• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pertanaman

Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca sangat tinggi berkisar antara 40-45ºC saat siang hari dan 17.5-22ºC saat pagi hari (Lampiran 3) dan kelembaban antara 20-96 % (Lampiran 4). Suhu yang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan sementara. Hama tanaman yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung adalah pengorok daun (Liriomyza spp). Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya embun tepung (Erysipht cichoracearum) dan penyakit kerdil (Cucumber Green Mottle Mosaic Virus). Hama dan penyakit yang menyerang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengendalian hama menggunakan insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos dengan konsentrasi 2 ml/liter.

s

Gambar 2. Tanaman Melon dengan budidaya Hidroponik pada umur 8 MST

(2)

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman

Berdasarkan Gambar 3 pertambahan tinggi tanaman melon paling tinggi terjadi pada 8 MST yaitu sebesar 79.14 cm. Pertambahan tinggi tanaman dihentikan pada 8 MST dengan melakukan pemangkasan pucuk.

Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon

Berdasarkan Gambar 4 , dapat dilihat jumlah buku (ruas) pada tanaman setiap minggu mengalami pertambahan. Pertambahan jumlah buku tanaman paling banyak pada umur 8 MST yaitu sebanyak 9 buah

Gambar 4. Jumlah Buku Tanaman melon

Rata-rata panjang ruas diantara dua buku tanaman mengalami pertambahan panjang ruas setiap minggu (Gambar 5). Pada awal pertumbuhan tanaman pertambahan panjang ruas diantara dua buku tanaman bertambah sangat rendah diduga karena tanaman baru melakukan penyesuaian dengan kondisi di dalam rumah kaca. Pertambahan panjang ruas rata-rata terbesar terjadi pada umur 7 MST yaitu sebesar 1.45 cm.

11.63 26.41 66.76 137.02 216.16 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST T in ggi T an am an ( cm ) 3 7 14 22 31 0 5 10 15 20 25 30 35 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Ju m lah b u k u

(3)

Gambar 5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon

Panjang, Diameter dan Bobot Buah

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah saat panen. Panjang dan diameter buah berkisar antara 11.05 sampai 11.89 cm untuk panjang buah, sedangkan untuk diameter buah 10.51 sampai 10.97 cm. Panjang dan diameter buah melebihi ukuran kotak sehingga kotak menjadi rusak (pecah). Bobot buah melon saat panen berkisar 966.40 sampai 1 057.50 gram.

Tabel 1. Panjang , Diameter dan Bobot Buah Melon Saat Panen Perlakuan Panjang Buah

(cm) Diameter (cm) Bobot buah (gr) Kontrol (P0) 11.33 10.97 1 001.60

Kotak kecil saat 1 MSA (P1) 11.42 10.76 1 003.40 Kotak kecil saat 2 MSA (P2) 11.05 10.92 966.40 Kotak besar saat 1 MSA (P3) 11.76 10.51 1 049.40 Kotak besar saat 2 MSA (P4) 11.89 10.89 1 057.50

Uji F tn tn tn

KK 5.56 4.12 14.56

Ket : tn menunjukan tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5%

Kekerasan Kulit dan Daging buah

Berdasarkan data pada Tabel 2, didapatkan bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Kekerasan kulit dan daging buah terbesar pada perlakuan P1 yaitu 20.28 mm.kg-1.5s-1 dan 59.64 mm.kg-1.5s-1 dan yang terkecil yaitu pada Kontrol (P0) yaitu 12.52 mm.kg-1.5s-1 dan 24.08 mm.kg-1.5s-1. Nilai kekerasan

3.83 3.99 4.91 6.36 6.98 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST P an jan g R u as (c m )

(4)

20.28 mm.kg-1.5s-1 memiliki arti bahwa dengan tekanan 1 kg kedalaman jarum pada buah mencapai 20.28 mm selama 5 detik. Hasil yang didapat menunjukan perlakuan P1 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak dari perlakuan P0 (Kontrol).

Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak dan dengan kotak terhadap kekerasan kulit dan daging buah memberikan pengaruh nyata. Perlakuan dengan kotak memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut 17.53 mm.kg-1.5s-1 dan 42.07 mm.kg-1.5s-1. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kekerasan kulit. Sedangkan untuk kekerasan daging didapatkan hasil yang berbeda sangat nyata dengan nilai kotak kecil lebih besar (lebih lunak) yaitu mm.kg-1.5s-1. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil berbeda nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut yaitu 18.77 mm.kg-1.5s-1 dan 48.09 mm.kg-1.5s-1.

Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen

Perlakuan Kekerasan kulit Kekerasan daging ---(mm.kg-1.5s-1

)---Kontrol (P0) 12.52 24.08

Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 20.28 59.64

Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 16.36 35.03

Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 17.25 36.54

Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 16.22 37.07

Uji F ** ** KK 11.17 16.45 Uji kontras : Tanpa kotak 12.52 24.08 Kotak 17.53 42.07 Uji kontras ** ** Kotak kecil 18.32 47.34 Kotak besar 16.74 36.81 Uji kontras tn ** 1 MSA 18.77 48.09 2 MSA 16.29 36.05 Uji kontras * **

Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%)

(5)

Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah

Berdasarkan data pada Tabel 3, bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap padatan total terlarut (PTT) saat panen. Padatan total terlarut (PTT) buah saat panen memiliki kiasaran 8.03 sampai 10.06 ºBrix. Menurut Setyowati (2009), nilai padatan total terlarut (PTT) dapat digunakan dalam menggambarkan cita rasa yang dimiliki suatu buah, semakin tinggi nilai padatan total terlarut (lebih dari 10 Brixº) maka kualitas buah tersebut akan baik.

Tabel 3. Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Saat Panen Perlakuan PTT (ºBrix) Ketebalan kulit buah (mm) Ketebalan daging buah (mm) Kontrol (P0) 9.86 2.48 22.97

Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 8.03 1.85 23.18

Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 9.77 1.94 22.10

Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 10.06 1.79 25.03

Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 9.24 2.01 25.55

Uji F tn * * KK 9.82 14.05 6.08 Uji kontras : Tanpa kotak 9.86 2.48 22.97 Kotak 9.28 1.90 23.97 Uji kontras tn ** tn Kotak kecil 8.90 1.90 22.64 Kotak besar 9.65 1.90 25.29 Uji kontas tn tn ** 1 MSA 9.05 1.82 24.11 2 MSA 9.51 1.98 23.83 Uji kontras tn tn tn

Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%) Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh nyata terhadap ketebalan kulit dan daging buah saat panen. Pada kontrol (P0) didapat ketebalan kulit buah yang paling tebal yaitu 2.48 mm, sedangkan untuk perlakuan Kotak besar saat 1 MSA (P3), Kotak kecil saat 2 MSA (P2), Kotak kecil saat 1 MSA (P1), Kotak besar saat 2 MSA (P4) yaitu berturut-turut 1.79 mm, 1.85 mm, 1.94 mm dan 2.01 mm. Hasil yang didapat pada ketebalan daging buah untuk pelakuan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) memberikan

(6)

pengaruh nyata yaitu sebesar 25.55 mm, sedangkan ketebalaan daging buah pada pelakuan P0, P1, P2, P3 berurutan 22.97 mm, 23.18 mm, 22.10 mm, 25.03 mm.

Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak memberikan hasil lebih besar yaitu 2.48 mm dibandingkan perlakuan dengan kotak yaitu 1.90 mm, terhadap ketebalan kulit buah. Perlakuan pengkotakan memberikan pengaruh sangat nyata (lebih tipis) terhadap ketebalan kulit. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil perlakuan kotak besar memberikan nilai lebih besar yaitu 25.29 mm dibandingkan kotak kecil 22.64 mm, terhadap ketebalan daging buah. Perlakuan ukuran kotak memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ketebalan daging buah. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap padatan total terlarut (PTT), ketebalan kulit dan daging buah.

Uji Organoleptik

Berdasarkan Tabel 4, responden lebih menyukai perlakuan kotak besar saat 1MSA (P3) (Gambar 6b). Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut memiliki rasa daging buah yang paling manis yaitu dengan skor 4.40 ± 0.88. Selain itu pelakuan kotak besar saat 1 MSA (P3) memiliki aroma buah yang paling wangi yaitu dengan skor 3.55 ± 0.60 dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) mempunyai penampilan buah yang paling disukai responden (3.80 ± 0.89) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 6a). Hal ini terjadi karena pada perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) memiliki bentuk buah yang buah yang hampir kotak sempurna.

Tabel 4. Uji Organoleptik Terhadap Aroma, Rasa, dan Penampilan Buah Saat Panen

Pelakuan Skor

Rasa Aroma Penampilan

Kontrol (P0) 2.05 ± 0.69 3.55 ± 1.19 2.55 ± 0.69 Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 3.10 ± 0.97 3.15 ± 0.59 3.35 ± 0.88 Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 3.30 ± 0.80 2.85 ± 0.49 3.40 ± 0.88 Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 4.40 ± 0.88 3.55 ± 0.60 3.35 ± 0.93 Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 2.70 ± 0.92 3.15 ± 0.93 3.80 ± 0.89 Keterangan : Skor : 1 = sangat tidak suka 3 = netral 5 = sangat suka

(7)

(a) (b)

Cacat Pada Buah

Cacat buah pada penelitian ini terjadi pada seluruh perlakuan. Berdasarkan Tabel 5, cacat buah 100 % dan 25 % terjadi pada semua perlakuan masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 75 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA (P1) dan kotak besar dengan waktu aplikasi 1 MSA (P3) masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 50 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 2 MSA (P2) sebanyak 1 buah dan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) sebanyak 1 buah.

Tabel 5. Cacat Pada Buah Saat Panen

Pelakuan 100 % 75 % 50 % 25 %

----buah----

Kontrol (P0) 1 - - 2

Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 1 1 - 2

Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 1 - 1 2

Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 1 1 - 2

Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 1 - 1 2

Gambar 6. (a) Melon dengan PerlakuanKotak Besar saat 2 MSA (P4) (b) Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 1 MSA(P3)

(8)

(a) (b) (c)

Pengelompokan Buah

Pengelompokan buah dilakukan pada saat panen, pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas buah yang baik. Dalam pengelompokan ini dilakukan dengan cara skoring. Skor dibagi menjadi 1-6 nilai (Tabel 6).

Tabel 6. Pengelompokan Pada Buah Saat Panen

Skor Keterangan Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

1 Buah berbentuk bulat tidak

mengalami perubahan bentuk. 9 0 2 2 3

2 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 25% 0 2 2 3 3 3 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 50% 0 3 3 3 2 4 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 75% 0 5 3 2 2 5 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 100% 0 0 0 0 0

6 Buah afkir / busuk 3 2 2 2 2

Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan diduga karena bentuk dan ukuran kotak yang kurang tepat. Buah melon yang terbentuk kotak 25% - 75% sebanyak 33 buah melon atau sebesar 55% dari total buah yang diamati. Perlakuan yang paling banyak membentuk buah menjadi berbentuk kotak 75% adalah perlakuan kotak kecil saat 1 MSA (P1) yaitu sebanyak 5 buah.

Gambar 7. (a) Cacat Buah 25% (b) Cacat Buah 50% (c) Cacat Buah 75% pada buah melon

(9)

Pembahasan

Pertumbuhan vegetatif yang diamati pada pernelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah buku dan panjang ruas rata-rata. Pengamatan vegetatif ini bertujuan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk pada tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu dan selalu terjadi peningkatan pada setiap minggu. Peningkatan terbesar terjadi saat tanaman berumur 8 MST. Tanaman memasuki fase generatif yaitu pada saat tanaman mulai berbuah rata-rata pada umur 9 MST. Pada saat tanaman mulai memasuki fase generatif dilakukan pemangkasan pucuk (toping) yang dilakukan pada seluruh tanaman. Pemangkasan pucuk dilakukan untuk mengurangi transpirasi tanaman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanaman dan pengurangi serangan hama penyakit.

Pengamatan pada saat panen yaitu panjang buah, diameter buah dan bobot buah memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini didapat berdasarakan hasil uji F, jadi perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah. Hal ini disebabkan buah yang dipertahankan 1 buah pertanaman. Menurut Setyowati (2009), buah melon yang dipertahankan 1 buah pertanaman dapat menghasilkan panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan bobot buah yang tidak jauh berbeda.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kekerasan kulit dan daging buah perlakuan kontrol (P0) mendapatkan nilai lebih kecil (lebih keras) dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini diduga bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakkan) buah menyebabkan kulit dan daging buah menjadi lebih lunak karena adanya gangguan mekanis pada lapisan-lapisan epidermal pada sistem jaringan kulit buah saat pemasakan buah. Pantastico (1989) menyatakan pengaturan permulaan berbagai proses fisika dan fisiko-kimiawi pada buah-buahan yang telah dipanen bergantung pada sifat lapisan-lapisan epidermal. Pertukaran gas, kehilangan air, patogen-patogen, peresapan bahan kimia, kerusakan mekanis, perubahan-perubahan tekstural, semuanya dimulai dari permukaan buah. Namun perbedaan tidak nyata didapat antara perlakuan kotak kecil dan kotak besar disemua waktu perlakuan baik 1 MSA maupun 2 MSA.

(10)

Perlakuan perbedaan ukuran kotak yang dipakai tidak mempengaruhi kekerasan yang didapat.

Nilai padatan total terlarut (PTT) yang terdapat pada suatu buah menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas buah tersebut. Padatan total terlarut (PTT) ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat rasa, kemanisan dan kematangan buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), tinggi kadar padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatkan kualitas buah. Hasil penelitian ini didapatkan hasil padatan total terlarut antara 8-10 ºBrix. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon yang berkualitas memiliki kandugan padatan total terlarut sebesar 10% (ºBrix) atau lebih. Berdasarkan hasil yang didapat perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap padatan total terlarut (PTT).

Cacat buah yang terjadi pada semua perlakuan menunjukan pelakuan manipulasi bentuk tidak berpengaruh nyata terhadap cacat buah yang terjadi. Cacat buah yang terjadi umumnya adalah pecah buah. Pecah buah ini terjadi diduga karena hanya terdapat 1 buah pertanaman yang menyebabkan akumulasi asimilat yang berlebih pada buah dan terdapat tekanan atau paksaan secara mekanis saat kulit buah mulai menyentuh dinding kotak perlakuan. Poerwanto (1996) menyatakan buah yang menerima asimilat lebih bayak lebih rentan terhadap pecah buah. Andriyani (2006) menyatakan hibrida H7 memiliki kekurangan pada buah yang mudah mengalami cracking atau pecah buah. Pelakuan pengkotakkan juga diduga menyebabkan akumulasi panas yang terjadi di dalan kotak, sehingga proses pematangan dan perkembangan buah menjadi lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian Setyowati (2009) yang menyatakan pelakuan penutupan buah saat awal perkembangan buah menyebabkan akumulasi panas, sehingga proses perkembangan dan pematangan buah lebih cepat.

Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah melon ini memberikan penampilan buah yang berbeda dengan kontrol. Untuk penampilan buah yang berbentuk kotak sempurna tidak didapatkan, hal ini dikarenakan kotak yang digunakan untuk mencetak buah menjadi bentuk kotak tidak kuat menahan tekanan buah saat proses perkembangan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak. Semua

(11)

perlakuan yang dapat membentuk kotak hingga 75 %, tetapi perlakuan yang paling banyak mendapatkan hasil yaitu kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA. Panen buah dilakukan sekitar umur 11-12 MST (4 MSA). Buah yang dipanen merupakan buah yang menunjukan tanda-tanda sudah layak panen seperti tercium aroma buah, perkembangan zona absisik antara buah dan tangkai buah.

Perlakuan manipulasi bentuk juga mampu meningkatkan daya tarik konsumen. Hal ini berdasarkan hasil uji organoleptik, responden lebih menyukai penampilan, aroma dan rasa melon dengan perlakuan pengkotakan buah dibandingkan dengan kontrol (tanpa pengkotakan).

Gambar

Gambar 2. Tanaman Melon dengan budidaya Hidroponik pada umur   8 MST
Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon
Gambar 5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon  Panjang, Diameter dan Bobot Buah
Tabel  5. Cacat Pada Buah Saat Panen
+2

Referensi

Dokumen terkait

paparan lesson design yang disusun oleh peserta pengabdian. Evaluasi oleh Tim Pengabdian Dari hasil evaluasi, diperoleh bahwa kegiatan pendampingan penyusunan skenario

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya minimal dari penggunaan intravena seftriakson dan sefotaksim dalam pengobatan pneumonia geriatri di RSUD

berlangsung. Sebaliknya, pada autoklaf yang diputar, selain pencampurannya kurang sempurna, pengambilan cuplikan harus didahului dengan menghentikan proses, sehingga

Harga grosir komoditi beras di PIBC pada minggu I bLlan September 2017 mengalami kenaikan disebabkan terjadinya gaga 1 panen di beberapa daerah dan harga yang terbentuk tinggi

IT Service Management (ITSM) / Manajemen layanan teknologi informasi adalah metode pengelolaan sistem teknologi informasi yang berusaha untuk menyelaraskan IT dengan kebutuhan

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan penggunaan model pembelajaran Cooperative metode STAD dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan pada observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 28 November 2016 diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan

Pada soal pretes-postes, peningkatan keterampilan berpikir kreatif yang paling tinggi terjadi pada indikator elaboration yaitu enghasilkan N-gain 0,70. Peningkatan ini