5
Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang hanya dilaksanakan sekali dan umumnya berjangka waktu yang pendek. Dalam rangkaian pekerjaan tersebut mengolah suatu sumber daya proyek menjadikan suatu hasil yang berupa bangunan. Dalam proses serangkaian tersebut banyak pihak-pihak yang dilibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja dan hubungan fungsional melibatkan semua pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya berbagai pihak yang terkait tersebut maka akan terjadinya potensi konflik yang sangat besar sehingga dikatakan mengandung konflik yang sangat tinggi (Wulfram I Ervianto, 2002).
Hirschman (1967 : 1) dalam Rondinelli (1990 :6) menyebutkan bahwa proyek adalah sejenis investasi khusus yang mengacu pada kegunaan, ukuran yang pas, lokasi yang jelas, memperkenalkan sesuatu yang bersifat baru dan adanya harapan bahwa rangkaian pembangunan lebih lanjut dapat dilakukan secara lebih canggih. Sementara menurut Gray, dkk (1992 :1) rpyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya, kereta api, irigasi, bendungan, pendirian gedung sekolah, survey atau penelitian, perluasan program yang sedang berjalan, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian proyek diatas, ciri-ciri proyek antara lain sebagai berikut :
a. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.
b. Dalam proses pelaksanaan, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu.
c. Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. d. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas
kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
Proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu :
1. Proyek Engineering – Konstruksi
Kegiatan utamanya ialah studi kelayakan, design engineering, pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, Pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya. Yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
2. Proyek Engineering – Manugaktur
Dimaksud untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan utamanya adalah melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi. 4. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek ini tdai memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen.
5. Proyek Konservasi Bio-Diversity
Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelastarian lingkungan.
6. Proyek Radio-Telekomunikasi
Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal. 7. Proyek Kapital
Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi.
Pada proyek konstruksi mempunyai tiga dimensi karakteristik, yaitu unik, melibatkan sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Untuk menyelesaikannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi yang diterapkan, sesuai time schedule, dan sesuai dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan. Tiga karakteristik proyek konstruksi adalah:
1. Proyek bersifat unik
Proyek bersifat untuk yang dimaksud adalah proyek konstruksi tidak pernah sama persis dengan proyek lainnya. Misalnya, tidak ada proyek yang identik dan sejenis, proyek bersifat sementara dan selalu melibatkan grub kerja yang berbeda-beda.
2. Membutuhkan sumber daya (resources)
Setiap proyek konstruksi selalu membutuhkan sumber daya dalam penyelesaiannya, contoh pekerja, material metoda dll. Pengorganisasian manajemen tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja tersebut ternyata lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya. Apalagi, pengetahuan yang di pelajari seorang manajer proyek bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan,
manajer proyek masih harus terus belajar tentang manajemen proyek untuk mengembangkan ilmunya sendiri.
3. Membutuhkan organisasi
Di dalam organisasi banyak individu yang mempunyai keahlian yang beragam-ragam sesuai dengan tujuannya seperti tagam ketertarikan, keahlian kepribadian dan sifat masing-masing. Dalam hal ini Langkah awal harus di lakukan manager proyek adalah menyatukan visi sehingga menjadikan satu tujuan untuk organisasi tersebut.
Gambar 2.1 Three dimentional objective
Gambar 2.2 triple constrain
Rangkaian kegiatan proyek dapat dibagi menjadi 2 rangkaian yaitu, rangkaian kegiatan proyek dan rangkaian kegiatan rutin. Kegiatan rutin adalah suatu kegiatan yang terus menerus dan berulang yang
Melibatkan Organisasi Melibatkan Sumber Daya Unik PROYEK KONSTRUKSI Tepat Mutu Tepat Biaya Tepat Waktu PROYEK KONSTRUKSI
berlangsung lama, kegiatan proyek adalah suatu kegiatan yang umumnya dilaksanakan cuma sekali dan bersifat unik.
Gambar 2.3 Proyek sebagai suatu system
Dengan demikian, dapat kita simpulkan kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Dimulai dengan awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan mengakhiri dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan), dan mempunyai waktu yang pada umumnya terbatas.
2. Karena rangkaian kegiatan yang terjadi hanya satu kali maka menghasilkan produk proyek yang bersifat unik. Jadi tidak ada proyek lainnya yang identic atau sama yang ada hanyalah proyek sejenis.
Menurut W.R. King dan D.I Cleland (1987), proyek merupakan sumber daya tergabung yang menjadi sebuah organisasi yang sementara agar mendapatkan sasaran yang di inginkan. Membangun atau memperbaiki fasilitas dan sarana atau prasarana umum seperti jalan, gedung, jembatan, bendungan dll, sehingga kegiatan membangun atau memperbaiki tersebut adalah kegiatan yang biasa dikerjakan oleh proyek konstruksi. Menurut pengertian diatas, proyek memiliki waktu yang terbatas dan bersifat sementara, tidak bersifat berulang-ulang, memiliki awal waktu dan akhir waktu, memiliki sumber daya yang terbatas dengan yang bertujuan sama untuk menyelesaikan yang telah direncanakan.
Untuk itu dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan karakteristik proyek diantaranya:
1. Waktu pengerjaan dari awal hingga akhir telah ditentukan karena proyek memiliki waktu terbatas.
2. Pembangunan kontruksi hanya bersifat pribadi sekali karena bukan produk yang bisa di ulang atau di pabrikasi.
3. Memiliki pola sedikit pola awal yang berkembang menjadi banyak dan menurun hingga akhirnya berhenti, merupakan tahap-tahap kegiatan proyek.
4. Merencankan, merancang, dan melaksanakan merupakan intensitas proyek.
5. Membutuhkan klasifikasi tenaga yang beragam untuk kegiatan yang beragam.
6. Spesifikasi proyek ditentukan seperti syarat yang terkait dengan alat, bahan, metode pelaksanaan dan tenaga yang telah ditetapkan dan harus memenuhi prosedur yang telah disyaratkan.
Dalam dunia teknik sipil arti proyek lebih dipersempit sebagai proyek konstruksi yaitu proyek yang memiliki keterkaitan dengan pembangunan sebuah bangunan insfrastruktur yang pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk pekerjaan arsitektur dan teknik sipil (Istimawan Diohohusodo 1996:69).
Mengalokasikan sumber daya merupakan cara dalam melakukan kegiatan proyek bisa disebut dengan aktivitas yang berjalan dengan jangka waktu yang terbatas, dengan maksud mendapatkan hasil produk dengan kriteria mutu yang sudah digariskan dengan jelas. Tiga Batasan tersebut juga disebut sebagai (triple constrain) yang sering diasosiasikan untuk sasaran proyek. Seperti gambar dibawah : (Imam Soeharto. 1995:1-2)
Gambar 2.4 Tiga kendala pada sasaran proyek
Sumber : Imam Soeharto
Anggaran Proyek tidak boleh melebihi. Dalam sebuah proyek konstruksi membuthkan dana dan anggaran yang besar dan jangka waktu yang lama, anggaran ini bukan hanya diperlukan untuk total proyek melainkan dibagi-bagi menjadi berbagai bidang. Dengan demikian, maka penyelesaian proyek tersebut harus memenuhi target yang sudah ditentukan.
Jadwal Proyek batas waktu penyerahannya tidak boleh melewati yang sudah di tentukan.
Mutu Proyek harus sesuai dengan kriteria dan spesifikasi yang disyaratkan maka dapat disebut jika persyaratan mutu mampu dipenuhi sebagai tugas yang dimaksud.
Kesepakatan antara ketiga Batasan diatas akan menjadi penentu, jika ingin melakukan peningkatan kinerja produk yang sudah dilakukan kesepakatan dalam kontrak, maka menaikkan kualitas mutu dapat menyebabkan naiknya biaya dan akan melebihi anggaran. Jadi harus berkompromi dengan waktu atau mutu aka anggaran dapat ditekan.
2.1.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau owner adalah pihak
,
baik instansi pemerintah atau instansi swasta,
yang memiliki proyek dan memberikannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja yang telah disetujui.
Untuk dapar merealisasikan pekerjaan,
sebagai pemilik proyek memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
Tugas pemilik proyek adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau pelaksana proyek. d. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas
atau manajemen konstruksi.
e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
Wewenang pemilik proyek adalah sebagai berikut :
a. Membuat surat perintah kerja.
b. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
c. Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi.
d. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kontrak yang telah di setujui.
2.1.2 Perencana Proyek
Perencana proyek merupakan suatu badan perorangan atau badan hukum yang dipilih oleh pemilik proyek untuk melakukan pada tahap perencanaan. Perencana proyek dapat dipilih melalui pelelangan atau dapat ditunjuk langsung oleh pemilik proyek, dimana dalam proyek RSI UNISMA perencana proyek ditunjuk langsung kepada PT Dwi Ponggo Seto. Dalam tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut.
1. Estetika
Estetika diperhatikan sebagai dasar keindahan dan keserasian bangunan yang mampu memberikan rasa bangga kepada pemiliknya.
2. Fungsional
Bangunan harus disesuaikan dengan pemanfaatan dan penggunaanya sehingga dalam pemakaiannya dapat memberikan kenikmatan dan menyamanan.
3. Struktural
Bangunan gedung harus memiliki struktur yang kuat sehingga dapat memberikan rasa aman untuk ditinggali pengguna atau pemilik proyek.
4. Ekonomis
Selain ketiga unsur diatas bangunan juga harus ekonomis. Pendimensian elemen bangunan harus direncanakan secara proporsional dan penggunaan bahan bangunan yang memadai sehingga bangunan awer dan mempunyai umur pakai yang panjang.
2.1.3 Pelaksanaan Proyek
Pembangunan RSI UNISMA ini di laksanakan oleh PT Dwi Ponggo Seto sebagai kontraktor dan PT Dwi Ponggo Seto yang bertugas sebagai konsultan pengawas. PT Dwi Ponggo Seto berlokasi di kota Ponorogo, tepatnya di JL, Singo Kobro No. 15 , Kec. Siman ,Kab. Ponorogo, Jawa Timur, yang bertugas sebagai kontraktor proyek.Yang bertugas sebagai konsultan pengawas yang merencanakan estimasi biaya awal, melaksanakan perhitungan volume bangunan dan melakukan pengawasan pekerjaan yang di lakukan kontraktor lapangan di lapangan mewakili pemilik proyek RSI UNISMA.
Tahap pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap struktural
Tahap struktural meliputi perhitungan beban – beban yang bekerja
,
merencanakan denah portal untuk menentukan letak kolom dan balok utama,
analisa mekanika untuk pendimensian elemen struktur dan penyelidikan tanah untuk pondasi.
2. Tahap arsitektural
Merupakan tahapan pertama dalam pelaksanaan pembangunan bangunan
.
Tahap arsitektural meliputi penggambaran denah bangunan,
potongan,
tampak,
perspektif,
detail gambar bangunan,
rencana anggaran biaya (RAB) serta rencana kerja dan syarat (RKS).3. Tahap finishing
Memberikan sentuhan akhir untuk keindahan dan melengkapi gedung dengan segala fasilitas alat – alat mekanikal
,
elektrikal,
sebagai bentuk pelayanan kepada penghuninya
.
2.1.4 Fungsi Bangunan
Bangunan ini berfungsi untuk Rumah Sakit (rawat inap). Selain itu, bangunan RSI Unisma juga menyediakan saran seperti rawat inap, ruang arsip, ruang operasi dan ruang transit yang dapat digunakan untuk menunggu bagi tamu yang mengunjungi RSI ini.
2.1.5 Fasilitas Proyek
Dalam suatu proyek pembangunan harus diimbangi dengan fasilitas kerja yang memadai sehingga aktifitas dapat berjalan lancar, nyaman, dan mendukung program keselamatan kerja (K3). Fasilitas penunjang yang ada pada pembangunan RSI Unisma adalah sebagai berikut.
1. Kantor direksi (Direksi Keet). 2. Kantor konsultan pengawas. 3. Logistik atau gudang. 4. Kantor HSE.
2.2 Manajemen Proyek
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggota yang terlibat didalamnya dengan cara memeanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mecapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkungan kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan asspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.
Manajemen proyek menurut H. Kerzner dalam soeharto (1997:28) merencanakan, menyusun organisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh lagi manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal.
Sedangkan menurut PMI (Project Management Institute) (dikutip oleh Soeharto, 1999), mengemukakan definisi manajemen proyek sebagai berikut : Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya. Serta memenuhi keinginan para stake holder.
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentu waktu penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu :
a. Penyusun jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.
b. Proses pengendalian (controlling)
Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu :
• Perencanaan
Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan organisasi timnya. • Penjadwalan
Fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya. • Pengendalian
Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelolah Kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya.
Handoko (1999:98) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah sebagai berikut :
1. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.
2. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Sebagai berikut (Paulus Nugraha, Ishak Natan, R. Sudjipto, 1985:15) :
1. Pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek dengan budget yang telah ditentukan, jangka waktu yang telah ditetapkan dan kualitas bangunan proyek harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah dirumuskan.
2. Bagi kontraktor yang bonafide yaitu pengembangan reputasi akan kualitas pekerjaan (workmanship) serta mempertahankannya.
3. Menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan yang menjadi beroperasinya pekerjaan proyek secara kelompok (teamwork).
4. Terciptanya pendelegasian wewenang dan tugas yang seimbang sampai kepada lapisan manajemen yang paling bawah sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lebih efektif.
5. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana, kondisi kerja, keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan.
6. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga orang yang bekerja yang akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari kemampuan dan keahlian mereka.
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihatbatasan mengenai tugas, wewenang, dan tanggungjawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi tugas dan tanggungjawab yang dilakukan secara bersamaan. Apabila fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur maka tujuan akhir dari proyek akan mudah untuk diwujudkan. Tujuan sebuah proyek diantaranya :
a. Ketepatan waktu pengerjaan. b. Tepat kualitas.
c. Tepat kuantitas.
d. Tepat biaya sesuai dengan biaya rencana.
e. Tidak adanya gejolak dengan masyarakat sekitar. f. Tercapainya K3 yang baik.
2.2.1 Pokok Perencanaan Proyek
Dalam merencanakan sebuah proyek, terdapat hal-hal pokok yang menjadi tujuan dalam pengerjaannya. Beberapa hal pokok yang menjadi dasar dalam perencanaan sebuah proyek adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Agar hasil dari proyek bisa berjalan optimal
,
proyek haruslah direncanakan dengan perencanaan yang matang.
Dalam merumuskan perencanaan yang matang untuk sebuah pengadaan proyek,
penyelenggara harus mempersiapkan administrasi dan program sesuai agar setiap step pengerjaan dapat diimplemetasikan dengan baik.
Tujuan adanya perencanaan ini yaitu agar proyek yang dikerjakan dapat memenuhi persyaratan ketentuan waktu
,
biaya,
kualitas,
dan keselamatan kerja.
Dalam membuat perencanaan proyek,
penyelenggara perlu melakukan studi rekayasa nilai,
kelayakan,
dan studi perencanaan area manajemen proyek yang didalamnya memuat perencanaan keselamatan kerja,
kesehatan,
biaya,
kualitas,
sumber daya waktu,
resiko,
lingkungan
,
dan sistem informasi.
b. Penjadwalan
Penjadwalan adalah suatu bentuk implementasi dari tahap perencanaan dimana penjadwalan tesebut memuat informasi tentang waktu pelaksaan proyek dan kemajuan proyek. Kemajuan proyek meliputi progres waktu, durasi, dan sumber daya. Selain itu, proses updating dan monitoring wajib dilakukan agar penyelenggara memliki jadwal yang realistis sehingga pengerjaan proyek dapat berjalan lancar dan sesuai dengan apa yangtelah ditargetkan.
c. Kontrol Proyek
Kontrol proyek merupakan tahap yang sangat berpengaruh pada hasil pengadaan suatu proyek. Tujuan utama dilakukan pengendalian proyek yaitu untuk mencegah dan meminimalisir penyimpangan yang mungkin terjadi selama berlangsungnya pengerjaan proyek. Dengan dilakukannya tahap ini, penyelenggara dapat mengoptimalkan kualitas kinerja waktu, biaya, dan keselamatan kerja. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam tahap pengendalian proyek antara lain kegiatan pengawasan, koreksi selama proses pengerjaan proyek, pemeriksaan kembil proyek, dan pemeriksaan kembali yang tengah dikerjakan.
2.2.2 Ruang Lingkung Pengerjaan Proyek
Dalam pengerjaan sebuah proyek, terdapat ruang lingkup pengerjaan yang berfungsi untuk membatasi jenis pengerjaan yang akan dilakukan. Dalam proyek yang akan dikerjakan, terdapat beberapa ruang lingkup yaitu adalah :
a. Penentuan waktu kapan proyek akan mulai dikerjakan. b. Perencanaan lingkup proyek yang hendak dikerjakan. c. Pembuatam definisi dari rung lingkup suatu proyek.
d. Verifikasi kontrol dan proyek jika terjadi perubahan selama pengerjaan proyek tengah berlangsung.
2.2.3 Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama – sama dengan kemampuan dan keahliannya masing – masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas tinggi.
Suatu proyek konstruksi yaitu proyek fisik yang dicapai dengan kegiatan konstruksi merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem itu sendiri secara konseptual berpengertian adanya perangkat atau kelompok yang
menyangkut beberapa unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Proyek konstruksi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu bangunan fisik yang memenuhi dan persyaratan melalui suatu ruang lingkup pekerjaan tertentu yang dilakukan beberapa orang atau beberapa kelompok orang. Untuk proyek – proyek besar yang harus dilaksanakan oleh beberapa kontraktor, maka pemilik proyek dapat memberikan kepercayaan yang penuh pada suatu badan yang disebut manajemen konstruksi yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai manajer.
2.2.4 Konsultan Perencana
Konsultan perencana pada pekerjaan pembangunan RSI UNISMA adalah PT Dwi Ponggo Seto. Berikut ini adalah tugas dan wewenang konsultan perencana. Konsultan perencana yang ditunjuk adalah PT Dwi Ponggo Seto.
a. Tugas konsultan perencana
• Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik bangunan.
• Membuat gambar kerja pelaksanaan.
• Membuat rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan sebagai pedoman pelaksanaan.
• Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
• Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik kedalam desain bangunan.
• Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan desain untuk diwujudkan.
• Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi kegagalan konstruksi.
b. Wewenang konsultan perencana
• Mempertahankan desain bila pihak pelaksana (kontraktor) tidak sesuai dengan rencana.
• Menenutkan jenis material yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2.2.5 Konsultan Pengawas atau MK
Konsultan pengawas adalah badan usaha atau perorangan yang ditunjuk oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas yang ditunjuk adalah PT Dwi Ponggo Seto.
a. Tugas konsultan pengawas
• Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
• Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
• Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.
• Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
• Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek. • Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek
yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
b. Wewenang konsultan pengawas
• Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan bila terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
• Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
• Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.
• Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan.
• Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
2.2.6 Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan kemampuannya yang mempunyai tenaga ahli teknik. Kontraktor yang ditunjuk adalah PT Dwi Ponggo Seto.
Tugas dari kontraktor adalah sebagai berikut :
a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.
b. Bersama dengan bagian engineering menyusun metode pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. c. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.
d. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.
e. Mengadakan evaluasi dan memuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
f. Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.
g. Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara kemajuan di lapangan.
h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik
i. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.
j. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga, dan alat di lapangan.
k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil pekerjaan di lapangan.
l. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di lapangan.
2.3 Alokasi Sumber Daya Dalam Manajemen Proyek
Sumber daya merupakan komponen yang paling penting dalam suatu perencanaan proyek. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perencanaan dengan sumber daya sebagai proses mengidentifikasi jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan. Tujuan perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya, tidak boleh terlalu awal atau terlambat, karena keduanya merupakan sumber daya pemborosan.
2.3.1 Biaya
Biaya proyek merupakan sumber daya yang memegang peranan sangat penting dalam penyelenggaraan suatu proyek dari awal hingga akhir pada pelaksanaan proyek yang selanjutnya digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya seperti manusia, peralatan, material, maupun waktu.
2.3.2 Unsur-Unsur Biaya Proyek
Perkiraan biaya memegang peranan sangat penting dalam penyelenggaraan proyek. Hal ini perlu adanya unsur-unsur biaya diantaranya sebagai berikut (Iman Soeharto, 1995:131) :
1. Biaya pembelian material dan peralatan.
2. Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi. 3. Upah tenaga kerja.
4. Biaya subkontrak. 5. Biaya transportasi.
6. Overhead dan administrasi. 7. Free/laba dan kontigensi.
2.3.3 Modal Tetap dan Modal Kerja
Untuk membangun suatu proyek konstruksi dibutuhkan investasi berupa sejumlah besar biaya atau modal. Modal dalam proyek dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital) (Iman Soeharto, 1995:127).
2.3.4 Sumber Daya Manusia
Secara teoritis, keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan proyek. Namun cara tersebut tidak realitis karena keperluan tenaga kerja selama siklus proyek tidak konstan. Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja proyek yang realitis perlu diperhatikan bermacam-macam faktor, diantaranya yang terpenting adalah seperti berikut (Iman Soeharto, 1998:131) :
1. Produktivitas tenaga kerja.
2. Tenaga kerja periode puncak (peak). 3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat.
4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan.
5. Meratakan jumlah tenaga guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam.
Dilihat dari bentuk hubungan kerja antar pihak yang bersanagkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi (Iman Soeharto, 1998:147) :
1. Tenaga kerja langsung (Direct Hire)
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang direkrut dan mendatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahan
kontraktornya umumnya diikuti dengan Latihan, sampai dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasae. 2. Tenaga kerja Borongan
Tenaga kerja Borongan adalah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja (labor supplier) dengan kontraktor, untuk jangka waktu tertentu.
2.3.5 Material
Material merupakan bagian terpenting yang mempunyai presentase cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, mendistribusikan dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting.
2.3.6 Peralatan
Salah satu sumber daya terpenting yang harus tersedia pada saat melaksanakan kegiatan proyek adalah peralatan konsttruksi (construction
plant).
Secara umum peralatan konstruksi adalah mahal, karena itu diperlukan perhatian dan pertimbangan yang matang dalam memutuskan tipe dan ukuran alat adalah biaya keseluruhan dari tiap satuan produksi yang diperoleh. Terdapat beberapa faktor lain yang patut diperhatikan sebelum keputusan akhir dibuat, faktor-faktor tersebut meliputi (Wulfram I. Ervianto, 2004 : 175) :
a. Keandalan alat. b. Kebutuhan pelayanan. c. Ketersediaan suku cadang. d. Kemudahan pemeliharaan.
e. Kemampuan alat untuk digunakan dalam berbagai macam kondisi lapangan.
f. Kemudahan untuk diangkut dan dipindahkan.
g. Permintaan akan alat dan harga penjualannya Kembali. h. Tenggang waktu dalam penyerahan alat.
2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Badan Organisasi Kontraktor 2.4.1 Project Manager
Project manager adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Kepala proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya, yaitu :
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.
b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek. c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAB) berdasarkan
RAB awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada Direksi hingga diperoleh persetujuan.
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses kegiatan konstruksi di proyek.
2.4.2 Site Manager
Site manager adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Site manajer proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya, yaitu :
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.
b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek.
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAB) berdasarkan RAB awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada Direksi hingga diperoleh persetujuan.
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses kegiatan konstruksi di proyek.
2.4.3 Safety Officer
Safety Officier fokus pada masalah pengelolaan aspek keselamatan dan kesehatan kerja, serta pengelolaan proyek yang berwawasan lingkungan.
a. Membuat perencanaa dan program pelaksanaan K3 Konstruksi di Proyek.
b. Melakukan penyuluhan dan Pembinaan informasi serta latihan tentang K3 Konstruksi.
c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Konstruksipada proyek apakahsudah sesuai dengan planning K3 Konstruksi yang dibuat. d. Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan.
2.4.4 Site Engineering
Site Engineer fokus pada pengelolaan pelaksanaan pekerjaan, dengan memperhatikan metode kontsruksi, sistematika dan tahapan pelaksanaan. Tugas Site Engineer yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
b. Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, memberikan petunjuk-petunjuk atas wewenang yang diberikan pelaksana kegiatan.
c. Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai efisiensi pada setiap kegiatan (pekerjaan yang harus ditangani). d. Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian
2.4.5 Admin atau General Affair
Admin/General Affair fokus pada pengelolaan urusan umum antara lain pergudangan, kesekretariatan, kepersonaliaan proyek, perijinan, monitoring pembayaran kas proyek, keamanan dan hubungan sosial. Tugas Admin/General Affair, yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan perijinan yang diperlukan perusahaan.
b. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya hubungan baik dengan lingkungan sekitar Perusahaan.
c. Bertanggung jawab terhadap pelaporan secara periodik keberadaan dan kondisi asset perusahaan.
d. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya fasilitas kantor. e. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan kebutuhan stationary. f. Bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh fasilitas kantor
dan asset perusahaan. 2.4.6 Drafter
Tugas pelaksana arsitek, yaitu :
a. Memeriksa gambar agar sesuai dengan Bill Of Quantity. b. Mempelajari gambar terutama gambar detail.
c. Menyiapkan perubahan – perubahan pada gambar rencana yang diakibatkan oleh lingkungan namun tetap berdasarkan gambar dari konsultan perencana sebagai persetujuan.
2.4.7 Arsitek Tugas arsitek, yaitu :
a. Membuat desain bangunan dan gambar yang rinci dan detail. b. Penghubung dengan professional konstruksi tentang kelayakan
proyek potensial.
2.4.8 Surveyor Tugas Surveyor, yaitu :
a. Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.
b. Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor terhadap titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi maupun elevasi.
c. Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan dan bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.
2.4.9 Mandor
Tugas dan tanggung jawab mandor, yaitu :
a. Membaca Memahami Gambar kerja dan menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah operasional.
b. Melakukan Peninjauan Dan pengukuran Lapangan (setting Out).
c. Menghitung Perkiraan Volume Pekerjaan
,
kebutuhan tenaga kerja,
nahan dan alat.d. Menghitung Harga Satuan Ongkos Kerja. e. Merundingkan Harga Borongan Pekerjaan. f. Membuat Jadwal Dan Recana Kerja.
g. Menyiapkan Dan Mengatur pembagian Tugas para Tukang Dan Pekerja.
h. Mengawasi kegiatan Para Tukang dan pekerja dalam melakukan pekerjaan.
i. Mengawasi kegiatan para tukang dan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.
j. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. k. Mengukur dan Menghitung hasil kerja/opname.
l. Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan menagih pembayaran.
m. Membayar Upah Para Tukang Dan Pekerja
.
2.4.10 Logistik
Tugas logistik (bagian gudang) pada umumnya adalah mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau material yang diperlukan proyek dan memeriksa apakah persediaan barang-barang atau naterial tersebut masih cukup atau tidak. Maka tugas dan tanggung jawab bagian gudang logistik adalah sebagai berikut :
a. Membuat resume stock material di lapangan berdasarkan schedule kerja proyek.
b. Menerima kedatangan material di lapangan dan memeriksa apakah sudah sesuai dengan kualitas yang dipesan.
c. Mengatur penyimpanan material gudang supaya tidak rusak. d. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota pesanan. e. Bertanggung jawab atas kelancaraan, kualitas dan kesiapan
material yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Agar tidak kehabisan stock, maka biasanya bila persediaan material tinggal 50%, bagian logistik telas memajukan permohonan untuk pemesanan kembali.
f. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas material yang tersimpan di gudang.
2.4.11 Mekanik
Uraian tugas mekanik adalah sebagai berikut
:
a. Mengidentifikasi komponen utama engine. b. Melaksanakan pemeliharaan engine.
c. Melaksanakan Perbaikan ringan (minor repair) engine. d. Memeriksa dan menganalisa kerusakan komponen engine. e. Melaksanakan Perbaikan (Major Repair).
2.4.12 Keamanan
Uraian tugas keamanan adalah sebagai berikut
:
a. Pengawasan pintu gerbang.
b. Pengaturan keluar masuk kendaraan. c. Patroli keamanan.
d. Patroli keselamatan. e. Penerima tamu.
2.5 Pengertian Produktivitas
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara input dan output, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan dalam proyek konstruksi. Rasio produktivitas adalah jumlah nilai yang di ukur selama proses konstruksi, dapat dibagi menjadi biaya material, biaya tenaga kerja, uang, metoda dan alat. Sukses atau setidaknya sebuah konstruksi tergantung pada efisiensi pengelolaan sumber daya.
Selama proses kontruksi berlangsung sumber daya yang digunakan antara lain material, machines, men, method, money. Dalam proses konstruksi penggunaan material secara efektif sangat bergantung pada desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Untuk menghemat penggunaan material dilakukan tahap penyediaan, handling, dan processing selama waktu konstruksi. Dibutuhkan pemilihan alat yang tepat karena dapat mempengaruhi proses konstruksi, pemindahan atau distribusi material yang cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.
Pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah yang diberikan antara pekerja satu dengan lainnya tidaklah sama dikarenakan kemampuan masing-masing pekerja tersebut. Biaya untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metoda konstruksi yang digunakan. Pihak yang akan bertanggung jawab untuk pemilihan metoda dan waktu konstruksi adalah kepala proyek.
2.6 Produktivitas Sebagai Sistem
Untuk meningkatkan produktivitas dalam proyek konstruksi, sistem yang mengatur tentunya sudah dirancang dan direncanakan. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah pekerjaan, ialah faktor manusia yang memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan faktor lainnya.
Dalam sebuah sistem tentunya akan dibutuhkan sebuah organisasi yang akan menjalankannya. Dengan efektifitas organisasi tersebut tentunya akan menjalankan subsistem yang ada didalamnya dengan lancar. Pada gambar 2.5, ditunjukkan unsur-unsur yang terlibat dalam proyek konstruksi, secara tegas dibedakan langsung dengan produktivitas sangat erat hubungannya dengan kontraktor dimana melalui kerja kontraktor dan beserta elemen pendukungnya secara nyata mewujudkan fisik konstruksi.
Gambar 2.5. Struktur organisasi proyek kontruksi
Faktor manusia yang menjadikan penentu tercapainya tingkat produktivitas yang ditetapkan. Lebih jelas lagi dapat disebutkan bahwa tukanglah yang menjadi faktor lainnya. Proyek konstruksi selalu membutuhkan pekerja dengan menggunakan fisiknya karena dibutuhkan
untuk mengerjakan dalam cuaca dan kondisi kapanpun. Untuk memaksimalkan produktivitas yang diinginkan dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan keselamatan dan Kesehatan kerja, para pemimpin harus memahami kondisi serta keterbatasan yang diakibatkan oleh kondisi dan lokasi proyek.
Program produktivitas dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mencakup empat tahapan. Model lingkaran produktivitas adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6. Struktur organisasi proyek kontruksi Program produktivitas dimulai dengan melakukan pengukuran produktivitas dilapangan atau lokasi proyek. Tanpa mengetahui keadaan sesungguhnya dilapangan, sulit rasanya untuk meningkatkan produktivitas kerja tersebut. Dari hasil pengukuran ini, dapat dilakukan evaluasi dengan cara membandingkannya. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk merencanakan ulang lagi tingkat produktivitas dan menentukan arah perbaikan atas apa yang terjadi.
2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan, diantaranya dilakukan di singapura Low pada 1992. Low menyimpulkan bahwa produktivitas kontruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu
buildability, training, structure of industry, build control. Strandardization, foreign labour, mechanization and auto-mation. Di
Indonesia sendiri penelitian serupa telah dilakukan oleh Kaming pada tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifisikan menjadi empat kategori utama, yaitu:
Evaluasi produktivitas Pengukuran produktivitas Perencanaan produktivitas Perbaikan produktivitas
1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa, metoda konstruksi, urutan pekerjaan, pengukuran kerja. 2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan
penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen tenaga kerja, manajemen peralatan.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, Latihan kerja, partisipasi.
4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insemtif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja antarsejawat, kemangkiran.
2.7 Metode Perhitungan Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerja adalah cara menghitung harga satuan pekerjaan pada konstruksi dengan mengalihkan kebutuhan upah pekerja, bahan material, dan alat dengan harga bahan bangunan, ini adalah standart dalam mengupah pekerja persatuan pekerjaan kontruksi. Angka koefisien pekerja sangat mempengaruhi untuk menunjukkan nilai satuan material atau bahan, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah pekerja yang dipergunakan untuk acuan atau panduan melakukan perencanaan biaya suatu pekerjaan.
Bahan material, upah pekerja, dan peralatan mempengaruhi harga satuan pekerja seperti pada skema 2.7.
Skema diatas menjelaskan bahwa harga satuan pekerja, harga satuan bahan, dan harga satuan alat harus diketahui terlebih dahulu untuk dilakukan perkalian dengan koefisien yang sudah ditetapkan, sehingga dapat diperoleh rumusan sebagai berikut:
Maka akan diperoleh :
Besarnya harga satuan bahan, upah, dan juga alat tersebut mempengaruhi besarnya harga satuan pekerjaan, sehingga dalam menghitung kebutuhan bahan pada setiap pekerjaan saat diperlukan ketelitian. Tingkat produktivitas pekerjaan menentukan harga satuan upah dalam menyelesaikan proyek konstruksi tersebut.
2.8 Produktivitas Tenaga Kerja
Secara umum, produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input. Dibidang kontruksi input adalah jumlah sumber daya yang digunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Sedangkan output adalah kualitas pekerjaan yang telah dikerjakan seperti meter kubik galian atau timbunan. Karena material dan alat bersifat standart jadi keahlian pekerja sendiri yang menentukan pekerjaan mereka.
Dalam menyelenggrakan sebuah proyek, salah satu faktor sumber daya yang menjadi faktor penentu dalam keberhasilannya adalah tenaga kerja. Penyediaan jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat dan material, jenis keterampilan dan keahlian harus mengikuti tuntutan dan perubahan kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka suara perencanaan proyek kontruksi harus terperinci dalam perkiraan jenis
dan keperluaan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dari berbagai bidang dan disiplin ilmu untuk pekerjaan lapangan kontruksi.
Untuk mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang berlangsung jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat sepanjang siklusnya sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan keahlian juga mengikuti perubahan secara cepat tersebut. Menurut Soeharto (1997), indeks produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut: Indeks Produktivitas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚−𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ−𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Kondisi standart adalah kondisi rata-rata dimana indeks produktivitas diberi angka = 1,0. Jika indeks produktivitas > 1,0 berarti produktivitas tenaga kerja kurang standart. Sebaliknya jika indeks produktivitas < 1,0 berarti produktivitas tenaga kerja melebihi standar yang ditetapkan (Soeharto, 1997).
2.8.1 Produktivitas Kelompok Pekerja
Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus di bayar. Kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara berikut:
a. Produktivitas pekerja = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
b. Kebutuhan tenaga kerja = Koefisien Analisa x produktivitas pekerja
2.9 Metode Penjadwalan Proyek
Dalam metode penjadwalan proyek dapat menggunakan beberapa metode dalam mengelola sumber daya proyek dan waktu. Pada masing-masing metode tersebut tentunya memiliki kelebihan maupun kekurangan. Pertimbangan untuk menggunakan metode-metode ini didasarkan pada
keinginan untuk tercapainya suatu pekerjaan tersebut. Kegiatan waktu akan berhubungan terhadap kiatan lainnya contohnya kinerja biaya pokok tersebut. Jadi, untuk meminimalisirnya harus dilakukan monitoring terhadap material, alat keselamatan kerja dan ketersediaan alat serta hal-hal lainnya yang terlibat. Jadi, Kalau ada penyimpangan dari rencana awal kegiatan, maka harus dilakukan evaluasi dan tindakan (Abrar Husen,
2009:150-151).
Dengan mengendalikan manajemen proyek maka akan diketahui laju pelaksanaan pekerjaan, sehingga penyimpanan yang terjadi akan dengan mudah dan cepat teratasi dengan langkah-langkah yang sudah ada. Untuk melaksanakannya memperlukan metode-metode, alat bantu yang dapat mempermudah dalam pekerjaannya baik berupa tabel, grafik ataupun aplikasi-aplikasi penunjang lainnya. Alat bantu tersebut harus mudah dipergunakan atau mudah di baca agar mempermudah dalam pelaksanaan pengendaliannya (Kasmiruddin, 2010:67).
2.9.1 Metode Project Evaluation and Review Technique
Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan yang diberi nama diagram PERT, merupakan singkatan dari Project Evaluation and Review Technique. Diagram PERT dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktivitas.
PERT mempunyai banyak kesamaan dengan CPM dan PDM. Seperti dalam CPM, PERT menggunakan teknik diagram Acivity On
Arrow (AOA), yang berarti arrow digunakan untuk menggambarkan
kegiatan sedangkan node menggambarkan event. PERT tidak seperti dalam CPM dan PDM, tetapi berorientasi pada event (event -oriented
kejadian (event times). Sedangkan CPM dan PDM berorientasi pada waktu kegiatan (task-oriented) yang berarti bahwa komputasi dilakukan terhadap waktu kegiatan (task-oriented) yang berarti bahwa komputasi dilakukan terhadap waktu kegiatan (task times).
Menurut Gusti Ayu, metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur – unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan – kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi sasaran jadwal penyelesaian.
Menurut Haizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis, waktu pesimis dan waktu realistis. Levin dan Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah perkiraan waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat direalisasikan, kemungkinan terjadinya juga hanya satu kali dalam 100, sedangkan waktu realistis atau waktu paling mungkin adalah waktu yang berdasarkan pikiran estimator. Perkiraan waktu optimis biasanya dinyatakan oleh huruf a, waktu realistis oleh huruf m, dan waktu pesimis dinyatakan oleh huruf b.
Menurut Soeharto (1999), mengingat besarnya pengaruh angka a, m dan b dalam metode PERT, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan angka estimasi, diantaranya :
1. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, m, dan b dalam hubungannya dengan perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode PERT.
2. Di dalam proses estimasi angka-angka a, m dan b bagi masing-masing kegiatan, jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target kurun waktu penyelesaian proyek. 3. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka data dengan demikian akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak membantu mendapatkan hasil yang lebih menyakinkan.
4. Dari kurva distribusi (gambar 2.8) dapat dijelaskan arti a, b dan m
5. Kurva waktu yang menghasilkan puncak kurva adalah m. Kurva a dan b terletak di pinggir kanan kiri dari kurva disttribusi, yang menandai batas rentang waktu kegiatan.
Metode PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang, yaitu denga memakai tiga angka estimasi. Estimasi ini diperoleh dari orang-orang yang mempunyai kemampuan rentang pekerjaan yang akan dilaksanakan dan berapa lama waktu pekerjaan.
Ketiga waktu estimasi waktu tersebut adalah (Iman Soeharto, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, 1995:228) :
2.9.2 Estimasi Metode PERT
Dalam metode PERT, diketahui tiga buah estimasi durasi setiap kegiatan, Ketiga estimasi durasi tersebut adalah:
1. a = Kurun Waktu Optimistik (Optimistic Duration Time) Kurun waktu optimistic adalah durasi tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam serratus kali kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
2. m = Kurun Waktu Paling Mungkin (Most Likely Time) Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan secara berulang – ulang denga kondisi yang hampir sama. 3. b = Kurun Waktu Pesimistik (Pessimistic Duration Time)
Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, bila segalanya sesuatunya serba tidak baik. Durasi di sini dilampaui hanyak sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang – ulang dengan kondisi yang hampir sama.
Tujuan dari penggunaan tiga estimasi yaitu untuk memberikan rentang lebih lebar dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan disbanding satu angka determatik. Arti tiga angka tersebut akan dijelaskan oleh teori probabilitas dengan kurva distribusinya.
Setelah tiga angka estimasi tersebut diketahui maka langkah selanjutnya adalah merumuskan hubungan tiga angka tersebut manjadi satu angka yang disebut dengan waktu yang diharapkan (expected
duration time). Angka te dirumuskan sebagai berikut :
te = 𝑎+4𝑚+𝑏
6
Angka te adalah angka rata-rata kalau kegiatan tersebut dikerjakan berulang-ulang dalam jumlah yang besar. Dalam menentukan te dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadi peristiwa optimistic (a) dan pesimistik (b) adalah sama. Perlu ditekankan di sini perbedaan antara kurun waktu yang diharapkan (te) dengan kurun waktu paling mungkin (m). Angka m menunjukkan angka terkait atau perkiraan oleh estimator. Sedangkan te adalah hasil dari perhitungan rumus matematis.
Gambar 2.8 Kurva Distribusi Frekuensi
Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti a, b dan m. Kurun waktu yang menghasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu paling banyak terjadi. Adapun angka a dan b terletak hampir diujung kiri dan kanan dan kurva distribusi, yang menandai batas lebar rentang waktu kegiatan. Kurva distribusi pada umumnya berbentuk asimetris dan disebut kurva beta.
Gambar 2.9 Kurva Distribusi Asimetris (Beta) 2.9.3 Deviasi Standar dan Varians Kegiatan
Gusti Ayu menjelaskan estimasi kurun waktu kegiatan pada metode PERT memakai rentang waktu. Rentang waktu ini menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik,
angka deviasi standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) sedangkan besarnya varians sama dengan (S2) atau bila dirumuskan sebagai berikut :
• Deviasi Standart Kegiatan (S) = 𝑏−𝑎
6
• Varians Kegiatan V (te) = S2 = (𝑏−𝑎
6 )
2
2.9.4 Target Waktu Penyelesaian
Pada penyelenggaraan proyek, sering dijumpai sejumlah tonggak kemajuan (milestone) dengan masing-masing target jadwal atau tanggal penyelesaian telah ditentukan. Untuk mengetahui kemungkinan/kepastian mencapai target jadwal tersebut. Hubungkan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d) pada metode PERT dinyatakan dengan Z dan dirumuskan sebagai berikut:
Deviasi Z = 𝑇(𝑑)−𝑇𝐸
𝑆 , s
2 = V(TE)
Dimana :
T(d) = Target Waktu
TE = Jumlah te Kegiatan Kritis V(TE) = Jumlah V(te) Kegiatan Kritis