1 1.1. Tinjauan Pusaka
Asawidya dkk (2011) menjelaskan mengenai kriteria yang paling penting menurut pelaku konstruksi dalam menerapkan green construction pada proyek konstruksi di Surabaya. Berdasarkan penelitian dan pengolahan data diketahui bahwa peralatan merupakan kriteria yang paling dominan dalam penerapan green construction pada proyek konstruksi di Surabaya.
Ervianto (2014 a) dalam Brunei International Conference on Engineering and Technology, Institut Teknologi Brunei, Brunei Darussalam menjelaskan mengenai penerepan kriteria green construction untuk bangunan kontruksi di Indonesia serta tingkat keramahan lingkungan bangunan kontruksi di Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Proyek kontruksi tanpa green designs tetapi dikerjakan oleh bukan green contractor akan memperoleh Green Construction Score (GCS) yang rendah.
b. Proyek kontruksi tanpa green designs tetapi dikerjakan oleh green contractor akan memperoleh Green Construction Score (GCS) yang tinggi. c. Proyek kontruksi dengan green designs tetapi dikerjakan oleh bukan green
contractor akan memperoleh Green Construction Score (GCS) yang tinggi. d. Proyek kontruksi dengan green designs tetapi dikerjakan oleh green
contractor akan memperoleh Green Construction Score (GCS) yang tinggi. Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan green construction sangat bergantung pada pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek green construction. Kontraktor dengan pengalaman pengerjaan proyek green construction akan cenderung memperoleh GCS yang tinggi.
Ervianto dkk. (2013) menjelaskan indikator tambahan untuk green construction khususnya bangunan gedung. Hasil dari penelitian antara lain sebagai berikut:
a. Jumlah indikator green construction yang dihasilkan adalah 142 indikator yang terdiri dari 77 indikator prioritas I dan 65 indikator prioritas II.
b. Indikator prioritas I terdiri dari 16% kategori perilaku, 34,67% kategori minimum waste, dan 49,33% kategori maksimum value.
c. Indikator prioritas II terdiri dari 27,69% kategori perilaku, 12,31% kategori minimum waste, dan 60% kategori maksimum value.
d. Komposisi indikator green construction secara keseluruhan terdiri dari 21,43% dalam kategori perilaku, 24,29% kategori minimum waste, dan 54,29% kategori maksimum value.
Ervianto (2014 b) dalam International Conference on Sustainable Civil Engineering Structures and Construction Materials (SCESCM) di Yogyakarta menjelaskan mengenai pandangan kontraktor di Indonesia tentang green construction. Data yang diperoleh melalui kuisioner yang dilakukan kepada manajer proyek, site engineer, dan bagian penelitian dan pengembangan perusahaan konstruksi di Indonesia. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan faktor green construction yang dominan antara lain sebagai berikut:
a. Water conservation b. Energy conservation
c. Environmental health work of construction d. Health and safety programs
e. Appropriate land use
Shaawat (2014) menjelaskan mengenai standar kriteria green construction yang paling optimal untuk diterapkan di Arab Saudi. Standar kriteria green construction yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2. 1 Proposed Average Value of Assessment Tool Green Construction in Saudi Arabia by Shaawat
No Assessment Tool Range Average
Value
1 Site sustainability 8-12 10
2 Availability of water 30-34 32
3 Energy resources/ GHG emissions 18-22 20
4 Material durability, reliability, and
recyclability 13-17 15
5 Indoor environment quality 8-12 10
6 Others 11-15 13
Sum 100
Sumber: Shaawat (2014)
1.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Green Construction
Glavinich (2008) mengemukakan green construction adalah suatu perencanaan dan proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Konsep green construction menurut Glavinich (2008) mencakup hal sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penjadwalan konstruksi. b. Konservasi material
c. Tepat guna lahan
d. Manajemen limbah kontruksi
e. Penyimpanan dan perlindungan material f. Kesehatan lingkungan kerja
g. Menciptakan lingkungan kerja yang ramah lingkungan h. Pemilihan dan pengoperasian peralatan konstruksi i. Dokumentasi
Sedangkan menurut Kibert (2008) konsep green construction mencakup hal sebagai berikut:
a. Rencana pelindungan lokasi pekerjaan b. Program kesehatan dan keselamatan kerja
c. Pengelolaan limbah pembangunan atau pembongkaran d. Pelatihan bagi subkontraktor
e. Reduksi jejak ekologis proses kontruksi f. Penanganan dan instalisasi material g. Kualitas udara
2.2.2 Standar Kriteria Penerapan Green Construction
Standar yang dapat digunakan sebagai penilaian green construction antara lain sebagai berikut:
a. Greenship untuk bangunan baru versi 1.2 oleh Green Building Council Indonesia (GBCI).
Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia adalah lembaga mandiri (non government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBC Indonesia merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 102 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara.
Kategori yang digunakan dalam sistem rating greenship antara lain sebagai berikut:
1) Appropriate Side Development (ASD) atau tepat guna lahan
2) Energy Efficiency and Refrigerat (EER) atau efisiensi energi dan refrigeran
3) Water Conservation (WC) atau konservasi air
4) Material Resources and Cycle (MRC) atau sumber dan siklus material 5) Indoor Air Health and Comfort (IHC) atau kualitas udara dan kenyamanan
udara
6) Building and Enviroment Management (BEM) atau menejemen lingkungan bangunan
Tahap penilaian Greenship terdiri dari:
1) Tahap rekognisi desain (design recognition – DR) dengan maksimum nilai 77 poin.
Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan penghargaan sementara untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan perangkat penilaian Greenship. Tahap ini dilalui selama gedung masih dalam tahap perencanaan.
2) Tahap penilaian akhir (final assessment – FA) dengan maksimum nilai 101 poin.
Pada tahap ini, proyek dinilai secara menyeluruh baik dari aspek desain maupun konstruksi dan merupakan tahap akhir yang menentukan kinerja gedung menyeluruh.
Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis yang berbeda, antara lain sebagai berikut:
1) Kriteria prasyarat
Kriteria prasyarat merupakan kriteria yang ada disetiap kategori dan harus dipenuhi sebelum dilakukan penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus. Kriteria prasyarat mempresentasikan standar minimum gedung
ramah lingkungan. Apabila salah satu prasyarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat tidak memiliki nilai seperti kriteria yang lain.
2) Kriteria kredit
Kriteria kredit merupakan kriteria yang ada disetiap kategori dan tidak harus dipenuhi. Pemenuhan kriteria disesuaikan dengan kemampuan gedung yang akan dinilai. Bila kriteria terpenuhi maka gedung akan mendapatkan nilai dan apabila tidak terpenuhi maka gedung tidak akan mendapat nilai.
3) Kriteria bonus
Kriteria bonus merupakan kriteria yang memungkinkan memberikan tambahan nilai. Selain tidak harus dipenuhi, pencapaian kriteria bonus dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai GREENSHIP, tetapi tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh karena itu, gedung yang memenuhi kriteria bonus memiliki prestasi tersendiri.
Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan yang ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan tersebut antara lain:
1) Minimum luas gedung adalah 2500 m2.
2) Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses sertifikasi.
3) Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RT dan RW setempat.
4) Kepemilikan AMDAL dan atau rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/ Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
5) Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran. 6) Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa.
7) Kesesuaian gedung terhadap standar aksesibilitas difabel.
Penjabaran nilai pada setiap kategori greenship rating tool dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2. 2Penjabaran Nilai Kategori Kriteria Green Construction by Greenship Rating Tool GBCI
Kategori
Jumlah nilai untuk DR Jumlah nilai untuk FA Prasyarat Kredit Bonus Prasyarat Kredit Bonus
ASD - 17 - - 17 - EEC - 26 5 - 26 5 WAC - 21 - - 21 - MRC - 2 - - 14 - IHC - 5 - - 10 - BEM - 6 - - 13 - Jumlah - 77 5 - 101 5 Sumber: www.gbcindonesia.org
Grafik persentase penilaian greenship untuk bangunan baru v1.2 dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2. 1 Grafik Persentase Penilaian Greenship untuk Bangunan Baru v1.2 Predikat gedung greenship untuk bangunan baru v1.2 dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini. 0 5 10 15 20 25 30 35 40
ASD EEC WAC MRC IHC BEM
DR FA
Tabel 2. 3 Predikat Gedung Menurut Greenship untuk Bangunan Baru v1.2 Predikat Point Platinum 74 Emas 58 Perak 47 Perunggu 35 Sumber: www.gbcindonesia.org
b. Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) v4 for BD+C.
LEEDS merupakan sistem klasifikasi green building yang dibuat oleh United State Green Building Council (USGBC). LEEDS dibuat pertama kali pada tahun 1998 yang kemudian disempurnakan tiap tahunnya. LEEDS versi terbaru adalah LEEDS v4 tahun 2015. Kriteria LEEDS v4 for BD+C: New Construction and Major Renovation mencakup hal antara lain sebagai berikut:
1) Location and Transportation (LT) (16 point)
Penilaian location and transportation antara lain sebagai berikut: a) LEEDS for neighborhood development location b) Sensitive land protection
c) High priority site
d) Surrouding dencity and diverse uses e) Access and quality transit
f) Bicycle facilies
g) Reduced parking footprint h) Green vehicles
2) Sustainable Sites (SS) (10 point)
Penilaian sustainable sites antara lain sebagai berikut: a) Site assessment
b) Site development c) Open space
d) Rainwater management e) Heat island reduction f) Light pollution reduction 3) Water Efficiency (WE) (11 point)
Penilaian water efficiency antara lain sebagai berikut: a) Outdoor water use reduction
b) Indoor water use reduction c) Water matering
d) Cooling tower water use
4) Energy and Atmosphere (EA) (33 point)
Penilaian energy and atmosphere antara lain sebagai berikut: a) Enhanced commissioning
b) Optimize energy performance c) Advanced energy metering d) Demand response
e) Renewable energy production f) Enhanced refrigerant management g) Green power and carbon offsets 5) Materials and Resources (MR) (13 point)
Penilaian materials and resources antara lain sebagai berikut: a) Building life cycle impact reduction
b) Building product disclosure and optimization – environmental product declarations
c) Building product disclosure and optimization – sourcing of raw materials
e) Construction and demolition waste management 6) Indoor Environmental Quality (IEQ) (16 point)
Penilaian indoor environmental quality antara lain sebagai berikut: a) Enhanced indoor air quality strategies
b) Low emitting materials
c) Construction indoor air quality management plan d) Indoor air quality assessment
e) Thermal comfort f) Interior lighting g) Daylight
h) Quality views
i) Acoustic performance 7) Innovation (I) (6 point)
Penilaian innovation antara lain sebagai berikut: a) Innovation
b) LEED accredited professional 8) Regional Priority (RP) (4 point)
Grafik persentase penilaian LEEDS v4 for BD+C dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2. 2 Grafik Persentase Penilaian LEEDS v4 for BD+C Sertifikasi penilaian LEED antara lain sebagai berikut
1) Certified : 40-49 point
0 20 40
2) Silver : 50-59 point 3) Gold : 60-79 point 4) Platinum : 80-110 point
c. Building Research Establishment Environmental Assessment Method
(BREEAM) 2014.
BREEAM pertama kali dibentuk tahun 1990 oleh Building Research Establishment (BRE) di United Kingdom (UK). BREEAM merupakan standar kriteria green building yang berlaku di UK. BREEAM environmental section weightings dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
Tabel 2. 4 BREEAM Environmental Section Weightings
No Environmental Section
Weighting (%)
Fully fitted
out Shell only
Shell and core only
1 Management 12 12,5 11
2 Health and Wellbeing 15 10 10,5
3 Energy 15 14,5 15
4 Transport 9 11,5 10
5 Water 7 4 7,5
6 Materials 13,5 17,5 14,5
7 Waste 8,5 11 9,5
8 Land Use and Ecology 10 13 11
9 Pollution 10 6 11
Total 100 100 100
Innovation (additional) 10 10 10
Bangunan fully fitted out merupakan bangunan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Air conditioning dengan sistem terpusat
2) Full mechanical ventilation, displacement ventilation and complex passive ventilation
3) Renewable energy resources
4) Laboratories and buildings that contain either fume cupboards, safety cabinets, and containment areas
5) Major water consuming plant of functions 6) Cold storage plant and enclosures
7) Escalators and travelling walkways
Bangunan shell only merupakan bangunan dengan kriteria sebagai berikut:
1) External wall, windows, doors (external), roof, core internal walls, structural floors)
2) Hard and soft landscaping areas.
Shell and core only adalah bangunan Shell only dengan instalasi terpusat dari communal transportasi sistem, sistem pengairan, fit out of common areas, mechanical and electrical central.
d. Comprehensive Assessment System for Building environmental Efficiency (CASBEE) for Building (New Construction) 2014.
CASBEE dikembangkan pertama kali tahun 2001 oleh Japan Green Building Council (JaGBC). CASBEE dapat digunakan untuk semua jenis bangunan kecuali rumah yang terpisah. Penilaian CASBEE sedikit berbeda dengan penilaian green building dari standar penilaian negara lain. Hal ini dikarenakan penilaian evaluasi sustainable building pada CASBEE menggunakan Building Environmental Efficiency (BEE). Penilaian CASBEE terdiri dari environmental quality of building (Q) dan environmental load reduction of building (LR). Penilaian dengan
nilai yang semakin tinggi akan menghasilkan perbaikan reduksi beban yang semakin tinggi dan kualitas performa bangunan yang tinggi.
Sistem penilaian BEE antara lain sebagai berikut:
1) Penilaian terdiri dari skala penilaian 1-5 dengan penilaian standar 3.
2) Nilai 1 adalah kondisi minimum berupa pembangunan sesuai dengan praturan standar pembangunan yang berlaku di Jepang.
3) Sedangkan nilai 3 dihasilkan dengan pemenuhan standar teknik dan sosial penilaian.
Konfigurasi standar penilaian CASBEE dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2. 3 Konfigurasi Standar Penilaian CASBEE
Sumber: www.ibec.or.jp
Rumus perhitungan BEE dapat dilihat pada Persamaan 2.1 di bawah ini.
...(2.1)
Keterangan:
BEE: Build Environment Efficiency SQ: Assessment results for Q
SLR: Assessment results for LR
BEE juga bisa didapat dengan memplotkan nilai Q dan L ke dalam grafik. Q sebagai ordinat dan L sebagai aksis. Contoh penilaian BEE dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2. 4 Building Environmental Efficiency Ranking with BEE and Rd Stars
Sumber: www.ibec.or.jp
Correspondence between ranks based on BEE values and assessments dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2. 5 Correspondence Between Ranks Based on BEE Values and Assessments
Sumber: www.ibec.or.jp
Assessment item included in environmental quality of building dapat dilihat pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2. 6 Assessment Item Included in Environmental Quality of Building
Kriteria Indikator Keterangan
Indoor environmental Sound environmental Noise Sound insulation Sound absorption Thermal comfort
Room temperature control Humidity control
Type of air conditioning system
Lighting and illumination
Daylight
Anti glare measures Illuminance level Lighting controllability Air quality Source control Ventilation Operating plan Quality of service Service ability
Functionality and usability Amenity
Maintenance
Durability and reliability
Earthquake resistance Service life of components Realibility
Flexibility and adaptability
Spatial margin Floor load margin
Tabel 2. 6 Lanjutan Assessment Item Included in Environmental Quality of Building (a)
Kriteria Indikator Keterangan
Outdoor environment (on-site) Preservation and creation of biotope - Townscape and landscape - Local characteristics & outdoor amenity
Attention to local character & improvement of comfort
Improvement of the thermal environment on site
Sumber: www.ibec.or.jp
Assessment items in environmental load reduction of building dapat dilihat pada Tabel 2.7 di bawah ini.
Tabel 2. 7 Assessment Item Environmental Load Reduction of Building
Kriteria Indikator Keterangan
Energy
Control of heat load on the
outer surface of buildings -
Natural energy utilization -
Efficiency in building service
system -
Efficient operation
Monitoring
Operating & management
Tabel 2. 7 Lanjutan Assessment Item Environmental Load Reduction of Building
Kriteria Indikator Keterangan
Resources & materials
Water recources
Water saving
Rain water & grey water
Reducing use of non-renewable recources
Reducting use of materials
Continuing use of existing structural frame, etc
Use of recycled materials as non structural materials
Timber from sustainable forestry
Efforts to enchance the reusability of components and materials
Avoiding the use of materials with pollutant content
Use of materials without harmful substances
Elimination of CFCs and halons
Tabel 2. 7 Lanjutan Assessment Item Environmental Load Reduction of Building
Kriteria Indikator Keterangan
Off-site environment Consideration of global warming - Consideration of local environment Air polution
Heat island effect
Load on local infrastructure
Consideration of surrounding environment
Noise, vibration, and odor
Wind/sand damage & daylight obstruction
Light pollution
Sumber: www.ibec.or.jp
Contoh Assessment of major item (radar chart) CASBEE for building (new construction) dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2. 5 Assessment of Major Item (Radar Chart) CASBEE for Building (NC)
Sumber: www.ibec.or.jp
Performa bangunan yang standar ditunjukkan dengan radar chart berwarna merah. Semakin radar chart berada diluar garis merah maka bangunan mempunyai reduksi beban dan performa bangunan yang semakin baik.
Assessment of middles item (bar chart) dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini.
21 1) Climatic responsive design
2) Building energy performance 3) Resources stewardship 4) Smart and healthy building 5) Advanced green building efforts
Kelima section akan dibagi kedalam 16 kriteria penilaian dengan 79 sustainability indicators. Green mark BCA-GM 2015 indicators dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah ini.
Tabel 2. 8 Green Mark BCA-GM 2015 Indicators
Item Points
Pre requisites -
Pre requisites for all projects NA
Pre requisites requirements gold, gold plus, and platinum awards
Varies
Climatic responsive design 30
Leadership 10
Climatic and contextually responsive brief 1
Integrative design process 2
Environmental credentials of project team 2
Building information modelling 2
User engagement 3
Tabel 2. 8 Lanjutan Green Mark BCA-GM 2015 Indicators
Item Points
Urban harmony 10
Sustainable urbanism 5
Integrated landscape and waterscape 5
Tropicality 10
Tropicality facade performance 4
Spatial quality and internal organisation 2
Ventilation performance 4
Building energy performance 30
Energy eficiency 7
Air conditioning total system efficiency 4
Lighting efficiency 3
Energy effectiveness 15
Building energy 11
Car park energy 2
Receptacle energy 2
Renewable energy 8
Feasibility study 0,5
Solar ready roof 1,5
Replacement energy 6
Tabel 2. 8 Lanjutan Green Mark BCA-GM 2015 Indicators
Item Points
Resources stewardship 30
Water 8
Water effuciency system 3
Water monitoring and leak detection 2
Alternative sources of water 3
Materials 18
Sustainable construction 8
Embodied energy and life cycle 2
Sustainable products 8
Waste 4
Environmental construction management programmes 1
Operational waste management 2
Provision of recycling system for horticultural or wood waste 1
Smart healthy building 30
Indoor air quality 10
Occupant comfort 2
Outdoor air 5
Contaminants 3
Tabel 2. 8 Lanjutan Green mark BCA-GM 2015 Indicators Item Points Spatial quality 10 Lighting 6 Acoustics 2 Wellbeing 2
Smart building operations 10
Energy monitoring 3
Demand control 3
Integration and analytics 3
System handover and documentation 1
Green mark point total 120
Advanced green efforts 20
Enhanced performance 15
Demonstrating cost effective design 2
Complementary certifications 1
Sosial benefits 2
Sumber: www.bca.gov.sg
Penilaian BCA Green Mark award rating dapat dilihat pada Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2. 9 Green mark BCA-GM 2015 Indicators
Sumber: www.bca.gov.sg
f. Green Contractor Assessment Sheet oleh PT. PP (Persero) Tbk.
Green Contractor Assessment Sheet adalah upaya penerapan green construction yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) Tbk. Hal-hal yang tertuang dalam Green Contractor Assessment Sheet antara lain sebagai berikut:
1) Tepat guna lahan
Memelihara kehijauan lingkungan proyek serta mengurangi emisi CO2 dan gas
polutan. Mengurangi beban drainasi kota akan limpasan air hujan maupun air dari kegiatan konstruksi baik kualitas maupun kuantitas.
2) Efisiensi dan konservasi energi
Mendorong penghematan konsumsi/pemakaian energi selama kegiatan kontruksi dengan cara pemantauan pemakaian serta melakukan aplikasi upaya efifiensi energi.
3) Konservasi air
Mendorong penghematan konsumsi/pemakaian air selama kegiatan kontruksi dengan cara pemantauan pemakaian serta melakukan aplikasi upaya efifiensi pengguanan air.
4) Manajemen lingkungan proyek konstruksi
Melaksanakan pengolahan sampah selama proses konstruksi dan mendorong mengurangi terjadinya sampah sehingga mengurangi beban Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) serta melaksanakan program kampanya/ promosi green
construction dalam rangka sosialisasi dan edukasi akan pentingnya pengolahan kontruksi ramah lingkungan.
5) Sumber dan siklus material
Mengoptimalkan penggunaan material yang ada untuk mengurangi pemakaian bahan mentah atau material baru serta melaksanakan proses produksi yang ramah lingkungan.
6) Kesehatan dan kenyamanan di dalam lokasi proyek konstruksi
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara serta kenyamanan udara serta menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan seperti mengurangi dampak asap rokok, debu, serta mengurangi pemakaian material yang dapat membahayakan kesehatan.
g. Indikator Kriteria Penilaian Green Construction menurut Penelitian Terdahulu
Kriteria green construction menurut Asawidya dkk. (2011) dapat dilihat pada Tabel 2.10 di bawah ini.
Tabel 2. 10 Kriteria Green Construction Penelitian Asawidya dkk. (2011)
Kriteria Green Construction Mean SD
Peran manager 4,33 0,84
Pelatihan 3,97 1,00
Investasi 3,53 1,17
Program pengelolaan lingkungan 4,10 0,96
Penelitian dan pengembangan 3,00 0,74
Perencanaan lingkungan 3,67 0,88
Peran pemerintah 3,90 0,81
Peralatan 3,67 0,88
Kontrol polusi air 3,20 0,92
Kontrol polusi udara 3,20 0,71
Kontrol polusi suara 3,20 0,96
Kontrol polusi limbah 3,80 1,03
Kontrol polusi getaran 4,03 0,84
Dampak ekologis 2,90 0,80
Pemakaian energi 3,27 0,90
Sumber: Asawidya dkk. (2011)
Indikator green construction menurut Ervianto dkk. (2014 a) dapat dilihat pada Tabel 2.11 di bawah ini.
Tabel 2. 11 Indikator Green Construction Menurut Ervianto dkk. (2014 a) No Kriteria green construction Prioritas I Prioritas II
1 Manajemen lingkungan proyek 5 10
2 Konservasi energi 11 9
3 Tepat guna lahan 2 2
4 Konservasi air 7 3
5 Kualitas udara tahap konstruksi 5 1
6 Pengurangan jejak ekologis 5 1
7 Pelatihan bagi subkontraktor 3 1
8 Dokumentasi 3 5
9 Pemilihan dan operasional peralatan kontruksi
3 2
10 Program kesehatan dan keselamatan kerja
1 2
11 Kesehatan lingkungan kerja tahap kontruksi
5 12
12 Penyimpanan dan perlindungan material
3 2
13 Manajemen limbah kontruksi 5 7
14 Perencanaan dan perlindungan lokasi pekerjaan
3 9
15 Sumber dan siklus material 4 6
16 Perencanaan dan penjadwalan proyek kontruksi
0 5
Alignments factor green construction against environment, human, and management menurut Ervianto (2014 c) dapat dilihat pada Tabel 2.12 di bawah ini.
Tabel 2. 12 Alignments Factor Green Construction Against Environment, Human, and Management
No Factor
Score (%)
Environment Human Management
1 Water Conservation 18,4 - -
2 Energy Conservation 13,4 - -
3 Health fieldwork construction - 8,7 -
4 Health and safety programs - 8,1 -
5 Appropriate land use 7,0 - -
6 Planning and scheduling of
construction project - - 6,0
7 Planning and site protection
employment - - 5,9
8 Reduction of the ecological
footprint construction phase 5,5 - -
9 The construction phase of air
quality 5,4 - -
10 Recource and material cycles 4,5 - -
11 Storage and protection of
materials - - 3,7
12 Construction waste management 3,2 - -
Tabel 2. 12 Lanjutan Alignments Factor Green Construction Against Environment, Human, and Management
No Factor
Score (%)
Environment Human Management
13 Environmental management
project 3,0 - -
14 Selection and operation of
construction equipment - - 2,7
15 Training of subcontractor - - 2,5
16 Documentation - - 2,1
60,4 16,8 22,9
Sumber: Ervianto (2014 c)
2.2.3 Importance Performance Analysis (IPA)
Martilla & James (1997) mengemukakan IPA merupakan metode penelitian yang bertujuan mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk atau jasa yang dikenal dengan quadrant analysis. Martinez (2003) IPA mempunyai dua macam metode antara lain sebagai berikut: a. Menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata sumbu
tingkat kinerja dan tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara umum penyebaran data terletak pada kuadran berapa.
b. Menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata hasil pengamatan pada sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan dengan tujuan mengetahui secara spesifik masing-masing faktor terletak pada kuadran berapa. Metode kedua lebih banyak digunakan oleh peneliti. Santoso (2013) prosedur penggunaan IPA antara lain sebagai berikut:
a. Penentuan faktor-faktor yang akan dianalisa. b. Melakukan survey melalui penyebaran kuesioner.
c. Menghitung nilai rata-rata tingkat kepuasan dan prioritas penanganan. d. Membuat grafik IPA.
e. Melakukan evaluasi terhadap faktor sesuai dengan kuadran masing-masing. 2.2.4 Diagram Kartesius
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah X untuk tingkat kepentingan dan Y untuk tingkat operasional. Skor penilaian untuk tingkat kepentingan dan tingkat operasional dapat dilihat pada Persamaan 2.2 dan 2.3 di bawah ini.
̅ ∑ ...(2.2)
̅ ∑ ...(2.3) Keterangan:
̅ : skor rata-rata tingkat kepentingan ̅ : skor rata-rata tingkat operasional
X : skor penilaian untuk tingkat kepentingan Y : skor penilaian untuk tingkat operasional n : jumlah responden
Grafik IPA merupakan penggabungan pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat operasional dalam grafik dua dimensi yang akan dibagi menjadi empat kuadran berdasarkan pengukuran importance performance. Grafik IPA dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.
Gambar 2. 7 Diagram IPA Keterangan:
a. Kuadran A
Prioritas Utama memiliki skor tingkat operasional tinggi tetapi memiliki skor rendah pada tingkat kepentingan.
b. Kuadran B
Pertahankan Prestasi memiliki skor tingkat kepentingan dan operasional yang tinggi. Kuadran ini merupakan kuadran yang paling ideal karena menunjukkan kriteria yang dimaksud penting dan musah dalam operasional.
c. Kuadran C
Kuadran yang paling tidak ideal karena memiliki skor kepentingan dan operasional yang rendah.
d. Kuadran D Kuadran A Prioritas Utama Kuadran D Berlebihan Kuadran C Prioritas Rendah Kuadran B Pertahankan Prestasi
Berlebihan memiliki skor kepentingan yang tinggi tetapi dari tingkat operasional memiliki skor yang rendah.
2.2.5 Uji Validitas
Santoso (2013), Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau ketepatan interpretasi suatu instrumen yang dibuat dari hasil pengukuran. Tinggi rendahnya validitas pengukuran menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari variabel yang dimaksud.
Pengujian validasi menggunakan rumus pearson product moment yang dapat dilihat pada Persamaan 2.4 di bawah ini.
∑ ∑ ∑
√[{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }] ...(2.4)
Keterangan:
r : korelasi pearson product moment n : jumlah subyek uji coba
x : nilai jawaban kuisioner tingkat kepentingan y : nilai jawaban kuisioner tingkat operasional
Instrumen dikatakan valid jika r hitung > r tabel atau (r hitung > r (d=0,01) > r (d=0,05)).
Selanjutnya uji validitas dengan menggunakan SPSS dengan alur uji validitas seperti Gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2. 8 Alur Uji Validitas Data
2.2.6 Uji Reliabilitas
Santoso (2013) reliabilitas adalah tingkat atau kemampuan suatu instrumen untuk dapat mengukur suatu variabel secara berulang dan menghasilkan data yang sama atau dengan sedikit perbedaan. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan ciri utama instrumen pengukuran yang baik.
Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach dengan taraf nyata 5%. Semakin dekat korfisien keandalan dengan 1 semakin baik. Sekaran (2006) keandalan kurang dari 0,6 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,7 bisa diterima, dan lebih dari 0,8 adalah baik.
Rumus alpha cronbach dapat dilihat pada Persamaan 2.5, 2.6, dan 2.7 di bawah ini.
MULAI
Memasukkan data ke data view
Memilih analysis, correlate, bivariate, kemudian memasukkan semua variabel pada kotak variabel, memilih pearson pada pilihan correlate coefficiet.
Menampilkan output
[ ∑ ] ...(2.5) ∑ ∑ ...(2.6) ∑ ∑ ...(2.7) Keterangan: rn : reliabilitas kuisioner
k : banyak butir pertannyaan ∑ : jumlah variasi butir
: variasi total
Alur uji reliabilitas dengan program SPSS dapat dilihat pada Gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2. 9 Alur Uji Reliabilitas Data MULAI
Memasukkan data ke data view
Memilih analysis, scale, reliability analysis, memasukkan semua variabel, memilih statistic, pilih item dan scale kemudian continue
Menampilkan output