• Tidak ada hasil yang ditemukan

PHYTOPLANKTON AND ZOOPLANKTON UTILIZATION IN VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannnamei) CULTURE AT PT. SURYA WINDU KARTIKA BANYUWANGI, EAST JAVA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PHYTOPLANKTON AND ZOOPLANKTON UTILIZATION IN VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannnamei) CULTURE AT PT. SURYA WINDU KARTIKA BANYUWANGI, EAST JAVA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PHYTOPLANKTON AND ZOOPLANKTON UTILIZATION IN VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannnamei) CULTURE AT PT. SURYA WINDU KARTIKA BANYUWANGI,

EAST JAVA

PEMANFAATAN FITOPLANKTON DAN ZOOPLANKTON PADA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI PT. SURYA WINDU KARTIKA

BANYUWANGI, JAWA TIMUR Agung Wahyu Prasetya 1, Sapto Andriyono2 1

Undergraduate Student of Industrial Technology of Fisheries, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115

2

Department of Marine, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115

Abstract

Vannamei shrimp is one of the valuable export commodity is quite high in the fisheries sector. Consumer demand of world to shrimp increase 11.5% each year. Thus the system should be improved production technologies. Farm productivity largely depends on the availability of microorganisms as natural feed and water quality. Natural food easily obtainable in significant amounts that can support to survive of fish larvae. Field Work Practice conducted in PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi, East Java on January 20th until February 15th, 2014. The method that used in the Practice Field is descriptive method with the retrieval of primary and secondary data. Plankton culture techniques at PT. Surya Windu Kartika units B pond, include the preparation of water media, sterilizion water, liming, and monitoring of the plankton growth. On the Practice Field Work that has been done is water sterilization stage by providing chlorine dosage of 8.5 ppm. While on calcification using limestone (CaO) during the preparation as much as seven ppm and can be changed by looking at the pH of pond water conditions. As for the growth of plankton using ZA fertilizer given once every two days as much as 20 kg and silicate as much as two ppm. In the daily water quality parameters in Bomo Unit B is the pH value ranged from 7.5 to 8.1, temperature ranges from 26-31oC, DO (Dissolved

Oxygen) ranges from 2.11-6.32 ppm and the brightness of the good water ponds ranged 35-40 cm.

The most dominant types of phytoplankton are Green Algae species Dyctospaerium and Oocystis. While the most dominant type of zooplankton is Branchionus.

Key word: Vannamei shrimp, Plankton, Density of Green Algae and Dinoflagellates. Abstrak

Udang vannamei merupakan salah satu komoditas ekspor yang bernilai cukup tinggi pada sektor perikanan. Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Maka dari itu harus ditingkatkan sistem teknologi budidayanya. Produktivitas tambak sangat bergantung dari ketersediaan mikroorganisme sebagai pakan alami dan kualitas air. Pakan alami mudah di dapat dalam jumlah yang banyak sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup larva ikan. Praktek Kerja Lapang dilakukan di PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 20 Januari - 15 Februari 2014. Metode kerja yang digunakan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Teknik kultur plankton di tambak PT. Surya Windu Kartika unit Bomo B, meliputi persiapan air media, sterilisasi air, pengapuran, dan penumbuhan plankton. Pada Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan adalah tahap sterilisasi air dengan cara memberikan kaporit dosisnya 8,5 ppm/petak. Sedangkan pada pengapuran menggunakan kapur (CaO) saat persiapan sebanyak 7 ppm dan bisa berubah dengan melihat kondisi pH air tambak. Adapun pada penumbuhan plankton dilakukan pemupukan menggunakan pupuk ZA yang diberikan setiap 2 hari sekali sebanyak 20 kg dan silikat sebanyak 2 ppm. Pada parameter kualitas air harian di Unit Bomo B adalah nilai pH berkisar antara 7,5-8,1; suhu berkisar 26-31oC; DO (Oksigen terlarut) berkisar 2,11-6,32 dan kecerahan air tambak yang baik berkisar 35-40 cm. Jenis fitoplankton yang paling banyak mendominasi adalah kelompok kelompok alga hijau yaitu species Dyctospaerium dan Oocystis. Sedangkan jenis zooplankton yang dominan adalah Branchionus.

(2)

Pendahuluan

Salah satu produk perikanan yang sedang berkembang saat ini adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Sejak tahun 2001, udang jenis ini telah ditetapkan pemerintah sebagai komoditas unggulan sektor perikanan budidaya di Indonesia. Penerapan skala teknologi sederhana hingga intensif dalam produksi udang vannamei di wilayah tropis telah menunjukkan bahwa jenis udang ini memiliki beberapa kelebihan dibanding jenis udang windu. Udang vannamei memiliki pertumbuhan yang cepat, dapat mengisi semua kolom air sehingga dapat dibudidayakan dengan densitas yang tinggi, memiliki kandungan daging yang lebih banyak dibanding udang lainnya, hemat pakan, bersifat euryhalin, serta lebih tahan terhadap serangan virus dan penyakit (Tahe, 2008).

Plankton merupakan jasad renik yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau sedikit gerak dan selalu mengikuti arus. Plankton dibedakan menjadi 2 golongan yaitu bersifat tumbuhan disebut fitoplankton dan yang bersifat hewan disebut zooplankton. Berdasarkan ukurannya plankton dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: makroplankton, mikroplankton dan nannoplankton (Suprapto, 2011).

Produktivitas tambak sangat bergantung dari ketersediaan mikroorganisme sebagai pakan alami dan kualitas air. Fitoplankton, yang merupakan tumbuhan mikroskopis dan memberikan warna air hijau, coklat, atau hijau-kecoklatan, merupakan produsen primer dalam sistem perairan. Selain CO2, air, dan cahaya, untuk mensintesa karbohidrat, fitoplankton memerlukan unsur hara mineral, seperti nitrogen, fosfor, kalsium, sulfur, besi, mangan, tembaga dan zinc (Adhikari, 2003). Agar fitoplankton dapat tumbuh dengan baik dan dalam jumlah yang cukup, maka diperlukan juga mineral dalam jumlah yang cukup. Zooplankton sebagai produsen sekunder hidup dengan cara memangsa fitoplankton dan detritus agar dapat berkembang biak secara bersama-sama akan menambah kekayaan pakan alami tambak (Widigdo, 2013).

Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan yaitu PT. Surya Windu Kartika. Perusahaan tersebut telah lama beroperasi dalam menghasilkan udang vannamei yang dipasarkan hampir ke seluruh Indonesia. Dengan adanya praktek kerja lapang ini dapat diketahui cara atau teknik kultur fitoplankton dan zooplankton pada

pembesaran udang yang dilakukan perusahaan tersebut serta manfaatnya plankton penting untuk dilakukan.

Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui teknik kultur fitoplankton dan zooplankton serta manfaatnya plankton pada pembesaran udang di PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur.

Metodologi

Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di PT. Surya Windu Kartika yang terletak di Desa Bomo Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 20 Januari - 15 Februari 2014.

Metode

Metode kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu daerah tertentu. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan mengumpulkan data baik data primer maupun data sekunder.

Hasil dan Pembahasan

Proses Kegiatan Kultur Plankton Pada Tambak

Persiapan Air

Media yang digunakan untuk kultur plankton adalah tambak. Pengisian air tambak dilakukan dengan memompa air laut dan langsung dimasukkan ke dalam petakan. Pemompaan dilakukan pada siang ataupun pada malam hari di saat air laut mengalami pasang. Pemompaan ini dilakukan melalui instalasi pipa air laut. Pipa air laut yang menyalurkan air dari laut ke mesin pompa air laut berukuran 8 inchi. Pipa air laut dirangkai memanjang hingga berjarak ±150 meter dari rumah pompa. Dengan jarak ini diharapkan air laut yang tersedot diharapkan cukup bersih dari partikel tidak terlarut, seperti kotoran, sampah, maupun pasir air laut. Pada ujung pipa yang mengarah ke laut ini dipasang ”klep”. Penyedotan ini dilakukan menggunakan pompa bermesin diesel dengan kapasitas 60– 65 PK.

Air yang telah dipompa ini dilewatkan pada saluran filter dengan menggunakan ijuk dan arang yang ditempatkan pada pintu pemasukan sehingga air yang masuk dalam petak tandon satu diharapkan dalam kondisi bersih.

(3)

Sterilisasi air media pada Unit Tambak Bomo B hanya dengan perlakuan kaporit. Tujuan aplikasi kaporit pada tahap sterilisasi air media pemeliharaan adalah untuk membunuh atau memusnahkan organisme maupun mikroorganisme yang ada pada air media. Berdasarkan diskusi di lapangan bahwa dosis pemberian kaporit per petaknya adalah 30 kg/3.500 m2 atau 8,5 ppm. Penebaran kaporit dilakukan dengan cara melubangi plastik pembungkus kaporit, kemudian menebar secara merata dengan mengitari areal tambak. Pada saat sterilisasi dilakukan, sebanyak 75% kincir harus dioperasikan. Pengoperasian kincir dibiarkan 2-3 jam setelah aplikasi kaporit, setelah rentang waktu tersebut dan diasumsikan bahwa kaporit telah tersebar secara merata maka kincir dimatikan.

Berdasarkan diskusi di lapangan bahwa residu kaporit akan hilang dalam waktu 2-4 hari setelah aplikasi, pembuktian bahwa perlakuan kaporit bekerja dengan efektif adalah dengan melihat kecerahan air media. Jika saat sebelum aplikasi air media berwarna kehijauan atau kecoklatan, maka setelah aplikasi air media berubah menjadi bening serta kecerahan hingga dasar tambak.

Pengapuran

Kapur yang digunakan di Unit Bomo B adalah kapur pertanian (CaCO3) dan kapur gamping (CaO). Berdasarkan diskusi di lapangan bahwa dosis pemberian kapur gamping di saat persiapan sebanyak 7 ppm dan bisa berubah dengan melihat kondisi pH air tambak. Cara pemberian kapur yang tepat yaitu menyebarkannya langsung dengan mengelilingi areal tambak.

Penumbuhan Plankton

Setelah proses sterilisasi dan residu kaporit hilang, maka proses penumbuhan plankton dilakukan. Plankton yang ditumbuhkan adalah fitoplankton dan zooplankton, untuk zooplankton yang digunakan adalah plankton jenis Copepoda dan Daphnia. Ditinjau dari proses rantai makanan zooplankton dapat mengendalikan pertumbuhan fitoplankton.

Pemupukan dengan pupuk anorganik menggunakan jenis pupuk ZA ((NH4)2SO4) dan Silikat. Hal ini relevan dengan pernyataan Edhy (2003) bahwa pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. Berdasarkan diskusi di lapangan bahwa dosis pemberian pupuk ZA perlakuan 2 hari sekali sebanyak 20 kg dan Silikat sebanyak 2 ppm, dosis pemberian dapat berubah dengan melihat kondisi perairan. Jika perairan dengan kondisi kecerahan cukup tinggi maka

pemupukan terus dilakukan, sebaliknya jika kecerahan rendah atau pekat maka pemupukan dihentikan.

Metode Analisis Plankton

Menurut Suprapto (2011), analisis plankton meliputi analisis kualitatif yaitu pengamatan plankton secara sepintas tanpa diketahui jumlah masing-masing jenis yang terkadung. Analisis kuantitatif yaitu pengamatan plankton secara detail baik jenis maupun jumlah masing-masing jenis yang terkandung dalam air.

Dalam analisis plankton secara kualiatif, hanya dapat ditentukan jenis plankton yang paling dominan dan sering ditemukan sehingga hasil analisis plankton akan didapatkan sangat banyak, cukup banyak dan sedikit. Untuk pengamatan secara kuantitatif dapat digunakan bantuan alat

haemocytometer (alat penghitung sel).

Dengan bantuan alat ini dapat diketahui jumlah plankton per satuan volume air, sehingga bisa diketahui keragaman planktonnya (setiap jenis dinyatakan dalam persen).

Pada praktek kerja lapang ini diambil 1 sampel air yang diambil dari tambak PT. SWK Unit Bomo B pada petak C7. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali dalam sehari jam 06.00 pagi dan jam 13.30 siang dan dilakukan dalam waktu 1 minggu sekali. Sampel plankton diambil dari 3 tempat di tambak yaitu bagian inlet, outlet, dan tengah tambak. Adapun teknik pengambilan sampel air adalah dengan memasukkan botol sampel volume 600 ml yang telah dilubangi tutupnya dan kemudian dimasukkan kedalam perairan. Botol tersebut diikatkan ke tongkat secchi dish dan digerakkan ke dasar dan permukaan secara perlahan agar bisa mewakili keadaan di dasar dan permukaan perairan. Kemudiaan diangkat setelah terisi penuh.

Pengelolaan plankton yang dilakukan di Tambak Unit Bomo B dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran sesuai dengan kondisi plankton pada perairan tambak. Jenis alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan sampel plankton di PT. Surya Windu Kartika antara lain mikroskop, pipet, cover glass, haemocytometer dan hand counter.

(4)

Gambar 1. Komposisi fitoplankton berdasarkan kelas di tambak PT. SWK Unit Bomo B

Kepadatan fitoplankton yang mendominasi tambak PT. SWK Unit Bomo B di petak C7 disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan dari grafik tersebut kepadatan yang paling banyak mendominasi adalah kelompok alga hijau yaitu species Dyctospaerium dan Oocystis.

Kelompok dengan kepadatan tertinggi setelah alga hijau adalah diatom dan disusul kelompok

Blue Green Algae. Pada kelompok diatom,

jenis yang palin sering ditemukan adalah species Skeletonema dan Cyclotella.(Gambar 2).

Gambar 2. Komposisi diatom yang ditemukan di tambak PT. SWK Unit Bomo B

Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air media budidaya akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha budidaya udang

vannamei. Hal ini berhubungan dengan tingkat

stress udang akibat tidak cocoknya lingkungan budidaya dan perubahan kualitas air pada tambak yang menyebabkan turunnya nafsu makan yang kemudian mengakibatkan rentannya tubuh udang terhadap penyakit atau turunnya stamina udang. Pengelolaan kualitas air yang baik dan terkendali adalah salah satu cara yang dapat mengurangi kematian pada budidaya udang vannamei (Edhy, 2010). Salah satu kegiatan dalam pengelolaan parameter kualitas air adalah monitoring parameter kualitas air yang meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Monitoring parameter kualitas air fisika meliputi pH, suhu, salinitas, kecerahan, dan DO. Pengamatan parameter kualitas air fisika dilakukan setiap hari pada

waktu pagi jam 06.00 WIB dan siang hari jam 13.30 WIB. Untuk monitoring kualitas air secara kimia meliputi: NH4+ (Ammonium), NO2 (Nitrit), NO3 (Nitrat), Phofat (PO4), dan alkalinitas. Kondisi parameter kualitas air media budidaya udang vannamei di tambak PT. SWK Unit Bomo B dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Tambak Unit Bomo B

Kesimpulan

Dari hasil pengukuran kualitas air di petakan tambak, dapat disimpulkan bahwa seluruh parameter masih dalam kisaran yang mampu ditoleransi untuk kehidupan udang. Pada kondisi demikian menunjukkan bahwa kualitas air yang ada dipetakan tambak juga masih dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton. Meskipun pada pengukuran DO terdapat nilai yang rendah dibawah 3,5 ppm, namun dengan adanya pemberian aerasi dengan kincir air dapat meningkatkan nilai DO hingga 6,32 ppm. WWF (2011) menyebutkan bahwa DO sebaiknya diatas nilai 3,5 ppm, pH pada kisaran nilai 7,5-8,5 dengan kisaran nilai Salinitas 10-35 ppt.

Daftar Pustaka

Adhikari, S. 2003. Fertiliziation, soil and water quality management in small-scale ponds. Aquaculture Asia. Vol VIII No.4: 6-8 Edhy, W. A, Januar. P dan K. 2003. Plankton.

PT. Central Pertiwi Bahari. Tulangbawang. Lampung.

---. 2010. Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei). CV Mulia Indah. Jakarta.

Masithah, D. E. 2010. Konsep Dasar dan Peranan Pakan Alami. Universitas Airlangga. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Surabaya.

(5)

Suprapto. 2011. Metoda Analisis Parameter Mutu Air untuk Pembudidaya Udang. Bagian Pengembangan Teknologi Budidaya Shrimp Club Indonesia. Pacitan. hal: 35-37.

Tahe, Suwardi. 2008. Pengaruh Starvasi

Ransum Pakan Terhadap Pertumbuhan,

Sintasan, Dan Produksi Udang

Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Dalam Wadah Terkontrol.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/33 08401412.pdf

[27 Januari 2011]

Widigdo, B. 2013. Bertambak Udang dengan Teknologi Biocrete. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

WWF. 2011. Budidaya Udang Windu-Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil. ISBN 978-979-1467-13-9. WWF-Indonesia.

Gambar

Gambar  1.  Komposisi  fitoplankton  berdasarkan  kelas  di  tambak  PT.  SWK  Unit  Bomo B

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis Penetapan Nilai Bagi Hasil Pendanaan Berdasarkan Tingkat Interdependensi Faktor Internal dan Eksternal dengan Menggunakan

yang sama (sebelum kenaikan TDL) akan direspons dengan menaikkan harga jual produk paling tidak masing‐masing sebesar 2,13 persen; 3,19 persen; dan 4,25 persen.. Kenaikan TDL

Berdasarkan penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional, pengawasan dan etika kerja terhadap disiplin kerja pada pada kantor biro umum

Penelitian dengan uji t bahwa variabel aset, jaminan dan persepsi suku bunga pinjaman perbankan secara signifikan berpengaruh parsial terhadap keputusan kredit

3.1 Komponen Short Engine/Block kompetisi (Racing Part) DIIZINKAN, selama sesuai keaslian mesin dari merk kendaraan (Contohnya AMG Untuk Mercedes-Benz DIPERBOLEHKAN

secara terbatas (bobokor). Apabila rumput/penutup tanah sudah tinggi/ tebal sebaiknya dipangkas untuk dijadikan makanan ternak atau sumber bahan organik/kompos.

7 Perhitungan kadar protein terjerap pada elektroda 21 8 Potensial dan arus oksidasi terhadap variasi pH 22 9 Potensial dan arus oksidasi terhadap pengaruh suhu 22 10

Begitu juga dengan peran ayah di dalam keluarga sangat penting bagi perkembangan dan kepandaian anaknya, karena masyarakat Jepang mempercayai bahwa ayah mengajarkan anak –