara pribadi. Tuhan Yesus pun menjanjikan berkat khusus bagi orang-orang percaya yang berdoa dalam kebersamaan, bukan ha-nya berdoa secara pribadi (Matius 18:19-20). Apakah Anda menganggap

penting doa dalam kebersamaan umat Allah? [P]

2 Tawarikh 6:20

”Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan akan menjadi kediaman nama-Mu

-- dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.”

Rumah Doa bagi Umat Allah

Sabtu 26 Sept

(31)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 7-8

Membaca kisah hidup Raja Salomo—khususnya sampai masa kejayaan-nya—terasa sangat menakjubkan, tetapi sekaligus menyedihkan. Tak terbayangkan betapa megahnya upacara korban yang diselenggarakan oleh Raja Salomo dalam penahbisan Bait Allah itu. Ingatlah bahwa yang dipersembahkan dalam upacara korban bakaran itu adalah dua puluh dua ribu ekor sapi dan seratus dua puluh ribu ekor kambing domba (7:5). Penyelenggaraan persembahan korban itu masih disambung de-ngan Perayaan Pondok Daun selama seminggu (7:9). Cobalah perkirakan berapa besar kekayaan Raja Salomo? Apakah ada orang kaya yang beri-man pada zaberi-man ini yang bisa dan bersedia untuk memberikan persem-bahan sebanyak itu bagi Allah?

Sekalipun apa yang dilakukan oleh Raja Salomo itu amat menakjub-kan, ingatlah bahwa kitab 1-2 Tawarikh ini dituliskan untuk orang-orang Yahudi yang berada dalam pembuangan. Bagi mereka, kisah itu amat bertolak belakang dengan kondisi bangsa Yahudi saat itu. Perhatikan-lah betapa kerasnya peringatan Tuhan yang disampaikan kepada Raja Salomo saat itu, “Tetapi jika kamu ini berbalik dan meninggalkan segala ketetapan dan perintah-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, maka Aku akan mencabut kamu dari tanah-Ku yang telah Kuberikan kepada-mu, dan rumah ini yang telah Kukuduskan bagi nama-Ku, akan Kubuang dari hadapan-Ku, dan akan Kujadikan kiasan dan sindiran di antara sega-la bangsa.” (7:19-20). Peringatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan bangsa Yahudi bahwa penderitaan yang mereka alami dalam pembu-angan itu disebabkan karena ketidaktaatan raja-raja Israel dan Yehuda. Peringatan itu merupakan peringatan bagi kita juga! [P]

2 Tawarikh 7:21

”Dan setiap orang yang lewat rumah yang amat ditinggikan ini, akan tertegun dan berkata: Apakah sebabnya TUHAN berbuat yang

demikian kepada negeri ini dan kepada rumah ini?”

Peringatan Keras

Minggu 27 Sept

(32)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 9

Hikmat yang dimiliki oleh Raja Salomo membuat ia menjadi seorang raja yang amat kaya, berkuasa, dan populer. Kekayaan, kekuasaan, dan kepopuleran bisa bermanfaat, tetapi juga bisa membahayakan. Hik-mat dan kekayaan Raja Salomo membuat Kerajaan Israel dihargai oleh bangsa-bangsa lain. Raja-raja lain datang untuk melihat hikmat dan kekayaan Raja Salomo sambil membawa persembahan sebagai tanda penghargaan. Sayangnya, persembahan yang dibawa oleh raja-raja itu bukan hanya berupa barang, tetapi juga berupa persembahan anak ga-dis. Persembahan berupa anak gadis itu dimaksudkan untuk membina persahabatan atau persekutuan. Akibatnya, Raja Salomo sampai memi-liki tujuh ratus istri dan tiga ratus gundik—suatu jumlah yang fantastis bagi ukuran masa kini. Banyaknya istri dan gundik Raja Salomo itu me-nunjukkan bahwa Kerajaan Israel sedang mengalami puncak kejayaan sehingga dihargai oleh bangsa-bangsa lain. Dari satu sisi, kejayaan itu merupakan godaan bagi Raja Salomo untuk menjadi merasa terlalu per-caya diri (sombong). Perhatikanlah bagaimana Raja Salomo memamer-kan hikmatnya dan kekayaannya kepada ratu negeri Syeba yang datang berkunjung dalam pasal ini. Dari sisi lain, wanita-wanita di sekeliling Raja Salomo itu lambat laun membuat Raja Salomo mulai kehilangan kesetia-an kepada TUHAN (bkesetia-andingkkesetia-an dengkesetia-an 1 Raja-raja 11:3-13).

Raja Salomo telah meraih puncak kesuksesan menurut ukuran du-nia, yaitu memiliki kekayaan, kekuasaan, dan popularitas yang luar bi-asa. Sayang, kesuksesan membuat ia menjadi sombong dan lupa bahwa apa yang telah dicapainya merupakan anugerah Allah! [P]

Amsal 30:8-9

”Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.

Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau,

kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”

Jangan Sombong! (1)

Senin 28 Sept

(33)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 10:1-11:4

Kesombongan Raja Salomo masih bersifat samar-samar. Kesombongan tersebut berkembang dalam jangka waktu panjang dan baru berbuah saat Raja Salomo telah berusia lanjut (bandingkan dengan 1 Raja-raja 11:4). Akan tetapi, kesombongan Raja Rehabeam—anak Raja Salo-mo—bersifat terang-terangan. Saat menghadapi tuntutan rakyat yang berdemo memohon keringanan pekerjaan (pada masa kini, tuntutan semacam ini serupa dengan tuntutan keringanan pajak), Raja Reha-beam meminta nasihat para tua-tua yang menjadi penasihat Raja Sa-lomo, tetapi nasihat yang mereka berikan dia abaikan. Sebaliknya, Raja Rehabeam justru terjerumus untuk mengikuti saran orang-orang muda yang sebaya dengan dirinya, yaitu menindas rakyat untuk menegakkan kekuasaannya. Raja Rehabeam yang masih muda, sombong, dan kurang berpengalaman itu melakukan kesalahan fatal. Dia tidak sadar bahwa kesuksesan (kekayaan, kekuasaan, kepopuleran) itu asalnya dari Allah dan hanya dari Allah saja. Bila Allah tidak memberikan anugerah-Nya, tak seorang pun yang akan bisa mencapai kesuksesan! Kesalahan Raja Rehabeam itu harus dibayar mahal, yaitu bahwa dia kehilangan seba-gian wilayah kekuasaannya.

Kisah kesombongan Raja Salomo dan Raja Rehabeam itu merupakan suatu peringatan bagi umat Yehuda yang berada dalam pembuangan, bahwa keadaan mereka yang sedang terpuruk itu bukan disebabkan karena mereka menghadapi musuh yang hebat, tetapi karena mereka tidak bergantung kepada Allah, melainkan kepada diri sendiri! [P]

1 Petrus 5:5-6

Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu

seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat,

supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”

Jangan Sombong! (2)

Selasa 29 Sept

(34)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 11:5-12:16

Kesombongan Raja Rehabeam membuat Kerajaan Israel pecah menjadi dua kerajaan. Kerajaan Israel bagian Utara (selanjutnya disebut sebagai Kerajaan Israel) yang terdiri dari sepuluh suku, yaitu keturunan Yusuf yang dihitung sebagai dua suku (yaitu Suku Efraim dan Suku Manasye) ditambah dengan delapan suku lain yang berada di bawah pimpinan Raja Yerobeam. Kerajaan Israel bagian Selatan (selanjutnya disebut se-bagai Kerajaan Yehuda) terdiri dari Suku Yehuda (suku yang menurun-kan raja-raja Yehuda), Suku Benyamin, dan Suku Lewi (Sebagai catatan, suku ini tidak ikut diperhitungkan dalam hal pemetaan wilayah karena seharusnya Suku Lewi mendiami kota-kota perlindungan yang letaknya tersebar di seluruh Israel. Oleh karena itu, Kerajaan Yehuda umumnya disebut sebagai terdiri dari dua suku saja, yaitu suku Yehuda dan suku Benyamin). Nubuat tentang pecahnya Kerajaan Israel ini telah disampai-kan sebelumnya kepada Yerobeam oleh Nabi Ahia (1 Raja-raja 11:29-37). Saat menyampaikan nubuat tersebut, Nabi Ahia telah mengingat-kan bahwa kesuksesan Raja Yerobeam bergantung pada ketaatannya kepada perintah Tuhan (1 Raja-raja 11:38). Sayangnya, Raja Yerobeam tidak mengindahkan peringatan tersebut (2 Tawarikh 11:13-15). Yang lebih menyedihkan, Raja Rehabeam tidak belajar dari kesalahannya. Sesudah menjadi kuat, ia kembali bersikap sombong sehingga ia bukan hanya kehilangan wilayah kekuasaannya, tetapi ia juga kehilangan keka-yaannya (2 Tawarikh 12:9-10).

Ketaatan kepada Tuhan harus dilakukan seumur hidup, sehingga ke-taatan menuntut ketekunan. Sangat menyedihkan bahwa Raja Salomo dan Raja Rehabeam hanya taat dengan setengah hati, padahal ketaatan setengah hati sama dengan ketidakpastian. Kisah Raja Salomo dan Raja Rehabeam ini mengingatkan orang-orang Yahudi di pembuangan dan kita pada masa kini untuk bertekun dalam ketaatan! [P]

2 Tawarikh 12:14

”Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN.”

Kesalahan yang Berulang

Rabu 30 Sept

(35)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 13:1-14:1

Sebutan “Abia” dalam 2 Tawarikh 13 menunjuk kepada orang yang sama dengan Abiam dalam 1 Raja-raja 15. Dalam kitab 1 Raja-raja, pemba-hasan tentang Raja Abiam sangat singkat dan yang disorot adalah sisi negatifnya, yaitu bahwa Raja Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya, dan bahwa ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya. (1 Raja-raja 15:3). Dalam 2 Tawarikh 13, yang dibahas justru sisi positif dari Raja Abia, yaitu bahwa Raja Abia bisa mengalahkan Raja Yerobeam karena ia mengandalkan Tuhan. Per-bedaan pembahasan kedua kitab itu tidak berarti bahwa salah satu kitab salah, melainkan bahwa kedua kitab itu memiliki penekanan yang berbeda. Sisi negatif dalam kitab 1 Raja-raja itu merupakan penilaian rangkuman terhadap keseluruhan kehidupan Raja Abiam, sedangkan sisi positif dari Raja Abia itu merupakan catatan terhadap suatu peristi-wa khusus yang terjadi saat Raja Abia masih berpaut kepada Tuhan. Sisi positif dalam kehidupan Raja Abia itu dikemukakan untuk membangkit-kan pengharapan bagi rakyat Yehuda yang berada dalam pembuangan bahwa mereka akan bisa menang saat menghadapi masalah bila mereka mengandalkan Tuhan.

Bagi kita pada masa kini, kisah tentang Raja Abia atau Raja Abiam itu mengajarkan dua hal: Pertama, bila kita hidup dengan bersandar ke-pada Tuhan, kita bisa melakukan hal-hal besar, termasuk hal-hal yang tidak mungkin bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri. Kedua, Allah menuntut kita agar memiliki ketaatan seumur hidup, bukan ha-nya ketaatan pada waktu-waktu tertentu saja. Bila kita mulai tidak setia kepada Tuhan, besar kemungkinan bahwa Allah akan membiarkan kita

mengalami kesusahan dengan tujuan untuk mengingatkan kita. [P]

2 Tawarikh 13:18

”Demikianlah orang Israel ditundukkan pada waktu itu, sedang orang Yehuda menjadi kokoh, karena mereka mengandalkan diri kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka.”

Menang Bila Mengandalkan Tuhan

Kamis 1 Okt

(36)

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 14:2-15:19

Alkitab berulang kali memperlihatkan bahwa bila Allah di pihak bangsa Yehuda, mereka pasti menang saat melawan musuh. Sebaliknya, bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka akan kalah. Di awal pemerintah-annya, Raja Asa melakukan banyak hal yang amat positif. Ia bukan hanya menjauhkan mezbah-mezbah asing dan bukit-bukit pengorbanan, me-mecahkan tugu-tugu berhala, dan menghancurkan tiang-tiang berhala, tetapi ia juga memerintahkan orang Yehuda supaya mereka mencari TUHAN, Allah nenek moyang mereka, dan mematuhi hukum dan pe-rintah (14:3-4). Kesalehan Raja Asa itu membuat Yehuda berada dalam keadaan aman selama sepuluh tahun (14:1). Selanjutnya, saat kemu-dian tentara Etiopia (yang jumlahnya satu juta orang) datang menyerbu dengan dilengkapi 300 kereta, pasukan Yehuda yang jumlahnya hanya 580 ribu orang berhasil menghalau mereka (14:8). Perhatikanlah isi doa Raja Asa yang sangat mengesankan saat Yehuda menghadapi musuh (14:11). Perhatikan pula bahwa Tuhanlah yang memukul kalah tentara musuh! (14:12)

Kisah kemenangan pasukan Yehuda dalam menghadapi serbuan ten-tara Etiopia yang jumlahnya hampir dua kali lipat jumlah tenten-tara Yehuda itu mengingatkan bangsa Yehuda yang berada di pembuangan bahwa kondisi yang mereka alami amat bergantung kepada sikap mereka ke-pada TUHAN. Bila mereka bersandar keke-pada TUHAN, musuh yang lebih kuat pun akan bisa mereka kalahkan! [P]

2 Tawarikh 14:11

Kemudian Asa berseru kepada TUHAN, Allahnya:

“Ya TUHAN, selain dari pada Engkau, tidak ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat. Tolonglah kami ya TUHAN, Allah kami,

karena kepada-Mulah kami bersandar dan dengan nama-Mu kami maju melawan pasukan yang besar jumlahnya ini. Ya TUHAN, Engkau Allah kami, jangan biarkan seorang manusia

mempunyai kekuatan untuk melawan Engkau!”

TUHAN yang Memukul Musuh

Jumat 2 Okt

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, sangat menarik melakukan penelitian guna menentukan adanya morf atau varian baru pada individu suku pulau Madura (yang berbeda dengan urutan

Hasil pengamatan pemberian komposisi probiotik yang berbeda pada teknologi akuaponik untuk optimalisasi laju pertumbuhan dan konversi pakan ikan gabus ( Channa sp.) dapat

Kami adir di tengah masyarakat dengan membuka ruang konsultasi gratis seputar infertilitas & bayi tabung di mall-mall di Jakarta”, jelas Evie Yulin, Direktur

Jadi, dapat diketahui bahwa motivasi dan gizi itu akan mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang karena dengan motivasi dan gizi yang baik maka seseorang akan

Secara umum, strategi mempunyai arti suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang diinginkan. Dalam dunia pendidikan, stratgei

Oleh karena hanya satu elektron yang dapat ditransfer dari donor QH 2 ke akseptor  sitokrom c, mekanisme reaksi kompleks III lebih rumit daripada kompleks lainnya, dan terjadi dalam

pengalokasian anggaran Belanja Modal Nugroho Suratno Putro (2010) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian

Analisa data yang akan dilakukan adalah berupa perhitungan jarak pengereman kereta api dengan variabel kecepatan dan berat berdasarkan waktu pesan informasi dari