HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Badan Litbang Pertanian
Badan Litbang Pertanian dibentuk tahun 1974 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) no. 44 dan 45 dan merupakan unit kerja eselon I lingkup Deptan, dengan tugas pokok sebagai penyelenggara kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian. Dalam menjalankan tugas pokoknya, Badan Litbang Pertanian mempunyai fungsi: (1) merumuskan kebijakan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, (2) merumuskan program kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, (3) melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, (4) mengevaluasikan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, dan (5) melaksanakan administratif Badan.
Visi dan misi Badan Litbang Pertanian
Arah penelitian, Badan Litbang Pertanian dituangkan dalam visi dan misi: visi Badan Litbang Pertanian adalah menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian dengan citra proaktif dan partisipatif dalam menciptakan, merekayasa dan mengembangkan Iptek untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis; misi Badan Litbang Pertanian adalah menciptakan, merekayasa dan mengembangkan inovasi yang diperlukan bagi pembangunan untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis yang mendukung sektor pertanian sebagai sektor andalan pembangunan nasional.
Strategi untuk me wujudkan misi tersebut
Inovasi teknologi pertanian diharapkan menjadi penghela dan pendorong sistem inovasi nasional untuk menjawab tantangan pembangunan pertanian. Dengan demikian, kegiatan penelitian diarahkan untuk menciptakan teknologi yang dibutuhkan oleh pengembangan sistem usaha agribisnis, peningkatan
ketahanan pangan dan selanjutnya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berdasar landasan penelitian dari pengguna untuk pengguna maka rekayasa dan pemanfaatan pengembangan dan penguasaan Iptek di bidang pertanian diarahkan pada pembentukan daya inovasi dan akselerasi adopsi teknologi untuk menghasilkan produk pertanian yang memiliki dayasaing tinggi kepada pengguna. Untuk melaksanaan tujuan tersebut strategi operasional penelitian diarahkan pada keterpaduan kegiatan penelitian dan harmonisasi antarUnit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) ataupun antardisiplin yang dimulai dari kegiatan perencanaan, penciptaan sampai adopsi inovasi teknologi dengan tujuan menghasilkan inovasi secara efisien, efektif dan berdampak luas bagi pengguna.
Kelembagaan Litbang Pertanian
Untuk menjalankan visi dan misi, Badan Litbang Pertanian membutuhkan UK dan UPT. Tugas pokok dan fungsi penelitian dijabarkan kedalam tugas dan fungsi UK dan UPT yang terdiri dari:
a. Sekretariat Badan Litbang Pertanian
Sekretariat Badan Litbang Pertanian (Setbadan) menyediakan jasa teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Badan Litbang Pertanian dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan Litbang Pertanian. b. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) melaksanakan penelitian padi, jagung dan serealia lainnya, kacang, dan umbi. Bidang penelitian mencakup pemuliaan tanaman, hama dan penyakit, pascapanen, bioteknologi, serta sistem usahatani. Puslitbangtan juga mengkoordinasikan kegiatan penelitian pada lima balai penelitian serta satu loka penelitian. Lima balai penelitian itu adalah Balitbio di Bogor, Balitpa di Sukamandi, Balitkabi di Malang, Balitjas di Maros, dan Balitra di Banjarbaru.
Keterangan :
Unit kerja Eselon 2 yang menjadi sampel penelitian Unit Kerja Eselon 3 yang menjadi sampel penelitian Unit kerja yang bukan sampel penelitian
Garis komando Garis koordinasi
Sumber : Badan Litbang Pertanian 2004
Gambar 3. Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian.
c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak) bertugas membina dan melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang sumberdaya lahan dan agroklimat. Kegiatan penelitian ditekankan pada peningkatan pemanfaatan tanah dan iklim, survai pemetaan tanah dan iklim, pola usahatani konservasi lahan kering dan perbukitan kritis. Disamping itu, instansi ini juga memproduksi peta yang
PUSLITBANG TANAMAN PANGAN PUSLITBANG HORTIKULTURA BADAN LITBANG PERTANIAN PUSLITBANG
PERKEBUNAN PETERNAKANPUSLITBANG
PUSLITBANG TANAH & AGROKLIMAT PUSLITBANG SOSEK PERTANIAN BALIT BIOTEK BALIT PASCAPANEN PERTANIAN BALITPA BALITKABI BALIT SEREALIA LOLIT PENYAKIT TUNGRO 26 BPTP 26 BPTP BALITSA BALITBU BALITHI LOLIT JERUK & HORT. SUBTROPIK BALITTRO BALITTAS BALITKA LOLIT TAN. SELA PERKEBUNAN BALITNAK BALITVET LOLIT SAPI POTONG BALITTRA LOLIT KAMBING POTONG BBP. ALSINTAN BPPTP BPPTP PUSTAKA LOLIT PENCEMARAN LINGKUNGAN PERTANIAN BALIT AGROKLIMAT & HIDROLOGI BALIT TANAH
ORGANISASI
ORGANISASI
BADAN LITBANG PERTANIAN 2002
BADAN LITBANG PERTANIAN 2002
-2004
-
2004
SEKRETARIAT BADAN PUSLITBANG TANAMAN PANGAN PUSLITBANG HORTIKULTURA BADAN LITBANG PERTANIAN PUSLITBANG
PERKEBUNAN PETERNAKANPUSLITBANG
PUSLITBANG TANAH & AGROKLIMAT PUSLITBANG SOSEK PERTANIAN BALIT BIOTEK BALIT PASCAPANEN PERTANIAN BALITPA BALITKABI BALIT SEREALIA LOLIT PENYAKIT TUNGRO 26 BPTP 26 BPTP BALITSA BALITBU BALITHI LOLIT JERUK & HORT. SUBTROPIK BALITTRO BALITTAS BALITKA LOLIT TAN. SELA PERKEBUNAN BALITNAK BALITVET LOLIT SAPI POTONG BALITTRA LOLIT KAMBING POTONG BBP. ALSINTAN BPPTP BPPTP PUSTAKA LOLIT PENCEMARAN LINGKUNGAN PERTANIAN BALIT AGROKLIMAT & HIDROLOGI BALIT TANAH
ORGANISASI
ORGANISASI
BADAN LITBANG PERTANIAN 2002
BADAN LITBANG PERTANIAN 2002
-2004
-
2004
SEKRETARIAT BADAN
berguna bagi perencanaan pembangunan wilayah. Berdasarkan proses pemanfaatannya, hasil penelitian Puslitbangtanak dapat dikelompokkan ke dalam: (1) Inovasi teknologi berdampak luas, antara lain: Teknologi pemupukan berimbang berdasarkan status hara tanah; Kebijakan perpupukan nasional; Teknologi pengelolaan air dan reklamasi lahan rawa pasang surut. (2) Inovasi teknologi siap dikembangkan, antara lain: Atlas sumberdaya tanah skala 1:1.000.000l; Atlas arahan tata ruang pertanian Indonesia skala 1:1.000.000; Atlas komoditas unggulan nasional skala 1:1.000.000; Atlas sumberdaya iklim pertanian Indonesia skala 1:1.000.000; Peta arahan lahan sawah. (3) Inovasi teknologi dalam peningkatan skala, an tara lain: Teknologi hemat air dan panen hujan di lahan kering; Prediksi luas tanam, luas panen, dan produksi padi sawah, menggunakan teknologi inderaja. (4) Inovasi teknologi untuk dikaji dan dikembangkan oleh BPTP, antara lain: Pemetaan status hara P dan K lahan sawah skala 1:50.000; Peta zona agroekologi skala 1:50.000; Pengujian pupuk alternatif; Pemanfaatan dan analisis data iklim untuk perencanaan waktu dan pola tanam (Deptan 2004).
d. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Puslitbangsosek) melakukan kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian. Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian terutama dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis, Litbang Sosek pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi kebijakan, antara lain inovasi kebijakan pembangunan pertanian, inovasi rekayasa model kelembagaan pembangunan pertanian, inovasi rekomendasi kebijakan perdagangan komoditas pertanian dan pengembangan pangkalan data dinamika sosek pedesaan. Berbeda dengan penelitian yang bersifat teknis, output yang dihasilkan dari penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang dapat dilihat secara fisik, melainkan berupa pengetahuan rumusan kebijakan atau program dan rumusan rekayasa kelembagaan. Kinerja hasil-hasil penelitian dan kebijakan Litbang Sosek pertanian dikelompokkan menjadi empat (Deptan 2004), yaitu: (1) Inovasi berdampak luas, antara lain: Penetapan kebijakan perberasan nasional; Justifikasi penetapan produk strategis; dan Model pengembangan proyeksi
harga komoditas tanaman pangan utama dan perkebunan. (2) Inovasi dalam pengembangan, yaitu: Pengembangan skim kredit perdesaan Karya Usaha Mandiri (KUM); Pengembangan kelembagaan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT); Panel Petani Nasional (PATANAS); Undang-undang perlindungan varietas tanaman; Kebijakan perlindungan sumberdaya genetik pertanian; Sintesis kebijakan bidang tanaman pangan; Sintesis kebijakan bidang hortikultura, Sintesis kebijakan bidang perkebunan; dan Sintesis kebijakan bidang peternakan. (3) Inovasi yang sedang dalam proses pematangan. Puslitbangsosek juga bertugas mengkoordinir kegiatan 26 BPTP yang disebar disetiap propinsi.
e. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
Permintaan komoditas hortikultura mak in meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghort) bertanggungjawab dalam penelitian dan Pengembangan hortikultura serta mengkoordinasikan kegiatan penelitian pada tiga balai penelitian, yaitu Balitsa di Lembang, Balitbu di Solok, dan Balithi di Segunung. Penelitian hortikultura meliputi pemuliaan termasuk konservasi dan pemanfaatan plasma nutfah, budidaya, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, teknologi pascapanen serta agroekonomi. f. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak ) melaksanakan penelitian dan pengembangan peternakan untuk menghasilkan produk seperti daging, telur, dan susu. Produk tersebut menjadi sangat penting dan strategis karena meningkatnya pendapatan per kapita serta meningkatkan konsumsi masyarakat akan protein hewani. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Puslitbangnak didukung oleh Balitnak dan Balitvet. Bidang penelitian mencakup pemuliaan, budidaya, pascapanen, pakan dan hijauan, bioteknologi, usahatani, veteriner ternak dan hewan, farmakologi serta konservasi dan pemanfaatan plasma nutfah.
g. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Tanaman industri memegang peranan penting dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
(Puslitbangbun) melaksanakan dan mengkoordinasi kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman industri di tiga balai, yaitu Balittro, Balittas, dan Balitka. Tiap balai melakukan penelitian tanaman industri dalam berbagai aspek, antara lain, teknik budidaya, pemuliaan, sistem usahatani, pengelolaan hasil dan bioteknologi. Puslitbangbun didukung oleh loka penelitian kelapa. h. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan ) bertugas untuk melaksanakan kegiatan rancangbangun dan pembuatan prototipe berbagai alat dan mesin pertanian, mulai dari alat pengolah olahan sampai peralatan pascapanen produk pertanian. Balai Besar juga melaksanakan pengujian untuk standarisasi, sertifikasi serta pengawasan penggunaan alat dan mesin pertanian .
i. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) melakukan pembinaan dan pengelolaan perpustakaan dan informasi Iptek pertanian. PUSTAKA mengarahkan kegiatannya pada pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian melalui pengembangan jaringan informasi. Dalam rangka menyebarluaskan informasi dilakukan pula penerbitan publikasi ilmiah, pembuatan media audio visual, dan penyelenggaraan jasa perpustakaan. Sasaran utama dari kegiatan tersebut adalah peningkatan pemanfaatan informasi Iptek pertanian dalam mendukung pelaksanaan pembangunan pertanian.
j. Balai P engkajian Teknologi Pertanian
Badan Litbang Pertanian didukung oleh 26 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berada di tiap propinsi di Indonesia. Balai ini mempunyai tugas merekayasa paket teknologi spesifik lokasi yang mendukung sistem usaha pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BPTP menjangkau seluruh propinsi dengan harapan dapat membantu pemerintah propinsi atau kabupaten untuk mengembangkan, mendifusikan dan memanfaatkan hasil penelitian di masing-masing wilayah dengan lebih baik.
Untuk melaksanakan tugas pengkajian, BPTP diharapkan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat sehingga diperoleh kinerja yang lebih efisien. BPTP juga mengkoordinasi kegiatan penelitian dan pengkajian di beberapa IP2TP (In stalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian). Sumberdaya manusia
Ketersediaan pelaksanaan tugas dan fungsi, Badan Litbang Pertanian mendapat dukungan dari sumberdaya manusia (SDM) yang handal. Sebagai lembaga penelitian, kebutuhan akan tenaga fungsional dipandang sebagai upaya untuk memperkuat kemampuan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian. Di lingkungan Badan Litbang Pertanian , terdapat tenaga fungsional peneliti-perekayasa yang kapasitas sumberdayanya secara intensif dikembangkan dengan program pendidikan jangka panjang di Badan Litbang Pertanian melalui proyek Agricultural Research Management Project (ARMP), proyek Participatory Development for Agricultural Technology Project (PAATP) dan proyek Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Sebaran SDM tersebut menurut eselon dan noneselon dan sebaran menurut pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Sebaran Pegawai Badan Litbang Pertanian Menurut Eselon dan Non-Eselon Wilayah Jabotabek
Eselon Unit kerja
I II III IV Non eselon Jumlah %
Sekretariat Badan 1 1 4 12 211 229 7,53 Puslitbangtan 0 1 2 5 133 141 4,64 Puslitbanghort 0 1 2 5 62 70 2,30 Balithi 0 0 1 3 149 153 5,03 Puslitbangbun 0 1 2 5 90 98 3,22 Balittro 0 0 1 3 374 378 12,43 Puslitbangnak 0 1 2 5 70 78 2,56 Balitnak 0 0 1 3 346 350 11,51 Balitvet 0 0 1 3 225 229 7,53 Puslitbang agroklimat 0 1 2 5 71 79 2,60 Balit tanah 0 0 1 3 314 318 10,46 Balit agroklimat 0 0 1 3 63 67 2,20
Puslitbang Sosek Pertanian 0 1 2 5 216 224 7,37
BPTP DKI 0 0 1 2 43 46 1,51
BBP Mektan 0 1 3 7 119 130 4,27
BB Biogen 0 0 1 3 313 317 10,42
BB Pascapanen 0 0 1 3 130 134 4,41
Jumlah seluruhnya 1 8 28 75 2929 3041 100, 00
Keterangan : Cetak tebal merupakan unit kerja eselon II Sumber : Badan Litbang Pertanian 2003c
Tabel 11. Sebaran SDM Badan Litbang Pertanian Wilayah Jabotabek Tahun 2003 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Unit kerja S3 S2 S1 < S1 Jumlah % Sekretariat Badan 5 41 57 126 229 7,53 Puslitbangtan 4 10 16 111 141 4,64 Puslitbanghort 4 7 15 44 70 2,30 Balithi 4 16 29 104 153 5,03 Puslitbangbun 6 9 30 53 98 3,22 Balittro 14 35 79 250 378 12,43 Puslitbangnak 3 6 18 51 78 2,56 Balitnak 33 35 36 246 350 11,51 Balitvet 12 26 32 159 229 7,53 Puslitbang agroklimat 3 8 8 60 79 2,60 Balit tanah 10 44 61 203 318 10,46 Balit agroklimat 3 12 15 37 67 2,20
Puslitbang Sosek Pertanian 18 49 50 107 224 7,37
BPTP DKI 2 5 21 18 46 1,51
BBP Mektan 4 16 31 79 130 4,27
BB Biogen 23 42 43 209 317 10,42
BB Pascapanen 6 18 32 78 134 4,41
Jumlah seluruhnya 154 379 573 1.935 3.041 100, 00
Keterangan : Cetak tebal merupakan unit kerja eselon II
Sumber : Badan Litbang Pertanian 2003c
Karakteristik Individu
Tenaga fungsional penelitian, dikembangkan untuk secara profesional menciptakan teknologi. Karena itu, pengembangan kemampuan mereka diarahkan pada pencapaian kedalaman ilmu pengetahuan dan spesialisasi. Sebagai akibat dari spesialisasi kemampuan, pendidikan, dan tugas fungsi penelitian maka terben tuk karakteristik individual peneliti-perekayasa. Karakteristik individu yang dicermati dalam penelitian ini adalah yang memiliki hubungan dengan pelaksanaan tugas pokok peneliti-perekayasa dalam menghasilkan inovasi, meliputi unsur pendidikan formal, pendidikan nonformal, jenjang atau tingkat jabatan peneliti-perekayasa, bidang penelitian dan perekayasaan, kelompok peneliti-perekayasa, dan pendapatan.
Pendidikan Formal
Jenjang pendidikan responden terdiri dari tingkat diploma (D3) sampai dengan tingkat doktoral (S3). Tabel 12 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan
responden terbanyak adalah pada tingkat S2, yaitu sebanyak 42 orang (46,7%), diikuti dengan tingkat pendidikan S3, yaitu sebanyak 28 orang (31,1%). Sedangkan responden yang berpendidikan D3, sebanyak 1 orang (1,1%). Kondisi ini disebabkan Badan Litbang Pertanian menyadari pentingnya pembentukan kader peneliti-perekayasa yang berpendidikan tinggi, sehingga tiap tahun dilakukan penugasan belajar bagi SDM Litbang terutama peneliti-perekayasa. Sesuai dengan kriteria pengangkatan tenaga peneliti-perekayasa, Badan Litbang Pertanian telah menetapkan bahwa peneliti-perekayasa minimal harus menyelesaikan pendidikan S1 (Badan Litbang Pertanian 2003d).
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
D3 1 1,1 S1 19 21,1 S2 42 46,7 S3 28 31,1 Jumlah 90 100,0 Pendidikan nonformal
Aspek SDM yang terdidik dan terampil adalah faktor yang fundamental. Sayangnya aspek ini masih merupakan kendala terbesar sehingga perlu diatasi, antara lain dengan menyelenggarakan pendidikan dan latihan (Diklat) dalam berbagai bidang Iptek yang relevan, misalnya Diklat mengenai internet. Hal ini kemungkinan terkait pula dengan kultur masyarakat yang belum
technology-minded, dan untuk mengubahnya diperlukan proses yang panjang dan
berkesinambungan.
Berdasarkan pernah atau tidaknya responden mengikuti pendidikan dan pelatihan internet, diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengikuti Diklat internet yaitu sebesar 78,9 persen atau sebanyak 71 orang; dan hanya 19 orang responden (21,1 persen) yang pernah mengikuti Diklat. Hal ini berkaitan dengan pendanaan, dimana tidak setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti Diklat yang dibiayai oleh instansi. Biasanya yang
mendapat kesempatan terlebih dahulu untuk mengikuti Diklat internet dengan biaya pemerintah atau instansi yang bersangkutan adalah para pustakawan, karena mereka dianggap yang paling membutuhkan pengetahuan tersebut. Kemudian, diharapkan pustakawan yang mengikuti Diklat menularkan ilmu yang diperoleh kepada para peneliti-perekayasa maupun staf dari bidang lain melalui jasa bimbingan pengguna. Sedangkan untuk membiayai sendiri untuk dapat mengikuti Diklat, rata-rata responden merasa keberatan, disamping biaya tinggi, juga kesempatan yang terbatas .
Belum pernahnya peneliti-perekayasa yang menjadi responden pada penelitian ini mengikuti Diklat internet, tidak menjadikan mereka tidak bisa mengoperasikan internet. Mereka yang belum pernah mengikuti Diklat internet menyatakan bahwa keterampilan mereka dalam mengoperasikan internet dipelajari secara otodidak (belajar sendiri dari buku), dan lalu mencoba-coba sendiri. Apabila menemukan masalah, baru mereka meminta bantuan kepada rekannya yang lebih ahli. Namun demikian, keterampilan memanfaatkan internet lebih ditentukan oleh pelatihan, karena dengan pelatihan, kemampuan memanfaatkan internet akan semakin meningkat. Lagipula tidak semua pengguna dapat dengan mudah beradaptasi dengan inovasi teknologi informasi seperti
internet.
Jenjang atau tingkat jabatan peneliti dan perekayasa
Berdasarkan sebaran responden menurut jabatan fungsional peneliti-perekayasa pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa persentase tertinggi diduduki oleh jabatan fungsional sebagai ahli peneliti yaitu sebanyak 26 orang (28,9%). Sedangkan untuk per ekayasa, yang jumlahnya di Badan Litbang Pertanian memang belum sebanyak peneliti (16 orang perekayasa yang aktif), belum ada satupun yang mencapai tingkat jabatan perekayasa tertinggi (perekayasa utama).
Tabel 13. Sebar an Responden Menurut Jenjang atau Tingkat Jabatan Fungsional Jenjang atau tingkat jabatan fungsional Jumlah Persentase (%)
Ahli peneliti 26 28,9 Peneliti 13 14,4 Ajun peneliti 14 15,6 Asisten peneliti 24 26,7 Perekayasa utama 0 0,0 Perekayasa madya 6 6,7 Perekayasa muda 2 2 ,2 Perekayasa pertama 5 5,6
Dari 16 orang perekayasa hanya 12 orang yang menjadi responden pada penelitian ini. Adapun jabatan fungsional perekayasa terbanyak diduduki oleh perekayasa madya, yaitu sebanyak 6 orang (6,7%). Pada jabatan fungsional peneliti atau perekayasa yang menjadi responden, ternyata jabatan fungsional terbanyak diduduki oleh jabatan fungsional tertinggi. Artinya dilihat dari proporsinya, Badan Litbang Pertanian telah banyak memiliki peneliti dan perekayasa yang profesional, meskipun untuk perekayasa masih harus ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu jabatan fungsional perekayasa utama.
Maksud dari arti profesional adalah tingkat keahlian peneliti-perekayasa dalam bidangnya dan kemampuan melaksanakan penelitian dan perekayasaan secara mandiri serta tingkat kemampuannya mengelola penelitian pertanian. Peningkatan profesionalisme peneliti-perekayasa merupakan salahsatu kunci keberhasilan bagi peningkatan akuntabilitas Badan Litbang Pertanian. Pengalaman menunjukkan bahwa salahsatu kendala dari kinerja peneliti-perekayasa adalah karena belum optimalnya profesionalisme dan belum adanya kewirausahaan dari peneliti-perekayasa. Selain itu, belum cukup kondusifnya sistem pemberian motivasi kepada peneliti-perekayasa.
Bidang penelitian dan perekayasaan
Terdapat tujuh program utama bidang penelitian termasuk perekayasaan pada Badan Litbang Pertanian. Namun, hanya ada empat bidang penelitian yang
terdeskripsi dari peneliti-perekayasa yang menjadi responden penelitian ini. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong pada bidang penelitian perbaikan potensi komoditas, yaitu sebanyak 47 orang (52,2%). Hal ini dapat dipahami karena sebagian besar UK, yang meliputi puslitbang-puslitbang maupun UPT yang meliputi Balai-balai besar, Balit, Lolit, BPTP dan BP2TP di Lingkup Badan Litbang Pertanian termasuk kedalam program penelitian perbaikan potensi komoditas.
Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Bidang Penelitian dan Bidang P erekayasaan
Bidang penelitian Jumlah Persentase (%)
Sumberdaya pertanian 14 15,6
Perbaikan potensi komoditas 47 52,2
Bioteknologi 18 20,0
Sosial ekonomi dan kebijakan pertanian 11 12,2
Kelompok Peneliti dan Perekayasa
Dari data dapat diidentifikasi, bahwa responden tersebar pada 25 Kelti dan Kelsa. Seb agai lembaga penelitian, keberhasilan Badan Litbang Pertanian dalam menghasilkan teknologi dan inovasi sangat ditentukan oleh profesionalisme peneliti dan perekayasa. Oleh karena itu dibutuhkan kelompok peneliti-perekayasa pada berbagai disiplin ilmu yang mendukung tugas pokok dan fungsi UK atau UPT. Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa responden terbanyak masuk kedalam Kelti Hidrologi, yaitu sebanyak 7 orang (7,8%), diikuti oleh Kelti ekonomi pertanian dan manajemen agrobisnis, yaitu sebanyak 6 orang (6,7%).
Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Kelompok Peneliti dan Kelompok Perekayasa Kelompok peneliti dan perekayasa Jumlah Persentase (%) Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional 3 3,3
Ekonomi pertanian dan manajemen agribisnis 6 6,7
Sosio budaya perdesaan pertanian 2 2,2
Pemuliaan, plasma nutfah dan pembenihan 3 3,3
Entomologi dan fitopatologi 4 4,4
Ekofisiologi 2 2,2
Pemuliaan dan plasma nutfah 5 5,6
Nutrisi 3 3,3 Bakteriologi 3 3,3 Virology 2 2,2 Parasitologi 3 3,3 Toksikologi 4 4,4 Patologi 3 3,3 Mesin budidaya 3 3,3
Mesin pengolah hasil pertanian 5 5,6
Teknik tanah, air, dan energi pertanian 5 5,6
Biologi tanah 5 5,6
Agroklimat 2 2,2
Hidrologi 7 7,8
Biologi molekuler 5 5,6
Biokimia 4 4,4
Biologi sel dan jaringan 4 4,4
Pengelolaan sumberdaya genetik 4 4,4
Proses kimia 1 1,1
Analisis kebijakan tanaman pangan 2 2,2
Pendapatan
Dari Tabel 16 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pendapatan dari gaji sebesar Rp1.000.000-Rp1.499.999, yaitu sebanyak 28 orang (31,1%), kemudian diikuti oleh responden dengan pendapatan dari gaji sebesar Rp1.500.000-Rp1.999.999. Hal ini dapat dijelaskan karena pendapatan dari gaji ini tergantung dari golongan PNS ditambah dengan tunjangan fungsional. Pendapatan dari gaji tidak akan berb eda bila tingkat atau golongan sama.
Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Dari Gaji
Pendapatan dari gaji (Rp) Jumlah Persentase (%)
<1.000.000 7 7,8
1.000.000 -1.499.999 28 31,1
1.500.000 -1.999.999 22 24,4
2.000.000 -2.499.999 16 17,8
=2.500.000 17 18,9
Pendapatan responden dari luar gaji sulit untuk dikelompokkan, karena sangat beragam. Hal ini dikarenakan kegiatan responden untuk menghasilkan pendapatan di luar kantor tidak sama, bahkan sangat jauh perbedaannya. Misalnya, ada beberapa responden yang penghasilan di luar gajinya mencapai Rp20.000.000 per bulan karena selain bekerja sebagai PNS responden juga mengelola perusahaan keluarga, namun ada juga yang tidak memiliki penghasilan lain, selain menerima uang perjalanan apabila mendapat tugas luar atau proyek dari kantor.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akseptabilitas Peneliti dan
Perekayasa dalam Memanfaatkan Internet
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap akseptabilitas peneliti dan perekayasa dalam memanfaatkan internet. Hasil pra-survai menunjukkan ada beberapa faktor yang cukup dominan dan digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi data variab el faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi pemanfaatan
internet dalam penelitian ini, adalah: ketersediaan sarana akses internet dan
jumlahnya, frekuensi mengakses internet, ketersediaan waktu untuk akses
internet, kredibilitas sumber informasi, ketersediaan biaya untuk mengakses internet, perilaku peneliti-perekayasa dalam penggunaan internet, aplikasi yan g
sederhana dan mudah digunakan , dan kecepatan akses internet. Ketersediaan sara na akses internet
Ketersediaan dan jumlah sarana akses internet di tempat kerja sangat mempengaruhi akseptabilitas peneliti maupun perekayasa dalam menggunakan
tidak mencukupi jumlahnya, kemungkinan keinginanan peneliti-perekayasa untuk memanfaatkan internet akan tinggi.
Tabel 17. Sebaran Peneliti-P erekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan F aktor Ketersediaan dan Jumlah Sarana Akses Internet Pada Instansi K erja
Kategori Interval skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor
Rendah 6,0-9,3 17 18,9
Sedang 9,4-12,7 31 34,4
Tinggi 12,8-16,0 42 46,7
11,7
Sebanyak 42 orang responden (46,7%) menganggap ketersediaan dan jumlah sarana akses tinggi (Tabel 17). Artinya, sebagian besar peneliti-perekayasa yang menjadi responden menyatakan bahwa ketersediaan dan jumlah sarana di instansi untuk mengakses internet sudah cukup. Namun yang menjadi masalah adalah karena komputer yang tersedia tidak hanya digunakan khusus untuk mengakses internet, tapi juga untuk melakukan kegiatan lain seperti pembuatan laporan dan administrasi lain. Terbukti dengan rataan skor yang dikategorikan sedang (11,7). Hal lain yang juga menjadi kendala adalah belum tersambungnya beberapa komputer yang memiliki fasilitas ke internet sehingga belum dapat dimanfaatkan untuk meng akses internet.
Kurangnya fasilitas menjadi kendala bagi peneliti-perekayasa yang ingin memperoleh informasi dan melakukan komunikasi dengan rekan kerjanya yang berjauhan melalui internet secara cepat. Sebanyak 17 orang responden (18,9%) menyatakan ketersediaan dan jumlah komputer yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses dikategorikan rendah (Tabel 17). Artinya sebagian kecil responden masih mengeluh kurangnya ketersediaan dan jumlah sarana akses internet di instansi mereka. Hal ini terjadi karena jumlah peneliti-perekayasa yang ingin mengakses internet tidak sebanding dengan jumlah komputer yang tersedia, sehingga mereka harus antri dan bergantian, baik dengan sesama peneliti-perekayasa maupun dengan staf lain.
Ketersediaan waktu akses internet
Ketersediaan waktu merupakan faktor yang penting bagi responden untuk dapat mengakses internet. Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa rata-rata waktu untuk mengakses internet tergolong rendah, yaitu sebanyak 63 orang responden (70%) menjawab tidak memiliki cukup waktu untuk mengakses internet. Kadang-kadang untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka meminta bantuan pustakawan di Instansinya masing-masing untuk mencarikan bahan-bahan yang diperlukan, baik melalui perpustakaan konvensional (buku dan jurnal) maupun melalui perpustakaan digital atau elektronik (internet dan CD-ROM).
Tabel 18. Sebaran Peneliti dan Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Ketersediaan Waktu Peneliti-Perekayasa Untuk Mengakses Internet Kategori Interval skor
(jam/minggu) Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor (jam/minggu) Rendah 1,0-4,0 63 70,0 Sedang 4,1-7,0 22 24,4 Tinggi 7,1-10,0 5 5,6 3,6
Ketersediaan biaya akses internet
Ketersediaan biaya mengakses internet mempengaruhi responden dalam memanfaatkan internet. Dari Tabel 19, dapat dilihat bahwa ketersediaan responden untuk mengeluarkan biaya akses internet termasuk kategori sedang (rataan skor 3,1), dengan sebaran 44 responden (48,9%) pada kategori rendah dan 46 responden (51,1%) dikategori tinggi. Hal ini disebabkan responden menyadari bahwa kebutuhan mereka akan informasi dan komunikasi cukup tinggi, sehingga tidak berkeberatan untuk mengeluarkan sebagian dana demi mengakses internet diluar tempat kerja. Sebagian responden lebih mengandalkan akses internet dari tempat kerja (biaya dikeluarkan oleh kantor). Balitvet memberikan solusi untuk mengatasi biaya penggunaan internet bagi peneliti dilingkup kantornya, yaitu dengan cara mewajibkan peneliti yang memiliki kegiatan penelitian untuk menyumbangkan sebagian dana penelitian untuk membayar rekening telepon yang digunakan untuk mengakses internet.
Tabel 19. Sebaran Peneliti dan Perekayasa yang Mau Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Ketersediaan Biaya U ntuk Mengakses Internet
Kategori Interval skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata s kor
Rendah 1,0-2,3 44 48,9
Sedang 2,4-3,7 0 0,0
Tinggi 3,8-5,0 46 51,1
3,1
Kredibilitas sumber informasi
Isi dari situs-situs yang ada di internet juga mempengaruhi penerimaan peneliti-perekayasa dalam memanfaatkan internet. Apabila isinya tidak kredibel (menurut kacamata mereka) maka mereka tidak akan mau membuang-buang waktu hanya untuk mencari materi lainnya.
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa tingkat keakuratan sumber informasi di
internet yang dinyatakan oleh responden memiliki kategori sedang adalah
situs-situs umum dengan rataan 3,2. Sedangkan untuk situs-situs Deptan, Situs Litbang, Situs dan layanan informasi PUSTAKA dinyatakan rendah keakuratannya, karena ketika mencari informasi di situs-situs tersebut, responden jarang mendapatkan apa yang diinginkan. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang menyatakan tidak menemukan bahan-bahan yang berk aitan dengan penelitiannya di situs-situs internet yang dibuka. Kondisi ini terjadi karena keterbatasan waktu yang dapat digunakan untuk mengakses internet atau kurangnya pengetahuan responden tentang bagaimana mengefisienkan pencarian data di internet melalui mesin pencari. Kalaupun informasi tersebut didapatkan, responden hanya kadang -kadang saja mendapatkan informasi yang diinginkan secara rinci atau lengkap, dan biasanya hanya abstrak, atau ulasan ringkas. Dan ini tidak membantu mereka sehingga kelengkapan informasi dari situs-situs umum dan situs Litbang tergolong pada kategori sedang. Bahkan situs Deptan dengan rataan skor 2,3, situs PUSTAKA dengan rataan skor 2,4 dan layanan informasi (dengan rataan skor 2,4) termasuk pada kategori rendah. Namun demik ian, responden menyatakan bahwa data yang diperoleh cukup untuk digunakan dalam membuat proposal penelitian, sehingga responden masih berharap untuk memperoleh informasi yang diinginkan dari situs-situs yang bersangkutan, baik dari situs-situs umum maupun situs Deptan, Situs Litbang, Situs dan layanan informasi PUSTAKA. Hal ini
dinyatakan dengan tingkat kerincian dari masing-masing sumber informasi yang dikategorikan sedang oleh responden (Tabel 20).
Tabel 20. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Kredibilitas Sumber Informasi
Situs Umum Situs Deptan Situs Badan Litbang Situs PUSTAKA Layanan informasi PUSTAKA Penilaian kredibilitas Interval skor Rata-rata skor Interval skor Rata-rata skor Interval skor Rata-rata skor Interval skor Rata-rata skor Interval skor Rata-rata skor A R (2,0-3,0) R (2,0-2,7) 2,6 R (2,0-2,7) 2,7 R (2,0-2,7) 2,5 R (2,0-2,7) 2,5 S (3,1-4,0) 3,2 S (2,8-3,3) S (2,8-3,3) S (2,8-3,3) S (2,8-3,3) T (4,1-5,0) T (3,4-4,0) T (3,4-4,0) T (3,4-4,0) T (3,4-4,0) B R (1,0-2,3) R (1,0-2,0) R (1,0-2,0) R (1,0-2,0) R (1,0-2,0) S (2,4-3,7) 2,9 S (2,1-3,0) 2,3 S (2,1-3,0) 2,3 S (2,1-3,0) 2,4 S (2,1-3,0) 2,4 T (3,8-5,0) T (3,1-4,0) T (3,1-4,0) T (3,1-4,0) T (3,1-4,0) C R (0,0-1,7) R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) R (2,0-3,0) 2,5 S (1,8-3,3) S (2,4-3,7) 2,5 S (2,4-3,7) 2,5 S (2,4-3,7) 2,5 S (3,1-4,0) T (3,4-5,0) 3,1 T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) T (4,1-5,0) D R (2,0-3,0) R (1,0-2,3) R (2,0-3,0) 2,6 R (2,0-3,0) 2,6 R (2,0-3,0) 2,5 S (3,1-4,0) 3,2 S (2,4-3,7) 2,5 S (3,1-4,0) S (3,1-4,0) S (3,1-4,0) T (4,1-5,0) T (3,8-5,0) T (4,1-5,0) T (4,1-5,0) T (4,1-5,0) E R (0,0-1,7) R (2,0-3,0) 2,3 R (1,0-2,3) R (2,0-3,0) 2,4 R (2,0-3,0) 2,4 S (1,8-3,3) 3,0 S (3,1-4,0) S (2,4-3,7) 2,4 S (3,1-4,0) S (3,1-4,0) T (3,4-5,0) T (4,1-5,0) T (3,8-5,0) T (4,1-5,0) T (4,1-5,0) F R (2,0-3,0) R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) S (3,1-4,0) 3,2 S (2,4-3,7) 2,4 S (2,4-3,7) 2,4 S (2,4-3,7) 2,4 S (2,4-3,7) 2,4 T (4,1-5,0) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) G R (2,0-3,0) R (1,0-2,0) R (1,0-2,0) R (2,0-2,7) 2,5 R (2,0-2,7) 2,5 S (3,1-4,0) 3,3 S (2,1-3,0) 2,5 S (2,1-3,0) 2,5 S (2,8-3,3) S (2,8-3,3) T (4,1-5,0) T (3,1-4,0) T (3,1-4,0) T (3,4-4,0) T (3,4-4,0) Keterangan: A = Berdasarkan keakuratan B = Berdasarkan kerincian
C = Berdasarkan harapan yang diinginkan dari situs yang pernah diakses D = Berdasarkan tingkat keilmiahan
E = Berdasarkan kelengkapan informasi F = Berdasarkan kesesuaian dengan kebutuhan G = Berdasarkan kemutakhiran atau kebaruan informasi
Tabel 20 memperlihatkan bahwa responden menyatakan tingkat keilmiahan situs-situs umum dan situs Deptan dalam kategori sedang yaitu dengan rataan skor mas ing-masing 3,2 dan 2,5. Situs -situs umum termasuk situs Deptan cukup banyak menyajikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan, walaupun informasi yang diperoleh hanya informasi awal. Sedangkan
untuk Situs Litbang, Situs PUSTAKA dan layanan informasi dengan rataan skor masing-masing 2,6; 2,6; dan 2,5 tergolong kategori rendah, karena kurangnya sosialisasi mengenai isi dari situs yang bersangkutan dan bukan karena situs tersebut kurang keilmiahannya.
Responden menyatakan informasi yang diberikan oleh sumber informasi kurang sesuai dengan kebutuhan. Alasan khusus responden yang menyatakan situs Deptan tergolong rendah (rataan skor 2,4) karena informasi yang disediakan lebih banyak menampilkan informasi di luar teknis penelitian (d ata untuk keperluan penelitian kurang). Sedangkan untuk situs umum, responden menyatakan hanya sebagian informasi yang mereka butuhkan yang tersedia. Responden menginginkan baik untuk situs Deptan maupun Badan Litbang Pertanian dan PUSTAKA dapat memberikan informasi mengenai data atau informasi tentang kelembagaan, kebijakan, program pembangunan pertanian (termasuk perencanaan, dan pelaksanaan evaluasi kinerja), alamat instansi lingkup Deptan, informasi prestasi Deptan di dalam maupun di luar negeri, kerjasama dalam dan luar negeri, sampai dengan agenda kegiatan atau kegiatan penting di bidang pertanian.
Kemutakhiran atau kebaruan informasi situs umum, situs Deptan dan Situs Litbang termasuk dalam kategori sedang dengan rataan skor masing-masing 3,3; 2,5 dan 2,5, karena isi situs tersebut jarang diperbarui (Tabel 22). Informasi yang disajikan masih tetap sama bila dibuka beberapa hari setelahnya. Situs PUSTAKA serta layanan informasinya dikategorikan rendah tingkat kemutakhiran nya, karena informasi mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-perekayasa lingkup Badan Litbang Pertanian se Indonesia (Jurnal Penelitian Badan Litbang Pertanian di koordinasi oleh PUSTAKA) menurut jumlahnya masih kurang sekali. Bahkan jurnal-jurnal tersebut lebih banyak memuat informasi mengenai penelitian yang telah dilakukan beberapa tahun yang lalu, sehingga dianggap tidak atau kurang mutakhir dengan keadaan sekarang. Padahal, mereka menginginkan informasi terkini mengenai kegiatan atau topik-topik penelitian yang banyak diteliti pada saat ini, atau tentang teknologi pertanian terkini.
Tabel 21 memperlihatkan bahwa penggunaan mesin Google merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 41 persen. Diikuti oleh penggunaan situs Yahoo
dengan nilai sebesar 38 persen. Alasan penggunaan mesin Google adalah karena responden sudah terbiasa menggunakannya (familier), mesin ini juga mudah digunakan, informasi yang diperoleh dari menggunakan mesin ini juga cukup lengkap dan banyak, kecepatan aksesnyapun cepat, dan dapat digunakan dengan bahasa Indonesia.
Tabel 21. Persentase Mesin Pencari dan Situs yang Memberikan Layanan Penelusuran yang Digunakan Responden
Jenis layanan Nama URL Jumlah Persentase
Layanan terpadu www.yahoo.com 46 38
Mesin pencari www.google.com 50 41
Layanan terpadu www.hotmail.com 5 4
Mesin pencari www.geocities.com 1 1
Layanan terpadu www.nbin.org 3 2
bidang veterinery medicine www.medline.com 4 3
Mesin pencari www.ji- indonesia.com 2 2
Mesin pencari www.ncbi.nlm.nih.gov 4 3
Layanan terpadu www.telkomnet.com 1 1
Mesin pencari www.altavista.com 1 1
Mesin pencari www.vivisimo.com 1 1
Mesin pencari www.cgn.com 1 1
Mesin pencari www.info.com 1 1
Email www.plasamail.com 1 1
Jumlah 121 100
Situs Yahoo memberikan layanan terpadu seperti email, penelusuran (fasilitas pencari), direktori, sms, ISP, dan masih banyak lagi fasilitas yang lain. Situs ini merupakan situs kedua yang paling banyak diakses oleh responden. Alasan responden menggunakan situs ini juga hampir sama dengan alasan mengapa mereka menggunakan mesin Google, hanya pada situs Yahoo responden lebih banyak menggunakan fasilitas email dan newsgroup. Situs Hotmail juga cukup banyak digunakan karena juga menawarkan account email secara gratis walaupun tidak sepopuler situs Yahoo. Beberapa mesin pencari lain tidak sepopuler mesin Google atau Yahoo, karena dikhususkan topik tertentu, misalnya seperti situs National library of medicine (www.ncbi.nlm.nih.gov). Situs ini memberikan layanan informasi hanya seputar obat-obatan saja.
Hal yang cukup menarik diperhatikan adalah perilaku beberapa reponden yang memilih langsung mencari informasi melalui mesin Google dan Yahoo, namun setelah dirujuk ke suatu situs tertentu, mereka kurang memperhatikan alamat situs yang memberikan informasi tersebut. Beberapa dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ketika menyusun karya tulis ilmiah mereka dapat menggunakan penelusuran sumber acuan melalui internet, sehingga pencatatan alamat situs sangat penting dilakukan karena akan mempermudah pembaca dalam menelusuri kembali masalah yang dicarinya dari sumber pustaka yang diacunya.
Situs umum lainnya yang cukup sering digunakan responden adalah www.jurnal.asm.org, http://jb.asm.org, www.noaa.gov, dan www.bom.gov dengan nilai masing-masing sebesar 3 persen. Khusus untuk situs noaa (National
Oceanic and Atmospheric Administration ) dan situs bom digunakan responden
untuk memantau iklim global yang harus selalu mereka lakukan untuk memperoleh data yang terkait dengan penelitian (Tabel 22).
Situs pemerintah banyak digunakan responden untuk melakuk an tinjauan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Situs Deptan merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 11 persen, kemudian situs Badan Litbang Pertanian dengan nilai 10 persen dan situs PUSTAKA sebesar 8 persen. Responden mengharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dari mengakses situs -situs pemerintah tersebut. Situs Deptan selain digunakan responden untuk mengetahui visi dan misi Departemen Pertanian RI dan informasi program pembangunan pertanian, juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai agenda kegiatan Deptan, seperti informasi seminar dan pelatihan yang akan dilakukan (Tabel 22).
Tabel 22. Situs yang Sering Digunakan Oleh Responden Dalam Mencari Bahan-B ahan yang Berkaitan dengan Penelitian
Badan atau Departemen Nama URL Jumlah Persentase
Deptan www.deptan.go.id 11 5
Badan Litbang Pertanian www.litbang.deptan.go.id 10 5
PUSTAKA http://pustaka_deptan.go.id 8 4 Puslitbangsosek www.pse.deptan.go.id 1 0 Balittro www.balittro.go.id 1 0 BPS www.bps.co.id 3 1 LAPAN www.rs.lapan.go.id 2 1 Ristek www.ristek.go.id 1 0
Bank Indonesia www.bi.com 3 1
Situs-situs pemerintah Dati II - 2 1
The Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR)
www.austembjak.or.id 7 3
Food and Agriculture Organization www.fao.org 5 2
Situs resmi Asian Development Bank yang menyediakan informasi mengenai berita terakhir seputar ekonomi Indonesia dan profil-profil proyek ADB di Indonesia
www.adb.org 3 1
Bank Dunia, Situs ini menyediakan berita mengenai proyek-proyek Bank Dunia di Indonesia
www.worldbank.org 3 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai www.iptek.net.id 2 1
Badan kajian lingkungan internasional www.menlh.go.id 2 1
Dr. Fungus www.doctorfungus.org 5 2
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi www.bppt.go.id 3 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai Renewable energy
www.energi.lipi.go.id 3 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai Environtment
www.geocities.com 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang meteorology
geof.bmg.go.id 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai Renewable energy, Greenhouse technology dan lain-lain
www.wwf.or.id 2 1
United Nations Framework Convention on Climate Change
http://unfccc.int 4 2
Situs yang menyediakan informasi mengenai Isu berita-berita Iptek
www.beritaiptek.com 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai Isu masalah greenhouse
www.biospace.com 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai Irrigation technology
Tabel 22. Situs yang Sering Digunakan oleh Responden Dalam Mencari Bahan-Bahan yang Berkaitan dengan Penelitian
Lanjutan
Badan atau Departemen Nama URL Jumlah Persentase
The International Plant Genetic Resources Institute www.ipgri.cgiar.org 5 2 Situs yang menyediakan informasi mengenai
Jurnal-jurnal Cambrige
www.journals.cambrige.org 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai jurnal-jurnal LIPI
www.jurnal.lipi.go.id 1 0
Balai kliring keamanan hayati indonesia (BKKHI) www.bchindonesia.org 2 1
Mycology online www.mycology.adelaide.edu.au 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang microbiologi
www.journal.asm.org 7 3
Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang microbiologi
http://jb.asm.org 7 3
Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang veterinery medicine
www.vetmedpub.com 4 2
Institut Pertanian Bogor www.ipb.ac.id 1 0
Peralatan engines www. indonetwork.co.id 1 0
National Oceanic and Atmospheric Administration www.noaa.gov 7 3 Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai
iklim
www.bom.gov 7 3
Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer (reparasi dan lain- lain)
www.science.org 2 1
Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer
www. citeseer.nj.nec.com 1 0
Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer
ikc.yarsi.ac.id 2 1
Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer
www. symantec.com 1 0
Situs yang menyajikan buku-buku yang dapat diakses secara gratis
www. freebooks.com 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai UPM www.upm.edu.my 1 0 Situs yang menyediakan informasi mengenai
beasiswa pemerintah Australia yang bekarja sama dengan Pemerintah Indonesia
www.adsjakarta.co.id 1 0
Situs yang menyediakan informasi mengenai Chiba University
id.wikipedia.org/wiki/chiba_uni versity
1 0
Situs yang menyediakan informasi mengenai universitas di dalam dan luar negeri
www.university.com 2 1
Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang veterinery medicine
www.medline.com 4 2
Situs yang memberikan layanan terpadu www.yahoo.com 46 21
Situs yang memberikan layanan terpadu www.hotmail.com 5 2
Situs yang memberikan layanan terpadu www.nbin.org 3 1
Situs yang memberikan layanan terpadu www.telkomnet.com 1 0
Situs yang memberikan layanan terpadu www.plasamail.com 1 0
Alasan mengapa responden lebih memilih untuk menggunakan situs-situs umum daripada situs pemerintah dalam mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan adalah karena informasi yang diperoleh dirasa lebih banyak dari manca negara dan bukan lokal saja. Selain itu, responden terkadang mengeluh bahwa situs Deptan dan bahkan situs Badan Litbang Pertanian kurang memuat informasi mengenai hasil-hasil penelitian. Kalaupun ada, biasanya informasi tersebut akan terhubung di link ke balai-balai masing-masing, yang terkadang juga kosong. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu: Badan Litbang Pertanian sebagai unit kerja yang lebih tinggi, tidak aktif meminta informasi yang diperlukan dari Balai, dan sebaliknya Balai juga tidak memberikan informasi ke Badan Litbang Pertanian bila tidak diminta. Namun dari semua alasan yang dikemukakan oleh responden, kurangnya sosialisasi mengenai situs yang dimiliki (baik situs Deptan, situs Badan Litbang Pertanian maupun situs PUSTAKA) dan informasi apa saja yang terkandung di dalamnya merupakan penyebab utama mengapa situs -situs tersebut kurang populer, khususnya dikalangan peneliti-perekayasa.
Beberapa situs merupakan jejaring berita yang digunakan responden untuk mencari berita berita terakhir mengenai Indonesia dan Internasional. Situs berita sering di akses oleh responden adalah situs detik, kompas, republika dan indosiar. Berita yang disajikan berdasarkan kategori (seperti kategori finansial, politik, Iptek, otomotif, kesehatan, dan hiburan. Situs ini juga menyediakan informasi mengenai tim redaksi dan alamat serta nomor kontak mereka).
Situs yang memberikan layanan informasi yang berkaitan studi yang sering di akses oleh responden adalah www.upm.edu.my, www.adsjakarta.co.id , id.wikipedia.org/wiki/chiba_university, dan www.university.com. Responden mengakses situs-situs tersebut untuk mencari informasi beasiswa dari pemerintah Indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah luar negeri. Responden juga sering mengakses situs-situs universitas dari luar negeri untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitiannya melalui perpustakaan terpasang dari universitas yang bersangkutan.
Perilaku peneliti dan perekayasa dalam penggunaan internet
Akses internet di Indonesia masih dianggap barang mewah, sehingga pertumbuhan pengguna internet di Indonesia sangat rendah. Karena itu, penggunaan internet juga belum dimanfaatkan secara optimal oleh peneliti-perekayasa, seperti terlihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Perilaku Peneliti-Perekayasa
Kategori Interval skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor
Rendah 10,0-13,7 29 32,2
Sedang 13,8-17,3 53 58,9
Tinggi 17,4-21,0 8 8,9
14,5
Tabel 23 memberikan gambaran perilaku peneliti-perekayasa dalam menggunakan internet. Sebanyak 53 orang peneliti-perekayasa (58,9%) dikategorikan sedang dalam memanfaatkan internet, dan hanya 8 orang peneliti-perekayasa (8,9%) yang dinyatakan tinggi dalam memanfaatkan internet. Kondisi ini disebabkan peneliti-perekayasa sudah menyadari peran penting internet sebagai penyedia informasi dan bahwa kebutuhan informasi untuk memperkaya penelitiannya semakin tinggi dan semakin luas. Namun demikian dari Tabel 23 dapat diketahui pula bahwa sebanyak 29 peneliti-perekayasa (32,2%) perilakunya masih dikategorikan rendah dalam memanfaatkan internet. Hal ini dikarenakan peneliti-perekayasa merupakan individu yang mempunyai kemampuan yang beragam. Orang (dalam hal ini peneliti-perekayasa) yang satu berbeda perilakunya dengan yang lain, ada yang merasa telah cukup bahan dan ada yang merasa kurang sehingga harus selalu memburu informasi, sehingga rajin menggunakan
internet dan menjadi unggul, ada yang bersemangat dan tekun dan ada yang
biasa-biasa saja. Sehingga pemanfaatan internet pun tetap dipengaruhi oleh perilaku peneliti-perekayasa itu sendiri.
Aplikasi yang sederhana dan mudah digunakan
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa sebanyak 76 orang (84,4%) masuk dalam kategori sedang. Artinya, sebagian besar responden menyatakan bahwa sifat
pengoperasian internet gampang-gampang susah yaitu ada beberapa sifat pengoperasian yang dianggap mudah dan ada juga yang dirasakan masih sulit. Semakin sulit sifat pengoperasiannya, pengguna akan semakin enggan untuk menggunakan. Atau mereka akan meminta bantuan orang lain yang lebih ahli untuk menggunakannya. Apabila tidak ada yang membantu, mereka memilih untuk tidak menggunakannya.
Tabel 24. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Kesederhanaan dan Kemudahan Aplikasi Fasilitas Internet
Kategori Interval Skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata Skor
Rendah 4,0 -6,0 11 12,2
Sedang 6,1 -8,0 76 84,4
Tinggi 8,1-10,0 3 3,3
7,0
Kecepatan akses internet
Ada banyak faktor yang menyebabkan akses jaringan internet di Indonesia bergerak sangat lamban. Salahsatunya adalah mahalnya akses jaringan ke luar negeri menuju ke backbone internet yang umumnya berada di AS. Dan kendala ini menjadi beban konsumen (Kompas, Senin 30 Agustus 2004). Lambatnya akses jaringan akan menghambat pengalaman digital seseorang untuk melakukan
surfing di internet. Semakin cepat akses jaringan internet yang disediakan akan
semakin sering seseorang menggunakan jaringan internet.
Tabel 25. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Kecepatan Akses Internet
Kategori Interval skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor
Rendah 4,0-8,0 47 52,2
Sedang 8,1-12,0 37 41,1
Tinggi 12,1-16,0 6 6,7
9
Tabel 25 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (47 orang atau 52,2%) menyatakan kecepatan akses internet di tempat kerja nya termasuk dalam kategori rendah. Walaupun demikian, sebanyak enam orang responden (6,7%) menyatakan kecepatan meng akses internet d i tempat kerjanya tinggi. Hal ini
berhubungan dengan waktu yang digunakan responden untuk mengakses internet yang biasanya dilakukan pada jam-jam sibuk (jam kantor) sehingga saluran
internet menjadi padat dan kecepatan akses internet yang digunakan menjadi
lamban.
Tabel 26. Pendapat Responden Mengenai Kecepatan Akses Internet di Instansi Fasilitas internet Kategori Interval
skor
Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor Rendah 1,0-2,0 61 67,8 Sedang 2,1-3,0 25 27,8 2,0 Buka s itus Tinggi 3,1-4,0 4 4,4 Rendah 1,0-2,3 54 60,0 Sedang 2,4-3,7 30 33,3 2,0 Download email Tinggi 3,8-5,0 6 6,7 Rendah 1,0-2,0 57 63,3 Sedang 2,1-3,0 30 33,3 2,0 Download dokumen Tinggi 3,1-4,0 3 3,3 Rendah 1,0-2,0 53 58,9 Sedang 2,1-3,0 34 37,8 2,0 Download situs Tinggi 3,1-4,0 3 3,3
Tabel 26 menunjukkan bahwa berdasarkan kecepatan dalam membuka situs, sebanyak 61 orang responden (67,8%) menyatakan kecepatan akses di instansi mereka rendah. Begitu pula dengan kecepatan dalam men -download email dimana 54 dari 90 responden (60%) menyatakan kecepatannya rendah. Sebanyak 57 responden (63,3%) menyatakan kecepatannya men-download dokumen rendah, dan 53 responden (58,9%) menyatakan kecepatan men -download situs juga rendah. Kelambanan akses di instansi tersebut disebabkan oleh kemampuan komputer yang digunakan untuk akses internet rendah (dibawah spesifikasi yang disarankan untuk akses internet, dimana untuk komputer yang akan dipergunakan untuk mengakses internet d isarankan dipergunakan komputer terbaru dengan spesifikasi Pentium 4 dan dengan modem di dalamnya, untuk komputer utama sebaiknya yang memiliki kecepatan 512 kbps). Selain itu Internet Provider yang dilanggan juga berpengaruh pada kecepatan akses. Bila pelanggan provider tersebut banyak maka akses informasi juga akan berjalan lamban apabila provider yang dilanggan tidak memperbesar kemampuannya.
Pemanfaatan Internet dan CD-ROM
Keberadaan Jaringan internet dengan dukungan CD-ROM mampu menjawab kebutuhan informasi teknologi. Kemajuan penelitian masih tergantung pada aksesabilitas terhadap sumber informasi. PUSTAKA telah meluncurkan situs yang berisi informasi di bidang perpustakaan dan hasil penelitian pertanian yang dapat diakses secara on-line 24 jam setiap hari.
Intensitas mengakses internet dalam seminggu
Tabel 27 menunjukkan bahwa akses internet dari 66 orang responden (73,3%) termasuk dalam kategori rendah. Hanya 11 orang (12,2%) yang memiliki frekuensi mengakses internet yang tinggi. Hal ini dikarenakan akses internet dari hampir semua kantor pertanian masih berlangganan dengan menggunakan sistem
dial up connection dan belum leased line, karena dana terbatas. Karena itu pula,
akses internet sehari dibatasi hanya 4 jam, yaitu dari jam 10.00 -12.00 dan jam 13.00-15.00, sehingga pemakaiannya harus berg antian. Bahkan ada instansi yang menetapkan penggunaan internet hanya sekitar 2 jam per hari. Dengan peraturan yang seperti ini maka peneliti-perekayasa yang jumlahnya banyak sulit untuk dapat memanfaatkan internet dengan baik.
Tabel 2 7. Sebaran Intensitas Akses Internet Peneliti-P erekayasa dalam S eminggu Kategori Interval skor
(jam/minggu)
Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor (jam/minggu)
Rendah 1,0-2,3 66 73,3
Sedang 2,4-3,7 13 14,4
Tinggi 3,8-5,0 11 12,2
2,1
Frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas internet
Tabel 28 menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan fasilitas browsing, mesin pencari (search engine), dan email dalam seminggu termasuk dalam kategori sedang, dengan intensitas penggunaan yang rendah. Sebenarnya responden menyadari bahwa fasilitas tersebut membantu dalam pencarian informasi dan komunikasi melalui internet. Namun, selama ini mereka hanya
membuka situs -situs yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang di Instansinya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Merek a jarang sekali atau bahkan tidak pernah mencari situs lain yang mungkin memuat lebih banyak informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitiannya, hal ini berhubungan dengan waktu yang diberikan oleh kantor dalam mengakses internet sebentar dan penggunaan yang harus antri sehingga mereka harus pandai memanfaatkan waktu yang terbatas tersebut untuk langsung membuka situs yang biasa dibuka dan biasanya memuat informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitiannya.
Tabel 28. Frekuensi dan Intensitas Peneliti-Perekayasa dalam Menggunakan Fasilitas
Internet dalam Seminggu
Frekuensi (dalam seminggu) Intensitas (jam/setiap kali penggunaan dalam
seminggu) Fasilitas Internet
Interval skor Rata-rata skor Interval skor Rata-rata skor
Browsing R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) 1,5 S (2,4-3,7) 2,6 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) Search Engine R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) 1,5 S (2,4-3,7) 2,5 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) Email R (1,0-2,3) R (1,0-2,3) 1,6 S (2,4-3,7) 3,3 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) Newsgroups R (1,0-2,3) 1,9 R (1,0-2,3) 1,3 S (2,4-3,7) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) e-consultatif R (1,0-2,3) 1,3 R (1,0-2,3) 1,0 S (2,4-3,7) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) Library online R (1,0-2,3) 1,8 R (1,0-2,3) 1,2 S (2,4-3,7) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) T (3,8-5,0) Situs Deptan R (1,0-1,7) R (1,0-1,3) 1,0 S (1,8-2,3) 1,8 S (1,4-1,7) T (2,4-3,0) T (1,8-2,0) Situs Litbang R (1,0-1,7) R (1,0-1,7) 1,1 S (1,8-2,3) 1,8 S (1,8-2,3) T (2,4-3,0) T (2,4-3,0) Situs PUSTAKA R (1,0-2,0) 1,6 R (1,0-1,3) 1,0 S (2,1-3,0) S (1,4-1,7) T (3,1-4,0) T (1,8-2,0) L.i. PUSTAKA R (1,0-2,0) 1,5 R (1,0-1,3) 1,0 S (2,1-3,0) S (1,4-1,7) T (3,1-4,0) T (1,8-2,0)
Tabel 28 memperlihatkan bahwa penggunaan situs Deptan dan Badan Litbang Pertanian termasuk dalam kategori sedang dengan intensitas penggunaan yang rendah pada tiap kali penggunaan. Beberapa responden menyatakan bahwa tampilan muka situs-situs terseb ut kurang menarik perhatian dan kurang interaktif serta tidak menawarkan fasilitas account email perseorangan bagi peneliti-perekayasa sehingga mereka kurang tertarik untuk membukanya.
Penggunaan fasilitas newsgroup, e-consultatif, library on-line tergolong pada kategori rendah, karena banyak responden yang belum mengetahui kegunaan fasilitas tersebut. Begitu pula dengan situs serta layanan informasi PUSTAKA, dilihat dari Tabel 28, penggunaannya juga termasuk dalam kategori rendah. Walaupun pelaporan hasil penelitian pertanian lingkup Badan Litbang Pertanian merupakan tugas dari PUSTAKA, yang dituangkan di Jurnal-jurnal penelitian yang diterbitkan, tetapi informasi dan sosialisasi yang kurang maka banyak peneliti-perekayasa tidak mengetahuinya. Akibatnya banyak peneliti-perekayasa yang belum menggunakan fasilitas tersebut secara baik.
Kepemilikan email
Email merupakan fasilitas internet yang paling sering digunakan. Email
membantu berkomunikasi dengan cepat, mudah dan murah. Tujuh puluh delapan responden (86,7%) memiliki alamat email sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, ketika seseorang belajar mengenai internet biasanya ia akan belajar membuat account
email sendiri. Alasan lain adalah karena responden lebih banyak menggunakan
sarana internet untuk kepentingan komunikasi. Artinya fasilitas internet utama yang digunakan peneliti dalam menunjang kegiatan penelitiannya adalah fasilitas
email.
Dua belas responden (13,3%) menyatakan tidak memiliki email sendiri. Alasan yang dikemukakan adalah karena instansi tempat mereka bekerja sudah memiliki alamat email dan mereka diperbolehkan menggunakan email tersebut. Jika mendapat kiriman email maka petugas atau operator komputer akan menyampaikan pesan tersebut kepada yang bersangkutan. Namun ada pula yang menjawab karena mereka tidak tahu bagaimana cara membuat atau mengoperasikannya.
Berdasarkan Tabel 29, dapat dilihat bahwa sebanyak 85 responden (94,4%) memiliki intensitas membuka email dalam sehari yang termasuk dalam kategori rendah. Responden menyatakan bahwa mereka tidak membuka email berulang kali, biasanya hanya satu kali sehari, kecuali ada kepentingan lain yang mendesak. Apalagi waktu untuk meng akses ke internet dibatasi, sehingga tidak bisa setiap saat membuka email. Namun demikian, terdapat 5 responden (3,2%) yang memiliki intensitas membuka email dalam sehari yang tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan akses mereka ke internet di kantor bebas, mereka juga tidak keberatan untuk mengakses email di luar tempat kerjanya. Bias anya mereka ini mempunyai kerjasama dengan peneliti di instansi lain, di luar kota dan bahkan di luar negeri. Bagi mereka, komunikasi melalui email sangat penting karena selain murah, informasi juga bisa cepat, sehingga keputusan yang diambil dapat dikirim dan ditindaklanjuti dengan cepat.
Tabel 29. Sebaran Frekuensi Peneliti-Perekayasa Menurut Intensitas Penggunaan Email dalam Sehari (Berapa Kali Buka)
Kategori Interval skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor
Rendah 1,0 -2,0 85 94,4
Sedang 2,1 -3,0 0 0,0
Tinggi 3,1 -4,0 5 5,6
1,4
Pemanfaatan CD-ROM PUSTAKA
Ditunjang kemajuan teknologi informasi, saat ini PUSTAKA telah mengembangkan koleksinya yang tidak hanya terbatas pada koleksi tercetak seperti buku dan majalah tetapi juga dalam bentuk mikrofis, disket, CD-ROM, pangkalan data elektronik, dan situs. Layanan tersebut diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Frekuensi dan intensitas menggunakan CD-ROM PUSTAKA
PUSTAKA dan fungsinya sebagai Penyebar Teknologi Pertanian sebenarnya selalu berusaha menginformasikan koleksi yang dimilikinya dengan mengirimkan CD atau disket yang berisi abstrak hasil penelitian terbaru. Pada awalnya CD atau disket yang dikirim oleh PUSTAKA di alamatkan ke seluruh
Kelti-Kelsa di mana para peneliti-perekayasa bernaung, dengan harapan dapat sampai ke peneliti-perekayasa. Namun pada kenyataannya CD atau disket tersebut tidak pernah sampai karena disimpan oleh ketua Kelti-Kelsa yang bersangkutan. Kemudian PUSTAKA menyerahkan CD atau disket dengan di alamatkan kepada perpustakaan di seluruh instansi lingkup Badan Litbang Pertanian tempat peneliti-perekayasa bernaung. CD atau disket tersebut tidak mungkin dibagikan satu-satu ke peneliti-perekayasa, karena akan terlalu mahal biayanya. Ketika menyerahkan CD atau disket, selalu di sertai pemberitahuan atau pengarahan cara menyebarkan kepada para penelitiperekayasa yang ada di instansi yang bersangkutan (kadang -kadang pustakawan di PUSTAKA mendapat tugas mengantarkan CD atau disket tersebut langsung ke perpustakaan yang dituju).
Saat ini selain tetap menyebarkannya melalui perpustakaan-perpustakaan, PUSTAKA secara aktif menyebarkan informasi tersebut melalui email ke masing -masing instansi bahkan jika peneliti-perekayasa tersebut memiliki alamat email, informasi tersebut langsung dikirimkan ke alamat email yang bersangkutan dengan sudah di pilih berdasarkan bidang penelitian. Tetapi cara tersebut ternyata juga kurang efektif, karena banyak email yang kembali karena alamat email yang dituju sudah tidak aktif atau kadaluarsa. Walaupun demikian PUSTAKA tetap secara aktif menyebarkan informasi mengenai koleksi-koleksi yang dimiliki ke peneliti-perekayasa yang tersebar di seluruh Indonesia baik melalui perpustakaan di instansi masing-masing dengan harapan dapat sampai dan dapat dimanfaatkan oleh peneliti-perekayasa terutama bagi peneliti-perekayasa yang tidak memiliki
account email di internet, atau langsung kepada peneliti-perekayasa yang
bersangkutan melalui email yang dimiliki.
Frekuensi penggunaan CD-ROM PUSTAKA oleh responden tergolong pada kategori rendah, yaitu sebanyak 86 orang atau 95,6 persen dan rata-rata skor 1,5 (interval skor rendah: 1,0-2,0; sedang: 2,1-3,0; tinggi: 3,1-4,0). Intensitas penggunaan CD-ROM PUSTAKA juga tergolong pada kategori rendah, yaitu sebanyak 87 responden atau 96,7 persen dan rata-rata skor 1,0 (interval skor rendah: 1,0-1,3; sedang: 1,4-1,7; tinggi: 1,8-2,0). Responden menyatakan bahwa layanan informasi PUSTAKA tergolong mahal, karena jurnal secara fulltext tidak dapat diakses secara gratis. Untuk informasi rinci dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Setelah mendapatkan informasi yang diinginkan, mereka harus mengeluarkan biaya cetak yang lumayan besar apabila informasi yang diperoleh juga banyak, belum lagi mereka harus meluangkan waktu khusus untuk datang ke PUSTAKA, karena koleksi CD-ROM tersebut tidak on-line pada situs PUSTAKA. Responden juga menyatakan bahwa birokrasi di PUSTAKA pun sulit dan berbelit -belit sehingga mereka merasa tidak nyaman, belum lagi antrian yang cukup panjang pada jam-jam sibuk, sehingga mereka lebih memilih mencari informasi ditempat lain.
Frekuensi penggunaan koleksi CD-ROM PUSTAKA berdasarkan jenisnya
Berdasarkan Tabel 30, penggunaan untuk masing -masing koleksi CD-ROM PUSTAKA termasuk kategori rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi PUSTAKA terhadap koleksi yang mereka miliki. Bahkan, peneliti-perekayasa lingkup Badan Litbang Pertanian sendiri belum mengetahui macam koleksi dan informasi yang ada di PUSTAKA. Ada beberapa responden yang menyatakan cukup sering menggunakan layanan email PUSTAKA namun tidak tahu nama koleksi yang digunakan untuk mencari informasi tertentu karena petugas PUSTAKAlah yang kemudian membantu mencarikan koleksi CD yang berisi Informasi yang diinginkan berdasarkan kata kunci yang diberikan.
Tabel 30. Sebaran Frekuensi Peneliti-Perekayasa dalam Menggunakan Koleksi CD-ROM PUSTAKA Berdasarkan Jenisnya
Macam layanan informasi PUSTAKA Kategori Interval Skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata Skor Rendah 1,0-1,7 69 76,7 Sedang 1,8-2,3 18 20,0 1,3 AGRIS Tinggi 2,4-3,0 3 3,3 Rendah 1,0-2,3 81 90,0 Sedang 2,4-3,7 8 8,9 1,5 CAB Abstract, Tinggi 3,8-5,0 1 1,1 Rendah 1,0-1,7 73 81,1 Sedang 1,8-2,3 11 12,2 1,3 AGRICOLA Tinggi 2,4-3,0 6 6,7 Rendah 1,0-1,7 80 88,9 Sedang 1,8-2,3 8 8,9 1,1
TROPAG and RURAL,
Tinggi 2,4-3,0 2 2,2 Rendah 1,0-2,0 80 88,9 Sedang 2,1-3,0 0 0,0 1,5 Statistic Indonesia (BPS) Tinggi 3,1-4,0 10 11,1 Rendah 1,0-1,7 83 92,2 Sedang 1,8-2,3 5 5,6 1,1
TEEAL (The Essential Electronic Agricultural Library)
Tinggi 2,4-3,0 2 2,2
Rendah 1,0-1,7 83 92,2
Sedang 1,8-2,3 6 6,7 1,1
Journal of Biological Chemistry
Tinggi 2,4-3,0 1 1,1
Rendah 1,0-1,7 83 92,2
Sedang 1,8-2,3 6 6,7 1,1
Crop Protection Compendium
Tinggi 2,4-3,0 1 1,1
Rendah 1,0-2,3 87 96,7
Sedang 2,4-3,7 1 1,1 1,1
Lainnya
Tinggi 3,8-5,0 2 2,2
Kinerja Peneliti dan Perekayasa
Kinerja (produktivitas peneliti dan perekayasa) yang di amati dalam penelitian ini, adalah: jumlah karya tulis yang telah di publikasikan, jumlah seminar yang pernah diikuti dan jumlah penelitian yang dilakukan selama dua tahun terakhir.
Jumlah penelitian yang dilakukan periode tahun 2003 dan 2004
Tabel 31 menunjukkan bahwa jumlah penelitian yang dilakukan oleh sebanyak 74 orang (82,2%) responden selama dua tahun terakhir termasuk dalam kategori rendah, dan hanya dua orang (2,2%) yang tergolong tinggi. Beberapa responden menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena pembagian kesempatan untuk melakukan kegiatan penelitian tidak merata. Terkadang peneliti-perekayasa junior justru mempunyai kegiatan yang lebih banyak dari peneliti-perekayasa senior sehingga tulisan yang mereka buat juga lebih banyak. Hal ini disebabkan kualitas proposal yang diajukan oleh peneliti-perekayasa junior lebih bermutu karena mereka lebih sering menggunakan internet dalam mencari bahan-bahan atau informasi terkini mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penelitian yang akan atau mau dilakukan. Keterbatasan dana penelitian juga menjadi sebab rendahnya jumlah penelitian yang dapat dilakukan oleh peneliti dan perekayasa. Dengan keterbatasan dana ini, seleksi dalam menjaring usulan penelitian menjadi semakin ketat dan juga menyebabkan diterapkannya skala prioritas, sesuai dengan kebutuhan dan urgensi penelitian pada saat ini.
Tabel 3 1. Sebaran Peneliti-P erekayasa Berdasarkan Jumlah Penelitian yang D ilakukan
Kategori Interval skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata skor
Rendah 1,0 -2,0 74 82,2
Sedang 2,1 -3,0 14 15,6
Tinggi 3,1 -4,0 2 2,2
2,0
Kualitas hubungan dan komunikasi antarpeneliti-perekayasa junior juga lebih baik dibanding yang senior. Beberapa responden mengatakan bahwa terkadang peneliti-perekayasa senior lebih bersifat individual, sehingga sulit berbagi dengan peneliti-perekayasa lainnya.
Jumlah seminar pernah yang diikuti periode tahun 2003 dan 2004
Sebanyak 46 orang responden (51,1%) tergolong dalam kategori tinggi untuk kegiatan mengikuti seminar atau pertemuan ilmiah, dan 31 orang (34,4%) tergolong rendah (lihat Tabel 32). Beberapa responden menyatakan bahwa berbeda dengan Diklat, seminar merupakan jenis pertemuan ilmiah yang paling sering diadakan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti seminarpun tidak terlalu mahal, sehingga seminar termasuk salahsatu program pengembangan tenaga pen eliti-perekayasa yang paling sering diikuti.
Tabel 32. Sebaran Peneliti-Perekayasa Berdasarkan Jumlah Seminar yang Pernah Diikuti Kategori Interval Skor Jumlah Persentase (%) Rata-rata Skor
Rendah 1,0 -2,3 31 34,4
Sedang 2,4 -3,7 13 14,4
Tinggi 3,8 -5,0 46 51,1
3,4
Jumlah karya tulis yang telah di Publikasikan periode tahun 2003 dan 2004
Publikasi yang dihasilkan dalam dua tahun terakhir, baik untuk jurnal, monograf, prosiding maupun dalam media lain termasuk dalam kategori rendah. Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa masing-masing hanya satu orang responden (1,1%) yang dikategorikan tinggi dalam menulis karya tulis ilmiah dalam bentuk jurnal dan monograf. Sedangkan untuk tulisan dalam bentuk prosiding maupun melalui media lain, masing -masing hanya ada dua orang res ponden (2,2%) yang dikategorikan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan karena jumlah kegiatan penelitian yang menurun dikarenakan pendanaan yang juga menurun terutama setelah krisis moneter tahun 1997 lalu, sehingga proposal penelitian diseleksi secara ketat.