• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Materi Sampel Darah Kambing Primer Bahan dan Alat Analisis PCR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Materi Sampel Darah Kambing Primer Bahan dan Alat Analisis PCR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2010 hingga Januari 2011. Lokasi pengambilan sampel darah dan susu kambing dilakukan di PT Fajar Taurus Dairy Farm dan PT Elang 45. Analisis keragaman gen dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan IPB, sementara pengujian kualitas susu dan produk olahan susu dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Susu Bagian THT Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu IPB.

Materi Sampel Darah Kambing

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Saanen dan Peranakan Etawah yang berjumlah 89 ekor. Pengambilan sampel darah dilakukan untuk masing-masing individu ternak kambing. Alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah berupa venoject, vacutainer dan etanol. Ekstraksi DNA menggunakan metode fenol kloroform (Sambrook et al.1989).

Primer

Primer adalah DNA utas tunggal dengan ukuran pendek, biasanya 18 sampai 25 basa, yang akan menempel pada DNA cetakan pada tempat yang spesifik. Primer berguna untuk mengapit sekuen DNA target pada reaksi PCR. Pada penelitian ini, primer forward dan reverse untuk mengamplifikasi gen GH ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Primer untuk amplifikasi gen GH

No. Sekuens (5'-3') Pustaka

1. Forward GGA AGG GAC CCA ACA ATG CCA Kioka et al. 1989 2. Reverse CTG CCA GCA GGA CTT GGA GC

Bahan dan Alat Analisis PCR

Bahan yang digunakan untuk PCR adalah DNA, pereaksi PCR (Master mix- Genaid) yang terdiri atas enzim tag DNA polymerase, 10x buffer, larutan MgCl2, dNTPs, primer forward dan reverse fragmen gen GH. Peralatan yang

(2)

digunakan adalah pipet tip, mikropipet, microtube eppendorf, microsentrifuge dan mesin thermocycler.

Bahan dan Alat Analisis PCR-SSCP

Bahan yang digunakan untuk analisis PCR-SSCP adalah air destilasi steril, akrilamida 30%, 5 x TBE, TEMED (tetramethylendiamine) dan APS (ammonium persulfat) 10 %, loading dye dan marker 100 pb (Biorad). Alat yang digunakan adalah dua buah kaca untuk cetakan gel, pipet berskala, tabung reaksi, sisir khusus untuk sumur, pipet mikro Eppendorf 2 µl dengan tipsnya dan power supply 200 Volt.

Bahan dan Alat Pewarnaan Perak

Bahan yang digunakan adalah larutan yang terdiri atas 0.2 gram AgNO3; 80 µl NaOH 10 N ; 0.8 ml NH4OH dalam 200 ml air destilasi, larutan 6 gram NaOHdengan 200 µl formaldehida dan asam asetat 200 µl dalam 200 ml air. Alat yang digunakan adalah gelas ukur, labu Erlenmeyer dan water-bath shaker.

Bahan dan Alat Analisis Kualitas Susu Kambing dan Mentega

Sampel susu diambil dari ternak kambing Saanen dan PE. Pengolahan susu yang dilakukan adalah pemisahan lemak susu dengan separator krim. Sebelum dilakukan pengolahan susu dilakukan pengujian terhadap kualitas susu segar. Bahan yang digunakan untuk analisis susu dan mentega susu kambing antara lain H2SO4, alkohol 70%, Aquadest, NaOH 0.1 N, amilalkohol, fenolftalin, NaOH, kalium oksalat, K2SO4, HgO dan formalin. Peralatan yang digunakan antara lain laktodensimeter, butirometer, pipet volumetric, pH-meter, inkubator, autoklaf, timbangan analitik, termometer, labu Kjeldahl, alat titrasi, alat-alat gelas, sentrifuse, wadah plastik, desikator, cawan porselen, tanur, alat ekstraksi Sokhlet, oven 105ºC dan penangas air.

(3)

Metode

I. Identifikasi Keragaman Molekuler

a. Pengambilan Sampel Darah (Sulandari & Zein 2003)

Pengambilan sampel darah kambing dilakukan menggunakan venoject pada bagian vena jugularis sebanyak 2 ml. Sampel darah selanjutnya dicampur dengan etanol 70% untuk menghindari kerusakan sel-sel darah.

b. Ekstraksi DNA ( Sambrook 1989)

DNA diekstraksi dengan menggunakan metode fenol kloroform (Sambrook et al.1989). Sampel darah total yang disimpan dalam etanol 95% disentrifugasi 3500 rpm selama 5 menit. Endapan sel-sel darah yang diperoleh dicuci dengan buffer TE sebanyak 2 kali. Sekitar 100 µl sel-sel darah yang telah bebas dari etanol disuspensikan dengan 1xSTE sampai volume mencapai 350 µl. Sel-sel darah kemudian dilisis dengan 20 µl proteinase K (10 mg/ml) dan 40 µl 10% SDS. Campuran ini dikocok pelan-pelan selama 2 jam pada suhu 55oC.

Pemurnian DNA dilakukan dengan metode fenol-kloroform, yaitu dengan menambahkan 1/10 volume 5 M NaCl, 1 x volume larutan fenol, dan 1 x volume kloroform iso amil alkohol (24:1), kemudian dikocok pelan-pelan pada suhu ruang selama 2 jam. Fase DNA dipisahkan dari fase fenol dengan sentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm selama 5 menit. Molekul DNA diendapkan dengan menambahkan 1/10 x volume 5 M NaCl dan 2 x volume etanol absolut. Endapan DNA yang dihasilkan selanjutnya dicuci dengan etanol 70% kemudian diendapkan lagi dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit. Sisa etanol dibuang dan diuapkan dengan menggunakan pompa vakum. DNA selanjutnya dilarutkan dengan 80 µl 80% buffer TE.

c. Amplifikasi Gen dengan Tehnik PCR

Teknik PCR dilakukan untuk memperbanyak (amplifikasi) fragmen gen menjadi 2n copy. Dengan perbanyakan ini maka fragmen gen target dapat divisualisasikan pada gel elektroforesis.

(4)

Reaksi PCR dilakukan dengan volume total 25 µl dari campuran larutan yang terdiri atas 2 µl DNA genom, 1 U enzim taq polimerase dan 10X buffernya (New England Biolab); 2 mM dNTP mix; 2.5 mM MgCl2 dan dH2O steril. Kondisi reaksi PCR dalam mesin thermocycler dirancang dengan suhu pradenaturasi 94oC selama 4 menit, selanjutnya 30 siklus reaksi yang terdiri atas denaturasi 95 oC selama 30 detik, annealing (suhu spesifik primer) selama 1 menit, perpanjangan 72 oC selama 1 menit. Pemanjangan akhir pada suhu 72 oC selama 5 menit. Suhu annealing untuk primer gen GH 60 oC.

d. Genotiping Teknik PCR-SSCP (Tegelstrom 1992)

Genotiping dengan teknik SSCP menggunakan elektroforesis gel poliakrilamid 10%. Gel dibuat dengan cara pencampuran 14 ml air destilata; 2.5 ml larutan 5 x TBE; 8,3 ml larutan akrilamid 30%; 15 µl larutan TEMED dan 150 µl APS 10%. Sebanyak 2 µl produk PCR dicampur dengan + 25 µl loadying dye (bromthymol blue 0.01%, xilene cyanol 0.01 dan gliserol 50%). Elektroforesis dilakukan pada tegangan konstan 200 volt selama 16 jam. Setelah elektroforesis selesai, gel diambil untuk dilakukan pewarnaan perak.

d. Visualisasi Pita DNA (Tegelstrom 1992)

Visualisasi pola pita hasil SSCP menggunakan metode silver stainning atau pewarnaan perak. Tahapan pewarnaan perak yaitu gel dicuci secara bertahap sebagai berikut: dengan larutan AgNO3 0.2 gram, 80 µl NaOH 10 N, 800µl ammonia dalam 200 ml air destilasi selama 8 menit, kemudian dibilas dengan air destilasi selama 2 menit. Proses memunculkan pita dalam gel melalui gel perendam dalam larutan yang terdiri atas 6 gram NaOH/200 ml air destilata selama 6 menit ditambah 200 µl formaldehid. Setelah pita muncul, larutan asam asetat dituangkan untuk penghentian aktifitas oksidasi perak oleh formaldehida.

II. Analisis Kualitas Susu Segar

Analisis kualitas susu segar meliputi pemeriksaan BJ, kadar lemak, kadar protein dan bahan kering tanpa lemak.

(5)

a. Analisis Berat Jenis (Standar Nasional Indonesia 1992)

Pengukuran berat jenis dilakukan dengan alat laktodensimeter. Sebanyak 100 ml susu pada suhu antara 200C dimasukkan kedalam gelas ukur. Laktodensimeter dicelupkan perlahan-lahan. Nilai berat jenis dapat dibaca pada skala yang tertera pada laktodensimeter, kemudian dilakukan penyetaraan pada suhu 27.50C. Setiap perbedaan 10C diatas atau di bawah 27.50C maka nilai berat jenisnya ditambah atau dikurangi 0.0002.

b. Analisis Kadar Lemak (Standar Nasional Indonesia 1992)

Pengukuran kadar lemak menggunakan metode Gerber. Sebanyak 10 ml asam sulfat pekat dimasukkan kedalam butirometer, kemudian ditambahkan 10.5 ml susu secara hati-hati melalui dinding mulut butirometer dan ditambahkan 1 ml amilalkohol. Setelah butirometer ditutup dengan sumbat karet dan dihomogenkan, butirometer dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu 60ºC selama ± 10 menit. Tahap selanjutnya adalah sentrifugasi dengan menggunakan sentrifuge Gerber dengan kecepatan 1200 rpm selama 5 menit, kemudian butirometer dimasukkan kembali kedalam penangas air minimal 2 menit. Butirometer dipegang vertikal dan karet penutup diatur, sehingga tepat pada suatu garis pada skala butirometer dan dibaca persen kadar lemaknya.

c. Analisis Kadar Protein (Standar Nasional Indonesia 1992)

Dua puluh lima mililiter susu, 1 ml larutan kalium oksalat dan 0.25 fhenolftalin dimasukkan kedalam gelas beker, dicampur hingga homogen, dibiarkan selama 2 menit. Setelah homogen, campuran dititrasi dengan larutan NaOH dari buret sampai warnanya sama dengan warna standar (merah muda), kemudian larutan formalin sebanyak 2.5 ml ditambahkan kedalam campuran yang telah dititrasi, lalu dikocok hingga warna merah muda hilang, dibiarkan selama 1 menit. Campuran dititrasi kembali dengan NaOH sampai berwarna merah muda. Dihitung dan dicatat jumlah NaOH yang terpakai (p ml). Blanko dibuat dengan 10 ml aquades ditambah 0.4 ml kalium oksalat jenuh, 2 ml formalin 40% serta 2-3 tetes fenolftalein 1%, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda dan dicatat banyaknya NaOH 0.1 N yang terpakai (q ml).

(6)

Kadar Protein dihitung dengan rumus berikut:

% protein = ( p-q ) x 1.95 (faktor formol untuk susu kambing)

d. Bahan Kering dan Bahan Kering Tanpa Lemak (Standar Nasional Indonesia 1992)

Perhitungan dilakukan setelah kadar lemak dan berat jenis diperoleh dengan rumus: BK = 1.23 L + 2.71 100 (BJ – 1) BJ BKTL = BK – L Keterangan : BK : Bahan Kering

BKTL : Bahan Kering Tanpa Lemak L : Lemak

BJ : Berat Jenis

III. Analisis Kualitas Mentega

Analisis kualitas kimia mentega yang dilakukan meliputi nilai pH, bilangan peroksida, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kadar air dan rendemen.

a. Nilai pH (Association of Official Analytical Chemist 1995)

Pengukuran nilai pH dilakukan dengan pH meter. Sebanyak 50 gram sampel mentega dilelehkan, kemudian suhunya diturunkan sesuai dengan suhu ruang. pH meter terlebih dahulu distandarisasi dengan buffer untuk pH 4 dan pH 7. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda pH meter kedalam sampel dan skala di baca setelah jarum penunjuk berada pada posisi tetap.

b. Bilangan Peroksida (SNI 01 -3555 -1998)

Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan diletakkan dalam labu Erlenmeyer. Ditambahkan 30 ml pelarut (terdiri atas 60% asam asetat glasial dan 40% kloroform), lalu dihomogenkan. Ditambahkan 0.5 ml larutan potasium iodida jenuh lalu dihomogenkan, didiamkan selama 2 menit dalam ruangan gelap. Ditambahkan 30 ml air destilata dan selanjutnya larutan di titrasi dengan larutan sodium tiosulfat 0.1 N.

(7)

Bilangan peroksida = A x N x B x 100/ G Keterangan :

A = ml sodium tiosulfat yang dipakai N = normalitas sodium tiosulfat B = bobot equivalen oksigen G = berat sampel (gram)

c. Kadar Lemak (Association of Official Analytical Chemist 1995)

Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soklet yang akan digunakan dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Lima gram contoh ditimbang dalam selongsong lemak kemudian ditutup dengan kertas bebas lemak secukupnya, kemudian direflux selama 6 jam. Pelarut yang ada dalam labu didestilasi kemudian pelarutnya ditampung. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven selama 2 jam sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemak tersebut ditimbang.

Kadar lemak (%) = bobot labu lemak akhir – bobot labu lemak awal x 100% Bobot sampel (g)

d. Kadar Protein (Association of Official Analytical Chemist 1995)

Metode yang digunakan adalah mikro Kjeldahl. Sampel sebanyak 0.1 gram dimasukkan kedalam labu Kjeldahl, lalu ditambahkan 1 g K2SO4, 40 mg HgO dan 20 ml H2SO4. Sampel yang diperoleh selanjutnya dididihkan sampai larutan menjadi jernih (sekitar 1 jam). Larutan jernih yang diperoleh ini dipindahkan ke dalam destilasi. Labu Kjeldahl dicuci dengan air (1-2 ml), kemudian air cuciannya dimasukkan kedalam alat destilasi dan ditambahkan 8- 10 ml larutan NaOH-Na2S203.

Dibawah kondensor diletakkan labu Erlenmeyer yang berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indikator (campuran metil merah 0.2 % dalam alkohol dan metil biru 0.2 % dalam alkohol dengan perbandingan 1:2) ujung kondensor harus terendam dalam larutan H3BO3. Isi labu Erlenmeyer diencerkan sampai 50 ml, lalu dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Blanko dipersiapkan dengan cara yang sama, tetapi sebagai ganti mentega digunakan aquades.

(8)

% N = (ml HCL – ml blanko) x N HCL x 14.007 x 100 % Berat sampel (g)

% protein = % N x 6.38

e. Kadar Abu (Association of Official Analytical Chemist 1995)

Pengukuran kadar abu menggunakan metode pengabuan dalam tanur. Sejumlah 5 gram sampel dimasukkan dalam cawan porselen yang telah dikeringkan dan telah diketahui beratnya. Terlebih dahulu sampel dipanaskan pada hot plate untuk menguapkan sebanyak mungkin zat organik yang ada (sampai sampel tidak berasap lagi). Cawan selanjutnya dipindahkan kedalam tanur dan dipanaskan pada suhu 300º C sampai semua karbon berwarna keabuan, kemudian suhu dinaikkan sampai 450º C selama 5 jam (sampel berwarna putih). Cawan dari tanur didinginkan dan ditimbang berat abu yang dihasilkan.

Kadar abu (%) = bobot abu x 100% bobot sampel

f. Kadar Air (SNI 01‐2891‐1992)

Cawan dikeringkan pada suhu 105º C selama 1 jam, diangkat dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel yang akan ditentukan kadar airnya ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan kedalam cawan. Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105º C sampai mencapai berat konstan (6 jam). Kadar air dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Kadar air (%) = bobot sampel awal-bobot sampel akhir x 100% Bobot sampel awal

g. Rendemen Mentega (Association of Official Analytical Chemist 1995) Besar rendemen dihitung berdasarkan persentase berat produk yang dihasilkan terhadap berat awal bahan yang digunakan.

Rendemen mentega (%) = Bobot mentega x 100% Bobot susu segar

(9)

IV. Pembuatan Mentega

Proses pembuatan mentega diawali dengan pemisahan antara krim dan skim susu menggunakan cream separator (merek Elecream). Krim yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan mentega. Diagram alir pembuatan mentega disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir proses pembuatan mentega (Hunziker 2008)

Analisis Data

Frekuensi Alel dan Genotipe

Keragaman genotipe tiap-tiap individu dapat ditentukan dari pita-pita DNA gen yang ditemukan. Masing-masing sampel dibandingkan berdasarkan pola migrasi pita yang sama dan dihitung frekuensi alelnya. Frekuensi alel dihitung berdasarkan rumus Nei & Kumar (2000) sebagai berikut:

Pemisahan Krim Kneading Pasteurisasi 85◦C-15detik Dinginkan hingga 7◦C Mentega Churning 5-10ºC

(10)

n

n

n

x

j i ij ii i

2

2

 Keterangan : xi = frekuensi alel,

nii = jumlah genotipe dari alel ke-i, dan nij = jumlah alel ke-i terpaut alel ke-j (j≠i).

Frekuensi genotipe dapat diperkirakan dengan menghitung perbandingan jumlah genotipe pada populasi. Menggunakan asumsi sebelumnya, maka frekuensi genotipe AiAi (Χii) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Χii= nii / n Keterangan:

Χii =frekuensi genotipe

nii = individu yang bergenotipe AiAi n = jumlah total sampel

Kualitas Susu dan Mentega

Analisis perbedaan kualitas susu dan mentega antar genotipe gen GH menggunakan metode analisis General Linear Model (GLM) dengan bantuan software SAS 9.1.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir proses pembuatan mentega (Hunziker 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disim- pulkan bahwa selama periode penelitian ini (2005- 2009), perbankan syariah yang paling efisien adalah Bank Syariah Mandiri dan

mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan

Karena kontak dengan bulu, wol, kulit atau produk yang dibuat dari binatang – binatang ini seperti kendang, sikat atau karpet yang sudah terkontaminasi atau. Karena kontak

 Hitunglah banyaknya konstanta sembarang yang ada di dalam persamaan garus lengkung (kurva) yang akan dicari persamaan diferensialnya.  Hilangkan semua konstanta

Hal ini sesuai seperti yang dimuat dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004: 71) bahwa: “Layanan terbuka adalah suatu sistem layanan yang memungkinkan

14) Amplop kosong yang telah dibubuhi perangko kilat dimasukan dalam berkas lamaran yang ditujukan kepada alamat lengkap pelamar disertai Nomor Telepon/HP yang mudah

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keterampilan yang sama dalam berbicara bahasa Jerman sebelum penerapan model

Secara Umum Menurut Fred Lawson, dalam bukunya yang berjudul Restaurant Planning & Design, (1994:45) menjelaskan bahwa tata ruang restoran tentunya dirancang dan dibangun