• Tidak ada hasil yang ditemukan

WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

WORKING PAPER

ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB

PADA KECAMATAN KEBON JERUK

Alief Widho Zainuddin

Bina Nusantara University, l. Kb. Jeruk Raya No.27, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530, Indonesia, aaliewid@gmail.com

Alief Widho Zainuddin, Thjin Tjiap Lung

ABSTRAK

Tujuan penelitian, ialah untuk memberikan gambaran analisis tercapai atau tidaknya rencana dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kebon Jeruk dan juga faktor penghambat penerimaan PBB. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan, dokumentasi dan wawancara. Objek penelitian adalah Unit Pelayanan Pajak Daerah Kebon Jeruk yang berada di wilayah DKI Jakarta, Kota Jakarta Barat. Analisis yang digunakan adalah dengan perbandingan persentase rencana dan realisasi lalu analisis kualitatif pendektaran interaktif. Hasil yang dicapai adalah tidak tercapainya target PBB lalu ditemukan faktor-faktor penghambat pada penerimaan realisasi PBB. Simpulan adalah tidak terpenuhi atas perbandingan rencana dan realisasi, dan ada 10 kendala atas ditemukannya baik dari lingkungan internal maupun eksternal. (AW)

PENDAHULUAN

Besarnya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan berbeda – beda

tergantung dari luas dan tata letak objek pajak yang menentukan Nilai Jual

(2)

Objek Pajak (NJOP). NJOP setiap lokasi berbeda- beda satu sama lain

tergantung dari perkembangan ekonomi maupun pendapatan perkapita daerah

tersebut. Selain itu, perbedaan dalam NJOP ini disebabkan oleh faktor

klasifikasi bumi yang perlu diperhatikan adalah letak, pemanfataan,

peruntukan, kondisi lingkungan dan lain – lain. Bilamana tidak terjadi

transaksi jual beli baik bangunan maupun luas tanah, perhitungan NJOP bisa

juga melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau Nilai

Jual Objek Pajak Pengganti. Dengan melakukan suatu pendekatan atau metode

penentuan nilai jual suatu objek pajak dibandingkan dengan nilai jual objek

pajak yang sejenis dan letaknya berdekatan. Dan fungsinya sama dan telah

diketahui harga jualnya. Nilai jual pengganti, adalah suatu pendekatan/metode

penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi

objek pajak tersebut.

Di kecamatan Kebon Jeruk sendiri, yang terletak di Ibukota Jakarta dan

pertambahan jumlah penduduk yang semakin banyak, serta banyak pusat

kegiatan tempat yang strategis, menjadikan kecamatan Kebon Jeruk

seharusnya PBB yang didapatkan semakin tinggi. Namun mekanisme

pembayaran, serta sosialisasi dan daya ekonomi masyarakatlah yang akhirnya

menentukan apakat target PBB dapat tercapai dengan maksimal.

Dalam skripsi ini, akan mengangkat permasalahan mengenai “Analisis

Perencanaan, Pencapaian, dan Faktor – Faktor Penghambat Dalam Target

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) Pada Kecamatan Kebon Jeruk

“. Apakah target PBB yang ditentukan dapat tercapai ataukah tidak, mengapa

ini terjadi? Dan faktor – faktor penghambat apa sajakah yang mempengaruhi

penerimaan akan pemungutan PBB ?

METODE PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian, Penentuan daerah penelitian dilakukan di daerah

kecamatan Kebon jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta. Daerah ini dipilih

karena merupakan tempat yang padat penduduk. Rancangan Penelitian

(3)

Berdasarkan landasan pemikiran dengan dasar filosofi dalam fenomenologi

sastra maka peneliti menyusun rancangan penelitian ini dengan menggunakan

metode deskriptif dalam bentuk kualitatif. Moleong, (2004:6) “Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain; secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif

digunakan untuk mendeskripsikan fenomena sosial yang terdapat dalam

subjek penelitian ini, yang membahas mengenai Analisis perencanaan,

pencapaian, dan faktor-faktor penghambat dalam target penerimaan pajak

bumi dan bangunan pada Kecamatan Kebon Jeruk. Untuk mengetahui tingkat

pencapaian antara rencana dan realisasi penerimaan maka digunakan

perhitungan :

Tingkat pencapaian =

Untuk mengetahui faktor penghambat atas target penerimaan digunakan

analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari

tiga komponen, yakni : Pengumpulan data,reduksi data, paparan data, dan

penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1984: 23)

HASIL DAN BAHASAN

Kendala yang dihadapi dalam Penerimaan PBB

Setelah melakukan observasi, pada pada kecamatan ini, penulis

menemukan beberapa kendala dalam proses penerimaan realisasi PBBsebagai

berikut :

1. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melakukan pembayaran

PBB, Wajib pajak lebih memilih menunda dari pembayaran PBB

dengan alasan tidak ada waktu untuk membayar dan tidak dapat

(4)

SPPT dari petugas ataupun RT/RW. Warga tidak membayar PBB

dikarenakan berbagai alasan seperti : Kendala ekonomi, tidak

sempat membayar, dan tidak dapat SPPT.

2. Kurangnya sosialisasi yang diberikan petugas kecamatan atau

kelurahan tentang manfaat membayar PBB. Hal ini dikarenakan

kendala waktu warga untuk hadir, juga dikhawatirkan tidak menarik

minat warga untuk datang ke acara.

3. Petugas kecamatan juga harus memperbaiki sistem dengan

memperbanyak lokasi jemput bola, sehingga wajib pajak lebih

mudah dalam membayar PBB. Diakarenakan hanya dua kali dalam

setahun menurut penulis kurang dalam meningkatkan upaya

realisasi penerimaan

4. Harus diberikannya sanksi yang tegas bagi setiap wajib pajak yang

selalu menunda pembayaran PBB terlebih sampai bertahun-tahun

tidak membayar karena tanpa sanksi yang tegas maka sulit

pemerintah untuk mencapai target PBB. Masa jatuh tempo SPPT

ialah 6 bulan sejak diterimanya SPPT tersebut. Jika SPPT tidak

dilunasi setelah jatuh tempo maka akan diterbitkan STP dengan

bunga 2% per bulan dalam jangka waktu maksimal 24 bulan atas

48% (empat puluh delapan persen). STP memiliki masa jatuh tempo

1 bulan sejak diterbitkannya STP tersebut. Dan 7 hari setelah

berakhirnya jatuh tempo STP akan diterbitkan Surat Teguran,

apabila Wajib Pajak masih tidak melunasi jumlah utang pajak yang

terutang. Maka akan diterbitkan Surat Paksa dalam jangka waktu 21

hari setelah pemberian Surat Tegoran.

5. Penerbitan surat tagihan tunggakan PBB terlalu lama, harus

menunggak bertahun-tahun sampai keluarnya surat sah atas

tunggakan yang belum dibayar. Jadi wajib pajak yang tidak

membayar menyepelekan atas tunggakannya.

6. Prosedur penagihan dan kerja sama atas pembagian tugas yang

dirasa masih sangat berbelit-belit, dimana petugas penagihan tidak

(5)

bisa mengambil keputusan hukum langsung dimana hal ini

membuat petugas tidak memiliki kekuatan untuk segera mengambil

kepastian hukum

7. Banyaknya SPPT ganda. Saat adanya jual beli objek pajak, pemilik

yang lama tidak memperbaharui atau tidak membalik nama atas data

kepemilikan objek di UPPD setempat bahwa objek tersebut telah

dijual. Sehingga hal ini menjadikan objek yang sama ada di dua

SPPT yang berbeda yaitu pemilik lama dan pemilik baru. Sehingga

pajak yang dibayarkan pun menjadi ganda menurut data di pusat.

Tentu saja hal ini menjadikan ketetapan menjadi lebih tinggi karena

objek ganda, namun ada juga dikarenakan pihak pusat yang

memasukkan data tidak cermat dalam proses entry data, sehingga

terjadi data ganda.

8. Para pemilik objek pajak merasa keberatan atas jumlah objek pajak

yang harus dibayar, dan mengajukan keberatan serta penundaan

pembayaran. Dikarenakan tarif baru yang berlaku dengan NJOP

ditetapkan oleh peraturan gubernur menjadikan nilai NJOP bisa naik

hingga 150%. Walau tarif yang ditetapkan terhitung kecil.

9. Pemilik kewajiban atas objek pajak tersebut tidak ada ditempat,

sehingga tim penilai untuk pajak PBB kesulitan dalam mengambil

data dan menagih jumlah pajak terutang terhadap objek pajak

tersebut, pihak yang dianggap memanfaatkan objek pajak tidak

ingin dibebani dengan pelunasan SPPT karena dianggap objek pajak

bukan miliknya

10. Ketua RT tidak mengenal baik atas warganya dikarenakan

warganya jauh dari jangkauan ketua RT. Sehingga SPPT tidak

sampai.

Upaya dan Tindakan Aparat Dalam Meningkatkan Penerimaan PBB

Berikut ini adalah usaha yang dilakukan kecamatan Kebon Jeruk untuk

meningkatkan penerimaan PBB yaitu:

(6)

1. Adanya kerjasama antara petugas kelurahan dan ketua RT setempat

untuk menghimbau kepada wajib pajak untuk membayar pajak tepat

waktu.

2. Melakukan pemasangan spanduk pada setiap kelurahan dan di

setiap jalan yang padat penduduk agar menarik minat wajib pajak

untuk membayar PBB dan juga tumbuhnya kesadaran wajib pajak

untuk membayarkan PBB.

3. Adanya kegiatan jemput bola yang biasanya dilakukan dua kali

setahun yaitu pada saat penerbitan SPPT dan pada saat mendekati

jatuh tempo SPPT yaitu bulan Agustus atau Oktober, kegiatan ini

dilakukan di kecamatan atau kelurahan-kelurahan yang dipilih yang

letak kantornya strategis dan mudah dilalui warga. Sehingga warga

tidak

merasa

terbebani

untuk

membayar

pajaknya

dan

meningkatkan minatnya dalam taat membayar pajak.

4. Melakukan himbauan melalui kelurahan, ketua RT dan sosialisasi

ini dilakukan pada saat ada kegiatan di kelurahan seperti pertemuan

ketua RT atau RW, diselipkan informasi mengenai pembayaran

PBB yang dibayarkan oleh warga-warganya. Dengan demikian

diaharapkan RT atau RW meneruskan ke warga-warganya

mengenai pembayaran PBB.

5. Penempelan stiker kepada wargayang direkatkan di pintu, gerbang

rumah, atau jendela rumah warga. Agar warga teringat akan

pembayaran PBBNya. Distiker ini tertulis “ Bayarlah PBB tepat

waktunya”. Hal ini bertujuan agar warga ingat atas kewajibannya

membayar PBB.

6. Penagihan piutang ajak tertunggak yang belum dibayarkan oleh

wajib pajak ditahun sebelumnya, dengan memberikan peringatan

tertulis maupun peringatan langsung datang untuk menagih dan

memberikan batas waktu yang bisa dilakukan oleh aparat kepada

wajib pajak untuk melunasi hutang pajaknya.

(7)

7. Adanya iklan masyarakat di TV, radio atas di media sosial oleh

direktorat jendral pajak. Pemasangan iklan ini bertujuan untuk

mengingatkan pembayaran pajak secara umum kepada masyarakat

agar membayar kewajibannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil uraian dan analisa pada BAB 1-4, Penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Dalam melakukan perhitungan target di kecamatan Kebon Jeruk yang terbagi dalam 7 kelurahan hasil perhitungan targetnya berbeda-beda disetiap kelurahan. Terjadinya perbedaan karena disetiap kelurahan SPPT wajib pajak jumlahnya berbeda dan nilai NJOP disetiap kelurahan pun berbeda tergantung dari lokasinya yang strategis dan padat penduduknya.

2. Dalam halnya realisasi PBB pada kecamatan Kebon Jeruk yang terbagi dalam 7 kelurahan hasil perhitungan realisasi PBB juga berbeda-beda setiap tahunnya. Realisasi PBB setiap tahunnya menjadi alat ukur kelurahan akan potensi wilayahnya dalam setiap tahunnya, Akan tetapi dari hasil yang didapat dari kecamatan Kebon Jeruk, kelurahan rata-rata cenderung naik meskipun dari segi persentase menurun tiap tahunnya

3. Dari hasil yang telah didapatkan dari kecamatan Kebon Jeruk dalam melakukan pencapaian realisasi PBB, petugas dari kecamatan dan kelurahan mempunyai kendala-kendala yang dihadapi seperti tidak adanya kesadaran wajib pajak dalam melakukan pembayaran PBB serta kurangnya sosialisasi dari petugas kecamatan ataupun kelurahan mengenai manfaat membayar PBB.

4. Pokok ketetapan dan realisasi penerimaan PBB mengalami peningkatan setiap tahunnya, peningkatan pokok ketetapan ini ditujukan guna untuk melakukan penyesuaian dengan peningkatan APBD maupun APBN yang dimana sebagian besar pembiayaan anggaran tersebut berasal dari pajak.

(8)

Untuk menyesuaikan pengeluaran pada anggaran Daerah maupun Negara maka pokok ketetapan pajak senantiasa naik mengikuti kenaikan APBD maupun APBN. Namun kenaikan pokok ketetapan pajak jarang sekali diimbangi dengan realisasi penerimaan atas pajak tersebut. Maka kementrian keuangan bersama sama Dinas Palayanan Pajak memberikan suatu indikator ketetapan baru yang dinamakan Rencana Penerimaan, yang selanjutnya dijadikan indikator oleh seksi penagihan dalam mencapai target penerimaan. 5. Faktor Pengaruh keberhasilan penagihan dan pemungutan atas pajak bumi

dan bangunan adalah sebagai berikut : a. Ketegasan Hukum

Peringatan Peringatan awal dengan penagihan persuasif yaitu dengan menghimbau secara lisan/tertulis dilanjutkan dengan penagihan aktif Surat Teguran, Surat Paksa, Sita, hingga melakukan Lelang. Serta pemberian sanksi dan denda administrasi berupa tambahan bunga, hingga melakukan pencekalan terhadap penanggung pajak. Hal ini tentu memberikan dampak bagi Wajib Pajak untuk segera melakukan pelunasan atas tunggakan pajaknya. Jika terjadi tunggakan surat pemberitahuan untuk tunggakan pajak diterbitkan terlalu lama, harus menunggu bertahun-tahun untuk keluar. Dan itu dengan denda yang harus dibayar.

b. Penyuluhan dan Sosialisasi

Bagian ini merupakan suatu prses Intensifikasi, yaitu pendekatan kepada wajib pajak , salah salah satu pendekatan yang sering dilakukan ialah upaya jemput bola. Pemberian penyuluhan ataupun sosialisasi secara rutin dan merata ke berbagai wilayah dapat meningkatkan kepercayaan, kesadaran, serta keinginan masyarakat untuk membayar pajak. Dalam rangka penyuluhan dan sosialisasi ini, petugas dapat juga memberikan himbauan kepada Wajib Pajak untuk segera melunasi kewajiban perpajakannya. Walau terlihat sederhana, faktor inilah yang berperan penting dalam melakukan penagihan

(9)

maupun penerimaan bagi Negara dan secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah realisasi penerimaan pajak.

6. Beberapa penyebab yang mengakibatkan pendapatan target atas sektor PBB tidak tercapai adalah :

a. SPPT

Penerbitan SPPT merupakan langkah awal dalam melakukan penagihan pajak, beberapa hal yang ditemukan adalah adanya SPPT ganda, dengan NOP yang sama dan alamat yang sama. Kemudian adanya kesalahan data yang membuat jumlah NJOP lebih tinggi dari harga sebenarnya, yang membuat Wajib Pajak enggan melunasi tagihan tersebut, dan SPPT yang tidak sampai kepada pemilik atau pemiliknya tidak berada di tempat. Serta adanya kemungkinan kehilangan SPPT sebelum sampai di tangan Wajib Pajak yang dikarenakan proses distribusi SPPT yang masih sangat panjang. Hal ini juga mempengaruhi tingkat penagihan melalui SPPT

b. Kesadaran Wajib Pajak

Minimnya kesadaran Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran sendiri atas kewajiban perpajakan mereka. dalam hal PBB, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan memberikan fasilitas pencetakan atas SPPT yang tidak sampai ke tangan wajib pajak jika ada permohonan yang dilakukan oleh wajib pajak yang belum menerima SPPTPBB tersebut. Namun dikarenakan minimnya kesadaran wajib pajak untuk melakukan hal tersebut maka hal ini merupakan faktor utama yang mengakibatkan pendapatan pada sektor PBB tidak tercapai. Kurangnya kesadaran wajib pajak dapat ditekan dengan pemberian sanksi tegas berupa Penyitaan atas Objek Pajak atas piutang yang telah ditunggak selama 5 tahun.

c. Keberatan

Dikarenakan jumlah nominal pembayaran yang harus dilakukan terlalu banyak dan sebelumnya tidak sbanyak saat ini. Beberapa wajib

(10)

pajak melakukan proses keberatan atas pembayaran PBB dikarenakan merasa bahwa klasifikasi yang dicantumkan di SPPTnya merasa tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya

7. Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalisasikan pendapatan adalah : a. Memberikan fasilitas jemput bola yang dilakukan sebanyak 2 kali

dalam 1 tahun di setiap kelurahan. Yaitu sebelum jatuh tempo pembayaran dan setelah jatuh tempo pembayaran.

b. Memberikan penyuluhan dan himbauan

c. Menyebarkan spanduk ke beberapa tempat dan jalan umum yang dilalui banyak warga

d. Membuat flyer berupa selembaran yang di bagikan langsung kepada wajib pajak

e. Membuat iklan masyarakat terkait pembayaran pajak khususnya pajak pbb melewati televisi atau radio lokal

f. Ketua RT atau RW mengingatkan secara lisan kepada wajib pajak untuk membayar kewajibannya

5.2 Saran

Adapun saran yang akan disampaikan penulis yang mungkin dapat bermanfaat untuk pihak terkait dan masyarakat.

1. Saran untuk UPPD Kecamatan Kebon Jeruk,

a. Kecamatan harus memberikan penyuluhan kepada kelurahan untuk lebih memperbanyak program jemput bola dalam pembayaran PBB. b. Pihak kecamatan dan kelurahan harus memberikan teguran yang tegas

bagi wajib pajak yang tidak membayar PBB.

c. Kepada kecamatan dan kelurahan untuk segara memasangkan spanduk dan selogan tentang pembayaran PBB.

(11)

d. Menghimbau kepada wajib pajak agar segera membayarkan PBB dengan tepat waktu karena hasil dari pembayaran PBB dapat meningkatkan sarana dan prasarana wilayah tersebut.

2. Saran untuk Aparat terkait untuk :

a. Lebih teliti dalam membuat SPPT sehingga tidak adanya salah

entrydata yang menyebabkan SPPT ganda.

b. Menerapkan sanksi tegas untuk para penunggak PBB yang telah sekian lama tidak membayar dan melunasi pajaknya.

c. Meningkatkan sosialisasi keada masyarakat dengan lebih banyak menaruh spanduk, flyer iklan sosial baik diradio maupun televisi. d. Memberi penyuluhan kepada petugas penyampaian

3. Diharapkan agar ketua RT dilingkungan masing-masing bekerja dengan baik dengan langsung menyampaikan SPPT kepada wajib pajak yang sudah menerima SPPT dikelurahan. Dimaksudkan agar tidak terselip atau hilang jika disimpan terlalu lama.

4. Kepada bank yang ditunjuk untuk menerima pembayaran PBB diharapkan bank yang dotunjuk dalam hal ini bank DKI , BRI dan bank partisian lainnya agar memasang pamflet di setiap kantor cabang pembantu agar masyarakat mengingat dan datang untuk membayar PBBnya dengan benar

5. Kepada wajib pajak pemilik tanah dan bangunan agar menaati kewajiban PBBnya dengan baik dan benar karena pajak merupakan hal wajib dan diatur secara sah oleh undang-undang dan hasil pajak digunakan untuk membangun sarana dan prasarana daerah. Selain itu jika ada perubahan data kepemilikan tanah harap diperbaharui secara langsung, ini bertujuan untuk mengurangi SPPT ganda .

REFERENSI

(12)

Mardiasmo (2011). Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta : Penerbit Andy Yogyakarta

Resmi, Siti. (2014) Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta : Salemba Empat Samudra, Azhari Aziz. (2015) Perpajakan di Indonesia Keuangan, Pajak dan

Retribusi Daerah. Depok : Raja Grafindo Perkasa

Waluyo, (2011), Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,

Undang Undang

Peraturan Bersama Menteri Keuangan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan Nomor 58 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah

Peraturan Daerah DKI Jakarta, Nomor 16 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan bangunan Pedesaan Perkotaan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 22 tahun 2012 tentang

Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Tahun 2013

Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 201 tahun 2012 tentang Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Untuk Setiap Wajib Pajak

Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 202 tahun 2012 tentang Tata cara Pendaftaran dan Pelaporan Serta Pendataan Pajak Bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 263 Tahun 2014 tentang Nilai Jual Objek Pajak Daerah Khusus Ibukota Jakarta

(13)

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan bangunan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1978 tentang Pembentukan wilayah Kota dan Kecamatan dalam Wilayah Ibukota DKI Jakarta

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Jurnal

Campbell, Yvonne. (2015). Property industry welcomes tax discussion paper. Diskusi terbuka pada NewCastle Herald for Propert Council of Australia. Paper Diskusi Diterbitkan. Sidney

Nafilah. (2013). Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Dinas

Pendapatan Daerah Kota Makassar. Skripsi Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik pada Universitas Hasanuddin. Skripsi tidak diterbitkan : Makassar Rahman, Abdul. (2011). Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Di

Kecamatan Soreang Kota Parepare. Skripsi Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik pada Universitas Hasanudin. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar

Websites

Direktorat Jendral Pajak. (2010).Azas Pajak. Diakses 15 Februari 2015 dari www.pajak.go.id/content/article/membangun-patriotisme-pajak

Direktorat Jendral Pajak. (2010). Definisi PBB. Diakses 15 Februari 2015 dari http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-tata-cara-pembayaran-pbb

Direktorat Jendral Pajak. (2012). Tata Cara Pembayaran Pajak PBB. diakses 15 Februari 2015 dari http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-penagihan-pajak-bumi-dan-bangunan

(14)

RIWAYAT PENULIS

Alief Widho Zainuddin lahir di kota DKI Jakarta pada 18 Januari 1994.

Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara

dalambidang Akuntansi Perpajakan pada tahun 2015. Saat ini bekerja sebagai

Media & Publishing di Corporate Communication Bina Nusantara Group’s.

Referensi

Dokumen terkait

11.4.3 Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak- telitian di dalam pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di

Persepsi yang negatif mahasiswa akan berdampak buruk bagi peningkatan motivasi mereka dalam belajar, mahasiswa yang mempunyai persepsi buruk terhadap dosen baik dari cara

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri manufaktur Indonesia mempunyai struktur pasar oligopoli yang tingkatannya bervariasi, dan hasil analisis panel

Hasil Implementasi Fuzzy ID3 terhadap data hepatitis B adalah sebagai berikut: (a) Ditentukannya aturan fuzzy untuk ketiga training set; (b) perhitungan ketiga training

Program menampilkan data pengubahan data analog menjadi data discreet menggunakan sensor lm35 sebagai masukan dan LCD sebagai tampilan keluaran.. Program menampilkan suhu ruangan

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan rancangan penelitian berdasarkan permasalahan riil yang dialami dan karakteristik penelitian yang

Tepi Barat - pusat informasi Israel untuk hak asasi manusia di wilayah jajahan telah melansir sebuah berita yang mana memperinci sesuatu yang digambarkan oleh organisasi