• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan (Knowledge)

a. Definisi.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

b. Proses Adopsi

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1) Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

(2)

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaptation, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Adapun penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari pengetahuan, keadaan dan sikap yang positif.

Maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

c. Tingkatan Pengetahuan.

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) dibagi menjadi 6 tingkat yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu dalam hal ini marupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang di pelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

(3)

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu unsur organisasi, dan masalah ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

(4)

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini terkait dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan mengenai kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Yustina (2004) secara garis besar faktor-faktor tersebut:

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

(5)

2) Paparan media massa (akses informasi)

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.

3) Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kebutuhan sekunder.

4) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. 5) Pengalaman

Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya, misal sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik misalnya seminar.

(6)

6) Akses layanan kesehatan

Mudah atau sulit dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan. e. Sumber mencari pengetahuan

Dalam Yustina (2004), sumber mencari pengetahuan bisa diperoleh melalui : a. Buku b. Jurnal c. Internet d. Paper e. Seminar f. Koran g. Majalah h. Iklan i. Manusia

f. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

(7)

2. Seks dan Seksualitas

a. Definisi Seks dan Seksualitas

Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan dapat ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis (Ingrid, 2004). Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seseorang meninggal dunia (Ingrid, 2004). b. Tujuan Seksualitas

Tujuan seksualitas secara umum adalah meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Sedangkan secara khusus ada dua, yaitu:

1) Prokreasi, yaitu menciptakan atau meneruskan keturunan. 2) Rekreasi, yaitu memperoleh kenikmatan biologis atau seksual.

Seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural (Ingrid, 2004). Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi, menggunakan secara optimal sebagai alat untuk berprokreasi (bereproduksi) dan berekreasi dalam mengekspresikan dorongan seksual.

Dari dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas sendiri dan

(8)

bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual. Dan dari dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks.

Sedangkan dari dimensi kultural menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat. c. Perilaku Seksualitas

Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis, contohnya antara lain : mulai dari berdandan, mejeng, ngerling, merayu, menggoda, bersiul, termasuk juga yang berkaitan dengan aktivitas dan hubungan seks. Menurut Ahmad Taufik (1994) dalam Ingrid (2001) perilaku seksual remaja di Indonesia melalui beberapa tahapan yaitu mulai menunjukkan perhatian pada lawan jenis, pacaran, berkencan, lips kissing, deep

kissing, genital stimulation, petting, dan intercouse (Ingrid, 2001).

Aktifitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui beberapa perilaku. Contoh perilakunya misalnya: berfantasi, masturbasi, nonton atau baca pornografi, cium pipi, cium bibir, petting dan berhubungan seks (Ingrid, 2001).

(9)

Hubungan seks / senggama / intercouse adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis. Sedangkan hubungan seks pranikah adalah hubungan seks secara intim yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi melalui hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing individu (Ingrid, 2001). Perilaku seksual dapat dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari berfantasi, berpegangan tangan, ciuman kening, ciuman basah, meraba, berpelukan, petting, sampai

intercouse, dengan memberikan dampak yang bervariasi (Ingrid,

2001).

Berfantasi merupakan perilaku seksual yang dilakukan dengan membayangkan atau mengimajinasikan aktifitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Aktifitas seksual ini bisa berlanjut kegiatan selanjutnya, seperti: masturbasi, berciuman dan aktifitas lainnya, dan jika dibiarkan terlalu lama, maka kegiatan produktif teralih kepada kegiatan memanjakan diri (Ingrid, 2001).

Perilaku yang selanjutnya adalah berpegangan tangan. Aktifitas seksual ini memang tidak terlalu menimbulkan rangsangan yang kuat, namun biasanya muncul kegiatan mencoba aktivitas seksual lainnya (hingga kepuasan seksual dapat tercapai) (Ingrid, 2001).

Perilaku yang selanjutnya adalah ciuman kening, yaitu aktivitas seksual berupa sentuhan pipi, pipi dengan bibir. Perilaku ini

(10)

mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang dan bisa menimbulkan kegiatan untuk melakukan bentuk aktivitas seksual lainnya yang lebih dapat di nikmati. Sedangkan ciuman basah adalah aktifitas seks berupa sentuhan bibir dengan bibir. Perilaku ini dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan membangkitkan dorongan seksual hingga tak terkendali. Orang akan mudah melakukan aktivitas seksual lainnya tanpa disadari seperti cumbuan,

petting bahkan sampai hubungan intim. Dan bisa juga tertular virus

dari lawan jenis. Dan selanjutnya bisa menimbulkan rasa ketagihan (Ingrid, 2001).

Perilaku selanjutnya adalah meraba, yaitu kegiatan meraba bagian-bagian sensitif rangsang seksual seperti payudara, leher, paha atas, penis dan pantat. Perilaku ini berakibat pelaku dapat terangsang secara seksual (hingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat), akibataya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya. Dan juga dapat menimbulkan ketagihan. Kemudian perilaku ini dapat berkembang ke perilaku berikutnya yaitu berpelukan. Perilaku ini dapat menimbulkan rangsangan seksual terutama jika mengenai daerah erogenous. Daerah erogenous merupakan sensor sentuhan dan tekanan yang jika disentuh dapat menyebabkan kebangkitan seksual. Misalnya: alat kelamin, bibir, pangkal paha (laki-laki), leher (perempuan), daerah ini bersifat individual (Ingrid, 2001).

(11)

Perilaku seksual berikutnya adalah petting. Petting merupakan keseluruhan aktifitas non intercouse (menempelkan alat kelamin). Perilaku ini bisa menimbulkan ketagihan, hamil, karena pada laki-laki cairan pertama yang keluar saat keluar sudah mengandung sperma (dalam kadar terbatas). Selain itu meski ejakulasi di luar, cairan vagina dapat menjadi medium yang membantu memasukan sperma masuk dalam vagina, bisa berlanjut ke hubungan seks dan juga bisa terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) (Ingrid, 2001).

Jenis perilaku seksual yang terakhir adalah intercouse, yaitu aktifitas seks dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke alat kelamin wanita (Ingrid, 2001).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan seks pranikah : 1) Tekanan yang datang dari teman pergaulannya.

Remaja melakukan seks pranikah hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang diinginkan.

2) Adanya tekanan dari pacarnya.

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang nanti dihadapinya.

(12)

3) Rasa penasaran.

Pada usia remaja, rasa keingintahuannya begitu besar terhadap seks. Apalagi teman-temannya mengatakan seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas masuknya. 4) Adanya kebutuhan badaniah.

Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang, jadi wajar jika semua orang, tak terkecuali remaja menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan risiko yang akan mereka hadapi.

5) Pelampiasan diri

Seorang remaja yang merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas (Dianawati, 2003).

Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga.

Bagi seorang remaja, mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak). Akibatnya, remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks (Dianawati, 2003).

(13)

e. Risiko berhubungan seksual pranikah:

Selain dilarang agama, hubungan seks pranikah banyak mengandung risiko seperti:

1) Terjadinya Kehamilan Tak Diinginkan (KTD), hal ini membuat remaja terpaksa menikah, padahal mereka belum siap mental, sosial, dan ekonominya.

2) Putus sekolah (Drop out), jika remaja tersebut masih sekolah. 3) Pengguguran kandungan (aborsi), jika hal ini dilakukan oleh orang

yang kurang terlatih dapat terjadi perdarahan bahkan bisa menyebabkan kematian.

4) Terkena penyakit menular seksual (PMS/HIV/AIDS), khususnya remaja yang sering berganti-ganti pasangan apalagi yang berhubungan seks dengan penjajah seks (Suhanda, 2006).

3. Remaja

a. Konsep remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa, maka biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, sehingga mereka dianggap bukan lagi anak-anak dan mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran. (Bachtiar, 2004). Sedangkan seorang psikolog senior dari Universitas Indonesia, Sarlita Wirawan Sarwono

(14)

dalam Bachtiar (2004), mendefinisikan remaja sebagai individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. la membatasi usia remaja ini antara lain 11 - 24 tahun.

Menurut Pardede dalam Narendra (2002) remaja di definisikan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan.

b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Perkembangan dalam segi rohani atau kejiwaan juga melewati tahapan-tahapan yang dalam hal ini dimungkinkan dengan adanya kontak terhadap lingkungan atau sekitarnya. Masa remaja dibedakan menjadi :

1) Masa Remaja Awal (Early Adolescence) : 10-13 tahun

Ditangai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan perkembangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan

restrukturisasi dari jati dirinya

2) Masa Remaja Tengah ( Middle Adolescence) : 14-16 tahun

Ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya ketrampilan-ketrampilan berfikir yang baru, peningkatan

(15)

pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua. 3) Masa Remaja Akhir (Late Adolescence) : 17-19 tahun.

Ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi. (Narendra, 2002)

c. Kondisi Fisik dan Psikologis

Seseorang yang sudah mulai menapaki usia remaja akan mengalami perubahan-perubahan baik itu psikologis, fisik maupun biologisnya. Ada tiga kategori perubahan secara seksual yang biasa dialami oleh seorang yang memasuki usia remaja yaitu :

1) Perubahan seks primer.

Bagi perempuan diantaranya ditandai dengan adanya haid pertama (menarche). Sedangkan perkembangan organ seks pria ditandai oleh adanya 'minopi polusi' atau "mimpi basah" yang dikenal dengan nactumal emassion."

2) Perubahan Seks Sekunder

Bagi perempuan ditandai dengan pinggul yang makin membesar dan membulat, buah dada yang semakin tampak menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan dan kaki, ada peralihan suara dari suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodious), kelenjar keringat lebih aktif dan

(16)

sering tumbuh jerawat, serta kulit menjadi lebih kasar dibanding kulit anak-anak.

Sedangkan gejala perubahan pada laki-laki dii tandai dengan adanya otot-otot tubuh, dada, lengan, paha dan kaki yang tumbuh dengan kuat, tumbuhnya rambut di daerah kelamin, betis dan kadang-kadang dada, terjadi perubahan suara yaitu nada pecah dan suara merendah hingga sampai akhir masa remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya kelenjar keringat dan kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak walaupun remaja tersebut bergerak sedikit saja (Bachtiar, 2004).

Perubahan perilaku yang tampak adalah ditunjukkan dalam sikap, perasaan keinginan dan perbuatan-perbuatan. Sikap pubertas yang paling menonjol antara lain adalah sikap tidak tenang dan tidak menentu, hal yang dahulu menarik sekarang tidak lagi, adanya penentangan terhadap orang lain seakan-akan ingin mengatasi kesenangan orang lain, penentangan terutama tertuju pada orang dewasa atau orang yang lebih berkuasa, adanya sikap negatif yaitu kurang hati-hati, gemar membicarakan orang lain, cepat tersinggung, mudah curiga dan sebagainya (Bachtiar, 2004). d. Ciri - ciri remaja

Perubahan pada masa remaja disebut sebagai masa pubertas. Pubertas adalah suatu periode dimana anak sudah dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis

(17)

berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak. Hal ini disebabkan karena adanya hormon testoteron pada laki-laki dan progesteron serta estrogen pada perempuan. Masa pubertas yang muncul bersamaan dengan adanya hormon seksual tersebut adalah masa yang khusus dimana seorang anak merasakan adanya kebutuhan yang sangat kuat pada lawan jenis atau muncul dorongan seksual.

Selain itu pada masa remaja pubertas emosional remaja mengalami pasang surut dan cenderung selalu menaik. Namun, seiring dengan kematangan emosional remaja tersebut, perkembangan fisik dan mental remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan cenderung drastis.

Akibatnya, karena fungsi hormon seksual sudah mulai berfungsi, remaja mulai bisa mengarahkan segala perilakunya kepada lawan jenis. Mereka mulai berkehendak untuk berteman, bersosialisasi, berhubungan dan bahkan menganggu lawan jenis (Bachtiar, 2004).

(18)

B. Kerangka Teori

Keterangan :

: Diperoleh dari (tidak diteliti)

: Ada hubungan / ada pengaruh (tidak diteliti) : Tingkat domain yang digunakan dalam penelitian

: Dimensi tingkat pengetahuan hubungan seksual pranikah remaja yang diteliti

: Yang diteliti

Sumber : Mahfoedz, I, dkk (2005)

Gambar I : Kerangka teori tingkat pengetahuan remaja tentang hubungan seksual pranikah. - TV - Radio - Majalah koran - Buku - Internet - Iklan - Jurnal - Paper - Pendidikan - Paparan media massa - Ekonomi - Hubungan sosial - Pengalaman - Akses layanan kesehatan Tingkat pengetahuan hubungan seksual pra-nikah remaja Domain kognitif - Tahu - Memahami - Aplikasi - Analisis - Sintesis - Evaluasi - Definisi hubungan pranikah - Macam-macam aktifitas seksual - Faktor-faktor penyebab hubungan seksual pranikah

- Risiko hubungan seksual pranikah

(19)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2 : Kerangka konsep tingkat pengetahuan remaja tentang hubungan seksual pranikah.

Tingkat pengetahuan hubungan seksual pra-nikah remaja: a. Definisi hubungan seksual

pranikah

b. Macam-macam aktifitas seksual c. Faktor-faktor penyebab

hubungan seksual pranikah d. Risiko hubungan seksual

Gambar

Gambar I : Kerangka teori tingkat pengetahuan remaja tentang hubungan seksual pranikah.- TV- Radio- Majalahkoran- Buku- Internet- Iklan- Jurnal- Paper - Pendidikan - Paparan mediamassa- Ekonomi - Hubungan sosial- Pengalaman- Akses layanankesehatan Tingkat
Gambar 2 : Kerangka konsep tingkat pengetahuan remaja tentang hubungan seksual pranikah.

Referensi

Dokumen terkait

Lintasan yang kedua adalah degradasi radikal bebas yang mendominasi pada tekanan lebih rendah dan temperatur yang lebih tinggi dalam daerah superkritis.. Penelitian meliputi

Metode plot pada transek yang diletakkan secara acak menghasilkan estimasi kepadatan kelompok kotoran rusa dengan presisi baik (CVs <16%), akan tetapi tidak begitu baik

Dinamika Denpasar sebagai Kota Pusaka merupakan respon kreatif dan cerdas Walikota dan Wawali Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Gusti Ngurah

Penelitian terdahulu pertama yang di lakukan oleh (Mohammad Doostar, Maryam Kazemi Iman Abadi, Reza Kazemi Iman Abadi) yang berjudul “Impact of Brand Equity on Purchase

Sistem transportasi laut perikanan tangkap tidak lepas dari pengkajian dan keterkaitan dari tiga kawasan dan wilayah, yaitu: Hinterland, Port, dan Fishing ground yang

Pasien SN anak akan sering mendapat steroid yang memiliki efek samping seperti obesitas, penekanan pertumbuhan, hipertensi serta osteoporosis Tujuan Penelitian untuk menilai

Untuk itu digunakanlah model VAR untuk menganalisis responsivitas Inflasi (IHK) terhadap instrumen moneter dalam mekanisme transmisi moneter. Dengan analisis VAR dapat

Sulistyorini, R., Tamin, O.Z., (2008), The Application of Gravity Model Combined With Multi-Nomial-Logit Model under Equilibrium Assignment, Seminar Nasional Forum Studi