• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

BEKASI INDONESIA

Bisma Jatmika, ST, MM Universitas Mitra Karya

ABSTRAK

Pengendaliaan persediaan sangat penting untuk kelangsungan proses produksi suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Adapun metode yang digunakan dalam pengendalian jumlah persediaan barang dengan pemesanan yang ekonomis, salah satunya digunakan dengan menggunakan sistem Economic Order Quantity (EOQ). Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.EOQ (Economic Order Quantity). Yang artinya kuantitas pesanan ekonomi didefinisikan sebagai kuantitas pesanan yang dapat menyeimbangkan biaya persediaan pemesanan terhadap biaya persediaan penyimpanan, ketika biaya-biaya tersebut telah seimbang, maka biaya total persediaan dapat diminimalkan.

(2)
(3)

1

bidang ekonomi menyebabkan setiap perusahaan semakin gencar untuk mencapai tujuannya.Pada umumnya, tujuan utama setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan maksimum. Menurut Zahedi (2009:140) Salah satu tindakan yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum adalah melakukan perbaikan dan pembenahan persediaan dalam perusahaan agar perusahaan dapat efisien. Ada banyak faktor pendukung kelangsungan proses produksi salah satunya dengan cara pengendalian persediaan bahan baku.

Pengertian persediaan menurut Assauri (2005:50), adalah sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena melibatkan investasi terbesar dalam perusahaan. Menurut Nunung dan Richard (2009:60), bagian persediaan

(4)

material harus dapat mengontrol atau mengatur persediaan agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan bahan baku yang terlalu banyak sehingga perusahaan dapat mencapai efisien.

Dalam Prosespengendalian persediaan bahan baku merupakan kegiatan perusahaan yang perlu diberlakukan. Hal ini demi melayani kebutuhan bahan baku dengan tepat dan efisien. Pada kasus tertentu banyak perusahaan yang belum memiliki konsep mengenai system produksi dan masih menggunakan metode berdasarkan pengalaman atau perkiraan. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinyan penumpukan maupun kekurangan bahan baku yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya penyimpanan maupun penunda kegiatan produksi.

Dengan adanya kebijaksanaan persediaan bahan baku yang di terapkan dalam perusahaan, biaya persediaan dapat di tekan seminimal mungkin.Untuk meminimumkan biaya persediaan tersebut dapat digunakan metode EOQ (Economic Order Quantity).EOQ adalah cara untuk mencari jumlah pesanan yang paling ekonomis dalam persediaan bahan baku yang akan di butuhkan untuk proses produksi.

Perusahaan juga harus mempunyai pemikiran apabila dengan persediaan bahan baku yang terlalu besar akan mengakibatkan membengkaknya biaya persediaan, tetapi apabila persediaan bahan baku terlalu sedikit maka proses produksi akan terhambat dan akibat paling parah perusahaan akan kehilangan pasar karena tidak sesuai permintaan konsumen.

Pengendalian Persediaan sangatlah penting untuk kelangsungan suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Adapun metode yang digunakan dalam pengendalian jumlah persediaan barang dengan pemesanan yang ekonomis, salah satunya digunakan dengan menggunakan sistem Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah ketersediaan barang yang dapat

diperoleh dengan biaya minimal atau sering disebut dengan jumlah pembelian yang optimal.

(5)

Menurut (Kumar and Suresh, 2009:176)Pengendalian Persediaan adalah pendekatan yang di rencanakan untuk menentukan pesanan apa, kapan harus memesan dan berapa banyak untuk persediaan, sehingga biaya yang terkait dengan pembelian dan penyimpanan menjadi optimal tanpa mengganggu produksi dan penjualan.

Menurut Kumar & Suresh (2009:177), tujuan dari pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk memastikan pasokan yang cukup dari produk kepada pelanggan dan menghindari kekurangan sejauh mungkin.

b. Untuk memastikan bahwa investasi keuangan dalam persediaan minimum (yaitu, untuk melihat bahwa modal kerja di blokir seminimum mungkin). c. Efisiensi pembelian, penyimpanan, konsumsi dan akuntansi untuk bahan yang merupakan tujuan penting.

d. Untuk Menjaga agar tepat waktu catatan persediaan pada semua item dan untuk menjaga stok dalam batas batas yang diinginkan.

e. Untuk Memastikan tindakan tepat waktu dalam pengisian.

f. Untuk menyediakan stok cadangan untuk variasi di lead time dari pengiriman bahan.

g. Untuk memberikan dasar ilmiah, baik jangka pendek dan perencanaan jangka panjang dari bahan.

Berikut ini adalah manfaat dari pengendalian persediaan (Kumar and Suresh, 2009:177):

a. Peningkatan hubungan pelanggan karena pengiriman tepat waktu dari barang dan jasa.

(6)

b. Produksi mulus dan tidak terputus, karenanya tidak ada stock out.

c. Efisiensi pemanfaatan modal kerja. Membantu dalam meminimalkan kerugian akibat kerusakan usang dan pencurian.

d.Ekonomis dalam pembelian.

e.Menghilangkan risiko kemungkinan duplikat pemesanan.

Menurut Adolph Matz (1992:230), sistem dan teknik pengendalian persediaan harus pada prinsip-prinsip berikut:

a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan.

c. Perkiraan yang cepat atas schedule penjualan dan produksi merupakan hal yang esensial bagi pembelian, penanganan dan investasi bahan yang efisien.

d. Kebijakan manajemen yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya kepemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan.

e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi.

f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.

g. Persediaan bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak

Menurut Aulia Ishak (2010:159) menyatakan bahwa persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang belum digunakan karena menunggu proses yang lebih lanjut, proses lebih lanjut disini berupa kegiatan produksi. Sedangkan menurut Rangkuti (2009:2) menyatakanbahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi

(7)

atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Saragi, 2014).

Alexandri (2009:135), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi (Lahu, 2017).

(Handoko, 1994), persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Sulaiman, 2015).

Menurut Bambang Riyanto (1997:74) faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:

a. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat atau menganggu jalannya proses produksi.

b. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang direncanakan.

c. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kalii pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.

d. Estimasi tentang flukutasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu yang akan datang.

e. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.

f. Harga pembelian mentah

g. Biaya kecepatan material menjadinya rusak atau turun kualitasnya.

(8)

Menurut Garrison, (1997), Pengendaliaan persediaan sangat penting untuk kelangsungan proses produksi suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Adapun metode yang digunakan dalam pengendalian jumlah persediaan barang dengan pemesanan yang ekonomis, salah satunya digunakan dengan menggunakan sistem Economic Order Quantity (EOQ).

Menurut Charles D. Mecimore dan James K. Weeks adalah Persediaan barang-barang yang diadakan dan telah dipakai untuk proses produksi, maka bahan-bahan tersebut harus disediakan lagi untuk proses produksi selanjutnya. Untuk dapat disediakannya bahan-bahan itu, maka bahan-bahan tersebut harus dipesan lagi.

Pengertian EOQ (Economic Order Quantity). Yang artinya kuantitas pesanan ekonomi didefinisikan sebagai kuantitas pesanan yang dapat menyeimbangkan biaya persediaan pemesanan terhadap biaya persediaan penyimpanan, ketika biaya-biaya tersebut telah seimbang, maka biaya total persediaan dapat diminimalkan (Mecimore & Weeks, 1998).

Sedangkan pengertian EOQ menurut (Assauri, 2008, hal. 256) adalah, “EOQ merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki, ordering cost dan

carrying cost per tahun yang paling minimal”. Pelaksanaan penggunaan metode

EOQ, barang yang dibutuhkan dapat diterima pada saat yang tepat, dengan jumlah yang sesuai, dan tanpa menimbulkan persediaan yang berlebihan. Yang berarti dapat mengurangi biaya-biaya yang timbul di dalam persediaan.

Model kuantitas pesanan ekonomis economic order quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling dikenal secara luas. Teknik ini relatif mudah untuk digunakan tetapi didasarkan pada beberapa asumsi menurut (Heizer & Render, 2005) adalah sebagai berikut :

1. Permintaan diketahui, tetap, danbebas

2. Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dankonstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap.

Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan tiba dalam satu batchsekaligus.

(9)

4. Diskon (potongan harga) karena kuantitas tidakmemungkinkan. 5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau

pemesanan (biaya setup) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan ataupenggudangan).

6. Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Dengan model EOQ, kuantitas pesanan yang optimum akan terjadi pada sebuah titik di mana biaya setup sama dengan biaya total penyimpanan.

Fakta ini digunakan untuk mengembangkan persamaan untuk memperoleh Q* secara langsung. Langkah yang perlu dilakukan menurut (Heizer & Render, 2005) adalah sebagai berikut:

1. Membuat sebuah persamaan untuk biaya setup atau biayapemesanan.

2. Membuat sebuah persamaan untuk biayapenyimpanan.

3. Menentukan biaya setup dengan biayapenyimpanan.

4. Menyelesaikan persamaan untuk kuantitas pesanan yangoptimum.

Keterangan :

Q = Quantityoptimal

(10)

S = Tenggang waktu (leadtime) H = Biaya penyimpanan

Dengan demikian bahwa proses penghitungan Q optimal pada model EOQ merupakan proses dengan siklus tertutup di mana

output setiap proses penghitungan menjadi input bagi proses

penghitungan berikutnya.

Titik pemesanan ulang menurut (Herjanto, 2008, hal. 258) adalah jumlah persediaan yang menandai saat harus dilakukan pemesanan ulang sedemikian rupa, sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan dengan tepat waktu (dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol). Titik ini menandakan pembelian harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Jika ROP ditetapkan terlalu rendah, persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi dapat terganggu atau permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Namun, jika titik pemesananulangditetapkanterlalutinggi,makapersediaanbarusudahdatang

sementara persediaan di gudang masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan.

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

𝑅𝑂𝑃 = 𝑑𝑥𝐿 +𝑆𝑆

Keterangan :

ROP = ReorderPoint D =Permintaan

L = Waktu tenggang (LeadTime)

SS = SafetyStock

(11)

Waktu tenggang, persediaan pengaman, dan titik pemesanan ulang dapat digambarkan secara bersamaan dalam satu bagan, sebagaimana dijelaskan pada Gambar 2.2 sebagai berikut :

Grafik model persediaan dengan EOQ. II.METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Domino’s Pizza yang berlokasi di Jalan Raya Hankam no 59 Ujung Aspal. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memproduksi Pizza dengan merek Domino’s Pizza dengan berbagai varian rasa. Domino’s pizza ini melakukan pengenalan produknya sampai ke pasar mancanegara dengan promosi elektronik melalui website dan mengikuti beberapa pameran di luar negeri.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekstrapolasi (deskriptif) berdasarkan eksplanatory research, yaitu penelitian yang tujuannya untuk mengungkapkan atau mengexplore atau menjelaskan secara mendalam tentang variabel tertentu dan penelitian ini bersifat dekriptif (Suharsimi,2006:14).

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

(12)

Dari data yang diperoleh dari PT. Domino’S Pizza. menunjukan bahwa hubungan antara EOQ, Safety Stock, dan Reorder Point bahan baku adalah sebagai berikut: Grafik Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point ( ROP ) pada Bahan Baku Dough Ball Small.

Keterangan :

Pada Grafik diatas menunjukan bahwa perusahaan melakukan pembelian bahan baku jenis Dough Ball Small pada saat persediaan Reorder Point (ROP) sekitar 52 Pcs dengan demikian pada saat pemesanan bahan baku jenis Dough Ball Small di terima lead time 2 hari, dan persediaan yang tersedia Safety Stock (SS) sekitar 0 sedangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan bahan baku jenis Dough Ball Small jumlah pembelian yang harus dilakukan dengan menggunakan EOQ sebesar 83 Pcs.

Grafik Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point ( ROP ) pada Bahan Baku Dough Ball Medium.

EOQ : 83 Pcs ROP : 52 Pcs

SS : 0

Lead Time 2 hari

EOQ : 83 Pcs

ROP : 70 Pcs SS : 0

(13)

Keterangan :

Pada Grafik diatas menunjukan bahwa perusahaan melakukan pembelian bahan baku jenis Dough Ball Medium pada saat persediaan Reorder Point ( ROP ) sekitar 70 Pcs dengan demikian pada saat pemesanan bahan baku jenis Dough Ball Medium di terima lead time 2 hari, dan persediaan yang tersedia Safety Stock (SS) sekitar 0 sedangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan bahan baku jenis Dough Ball Medium jumlah pembelian yang harus dilakukan dengan menggunakan EOQ sebesar Rp. 83 Pcs.

Grafik Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point ( ROP ) pada Bahan Baku Dough Ball Large.

EOQ : 84 Pcs

ROP : 8 Pcs SS : 0

(14)

Keterangan :

Pada Grafik diatas menunjukan bahwa perusahaan melakukan pembelian bahan baku jenis Dough Ball Large pada saat persediaan Reorder Point (ROP) sekitar 8 Pcs dengan demikian pada saat pemesanan bahan baku jenis Dough Ball Large di terima lead time 2 hari, dan persediaan yang tersedia Safety Stock (SS) sekitar sedangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan bahan baku jenis Dough Ball Large jumlah pembelian yang harus dilakukan dengan menggunakan EOQ sebesar 84 Pcs.

Grafik Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point ( ROP ) pada Bahan Baku Dough Ball PAN.

Lead Time 2 Hari Keterangan :

Pada Grafik diatas menunjukan bahwa perusahaan melakukan pembelian bahan baku jenis Dough Ball PAN pada saat persediaan Reorder Point (ROP) sekitar 10 Pcs dengan demikian pada saat pemesanan bahan baku jenis Dough Ball PAN di terima lead time 2 hari, dan persediaan yang tersedia Safety Stock (SS) sekitar 0.sedangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan bahan baku jenis Dough Ball PAN jumlah pembelian yang harus dilakukan dengan menggunakan EOQ sebesar 33 Pcs.

EOQ : 33 Pcs ROP : 10 Pcs

(15)

B.PEMBAHASAN

Biaya Pengendalian Persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan tanpa dengan menggunakan EOQ dan kebijakan pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dengan biaya pengendalian persediaan yang di keluarkan dengan menggunakan metode EOQ ( Economic Order Quantity ) adalah sebagai berikut:

Tabel Selisih Biaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dough Ball pada 3 bulan terakhir di bulan November 2019-Januari 2020.

Pada Tabel diatas menunjukan total biaya pengendalian persediaan dalam pembelian bahan baku jenis Dough Ball Small menurut kebijakan perusahaan tanpa EOQ dihitung-hitung sekitar 3 bulan terakhir pada bulan November 2019–Januari 2020. Sebesar Rp.6.318.000 sedangkan menurut perhitungan EOQ total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp.224.100. cenderung lebih sedikit pembiayaan. Sehingga selisih biaya pengendalian No Jenis bahan baku Biaya Persediaan Menurut Perusahaan Selisih

Tanpa EOQ Dengan EOQ

1. Dough Ball Small Rp. 6.318.000 Rp. 224.100 Rp. 6.093.900 2. Dough Ball Medium Rp. 9.885.600 Rp. 298.800 Rp. 9.586.800 3. Dough Ball Large Rp. 1.341.600 Rp. 361.200 Rp. 980.400 4. Dough Ball PAN Rp. 2.801.400 Rp. 191.400 Rp. 2.610.000

(16)

persediaan pada bahan baku Dough Ball Small yang di peroleh sebesar Rp.6.093.900.

Untuk total biaya pengendalian persediaan dalam pembelian bahan baku jenis Dough Ball Medium menurut kebijakan perusahaan tanpa EOQ dihitung-hitung sekitar 3 bulan terakhir pada bulan November 2019–Januari 2020. Sebesar Rp.9.885.600. sedangkan menurut perhitungan EOQ total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp.298.800. cenderung lebih sedikit pembiayaan. Sehingga selisih biaya pengendalian persediaan pada bahan baku Dough Ball Medium yang di peroleh sebesar Rp.9.586.800.

Untuk total biaya pengendalian persediaan dalam pembelian bahan baku jenis Dough Ball Large menurut kebijakan perusahaan tanpa EOQ dihitung-hitung sekitar 3 bulan terakhir pada bulan November 2019–Januari 2020. Sebesar Rp.1.341.600 sedangkan menurut perhitungan EOQ total biaya persediaan sebesar Rp.361.200 cenderung lebih sedikit pembiayaan. Sehingga selisih biaya persediaan pada bahan baku Dough Ball Large yang di peroleh sebesar Rp. 980.400.

Yang terakhir untuk total biaya pengendalian persediaan dalam pembelian bahan baku jenis Dough Ball PAN menurut kebijakan perusahaan tanpa EOQ dihitung-hitung sekitar 3 bulan terakhir pada bulan November 2019 – Januari 2020. Sebesar Rp.2.801.400. sedangkan menurut perhitungan EOQ total biaya persediaan sebesar Rp.191.400. cenderung lebih sedikit

(17)

pembiayaan. Sehingga selisih biaya persediaan pada bahan baku Dough Ball PAN yang di peroleh sebesar Rp. 2.601.000.

Jadi total selisih biaya persediaan dalam pembelian bahan baku pada PT. Domino’s Pizza di 3 bulan terakhir pada bulan November 2019–Januari 2020 berupa bahan baku jenis Dough Ball sebesar Rp.19.271.600.

(18)

61 IV.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Jadi total biaya keseluruhan pada perusahan jika menggunakan EOQ dapat di lihat sebesar Rp. 1.075.500.

b) Jadi total perbandingan biaya yang tidak menggunakan EOQ sebesar Rp.20.346.600 dan setelah menggunakan EOQ sebesar Rp.1.075.500. dalam hal ini dapat dibandingkan perbedaan biaya pengendalian persediaan bahan baku Dough Ball yang tidak menggunakan EOQ dengan menggunakan EOQ jauh berbeda.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.Cetakan ke delapan belas Yogakarta BPPE. 2015

Heizer, J, and Render, B. Manajemen Operasi, Edisi Tujuh Edition Jakarta: Salemba Empat. 2010.

Heizer, J, and Render, B. Manajemen Operasi Edisi Tujuh Edition Jakarta: Salemba Empat. 2005.

Heizer, J, and Render, B. Operations Management, Tearth Edition, New York:

Pearson Education, Inc. 2011.

Kumar, S.A and Suresh, N. Operations Management, New Delhi: New Age

International (P) Ltd., Publishers. 2009

Kusuma, H. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: Andi. 2001. Kusuma, H. Manajemen Produksi :Perencanaan dan Pengendalian Produksi, 4th

edition, Yogyakarta: Penerbit Andi. 2009.

Nasution, A.H. and Prasetyawan, Y. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.

Adisaputro, Gunawan. Anggaran Perusahaan (Business Budgeting) Latihan

Pemecahan Persoalan. Yogyakarta, 1980.

Kumar, Rakesh. Economic Order Quantity (EOQ) Model.Global Journal of

Finance and Economic Management ISSN 2249-3158 Volume 5.Number 1. 2015.

Assauri, S. Manajemen Produksi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008.

Gambar

Grafik model persediaan dengan EOQ.
Grafik Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point ( ROP )  pada Bahan Baku Dough Ball Small
Grafik  Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point  ( ROP ) pada Bahan Baku Dough Ball Large
Grafik  Hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS), dan Reorder Point  ( ROP ) pada Bahan Baku Dough Ball PAN
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, diameter tongkol, bobot 100 biji, laju pengisian biji, dan berat

prosedur pelaksanaan pemberian Kredit Kepemilikan Rumah di PT. Bank Tabungan Negara cabang pembantu Bubutan – Surabaya. 1.5.2 Bagi Pembaca. Dapat memberikan informasi yang

Setelah lama bergelut dengan region, saya menemui kendala yaitu akan cukup sulit menggunakan region bila bentuk form yang akan kita buat tidak sama dengan bentuk dasar

Kelompok Tani di Kecamatan Sungai Tabuk pengelolaan nya dilaksanakan oleh Kios Warga Tani yang merupakan salah satu kios di Kecamatan Sungai Tabuk yang dipilih

Kata  “komunikasi” merupakan asal  dari bahasa latin, communis,

Dari hasil analisis keselamatan termohidrolika dapat disimpulkan bahwa iradiasi pelat EBU U-7Mo/Al dan U-6Zr/Al yang dilaksanakan secara bersamaan di dalam stringer

Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien malaria di bangsal rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bontang, Kalimantan Timur, yang mendapatkan terapi kinin injeksi

STfR merupakan petanda klinis dari aktivitas eritropoietik dimana mekanismenya berlangsung sampai 120 hari. STfR merupakan indeks ketersediaan besi jaringan yang