• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembaca yang budiman, selamat bertemu kembali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembaca yang budiman, selamat bertemu kembali."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DARI REDAKSI

DAFTAR ISI

P

embaca yang budiman, selamat bertemu kembali.

Kali ini Buka! edisi 10 bulan Juli – Agustus 2015 terbit dengan laporan utama tentang Pilkada Serentak, yang akan dilaksanakan tanggal 9 Desember mendatang. Pilkada model ini baru pertama kali di-gelar di Indonesia. Tujuan Pilkada serentak ini sangat mulia, antara lain salah satunya untuk menghemat energi bangsa agar tidak setiap saat disi-bukkan dengan urusan Pilkada. Utamanya bagi Pemerintah Pusat yang perhatiannya tidak harus terus-menerus dicurahkan untuk Pilkada.

Beberapa narasumber kami wawancarai. Selain dari kalangan dalam Komisi Informasi Pusat (KIP) sendiri, juga dari kalangan KPU dan pegiat pemilu yang selama ini bergerak untuk mengawal pemilu agar berlangsung secara transparan dan akuntabel. Beberapa Komisioner Komisi Informasi Provinsi juga kami minta pandangan-nya lewat Aspirasi, karena dalam konteks Pilkada Seren-tak ini mereka lebih bersentuhan langsung dan punya program-program dan kepedulian terhadap hal ini.

Pada rubrik Fokus, Buka! edisi ini membahas soal per-ingatan Hari Hak untuk tahu se-Dunia, atau yang popu-ler disebut RTKD, pada bulan September. Persisnya per-ingatan RTKD jatuh pada setiap tanggal 28 September. Seperti pembaca tahu, RTKD ini diawali saat deklarasi di Sofia, Bulgaria, pada tahun 2002. Deklarasi ini substansinya telah diadopsi di negera-neg-ara di dunia yang komit menjalankan pemerintahan terbuka, termasuk In-donesia. Jiwa dan prinsip-prinsip dari deklarasi tersebut sudah masuk ke dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Selain kedua topik utama tersebut, seperti pada edisi-edisi sebelum-nya, Buka! juga melaporkan berita-berita dari kegiatan dan persidangan yang dilaksanakan oleh KIP. Hal ini semata-mata untuk transparansi dan akuntabilitas dari lembaga KIP kepada publik. Segala yang dilakukan oleh KIP harus diketahui oleh publik, karena KIP sebagai lembaga yang fung-sinya menjalankan UU Keterbukaan Informasi Publik.

Selamat membaca.

Ketua Dewan Redaksi

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA DARI REDAKSI 1 LAPORAN UTAMA 2 ASPIRASI 8 FOKUS 12 KEGIATAN KI PUSAT 18 SIDANG KI PUSAT 22 KEGIATAN KI PROVINSI 26 OPINI 31 Penerbit:

Komisi Informasi Pusat (KIP) RI

Penanggung Jawab:

Ketua dan Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI

Dewan Redaksi:

Abdulhamid Dipopramono (Ketua), Dyah Aryani Prastyastuti, Evy Trisulo Dianasari, Henny S Widyaningsih, John Fresly, Rumadi Ahmad, Yhannu Setyawan, Bambang Hardi Winata

Pemimpin Redaksi:

Komisioner KIP Bidang ASE

Manajer Umum:

Sekretaris KIP

Staf Redaksi:

Feri Firdaus, Leny Sulistiani, Muhammad Salim (Karel), Reno Bima Yudha, Tya Tirtasari

Fotografer:

Abdul Rahman

Proses Cetak dan Distribusi:

Dedy Gunawan

Staf Sekretariat:

Alissa Riandini Aulia

Redaksi menerima sumbangan tulisan dari masyarakat, khususnya artikel opini, terkait isu-isu keterbukaan Informasi Publik dan transparansi. Tulisan opini panjangnya 2.500 – 3.000 karakter dengan dilampiri identitas beserta foto headshot (bukan pasfoto). Artikel dikirim via email ke: sekretariat@komisiinformasi.go.id.

Alamat Redaksi:

Gedung PPI/ITC lantai 5,

Jln. Abdul Muis No. 8 Jakarta Pusat 10160. Telepon 021 348 30741, fax 021 348 30757. Situs: www.komisiinformasi.go.id. Twiter: @KIPusat. I N F O R M A S I P U B L I K I N F O R M A S I P U B L I K

(3)

LAPORAN

UTAMA

KETERBUKAAN

INFORMASI

KUNCI KUALITAS

PILKADA

SERENTAK

(4)

T

iga bulan lagi, perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) se-rentak di Indonesia akan dimulai. Banyak masyarakat berharap agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku pihak penyelenggara Pemilu di Indonesia dapat menyelenggarakan Pilkada serentak pertama di Indonesia itu secara terbuka, jujur, dan demokratis.

Keterbukaan informasi mengenai daftar pemilih, rekam jejak calon kepala daerah, dan jadwal serta tata cara pemilihan selalu dilakukan KPU dalam penyelenggaran beberapa Pemilu terakhir di Indonesia. Namun, belum pernah ada satu pun bentuk keter-bukaan secara masif yang dilakukan oleh KPU di daerah dalam penyelenggaraan Pilkada selama ini.

(5)

Pilkada serentak pada 9 Desember 2015 ini pun diharapkan menjadi titik tolak bagi KPU di daerah untuk turut menjalankan keterbukaan informasi bagi masyarakat yang akan memilih ke-pala daerahnya masing-masing. Dan Ko-misi Informasi juga diharapkan mampu tampil sebagai salah satu aktor penting dalam mendorong keterbukaan infor-masi dalam Pilkada.

Ketua Komisi Informasi Pusat Ab-dulhamid Dipopramono, sebelumnya telah mengingatkan khususnya kepada KPU di daerah agar memperhatikan sekaligus melaksanakan PKPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Ling-kungan KPU yang merupakan adopsi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). “Dalam PKPU ter-sebut telah diatur jenis-jenis infor-masi yang harus dibuka kepada publik, pengelolaannya, dan tata cara

pelay-anannya,” kata Hamid sebagaimana dikutip dari laman www.harianterbit. com.

Hamid mengemukakan, yang ha-rus dicermati secara serius utamanya adalah transparansi dan keterbukaan informasi dalam seluruh proses pe-laksanaan pilkada; mulai dari pra-pendaftaran/pencalonan, pendaftaran, kampanye, pemungutan suara, hingga penghitungan suara. “Keterbukaan in-formasi merupakan suatu keharusan untuk menjaga agar tidak ada trans-aksi-transaksi gelap, manipulasi, dan kecurangan yang menodai kemurnian pelaksanaan Pilkada serentak ini,” pa-parnya.

Adanya keterbukaan informasi, me-nurut Hamid diharapkan mampu men-jaga kemurnian penyelenggaran Pilkada

LAPORAN

UTAMA

“Keterbukaan akan

meminimalisir

sengketa yang dapat

terjadi dalam Pemilu.

Riwayat hidup

calon (pemimpin

daerah) juga harus

diinformasikan

sejelas-jelasnya

kepada masyarakat.

Ada jaminan

keterbukaan dari

penyelenggara

pemilu dalam pilkada

nanti.”

Ferry Kurnia Rizkiyansyah

Komisioner KPU

“Keterbukaan

informasi merupakan

suatu keharusan

untuk menjaga agar

tidak ada

transaksi-transaksi gelap,

manipulasi, dan

kecurangan yang

menodai kemurnian

pelaksanaan Pilkada

serentak ini.”

Abdulhamid Dipopramono

(6)

serentak sehingga berlangsung tanpa cacat, dan pemimpin yang dihasilkan berkualitas. Hamid juga menjelaskan, potensi kecurangan biasanya terjadi pada tahap pra-pendaftaran adalah dari sisi administrasi maupun keuangan. Mi-sal dalam bentuk pemalsuan terhadap syarat-syarat yang ditetapkan oleh KPU seperti ijazah, catatan rekam jejak, dan lainnya.

Dari sisi keuangan, pada tahap ini adalah dalam bentuk uang mahar dari calon kepada partai pengusung. Jika mahar ini menjadi pertimbangan utama, dan pasti dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi atau tidak trans-paran, maka yang akan muncul ada-lah calon yang memiliki uang banyak namun belum tentu berkualitas baik. “Apalagi, dengan adanya uang mahar maka akan mengakibatkan calon yang

“Sepertiga KPU di

daerah belum punya

website karena

terkendala minimnya

lulusan yang

bergerak di bidang

IT di beberapa

daerah. Oleh karena

itu, harus diakui jika

negara lain mungkin

punya pengolahan

data (mengenai

Pemilu) yang lebih

baik.”

Ramda Yanurzha

Open Knowledge Ambassador Indonesia

kemudian terpilih, akan berpikir “balik modal” dulu ketika menjabat sehingga melakukan korupsi,” ujar Hamid.

MINIM INFRASTRUKTUR

Menanggapi harapan tersebut, Komis-ioner KPU Ferry Kurnia Rizkiyansyah pun menyambutnya dengan respon positif. “Keterbukaan akan meminimal-isir sengketa yang dapat terjadi dalam Pemilu. Riwayat hidup calon (pemim-pin daerah) juga harus diinformasikan sejelas-jelasnya kepada masyarakat. Ada jaminan keterbukaan dari penyeleng-gara pemilu dalam pilkada nanti,” ujar Ferry dalam sebuah diskusi di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Keterbukaan data

KPU bisa dimanfaatkan

masyarakat

untuk mengawal

jalannya Pemilu.

Permasalahannya

sekarang, bagaimana

pemerintah bisa

menyiapkan

infrastruktur di daerah

agar muncul aplikasi

seperti misalnya

kawalpemilu.org

di sana. Kerjasama

perlu dibangun untuk

mewujudkan hal

tersebut.”

Elisa Sutanudjaja

administrator situs kawalpemilu.org

KETERBUKAAN INFORMASI KUNCI KUALITAS

PILKADA SERENTAK

(7)

LAPORAN

UTAMA

Menurutnya, selain meminimalisir potensi terjadinya sengketa, keterbu-kaan informasi dalam pilkada juga dipan-dang dapat digunakan masyarakat untuk mengawal proses penyelenggaraan pe-milu agar lebih jujur dan adil ke depannya. Namun, infrastruktur pendukung untuk mewujudkan keterbukaan informasi da-lam pilkada serentak masih harus terus dibangun di daerah.

“Keterbukaan data KPU bisa di-manfaatkan masyarakat untuk mengawal jalannya Pemilu. Permasa-lahannya sekarang, bagaimana peme-rintah bisa menyiapkan infrastruktur di daerah agar muncul aplikasi seperti misalnya kawalpemilu.org di sana. Kerjasama perlu dibangun untuk me-wujudkan hal tersebut,” ujar admin-istrator situs kawalpemilu.org, Elisa Sutanudjaja. Sebagaimana diketahui, dalam Pemilu 2014 lalu situs kawalpe-milu.org menjadi salah satu situs yang menyediakan layanan bagi masyara-kat untuk dapat mengetahui perolehan dan persentase suara saat perhitungan dilakukan KPU.

Diharapkan, akan banyak situs-situs sejenis dengan kawalpemilu.org yang akan muncul dalam pelaksanaan Pil-kada serentak akhir tahun ini. KPU di daerah pun diharap mampu membenahi infrastruktur berbasis layanan internet, karena tercatat sampai saat ini masih ada sepertiga KPUD di seluruh Indone-sia yang belum memiliki website resmi-nya sendiri.

“Sepertiga KPU di daerah belum pu-nya website karena terkendala minim-nya lulusan yang bergerak di bidang IT di beberapa daerah. Oleh karena itu, ha-rus diakui jika negara lain mungkin pu-nya pengolahan data (mengenai Pemilu) yang lebih baik,” ujar Open Knowledge Ambassador Indonesia Ramda Yan-urzha sebagaimana dilansir laman cnnindonesia.com.

Kekhawatiran terhadap open data atau keterbukaan informasi dalam pilkada serentak akibat minimnya in-frastruktur juga disampaikan oleh Ke-tua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Didik Supri-yanto. Menurutnya, perbedaan

penye-diaan infrastruktur open data dari tiap daerah dipengaruhi oleh anggaran yang dimiliki daerah masing-masing. “Kalau anggarannya ada, tentu infra-struktur open datanya akan semakin bagus,” kata Didik. Misalnya, sambung dia, mesinnya bagus, petugas open da-tanya bagus, dan bandwitch-nya juga cukup.

Dengan begitu, ia menegaskan agar KPU Pusat dapat memastikan kalau KPUD mampu mengatur anggarannya untuk menyediakan infrastruktur ke-terbukaan data. Tujuannya agar pilkada dapat berjalan lebih demokratis dan partisipasi publik meningkat. “Penting bagi KPU untuk memastikan semua anggaran untuk open data, harus segera diselesaikan,” tandasnya sebagaimana dikutip dari pemilu.org.

BELAJAR DARI PILPRES 2014

Keterbukaan informasi untuk masyara-kat saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 2015 diharapkan bisa seterbuka saat pemilu presiden (pilpres). Untuk itu, dalam menjalankan tugasnya Komisi Pemi-lihan Umum Daerah (KPUD) bisa

meni-“Penting bagi KPU

untuk memastikan

semua anggaran

untuk open data,

harus segera

diselesaikan.”

Didik Supriyanto

Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) KETERBUKAAN INFORMASI KUNCI KUALITAS PILKADA SERENTAK

(8)

ru transparansi KPU pusat saat menjadi penyelenggara pilpres.

Direktur Indonesia Parliament Cen-tre (IPC) Sulastio mengatakan, apa yang dicapai KPU terkait penghitungan suara saat pilpres tidak lagi diragukan ka-rena adanya keterbukaan. Keterbukaan yang dilakukan KPU misalnya dengan meng-apload form C1 (form total peng-hitungan suara di tempat pemilihan suara) di website KPU. Sehingga me-nurutnya penghitungan suara yang ber-integritas bisa dicapai.

“Tantangannya ketika KPU mampu mewujudkan kualitas penghitungan suara yang baik dalam pilpres bisa di-transfer kualitas yang sama di KPUD,” ujar Sulastio dalam sebuah diskusi di kantor YLBHI, Jakarta beberapa waktu lalu. Ia melanjutkan, kualitas keterbu-kaan yang baik seperti yang terjadi saat pilpres menurutnya bergantung pada keinginan KPUD. Karena ada sejumlah masalah terkait keterbukaan yang ingin dicapai dalam pilkada. Misalnya di dae-rah bisa jadi terkendala oleh akses inter-net. Lalu ada tantangan juga KPUD

me-miliki kedekatan dengan calon kepala daerah.

Sulastio mengharapkan KPU pu-sat memiliki rencana untuk mencapai transparansi sehingga menghasilkan kualitas pemilu yang baik. Salah satu alternatif untuk mencapai keterbukaan dalam pilkada misalnya dengan meman-faatkan sebaik mungkin keberadaan Komisi Informasi Pusat (KIP) dan Pro-vinsi/Kabupaten/Kota. Misalnya ke-tika masyarakat ingin mengetahui lebih jauh soal calon kepala daerah dan dana kampanye, KI bisa menjadi media untuk mengakses keterbukaan informasi yang diperlukan tersebut.

Komisioner KPU Ferry Kurnia Riz-kiyansyah kembali menanggapi wacana

open data dalam pilkada yang dituntut

masyarakat. Ia memang mengharapkan ruh, desain KPU pusat sama dengan yang ada di daerah. Sebab meskipun pil-kada serentak menjadi tanggungjawab KPUD, tapi tetap disupervisi oleh KPU sehingga hal itu menjadi tanggung-jawab bersama. Dalam peraturan KPU memang dibuat aturan, tiap orang bisa dokumentasikan form C1 plano. “Kalau ada partisipasi masyarakat, ada peman-tau dalam pilkada serentak, dari hasil scannya bisa dipantau dan disinkro-nisasi dengan data kita. Jadi C1 menjadi penting dan ada pendokumentasian,” ujar Ferry.

Menurut Ferry, ia setuju bahwa pil-kada akan berkualitas jika seluruh lem-baga yang berkaitan dengan pilkada bersedia untuk menjalankan keter-bukaan informasi melalui mekanisme keterbukaan data (open data) kepada publik. Dengan demikian, publik da-pat secara langsung mengawasi proses pelaksanaan dan hasil pilkada sehingga memperkecil terjadinya kecurangan dan manipulasi data yang dilakukan oleh pi-hak yang ingin diuntungkan. Apalagi KPU juga telah mengeluarkan PKPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penge-lolaan dan Pelayanan Informasi Publik guna memantapkan pelayanan infor-masi publik di lingkungan KPU.

Reporter: Reno Bima Yudha Penulis: Feri Firdaus

“Tantangannya

ketika KPU mampu

mewujudkan kualitas

penghitungan suara

yang baik dalam

pilpres bisa ditransfer

kualitas yang sama di

KPUD.”

Sulastio

(9)

KI DAERAH

MENGAWAL

PILKADA

ASPIRASI

Pilkada serentak pada 9 Desember 2015

merupakan momentum penting dalam kemajuan

demokrasi di tanah air. Namun di balik pesta

demokrasi yang dipastikan menyedot perhatian

besar masyarakat itu, masalah penyelesaian

sengketa informasi harus dipersiapkan secara

matang. Untuk itu, seluruh Komisi Informasi (KI) se

Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik

dalam menghadapi proses penyelesaian sengketa

informasi seputar pelaksanaan Pilkada serentak

tersebut.

(10)

ANNE FRIDAY SAFARIA

Komisioner KI Jabar

R

angkaian logos “luar biasa” yang disematkan pada Pilkada 2015 yaitu “serentak”, “transpa-ran”, dan “partisipasi masyarakat” tentunya mengandung konsekuensi yang luar biasa pula, di an-taranya adalah kemungkinan membanjirnya sengketa yang mampir ke meja Komisi Informasi (KI).

Prediksi tersebut kita harapkan meleset, karena adanya antisipasi dan komitmen dari KPU untuk da-pat menjalankan pilkada secara transparan. Khusus di Jawa Barat pihak eksekutif dan KPUD memastikan ada delapan dari 27 Kota/Kabupaten yang ikut menggelar Pilkada serentak pada 9 Desember 2015, yang secara umum telah dinyatakan siap meskipun di antaranya ada dua kabupaten yang belum memadai dari segi anggaran. Menghadapi event besar ini Komisi Informasi Pro-vinsi Jawa Barat akan melakukan pengawalan mela-lui dua kegiatan yang relevan dalam waktu dekat ini, yaitu: deklarasi “Pemilu Berkualitas dan Damai” dan Sosialisasi Perki No. 1/2014 tentang Standar Layanan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pe-milu kepada masyarakat dan lembaga-lembaga ter-kait Pilkada. Deklarasi tersebut akan disertai dengan penandatangan MoU antara KI Jabar dengan KPUD, KPID, dan Bawaslu; sama halnya dengan deklarasi yang telah dilakukan di tahun 2012 untuk Pilgub 2013.

Tujuan dari dua kegiatan tersebut adalah: per-tama, agar penyelenggara dan peserta pemilu me-miliki komitmen untuk bersikap terbuka dan aware bahwa masyarakat semakin cerdas dan memiliki ke-ingintahuan yang besar tentang latar belakang calon kepala daerahnya dan dana kampanyenya, serta peng-hitungan suara yang jujur, adil, dan terbuka;

Kedua, agar masyarakat, penyelenggara, dan pe-serta pilkada mengetahui bahwa pelayanan informasi dan penyelesaian sengketa informasi khusus tentang Pemilu akan diproses jauh lebih cepat atau dipersing-katnya waktu di setiap tahapannya. Kegiatan sosial-isasi ini akan memanfaatkan juga media elektronik seperti televisi dan radio.

JOEL B AGAKI WANDA

Komisioner KI Papua

P

ilkada serentak mampu mencegah berbagai gerakan politik yang negatif seperti mobilisasi massa yang kerap terjadi di daerah-daerah pemilihan di Papu. Seperti yang terjadi pada Pemilu Kada sebelumnya, pemi-lihan calon legislative (Caleg) dan Kepala Daerah sangat mengandalkan mobilisasi masa yang justru memperkeruh data pemilihan dan berpontensi menjadi pemicu terjadi-nya sengketa di KPU.

Ditambah lagi dengan sikap KPU yang kurang terbuka atau transparan mulai dari TPS (Tempat Pemungutan Suara) hingga di KPU (Komisi Pemilihan Umum), salah satu contoh adalah sulitnya memperoleh data tentang hasil pemilihan di TPS yang sering menjadi sengketa.

Di Papua saat ini memang belum kelihatan persaingan secara signifikan mengenai bakal calon Bupati/Walikota tetapi masyarakat Papua sendiri sebenarnya sudah siap menghadapi perubahan tersebut, hanya saja untuk men-dapatkan figur pemimpin yang tepat masyarakat masih sulit menentukan pilihan karena pengalaman Pemilu Kada sebelumnya. Sampai saat ini segala sesuatu informasi ter-kait Pemilu Kada masih dianggap sesuatu yang rahasia, yang jelas-jelas bertentangan dengan UU KIP.

Melihat pada pengalaman yang lalu, banyak sengketa di KPU, bahkan sampai saat ini masih ada sengketa di KPU yang belum selesai maka saya dapat menyimpulkan bahwa persiapan Pemilu Kada di daerah Papua belum maksimal, karena dari beberapa Balon (Bakal Calon) yang mendaftar masih banyak yang gugur di tahap administrasi.

Namun demikian, belum tentu mereka gugur karena tidak memenuhi syarat tetapi karena waktu yang sangat terbatas dan gejolak yang terjadi di kalangan partai mem-buat Balon yang kebingungan untuk menadapatkan du-kungan, hal ini disebabkan karena Pemilu Kada serentak ini merupakan fenomena baru yang memerlukan strategi yang baru.

Dalam rangka mengawal pelaksanaan pemilu kada di daerah Papua, Komisi Informasi Papua telah melakukan koordinasi dengan Bawaslu, dan Komisi Informasi akan mengambil bagian langsung dalam pengawasan bersama Bawaslu dan lembaga terakit lainnya, dengan terben-tuknya Tim Pokja Pengawasan Pemilu tahun 2015 ini.

(11)

AFRIZAL TJOETRA

Ketua KI Aceh

P

roses Pilkada serentak telah banyak menarik perhatian publik. Namun Pilkada di Aceh ma-sih dua tahun lagi. Sesuai dengan Pasal 201 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2015, menetapkan bahwa “Pe-mungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya berakhir pada bulan Juli sampai dengan bulan De-sember tahun 2016 dan yang masa jabatannya ber-akhir pada tahun 2017 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang sama pada bulan Februari tahun 2017”.

Walau demikian, terkait keterbukaan informasi publik dalam pelaksanaan pesta demokrasi lima ta-hunan ini, Komisi Informasi Aceh (KIA) bersama Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Bawaslu Aceh dan Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) te-lah menandatangani Piagam Komitmen pada 18 Juni 2014 lalu. Dalam Piagam Komitmen tersebut dinyata-kan bahwa para pihak menyadari dan memahami se-penuhnya bahwa pertama penyelenggaraan Pemilu di Aceh harus dilakukan secara partisipatif, transparan dan akuntabel.

LILIK RUKITASARI

Komisioner KI Kaltim

K

omisi Informasi (KI) Provinsi Kalimantan Timur sangat berharap pelaksanaan pilkada dapat dilaksanakan secara berkualitas baik dari sisi proses pelaksanaan maupun hasil dari Pil-kada itu sendiri. Seperti yang ada pada visi dari KPU yaitu melaksanakan Pilkada yang jujur, adil dan ber-kualitas maka dalam upaya pelaksanakan visi ter-sebut dibutuhkan suatu semangat bagi penyeleng-gara Pilkada yang memiliki Integritas, Profesional, Kemandirian serta Transparansi dan Akuntabel di-dalam pelaksanaannya.

Dalam upaya mengawal pelaksanaan Pilkada yang adil, jujur dan berkualitas itu maka dibutuhkan se-mua pihak untuk dapat berkontribusi saling dukung untuk dapat mencapai Pilkada yang diharapkan ter-sebut. Masyarakat sudah seharusnya kritis tidak ha-nya menjadi pemilih yang cerdas.

Penyelenggaraan yang transparan akan men-dorong pengawasan yang lebih baik dari masyarakat dan keterlibatan masyarakat didalam pengawasan penyelenggara Pilkada akan melahirkan penyelenga-raan yang akuntabel dan berkualitas.

Komisi Informasi Provinsi Kalimantan Timur selalu berupaya bersinergis dalam menciptakan penyelenga-raan Pilkada yang transparan dan berkualitas. Sinergi-tas tersebut diwujudkan antara KI Kalimantan Timur dan KPUD Kalimantan Timur dengan mengadakan ke-giatan sosialisasi terkait pilkada yang transparan.

Kegiatan tersebut diharapkan terjalin pemahaman akan kewajiban transparansi bagi lembaga publik men-jadi lebih baik, khususnya pelayanan informasi yang menjadi kewajiban bagi lembaga dalam kegiatan tersebut KPUD mensosialisasikan PKPU (Peraturan Komisi Pe-milihan Umum) No 1 tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Kalangan KPU.

Juga pemahaman sosialisasi akan Standar Layanan Infomasi serta sengketa Informasi dari PER-KI disampaikan yg menjadi amanat bagi UU No 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi dengan kegiatan tersebut diharapkan pemahaman akan hak untuk tahu bagi masyarakat menjadi lebih baik.

ASPIRASI

KIP Aceh dan Kabupaten/

Kota dapat menerapkan

keterbukaan informasi

publik dalam tahapan

persiapan dan

penyelenggaraan Pilkada

di Aceh. Sehingga

berbagai potensi

pelanggaran, baik oleh

penyelenggara, pasangan

calon, tim pendukung,

maupun pemilih dapat

diminimalkan sedini

mungkin.

AFRIZAL TJOETRA

(12)

EMEX VERZONI

Ketua KI Bengkulu

K

ami berharap pelaksanaan Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015 yakni, pemilihan Gu-bernur dan Wakil GuGu-bernur Provinsi Bengklu-lu serta Bupati dan Wakil Bupati BengkuBengklu-lu Selatan, Kaur, Seluma, Bengkulu Utara, Kepahyang, Rejang Lebing, Lebong dan Muko-Muko berjalan dengan pe-nuh keterbukan baik proses setiap tahapan Pilkada maupun hasil dari setiap tahapan Pilkada serentak.

Hasil-hasil pengawasan dari Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten, bukan hanya Provinsi Bengkulu maupun daerah-daerah lainnya yang menyelenggara-kan Pilkada serentak di Indonesia. Sehingga dengan semangat keterbukaan baik penyelenggaraan Pilkada (KPU, BAWASLU) maka menciptakan Pilkada yang le-bih Berkwalitas, Demokorasi, Damai dan Akuntabel.

Beberapa kendala yakni kurangnya Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pilkada maupun Pemerin-tah, sehingga gaung pelaksanaan Pilkada serentak tidak begitu membumi. KI Bengkulu menilai di provinsi Beng-kulu kendala lambatnya proses dan pengesahan anggaran serta minimnya anggaran Pilkada di Bengkulu berdam-pak pada perencanaan dan sosialisasi yang minim.

KI Bengkulu tidak tinggal diam menyambut pil-kada serentak, beberapa hal yang dilakukan yakni melakukan advokasi dan pemahaman bersama bahwa sebelum diminta Informasi Publik, penyelenggara Pilkada telah menyiapkan dan mempublikasikan In-formasi sehingga masyarakat mengerti tahapannya.

Selain itu, juga dapat memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi publik di KPU dan BAWASLU. KPU Provinsi Bengkulu dan KI Bengkulu telah melakukan So-sialisasi di Media TV lokal yakni RBTV tentang Keterbu-kaan Informasi Pilkada serentak di Provinsi Bengkulu.

Dengan rangkaian kegiatan yang ada harapannya masyarakat menjadi pemilih yang cerdas dan pemimpin yang terpilih nanti merupakan pemimpin yang Amanah dan Bertanggungjawab khususnya menjalankan Keter-bukaan Informasi Publik sebagaimana UU No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Reporter dan Penulis: Tya Tirtasari

Hal ini sebagai bagian untuk mewujudkan demo-krasi dan tatakelola penyelenggaraan Pemilu yang baik. Selain itu Keterbukaan Informasi Publik dalam penyelenggaraan Pemilu di Aceh menjadi penting dan diprioritaskan untuk terus diterapkan sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan korupsi da-lam pelaksanaan Pemilu.

Disepakati pula bahwa para pihak ber-komitmen dan bersung-guh-sungguh untuk me-laksanakan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Infromasi Publik dalam penye-lenggaraan Pemilu di Aceh. Oleh karena itu, KIP Aceh dan Bawaslu Aceh sebagai leading sector dalam penye-lenggaraan Pemilu di Aceh akan memperkuat sistem layanan penge-lolaan informasi publik yang berada dalam kewenan-gannya. Serta membangun kemitraan dengan masya-rakat dan antara parapihak yang menandatangani Piagam Komitmen untuk penerapan UU KIP dalam penyelenggaraan Pemilu di Aceh.

Harapannya, KIP Aceh dan Kabupaten/Kota da-pat menerapkan keterbukaan informasi publik dalam tahapan persiapan dan penyelenggaraan Pilkada di Aceh. Sehingga berbagai potensi pelanggaran, baik oleh penyelenggara, pasangan calon, tim pendukung, maupun pemilih dapat diminimalkan sedini mung-kin. Berikutnya, jika saja penyelenggara Pilkada di Aceh tak memenuhi permohonan informasi publik, maka setiap pemohon (Perorangan, Kelompok Orang, dan Badan Hukum) dapat mengajukan penyelesaian sengketa informasi publik pada KIA.

(13)

FOKUS

PERINGATAN RTKD

HARUS DISERTAI KEMUDAHAN

MENGAKSES INFORMASI PUBLIK

(14)

anggal 28 September merupakan hari yang bersejarah bagi para aktivis dan penggiat Keterbukaan Informasi Publik di dunia. Pada tanggal ini dunia mem-peringati hari Hak untuk Tahu (Inter-national Right to Know Day) atau yang populer disebut dengan RTKD.

Hak untuk Tahu adalah hak asasi setiap warga negara yang telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 F, bahwa “Setiap orang berhak un-tuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyam-paikan informasi dengan menggunakan jenis saluran yang tersedia”.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang diberlakukan sejak 1 Mei 2010 merupakan penjabaran konkret

PERINGATAN RTKD

HARUS DISERTAI KEMUDAHAN

MENGAKSES INFORMASI PUBLIK

(15)

dari amanat konstitusi tersebut. Sejak itulah hak warga negara untuk meng-akses Informasi Publik dijamin oleh undang-undang.

Hari Hak untuk Tahu mulai dipe-ringati secara internasional sejak 28 september 2002 di Sofia, Bulgaria, da-lam sebuah pertemuan internasional para pembela hak akses atas Informasi Publik. Mereka menyepakati ada satu hari yang didedikasikan untuk mem-promosikan hak kebebasan memperoleh informasi ke seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk memunculkan kesadaran global akan hak individu dalam akses informasi pemerintah dan meng-kampanyekan bahwa akses terhadap informasi adalah bagian dari hak asasi manusia.

Di Indonesia, Komisi Informasi Pu-sat dan Provinsi serta kabupten/kota se-bagai lembaga yang mengawal Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) mulai memperingati hari Hak un-tuk Tahu Sedunia pada tahun 2012.

Prinsip utama Right to Know adalah: (1) Akses informasi adalah hak setiap orang; (2) Informasi yang dirahasiakan adalah pengecualian; (3) Hak untuk tahu diaplikasikan di semua lembaga publik; (4) semua permintaan menjadi cepat, sederhana, dan tanpa biaya; (5) Para pejabat memiliki tugas untuk me-layani Pemohon;

Lalu (6) Penolakan harus berdasar-kan Undang-undang; (7) Kepentingan publik menjadi hak yang lebih tinggi dari kerahasiaan; (8) Setiap orang me-miliki hak untuk mengkritisi keputusan yang merugikan; (9) lembaga publik ha-rus proaktif menginformasikan tentang lembaganya; (10) Hak tersebut dijamin oleh lembaga independen.

Henny S Widyaningsih, Komisioner Komisi Informasi Pusat Bidang Advo-kasi, Sosialisasi dan Edukasi sebagai bi-dang yang telah beberapa kali menjadi penanggung jawab penyelenggaraan peringatan Hari Hak untuk Tahu Sedu-nia menguraikan bahwa pada awalnya gagasan memperingati Hari Hak untuk Tahu Sedunia itu adalah awalnya untuk menghasilkan gerakan nasional.

Ge-rakan nasional yang dapat dilihat ma-syarakat setelah pemberlakuan UU KIP sejak tahun 2010. Memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa mereka pu-nya hak.

Percuma kalau kita sosialisasi ke Ba-dan Publik jika kita tidak didukung oleh Pemohon yang mengerti akan haknya maka Undang-Undang ini tidak akan jalan dan diam saja. Peringatan yang pernah dilakukan KIP dengan melaku-kan aksi simpatik, orasi, membuat per-tunjukkan besar di tempat umum yang dimaksudkan untuk memberikan gaung yang lebih luas.

Perkembangan pemenuhan Hak un-tuk Tahu masyarakat selama ini ukur-annya kita belum punya riset untuk melihat apakah masyarakat sudah sa-dar akan hak untuk tahu sudah ada atau belum. Tapi kita punya indikator adalah kondisi keterbukaan informasi di

ma-sing-masing provinsi, dilihat hanya dari jumlah pemohon informasi.

Untuk di pusat jumlah pemohon informasi ada di kementerian dan ada peningkatan. Secara resmi kita belum bisa menyatakan itu merupakan indeks pengetahuan hak atas informasi. Suatu hari dalam RTKD kita akan menyata-kan hak untuk tahu sudah semakin di fahami, semakin diterima dan lebih jauh lagi semakin digunakan. Sekarang kan kita indikatornya baru sampai sengketa, baru permohonan informasi, jika per-mohonan informasi semakin tinggi tapi diselesaikan itu berarti tidak sampai pada sengketa.

Melihat sengketa juga jika tinggi maka haknya semakin difahami lihat juga perkisaran sengketa itu, jika di awal sengketa itu berkisar mengenai ke-uangan secara global nasional kemudian bergeser hak untuk pemenuhan

(16)

masi tentang nasional tapi hak atas diri-nya sendiri. Misaldiri-nya hak informasi ta-nah. Dilihatnya dari segi frekwensi dan kualitas. Dari segi kualitas ada perge-seran dari pemenuhan haknya.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Infor-masi Publik, disebutkan bahwa Komisi Informasi mempunyai tugas menyele-saikan sengketa, namun tidak hanya berhenti disitu Komisi Informasi bisa mencegah terjadinya sengketa dengan melakukan sosialisasi baik kepada Ba-dan Publik juga kepada masyarakat.

Masyarakat yang dituju untuk sosia-lisasi undang-Undang KIP masih sangat terlalu luas, maka melakukan sosialisasi kepada masyarakat elit dianggap lebih strategis seperti masyarakat sipil, LSM, Perguruan tinggi dan Pemuka masyra-kat yang bisa meneruskan sosialisasi ke tingkat dibawahnya. Seperti halnya

informasi Kabupaten/Kota dibutuh-kan untuk mensosialisasidibutuh-kan hak untuk Tahu bagi masyarakat di level terbawah ujar Henny S Widyaningsih.

Saat ini sosialisai yang dilakukan Komisi Informasi Pusat sudah mulai mengarah pada model Two Step Flows Communication yakni dengan mem-buat jaringan-jaringan di masyarakat, namun jaringan-jaringan ini pun dapat terlepas juga kalau tidak dipelihara.

Munculnya gerakan nasional meru-pakan harapan Komisi informasi dalam peringatan Hari Hak untuk Tahu Sedu-nia. Tidak hanya dengan menyelengga-rakan pertunjukkan besar-besaran tapi ada sumbangsih bagi bangsa untuk me-ningkatkan kesadaran Hak untuk Tahu Masyarakat. Bentuk kegiatan berupa klinik keterbukaan informasi publik, lomba debat Keterbukaan Informasi merupakan kegiatan yang akan dilaku-kan Komisi Informasi Pusat dalam per-ingatan Hari Hak untuk Tahu Sedunia. Sementara itu, Yanuar Nugroho Deputi II Kantor Staf Presiden mengata-kan peringatan Hari Hak untuk Tahu Sedunia atau RTKD harus ditandai de-ngan semakin mudahnya publik dalam mengakses Informasi Publik. Tentunya kemudahan dalam mengakses Infor-masi Publik harus ditunjang dengan kemampuan Badan Publik (BP) dalam hal menyediakan dan memberikan in-formasi kepada masyarakat.

Yanuar memandang pengimplemen-tasian UU KIP sejauh ini memang belum dilaksanakan dengan optimal. Pema-haman menyediakan Informasi Publik ke masyarakat tanpa harus diminta oleh masyarakat belum tercermin di BP baik di tingkat kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.

Yanuar menjelaskan, selama ini pe-mahaman BP terhadap pelayanan formasi adalah akan memberikan in-formasi BP jika ada yang bertanya atau meminta. Hal tersebut yang perlu di-rubah paradigamanya oleh pemerintah, bagaimana badan publik itu dapat me-nyediakan informasi secara maksimal (open goverment).

Pemerintah melalui kantor staf pre-siden sejauh ini terus mendorong agar

“Percuma kalau

kita sosialisasi ke

Badan Publik jika

kita tidak didukung

oleh Pemohon yang

mengerti akan haknya

maka Undang-Undang

ini tidak akan jalan dan

diam saja. Peringatan

yang pernah dilakukan

KIP dengan melakukan

aksi simpatik, orasi,

membuat pertunjukkan

besar di tempat umum

yang dimaksudkan

untuk memberikan

gaung yang lebih luas.”

Henny S Widyaningsih

Komisioner Komisi Informasi Pusat Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi

sosialisasi yang dilakukan mengenai Keluarga Berencana, dimana sasaran sosialisasi adalah para pemuka masya-rakat dan para pemuka masyamasya-rakat ini-lah yang meneruskan sosialisasi ke ma-syarakat dibawahnya sehingga tujuan sosialisasi dapat tercapai.

Model Two Step Flows Communica-tion memang penting untuk mencapai pengetahuan masyarakat bawah yang tersebar luas. yang disebut masyarakat elit seperti LSM, Opinion Leader, Pergu-ruan Tinggi, Komisi Informasi bisa me-nyampaikan kembali sosialisasi kepada mayarakat bawah ini, oleh karena itu saya menganggap keberadaan Komisi

(17)

BP dapat menyediakan dan memberikan informasi tanpa harus diminta oleh ma-syarakat. Masih banyak tugas pemerin-tah untuk memastikan agar paradigma tersebut dapat tercermin di semua tingkatan BP.

Ia berharap pemerintah dapat me-nyediakan dan mengumumkan Infor-masi Publik secara proaktif. Pasalnya, penyediaan informasi publik saat ini yang dikelola oleh pemerintah masih cenderung pasif, menunggu adanya per-mintaan dari pemohon informasi.

Yanuar menambahkan yang perlu dilakukan saat ini adalah melakukan percepat terhadap pembentukan PPID, karena hal tersebut jelas diamanatkan oleh UU KIP. Pasalnya, masih banyak PPID yang belum terbentuk sampai de-ngan 5 tahun pengimplemtasian UU KIP, terutama ditingkat daerah.

Menurutnya PPID merubahkan

FOKUS

suatu alat yang penting dalam mewu-judkan keterbukaan informasi di ling-kungan pemerintahan. Tanpa adanya PPID, akan sangat susah untuk men-dorong pemerintah daerah maupun pu-sat untuk terbuka.

Yanuar berujar selama lima tahun UU KIP diimplementasikan sudah ba-nyak sekali sengketa informasi yang di selesaikan Komisi Informasi di Pusat maupun Provinsi. Dengan banyaknya sengketa informasi bisa jadi salah satu indikasi walaupun tidak serta merta menunjukan bahwa keterbukaan infor-masi di lingkungan pemerintah belum sepenuhnya terbuka.

Yanuar memaparkan bahwa kantor staf presiden telah menyurati Menteri Dalam Negeri dan Menteri Komuikasi dan Informatka untuk melakukan per-cepatan penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.

Ia menargetkan pada tahun 2019 se-luruh PPID yang ada di Kementerian, Lembaga, Provinsi, serta Kabupaten/ kota dapat terbentuk seratus persen. Target Ini sesuai dengan nawa cita Pre-siden Jokowi untuk mendorong keter-bukaan Informasi Publik. Terbentuknya PPID seratus persen di seluruh badan publik tentu akan menjadi jembatan bagi pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang terbuka, transparan dan akuntabel.

Rekapitulasi PPID yang sudah Terbentuk:

Badan Publik Jumlah TerbentukPPID Presentase (%)

Kementerian 34 34 100 Lembaga 129 43 33,33 Provinsi 34 30 88,24 Kabupaten/

kota 497 234 47,1

(SUMBER: DITJEN IKP KEMENTERIAN KOMINFO)

“Pemerintah dapat

menyediakan dan

mengumumkan

Informasi Publik

secara proaktif.

Pasalnya, penyediaan

informasi publik saat

ini yang dikelola oleh

pemerintah masih

cenderung pasif,

menunggu adanya

permintaan dari

pemohon informasi”

Yanuar Nugroho

(18)

Dalam momen peringatan RTKD saat ini juga perlu kita dorong masya-rakat untuk memahami dan dan berani menggunakan hak nya untuk meminta informasi kepada BP. Bisa jadi rendah-nya implimentasi UU KIP disebabkan belum banyak masyarakat yang menge-tahui tentang undang-undang ini. Se-hingga belum banyak masyarakat yang menggunakan hak nya untuk meminta informasi kepada badan publik.

Kalau ini menjadi permasalahan ten-tunya kita wajib melakukan sosialisasi ke masyarakat sampai pada tataran ter-kecil yaitu masyarakat yang ada di desa.

Hendri Subagio Direktur ICEL me-ngatakan Peringatan RTKD di indo-nesia sejauh ini memang belum terasa gaungnya, tidak seperti halnya dengan peringatan hari buruh sedunia. Hanya kelompok-kelompok tertentu saja yang masih peduli dengan keterbukaan

in-formasi publik yang turut memeriahkan peringatan ini.

Ia menambahkan, minimnya peran pemerintah dan keterlibatan publik da-lam perayaan RTKD yang diperingati sedunia sangat minim. Hal ini tentunya membuat tingkat kesadaraan masya-rakat akan haknya untuk mengakses informasi melalui perayaan RTKD ma-sih sangat rendah. Seharusnya dalam memperingatai RTKD ini dapat meli-batkan kelompok lain yang lebih besar, termasuk didalamnya pemerintah.

Hendri menegaskan bahwa keterbu-kaan informasi adalah salah satu bagian dari nawacita yang ditawarkan presi-den jokowi kepada masyarakat. Sudah barang tentu pemerintah mempunyai peran pokok untuk menyadarkan ma-syarakat akan haknya untuk

mengak-ses informasi yang sudah dijamin dalam UU KIP.

Hendri mengutarakan sejauh ini memang pemerintah belum pro aktif menyediakan informasi publik kepada masyarakat serta mengumumkan ha-hak masyarakat untuk mengakses in-formasi publik. Hal ini berakibat pada belum terlalu aware (sadar-red) publik terhadap hak untuk mengakses infor-masi.

Hendri menambahkan dalam hal jaminan peraturan, indonesia sudah cu-kup bagus sudah memiliki UU KIP se-bagai payung hukum bagi jaminan ma-syarakat untuk mengakses informasi. Selain itu Indonesia juga telah memiliki Komisi Informasi sebagai lembaga yang menjalankan UU KIP. Hal ini tentunya merupakan kemajuan bagi indonesia di-bandingkan dengan negara lain di asia tenggara.

Ia menilai, di tataran kertas aturan jaminan hukum sudah ada, namun per-soalannya peraturan tersebut belumlah terimplementasi dengan baik. Contoh-nya saja, sudah lima tahun UU KIP di-implementasikan, sampai dengan saat ini masih ada lembaga negara serta pe-merintah daerah yang belum menunjuk PPID.

Hendri menegaskan jika aturan main yang ada di UU KIP tidak dijalan-kan maka akhirnya adijalan-kan terjadi banyak sengketa informasi. Sengketa infomasi timbul dikarenakan ada persoalan a-turan yang tidak ditegakkan oleh badan publik. Ia menilai, Terkadang informasi yang disengketakan justru informasi yang dinyatakan terbuka oleh UU KIP. Artinya masih ada badan publik yang belum taat terhadap aturan yang tertu-ang dalam UU KIP.

Ia mengharapkan di momen per-ingatan RTKD yang jatuh pada tanggal 28 September dapat dijadikan momen-tum bersama bagi pemerintah, Komisi Informasi, dan masyarakat. Hal tersebut tentunya untuk mendorong terpenuh-nya hak masyarakat dalam mengakses informasi, serta mewujudkan pemerin-tahan yang terbuka.

Reporter dan Penulis: Leny Sulistiani

“Peringatan RTKD

di indonesia sejauh

ini memang belum

terasa gaungnya,

tidak seperti halnya

dengan peringatan

hari buruh sedunia.

Hanya

kelompok-kelompok tertentu

saja yang masih peduli

dengan keterbukaan

informasi publik yang

turut memeriahkan

peringatan ini.”

Hendri Subagio

(19)

KEGIATAN

KI PUSAT

R

ombongan DPRPB (Dewan

Per-wakilan Rakyat Papua Barat) me-lakukan audiensi ke  Komisi Infor-masiPusat (KIP), di Jakarta, Kamis (18/6). Rombongan yang terdiri Wakil Ketua DPRPB JA Jumame bersama Aggota Komisi A Is-mail, Arifin, Xaverius Kameubun, dan Febry J Andjar, disertai staf Moses R Frimisela, Barnabas Mandakan, dan Yosias Sayori. Me-reka ditemui oleh Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono dan Komisioner Evy Trisulo. Mereka melakukan konsultasi terkait ke-terbukaan Informasi Publik di Papua Barat pada umumnya dan perkembangan pem-bentukan Komisi Informasi(KI) Papua Barat. Rombongan DPRPB melaporkan bahwa 10 nama  calon Komisioner KIPapua Barat sudah lolos panitia seleksi (Pansel) dan se-karang sudah berada di meja gubernur,

na-mun belum diserahkan ke DPRPB untuk di-lakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test). Dalam konteks tersebut Ketua KIP menyarankan agar DPRPB menanyakan hal tersebut ke gubernur mengingat proses penjaringan sudah lebih dari setahun. “Ka-lau gubernur lamban, DPRPB harus inisiatif dan aktif menanyakan,” kata dia.

Mereka juga menanyakan tentang pe-doman seleksi dan kriteria calon yang layak diloloskan. KIP menyarankan agar pedoman dari KIP tahun 2010 dipergunakan, sedang-kan untuk fit and proper test di DPRPB atau legislatif memang tidak menutup kemung-kinan adanya pertimbangan politik dari para anggota dewan. “Itu keniscayaan yang wa-jar saja dan harus dihormati,” kata Ketua KIP. Abdulhamid juga menyarankan agar DPRPB melakukan inisiatif pembuatan perda

ten-Ia juga menjelaskan bahwa pro-blem tersebut sudah menjadi diskusi lama bahkan dalam setiap Rakornas, tapi tidak ada solusi jika belum ada perubahan di perundangannya. Oleh karena itu, dalam Renstra KIP 2014 – 2017 tercantum program revisi un-dang-undang. “Jadi KIP sudah mem-programkan revisi undang-undang tersebut dalam Renstra-nya.” Namun sebenarnya semua itu bisa disiasati jika ada hubungan sinergis antara komisioner, gubernur atau sekda, dan DPRD. “Ada beberapa KI Provinsi yang kon-disi anggaran dan kemandiriannya bagus de-ngan dasar hukum yang sekarang,” kata dia.

Selanjutnya Ketua KIP menyarankan agar DPRD Bengkulumelakukan inisiatif un-tuk penyusunan perda tentang keterbukaan informasi yang hingga kini belum dipunyai oleh Provinsi Bengkulu. “Banyak provinsi lain yang sudah punya, bahkan kabupaten dan kota sudah punya. Jadi menyusunnya mengacu pada yang sudah ada saja, biar ada wawasan dan prosesnya cepat,” kata Ketua KIP.

tang keterbukaan informasi di Papua Barat yang hingga kini belum ada.

Sedangkan Evy Trisulo mengingatkan perlunya dukungan DPRPB untuk sekretariat KI Papua Barat jika sudah terbentuk. Sebab, menurut Evy, jika komisioner ditunjuk tapi tanpa dukungan sekretariat maka lembaga juga tidak berjalan. “Kalau KI sudah dibentuk tapi tidak ada anggaran untuk sekretariat ya tidak akan jalan. Apalagi untuk penanganan sengketa informasi, harus ada sekretaris se-laku panitera,” lanjut Evy.

D

PRD Provinsi Bengkulu

mendorong agar  Komisi Informasi(KI) di daerah, uta-manya KI Bengkulu, lebih dikuatkan lagi agar mereka bisa mandiri dalam anggaran dan membuat putusan-putusan secara profesional tanpa intervensi atau kecemasan. Hal itu disampaikan oleh rombongan DPRD Bengkulu yang dipimpin Ketua DPRD Ihsan Fajri dan Ketua Komisi I Khairul Anwar. Mereka diterima langsung oleh Ketua KIP Abdulha-mid Dipopramono didampingi Asisten Leny Sulistiani dan Feri Firdaus, di Ruang Sidang lantai 4 Kantor KIP, Jakarta, Jumat (19/6).

Bahkan secara bersemangat beberapa anggota  DPRD Bengkulumenginginkan agar anggaran KI daerah dibiayai oleh KI Pusat lewat APBN. Dengan demikian da-lam membuat putusan mereka tidak di-hantui oleh ketakutan terhadap pimpinan daerah, baik gubernur, sekda, maupun kepala dinas. Beberapa anggota Komisi I seperti Sri Rezeki dan Dalhadi Umar juga menegaskan keinginan agar kantor KI

DPRD BENGKULU DORONG PENGUATAN DAN KEMANDIRIAN KI

KIP SARANKAN DPRPB TANYA

CALON KOMISIONER KE GUBERNUR

Provinsi terpisah, tidak berada di kantor Dishubkominfo.

Menanggapi hal itu, Ketua KIP menyam-paikan rasa terima kasih atas aspirasi yang disampaikan untuk mendorong kemandi-rian KI. Dia mengatakan bahwa problem kemandirian bukan saja dihadapi oleh KI Bengkulu tetapi juga KI daerah seluruh In-donesia. “Bahkan KIP juga menghadapi hal serupa dan itu bersumber pada undang-un-dangnya, yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik,” kata dia.

(20)

L

ima orang Komisioner Komisi  Infor-masi ProvinsiJambi (KI Jambi) diser-tai dua staf sekretariat bertandang ke Komisi Informasi Pusat (KIP) di Kantor KIP, Jakarta, Kamis (25/6). Komisioner yang terdiri Mohammad Orinaldi, Zainuddin, H Suherman, Hendri, dan Noperman tersebut ditemui langsung Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono dan Komisioner KIP Yhannu Setyawan, didampingi Sekretaris KIP Bam-bang Hardi Winata dan Asisten Ahli KIP Feri Firdaus. Mereka menyerahkan dokumen Pemberitahuan Islah yang ditujukan kepada Ketua KIP.

Dalam dialog sebelum penyerahan do-kumen tersebut, para Komisioner KI Jambi menjelaskan kronologis penyelesaian kon-flik intern atau islah mereka yang telah me-reka sepakati pada 23 Juni 2015. Format kepengurusan pasca-islah terdiri dari Ketua Mohammad Orinaldi, Wakil Ketua Zainud-din, dan lainnya anggota. Konflik kepengu-rusan KI Jambi sudah berlangsung sejak setahun lebih lalu, setelah para komisioner dilantik dan Fikri Riza mundur dari ketua se-kaligus sebagai komisioner.

Penyelesaikan konflik pun sudah lama dilakukan, baik oleh gubernur maupun sekda Jambi. Tak kurang Ketua KIP sudah datang ke Jambi tiga kali untuk menyele-saikan persoalan tersebut, baik mengambil waktu pasca-sidang maupun saat setelah menjadi narasumber even non-KI. Rapat-rapat antara Ketua KIP dengan KI Jambi juga dilakukan di Jambi. Ketua KIP selalu menekankan bahwa konflik komisioner ha-rus diselesaikan oleh komisioner sendiri tanpa mengundang intervensi pihak lain, termasuk KIP. “Sebab begitulah kaidah da-sarnya,” kata KIP.

KI JAMBI SERAHKAN DOKUMEN ISLAH KE KIP

INGIN SUSUN PERDA KETERBUKAAN INFORMASI,

DPRD KLATEN KONSULTASI KE KIP

Ketua KIP selalu menekankan bahwa konflik menyebabkan program tidak berjalan dan delegitimasi publik terhadap KI Jambi. “Kepercayaan dari Pemprov Jambi pun pasti akan merosot,” kata dia saat di KI Jambi. Dia melanjutkan bahwa jika program tidak jalan tetapi para komisioner tetap menerima gaji maka akan mengkhianati rakyat, sebab uang APBD yang dipakai berasal dari rakyat. Upaya para Komisioner KI Jambi sendiri untuk nyelesaikan konflik juga sudah banyak me-reka lakukan, antara lain dengan beberapa kali berkonsultasi ke Kantor KIP di Jakarta.

Dalam acara penyerahan dokumen Pemberitahuan Islah, baik Abdulhamid maupun Yhannu menyatakan kegembiraan dan rasa syukurnya. “Ini tampaknya meru-pakan berkah Ramadan, harus disyukuri dan dipegang teguh,” kata Ketua KIP sambil me-nyampaikan rasa haruanya, lalu memeluk kelima Komisioner KI Jambi satu persatu. Yhannu mengatakan bahwa fungsi dan tu-gas KI adalah menyelesaiakan sengketa informasi antara publik dan Badan Publik, yang artinya juga menyelesaikan konflik. “Jika kita tidak bisa menyelesaikan konflik sendiri, mana mungkin bisa menyelesaikan konflik orang lain,” kata Yhannu.

R

ombongan DPRD Kabupaten Klaten,

Jawa Tengah, berkunjung untuk berkonsulatasi ke Komisi Informasi Pusat (KIP) di Jakarta, Selasa (7/7). Me-reka datang dalam rangka mendapatkan input untuk rencana penyusunan peraturan daerah (Perda) tentang  Keterbukaan In-formasiPublik di Kabupaten Klaten. Rom-bongan yang dipimpin Ketua Baleg DPRD, Sunarto, itu diterima oleh Ketua KIP Abdul-hamid Dipopramono, didampingi Tenaga Ahli Annie Londa dan Tya Tirtasari.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua KIP menyambut baik kunjungan DPRD Klaten dan mendorong agar Klaten segera memi-liki Perda atau Perbub tentang itu. Dia me-ngatakan bahwa substansi dari Perda bisa mengambil dari UU Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan InformasiPublik.

Se-lain itu, dianjurkan agar DPRD Klaten meng-ambil contoh dari kabupaten lain yang telah memilikinya. “Kabupaten Kubu Raya di

Pro-vinsi Kalimantan Barat, salah satunya, sudah memiliki Perbup dan isinya bagus,” kata Ke-tua KIP.

(21)

KIP ADAKAN HALAL BIHALAL

BERSAMA KARYAWAN

KEGIATAN

KI PUSAT

MSI PRESENTASIKAN

DRAF PERKI PPSIP

M

anagement System International

(MSI) yang sudah melakukan MoU dengan  Komisi InformasiPu-sat (KIP) untuk menyelesaikan revisi Per-aturan  Komisi Informasi(Perki) tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (PPSIP) dan Sistem Informasi Ma-najemen (SIM) Sengketa Informasi Publik, mempresentasikan draf Perki tersebut pada Rabu (8/7). Tim MSI presentasi di depan Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono, para Komisioner yang terdiri Henny S Widyaning-sih, Rumadi Ahmad, dan Yhannu Setyawan, Sekretaris KIP Bambang Hardi Winata, serta para Tenaga Ahli KIP.

Pada kesempatan tersebut Tim MSI ma-sih menerima masukan untuk yang terakhir kalinya sebelum benar-benar menjadi draf yang proses selanjutnya kemudian akan di-lakukan oleh KIP sendiri berupa uji publik. Tim MSI juga menjelaskan bahwa draf yang dipresentasikan tersebut selain telah meng-akomodasi pemikiran para Komisioner, Te-naga Ahli, dan Sekretariat KIP, juga telah mengakomodasi masukan dari KI Provinsi seperti DKI Jakarta dan NTB. Selain itu juga ditambah studi komparasi dari peraturan serupa di negara-negara lain.

Komisioner Rumadi Ahmad dan Yhannu Setiawan mengatakan bahwa pada saat ini tim dari KIP yang terdiri para Tenaga Ahli sudah menyelesaikan kajian tentang hal-hal yang perlu diubah, diperbaiki, dan perlu ada dalam Perki. Untuk itu, langkah berikutnya adalah diminta agar Tim MSI berdikusi lebih intensif dan teknis dengan para Tenaga Ahli KIP.

K

omisi InfomasiPusat (KIP) menga-dakan acara silaturahim dan halal bihalal seluruh karyawan dan karya-wati yang dihadiri Ketua KIP, Komisioner KIP, pejabat struktural di Sekretariat KIP, Tenaga Ahli, dan asisten, pada Senin (27/5), bertem-pat di Kantor KIP, Jakarta. Acara diawali de-ngan laporan ketua pelaksana, yaitu Sekre-taris KIP Bambang Hardi Winata, dilanjutkan sambutan Ketua KIP Abdulhamid Dipopra-mono, dan siraman rohani oleh Ustadz Uci Al Farizi. Acara diakhiri dengan saling bersala-man dan makan siang bersama.

Dalam sambutannya, Ketua KIP ber-harap acara silaturahim dan  halal bihala-ldapat mempekuat kebersamaan seluruh karyawan KIP, sehingga dapat menciptakan sinergi dan meningkatkan pelayanan ke-pada publik. Orang-orang di kantor, me-nurutnya, adalah keluarga kedua setelah keluarga di rumah. “Oleh karenanya jika ter-jadi dinamika, sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan dan akhirnya saling memaaf-kan seperti  halal bihalalini,” kata dia. “Per-bedaan pendapat itu biasa di mana-mana,

di keluarga maupun di kantor, tapi harus ada solusi,” kata dia.

Ustadz Al Farizi yang masih sangat belia itu memberikan tauziah tentang pentingnya silaturahim. “Apalagi bagi umat Islam yang telah melaksanakan puasa selama satu bu-lan penuh, maka silaturahim merupakan rangkaian penting untuk melengkapi ibadah dengan saling maaf-memaafkan,” kata dia. Al Farizi juga menjelaskan tentang makna silaturahim yang memiliki tiga manfaat da-lam kehidupan. Pertama, silaturahim dapat memanjangkan umur, kedua dapat menam-bah rezeki, dan ketiga dapat memberikan kesehatan.

Ia menambahkan, yang paling utama adalah orang yang lebih dahulu meminta maaf kepada yang lain. “Orang lebih dahulu meminta maaf adalah yang lebih mulia,”  kata Al Farizi. Lalu ia memberi catatan bahwa orang sering banyak keliru menggu-nakan istilah silaturahmi. “Yang benar ada-lah silaturahim, kalau silaturahmi itu artinya malah tidak bagus, yaitu adanya sakit di pe-rut,” kata dia.

(22)

M

ahkamah Konstitusi(MK) meno-lak permohonan Judicial Review (JR) terhadap sebagian Pasal 29 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), dalam sidang pembacaan putusan di Gedung MK Jakarta, Selasa (4/8). Sidang dengan majelis lengkap itu dipimpin Ketua Majelis Prof Dr Arief Hidayat, SH, MS, be-ranggotakan Dr Anwar Usman, SH, MH, Prof Dr Maria Farida Indrati, SH, MH, Dr H Patria-lis Akbar, SH, MH, Dr Wahiduddin Adams, SH, MA, Prof Dr Aswanto, SH, MSi, DFM, I Dewa Gede Palguna, Dr Suhartoyo, SH, MH, dan Dr Manahan M P Sitompul, SH, MHum.

Dalam persidangan terhadap perkara bernomor 116/PUU-XII/2014 dengan Pokok Perkara Pengujian UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikPasal 29 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), dengan Pemohon perorangan terdiri Pemo-hon pertama John Fresly; kedua Yhannu Setyawan; ketiga Rumadi; hingga sebanyak 23 Pemohon tersebut, hadir juga   Kuasa Pemohon yaitu Veri Junaidi, SH, MH.

Pada pembacaan amar putusan di-sampaikan bahwa ada sebagian Pemohon yang ditolak legal standing-nya. Mereka yang ditolak rata-rata yang bukan berasal dari  Komisi Informasi(KI), baik pusat mau-pun daerah. Dalam amar putusan itu juga di-sampaikan: Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Salah satu pertimbangan Majelis menolak permohonan tersebut ka-rena  Komisi Informasitidak termasuk da-lam empat komponen lembaga peradilan. Hanya ada empat lembaga peradilan yang dikenal di Indonesia; yaitu Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Umum, dan Peradilan Militer.

Untuk itu, lembaga peradilan Komisi Informasi tidak dapat disamakan dengan empat lembaga peradilan yang sudah ada. Lebih lanjut Majelis mengatakan bahwa fungsi Komisi Informasi berdasarkan UU KIP adalah menjalankan Undang-Undang Keter-bukaan  Informasi Publikdan peraturan pe-laksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan  Informasi Publik, dan me-nyelesaikan Sengketa Informasi

Publikmela-lui Mediasi dan/atau Ajudikasi Nonlitigasi. Dengan demikian, dalam menjalankan fungsinya,  Komisi Informasitidak harus di-berikan kemandirian dalam hal kesekretar-iatan. Jadi tidak ada alasan untuk mengubah Pasal 29 ayat (2) UU KIP yang menyebutkan, “Sekretariat  Komisi Informasidilaksanakan oleh pemerintah”. Ayat (3) menyebutkan, “Sekretariat Komisi InformasiPusat dipimpin oleh sekretaris yang ditetapkan oleh Men-teri yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan informatika berdasarkan u-sulan Komisi Informasi’.

Lali pada Ayat (4) disebutkan, “Sekre-tariat Komisi Informasiprovinsi dilaksanakan oleh pejabat yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan informasi di tingkat provinsi yang bersangkutan”. Dan ayat (5) menyebutkan, “Sekretariat Komisi Informasi-kabupaten/kota dilaksanakan oleh pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang komunikasi dan informasi di tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan”.

Dengan demikian, JR terhadap UU KIP yang diajukan sejak bulan Oktober 2014 tersebut sudah mendapat kepastian. Sebe-lumnya pembacaan putusan sempat ter-katung-katung selama lebih dari enam bu-lan karena semula diperkirakan dibacakan bulan Februari 2015. Upaya JR terhadap UU KIP ini juga sempat dibahas dalam forum Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)  Ko-misi Informasi se-Indonesia di Mataram pada 11 – 14 September 2014. Pembahasan tersebut menelorkan butir kesepakatan bahwa JR dilakukan atas nama priba-di-pribadi komisioner dan bukan atas nama KI sebagai lembaga.

MAHKAMAH KONSTITUSI

TOLAK JUDICIAL REVIEW UU KIP

MAJALAH

BUKA! TERBIT DEN

GANDESAIN BARU

DAN NOMOR ISSN

M

ajalah Buka! Informasi Publik yang diterbitkan oleh  Komisi Informa-siPusat (KIP) kini memasuki edisi ke-9. Edisi 09 Mei-Juni 2015 telah terbit pada awal Juli 2015 dengan desain baru yang lebih profesional dan light dan telah mendapatkan Indternational Standard Se-rial Number (ISSN) 977246049098. Pada edisi ini Buka! mengangkat “Laporan Khu-sus” berjudul Mengawal Transparansi Dana Desa dan “Fokus” membahas topik Mengak-selerasi Keterbukaan Informasi.

ISSN diberikan oleh International Serial Data System (ISDS) yang berkedudukan di Paris, Perancis. ISSN diadopsi sebagai im-plementasi ISO-3297 pada tahun 1975 oleh Subkomite No. 9 dari Komite Teknik No. 46 dari ISO (TC 46/SC 9). ISDS mendelegasikan pemberian ISSN baik secara regional mau-pun nasional. Untuk regional Asia dipusatkan di Thai National Library, Bangkok, Thailand. Sedangkan Pusat Dokumentasi dan Infor-masi Ilmiah (PDII) LIPI merupakan satu-sa-tunya ISSN National Centre untuk Indonesia. Dengan memiliki ISSN maka Buka! su-dah masuk jaringan publikasi internasional yang berpusat di Paris dan bisa diakses oleh para pembaca di seluruh penjuru du-nia. Buka adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan KIP. Selain majalah Buka! yang dikemas secara ringan dan populer, pada bulan depan KIP juga segera menerbitkan jurnal ilmiah yang membahas isu-isu keter-bukaan Informasi Publik.

(23)

S

ebanyak sepuluh orang rombongan dari DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) berkonsultasi ke Komisi In-formasi Pusat (KIP) di Jakarta, Rabu (8/8). Rombongan yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Wenny Lumentut dan Ketua Komisi I Ferdinand Wewengkang tersebut, diterima oleh Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono di Ruang Sidang KIP lantai 4. Mereka meng-konsultasikan tentang rencana  rekrutmen Komisioner KISulut periode kedua yang

akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Ketua KIP memberi catatan agar sejak awal proses rekrutmen, yang seharusnya

DPRD SULUT KONSULTASIKAN RENCANAREKRUTMEN KOMISIONER

KIP MINTA BUPATI BANGKALAN LAKUKAN TINDAKAN SOLUTIF

SIDANG

KI PUSAT

dilakukan oleh Pemprov Sulut tersebut, di-kawal agar berjalan lancar dan memenuhi pedoman KIP. “Untuk pedoman, pakailah keluaran KIP tahun 2010,” kata Ketua KIP, sembari menjelaskan bahwa ada satu-dua provinsi yang salah menggunakan pe-doman. “Sebenarnya DPRD baru berperan di akhir proses seleksi, yaitu saat fit and proper test, tapi karena Pemprov belum kelihatan inisiatifnya, minta tolong DPRD mengingatkannya,” kata dia.

K

etua Komisi InformasiPusat (KIP) Ab-dulhamid Dipopramono meminta ke-pada Bupati Bangkalan, Jawa Timur, agar melakukan tindakan-tindakan solutif dan segera melantik lima orang Komision-er  Komisi Informasi(KI) Kabupatan Bangka-lan. Hal itu disampaikannya pada saat mene-rima kunjungan rombongan DPRD Bangkalan yang terdiri dari tiga orang Wakil Ketua DPRD masing-masing H Abdul Rachman, Abdul Latif Amin, dan Fatkurrahman di Ruang Rapat Lantai 5 KIP Jakarta, Senin (10/8).

Dalam kunjungan itu, rombongan DPRD Bangkalan menyampaikan bahwa sudah hampir sebulan pelantikan Komi-sioner KI Bangkalan belum juga dilantik. Pasalnya, Bupati Bangkalanmenilai dari lima orang Komisioner KI Bangkalan yang ter-pilih masing-masing A Haris, Sonhaji, Yusuf Mansyur, Abdurrahim, dan Agus B Haryanto, tidak satu pun yang berlatar belakang PNS (Pegawai Negeri Sipil) sehingga dinilainya tidak ada yang mewakili pemerintah daerah.

Abdulhamid yang didampingi Tenaga Ahli (TA) KIP Fathul Ulum menetralisasi pandangan Bupati tersebut. Ia katakan bahwa yang dimaksud unsur pemerintah dalam UU KIP itu tidak ada keharusan ber-status PNS atau pensiunan PNS. “Dalam un-dang-undang itu disebut unsur pemerintah pada komposisi Komisioner KI bukan berarti harus komisionernya berasal dari pegawai pemerintah atau PNS.” Apalagi, lanjutnya, pada saat ini DPRD sudah ketok palu mene-tapkan kelima Komisioner tersebut atas ha-sil fit and proper test yang mereka lakukan.

Ketua KIP mengatakan bahwa dalam kondisi keterlanjuran seperti saat ini ha-rus dilakukan terobosan solutif yang berani dan praktis. Jika proses seleksi diulang dari awal, maka akan membuang biaya, tenaga, pikiran, waktu, termasuk biaya soasial karena pasti akan terjadi kekisruhan. “Bagi yang lima orang sudah terpilih, bagaimana Bupati mau membatalkan mereka? Apakah mereka nanti tidak marah?” kata Hamid. “Kenapa ketika Bupati mengusulkan nama-nama ke DPRD, tidak menetapkan atau memberi catatan siapa-siapa yang dia tunjuk sebagai unsur pemerintah?” lanjut Hamid.

Oleh karena itu Ketua KIP menyarankan solusi agar Bupati menawarkan atau me-netapkan satu atau dua orang dari kelima Komisioner yang terpilih tersebut sebagai wakil atau unsur pemerintah. “Bupati segera bikin kesepakatan kepada satu atau dua orang itu sebagai unsur pemerintah tanpa harus mengulang proses seleksi dari awal,”

kata Ketua KIP. “Dalam hal ini tidak bisa juga DPRD disalahkan. Ini masalah komunikasi dari Bupati ke DPRD yang tidak ada.”

Ketua KIP juga mengatakan bahwa taf-sir UU terhadap hal-hal yang tak tertulis itu tidak kaku. Ia bahkan mencontohkan kon-disi Komisioner KIP (Pusat) yang tidak ideal. “Di kami, KIP ini, disebut dua orang unsur pemerintah dan lima unsur masyarakat, tapi kenyataannya justru pada saat ini lima Komisioner berstatus PNS dan hanya dua orang yang non-PNS atau benar-benar un-sur masyarakat,” kata dia.

Untuk itu, ia meminta kepada  Bupati Bangkalanagar segera melakukan tero-bosan dan pendekatan kepada salah satu atau dua komisioner yang ada untuk da-pat dijadikan sebagai unsur dari Pemkab Bangkalan. Menurutnya, belum tentu orang swasta tidak bisa mewakili pemerintah. “Bisa saja orang swasta justru lebih loyal ke-pada pemerintah,” kata dia. 

(24)

G

ubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo melantik dan meng-ambil sumpah lima komisioner KomisiInformasi SulawesiSelatan (KI Sulsel) periode 2015 – 2019 di Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, Rabu (5/8). Mereka yang dilantik yakni Aswar Hasan, Pahir Halim, Asradi, Abdul Kadir Patwa, dan Muh. Ilham. Aswar Hasan adalah satu-satunya petahana

yang terpilih kembali. Hadir dalam pelanti-kan tersebut Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Abdulhamid Dipopramono, Anggota DPD RI asal Sulsel M Ikbal Parewangi, Ke-tua DPRD Sulsel, KeKe-tua Kejati Sulsel, dan pejabat setempat lainnya.

Dalam sambutan usai pelantikan, Gu-bernur Sulsel mengatakan bahwa dengan adanya era keterbukaan informasi maka

pemerintah harus dikelola secara berbeda. “Kini eranya memang harus berubah dan semakin baik,” kata dia. Gubernur juga ber-harap dengan adanya Komisi Informasima-ka korupsi bisa dicegah. “Saya paling tidak bisa melihat orang dipenjara,” kata Guber-nur. Oleh karenanya, ia melanjutkan, seluruh aparat di Sulsel harus bekerja dengan ter-buka, jujur, dan bersih, sehingga di akhir ja-batannya tidak berakhir di penjara.

Sementara itu Ketua KIP mengucapkan selamat kepada  Gubernur Sulsel dan para Komisioner yang terpilih, karena sudah bisa melewati masa-masa kritis peralihan pe-riode. “Tingkatkan kinerja, tinggalkan yang buruk, lanjutkan yang baik, dan selalu men-jadi lebih baik dari sebelumnya,” kata Ha-mid. Dia juga berharap agar di Sulsel diben-tuk tim semacam OGI (Open Government Indonesia) seperti di Pusat, namun dengan modifikasi sesuai kelembagaan yang ada di provinsi. “Kalau di Pusat Tim Intinya ada tujuh kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian PAN-RB, Kantor Staf Presi-den, dan KIP. Tapi kalau di provinsi tidak ada lembaga seperti di Pusat ya disesuaikan saja, yang penting KI Sulsel dilibatkan,” kata Ketua KIP. 

GUBERNUR LANTIK KOMISIONER KI SULSEL

KIP SARANKAN

KIPP BULUKUMBA

IKUTI UUKIP

S

ekretaris Komisi InformasiPusat (KIP) Bambang Hardi Winata menyarankan kepada rombongan Dinas Pehubun-gan Komunikasi dan Informatika (Dishub-kominfo) Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, untuk segera mengubah nama Ko-misi Informasidan Partisipasi Publik (KIPP) Bulukumba menjadi  Komisi Informasi(KI) Kabupaten Bulukumba. Hal itu disampaikan Bambang, yang didampingi Kepala Bagian Umum KIP Samuah, saat menerima lima orang rombongan dari Dishubkominfo Bulu-kumba di Ruang Rapat lantai 4 KIP, Jakarta, pada Kamis (6/8).

Pada kesempatan itu, rombongan Dishibkominfo Bulukumba yang terdiri dari Sri Irma, Khalik, Johamsyah, Asdar Kurseng,

dan Ridwad Hamzah melakukan konsultasi soal eksistensi KIPP Bulukumba yang telah dilantik Bupati berdasarkan Perda tahun lalu. Mereka juga bertanya tentang fungsi dan tugas  Komisi Informasiserta bertanya bagaimana cara menggelar pemeringkatan Badan Publik (BP).

Bambang menjelaskan bahwa sebelum melangkah lebih jauh, maka sebaiknya KIPP Bulukumba diubah dulu agar sama dengan nomenklatur yang ada dalam

Undang-Un-dang Keterbukaan Informasi Publik. Ia me-ngatakan dalam UU KIP hanya dikenal  Ko-misi InformasiKabupaten atau Kota, KI Provinsi, serta KI Pusat.

Menurut Bambang, dari sisi nama saja KIPP sudah berbeda dengan KI lainnya se-hingga tidak mungkin diundang dalam Ra-pat Koordinasi KI se-Indonesia. Namun untuk kegiatan Bimbingan Teknis tentang kepaniteraan yang digelar KIP kemung-kinan masih bisa diikuti karena urusannya tentang teknis tentang penerimaan laporan sengketa informasi dan pelaksanaan persi-dangan sengketa informasi.

Untuk pemeringkatan BP, kata bam-bang, harus dilakukan dulu pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumen-tasi (PPID) di setiap dinas. Tanpa PPID ti-dak mungkin dilakukan pemeringkatan BP karena merekalah yang akan dinilai. “Jika belum memiliki perangkat yang mau dinilai apanya yang dinilai?” kata Bambang yang juga merangkap PPID KIP.

(25)

R

ombongan Komisioner  Komisi Informasi(KI) Provinsi Sulawesi Se-latan (Sulsel) periode kedua yang baru dilantik oleh Gubernur Sulsel pekan lalu, melakukan konsultasi ke  Komisi In-formasiPusat (KIP). Komisioner lengkap KI Sulsel periode 2015 – 2019 terdiri Ke-tua   Aswar Hasan, Anggota Pahir Halim, Asradi, Abdul Kadir Patwa, dan Andi M Il-ham, didampingi staf sekretariat Ima Halik dan Baya itu diterima Ketua KIP Abdulha-mid Dipopramono bersama Komisioner Ru-madi Ahmad di Ruang Rapat lantai 5 KIP, Jakarta, pada Rabu (12/8).

Pada kesempatan tersebut Aswar, yang merupakan satu-satunya komisioner petahana di KI Sulsel, mengatakan keha-diran rombongan komisioner tersebut un-tuk memperkenalkan rekan-rekannya ke KI Pusat.

Ia juga mengharapkan adanya bim-bingan dari KIP soal berbagai hal khusus-nya mediasi, karena sekarang ini sedang ada program dari KI Sulsel untuk

membe-M

enteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Yuddy Chrisnandi se-cara mendadak mengunjungi Kantor Komisi InformasiPusat (KIP) di Gedung PPI Jalan Abdul Muis Nomor 8, Jakarta Pusat, Senin (10/8). Ia diterima langsung oleh Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono dan Komisioner

MENTERI PAN-RB KUNJUNGI KANTOR KIP

rikan pelatihan mediator di UGM Yogya-karta. Ia berharap KIP juga bisa membe-rikan pelatihan serupa kepada komisioner KI Sulsel. Menurutnya empat orang komi-sioner baru masih membutuhkan banyak bimbingan dari KIP.

BARU DILANTIK, KI SULSEL PERIODE KEDUA KONSULTASI KE KIP

Rumadi Ahmad. Menteri Yuddy, yang di-dampingi Deputi Bidang Kelembagaan Rini Widyantini, berbicang di ruang kerja Ketua KIP. Setelah itu mereka diajak meninjau ru-ang rapat dan ruru-ang sidru-ang KIP di lantai 5.

Dalam kesempatan itu Menteri PAN-RB menanyakan jumlah sengketa yang ma-suk KIP, status gedung, jumlah karyawan,

dan anggaran KIP. Dia bahkan sempat me-nyarankan agar komisi terkait seperti Ko-misi Penyiaran Indonesia (KPI) dan KIP berkantor bersama, agar ada sinergi. Ketua KIP menyampaikan bahwa kantor tersebut masih berstatus menyewa. “Kami menyewa kantor ini dua miliar rupiah setahun,” kata dia. Ketua KIP juga menyinggung tentang usulan perubahan honor yang telah dibahas dengan tujuh K/L di Kementerian PAN-RB bulan puasa lalu. “Sepertinya saya sudah tanda tangan untuk itu, kok,” jawab Yuddy.

Sebelum Menteri Yuddy meninggalkan ruangan Ketua KIP, mereka berdua sem-pat berbincang tentang rencana Kemah Kedaulatan yang diselenggarakan Jaringan Aktivis Prodemokrasi (Prodem) di Yogya-karta pada 14 – 17 Agustus mendatang. Baik Yuddy maupun Hamid pernah sama-sama aktif di organisasi Prodem yang meng-himpun aktivis mahasiswa angkatan 80an – 90an dan ikut mendirikan organisasi ter-sebut di Cipanas, pada 27 – 29 Oktober ta-hun 2000. “Oke, nanti saya usahakan ikut kemah di Jogja,” kata Yuddy.

SIDANG

KI PUSAT

Selain berkenalan, para Komisioner KI Sulsel juga mendiskusikan beberapa hal lain seperti persidangan sengketa, besaran potongan pajak untuk honorarium, Pilkada langsung bulan Desember mendatang, dan beberapa topik lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Lembar observasi untuk mengukur pemahaman konsep (2) Tes untuk mengukur hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dari hasil pemograman menggunakan perhitungan first-principles berbasis metode density functional theory (DFT), dengan

Kata band pada marching band ini juga memiliki makna sebagai bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat

BAB II Pola asuh orang tua dan kecerdasan spiritual. Kecerdasaan spiritual meliputi pengertian kecerdasaan spiritual, ciri-ciri kecerdasaan spiritual, fungsi

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu perubahan yang dialami seseorang dalam hidupnya sebagai suatu proses yang sedang berlangsung, atau sebagai

upah para buruh dari tahun yang lampau dan apa yang masih harus dibayar untuk tahun berjalan, serta jumlah kenaikan upah menurut Pasal 160 cq; jumlah pengeluaran buruh

Berdasarkan hasil penelitian tergambarkan bahwa masayarakat desa terapung sangat berragam dalam upaya peningkatan imunitas tubuh, hal ini sesuai dengan pemahaman dan

Menurut para penganjur tehnik ini, tes proyeksi dapat menjangkau lapisan-lapisan yang lebih dalam dari kepribadian, yaitu yang tidak disadari subyek.. Namun