• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MENGIKUTI POSYANDU LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MENGIKUTI POSYANDU LANSIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA

DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU

MENGIKUTI POSYANDU LANSIA

(Studi Pada Posyandu Lansia di RW III Kelurahan Tinjomoyo

Kecamataan Banyumanik Kota Semarang

Maryatun1,Syaifudin Ali Anwar1, Ratih Sri Wardani1

1

Fakultas Kesehatan Masuarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

Abstrak

Latar Belakang : Lansia adalah : Seseorang yang berusia 60 Tahun keatas. Lansia di

klasifikasikan seseorang yang sangat riskan terhadap kesehatan, oleh sebab itu di pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2009 Angka penduduk usia (≥ 60) Tahun sebanyak 42.787 orang, hasil survei di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep lansia tidak begitu perduli dengan kesehatanya, itu karena disebabkan oleh fisiknya yang sudah tidak mampu untuk melakukan aktifitasnya sendiri, harus membutuhkan bantuan dari orang, bisa dikatakan dari keluarga, tetangga dan tenaga kesehatan. Tujuan: meningkatkan kesehatan masyarakat, pelaksanaan kegiatan, bimbingan dari Puskesmas, meningkatkan kemampuan masyarakat, pengadaan posyandu ini diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat. Metode : Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan mendekatan cross sectional menggunakanmetode suevei dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep yang berjumlah 42 responden. Variabel bebas adalah pengetahuan tentang posyandu lansia dan dukungan keluarga dengan perilaku kehadiran ke posyandu lansia. Uji yang di gunakan Rank Sperman.Hasil : Presentase pendidikan responden terbanyak adalah SD yaitu 18 responden (42,9%) dan yang paling sedikit adalah Sarjana yaitu 3 responden (7,1%). Pengetahuan tentang posyandu lansia adalah kurang dengan persentase (66,7%). sebagian besar dukungan keluarga tergolong pada kategori kurang baik yaitu 23 responden (54,8%). Perilaku keposyandu distribusi tidak normal (0,007). perilaku responden mengikuti posyandu lansia adalah baik dengan persentase (52,4%). Kesimpulan : Ada hubungan antara status pengetahuan tentang posyandu lansia dan dukungan keluarga dengan prilaku kehadiran ke posyandu lansia.

(2)

CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE OF ELDERLY

POSYANDU AND FAMILIES SUPPORT WITH THE PRESENCE

OF ELDERLY IN POSYANDU

(Studi in elderlyPosyandu of RW III Tinjomoyo village District

Banyumanik Semarang city

Abstract

Background: the elderly is: one who is 60 years of age or older. Older persons in the

classification of a person who is very prone for the health, Both care for the elderly in five health measures which include: an increase (promotive), prevention (prevention), early diagnosis and treatment, the limitation of disability and recovery. Health Profile Semarang in 2009 the numbers aged population (≥ 60) In as many as 42,787 people, the survey results at the health center works Ngesrep old territory not so concerned with their health. It is because it is caused by a physicist who has been unable to do activities themselves, they need the help of the people, it can be said of the family, the personal ,neighbor and health workers. Objective: improving public health, the implementation of activities, the orientation of the health centres, to improve the capacity of the community, was carried out for the acquisition of interest public posyandu.

Methods: This type of analytical descriptive study with cross-sectional closer to using survey

methods and interviews using a questionnaire. The population in this study were elderly health center in the working area, by 42 Ngesrep respondents. The population in this study were elderly health center in the working area, amounting to 42 Ngesrep respondents. The independent variable was the knowledge of posyandu elderly and families with the presence of behavioral support to posyandu elderly. Rank test used Sperman. Results: Percentage of primary education is most of the respondents ie 18 respondents (42.9%) and the most is the degree of three respondents (7.1%). Knowledge of the elderly posyandu less percentage (66.7%). most of the support of family belonging to the category of poor that is 23 respondents (54.8%). Keposyandu behavior is not normal distribution (0.007). behavior of elderly respondents follow posyandu well with the percentage (52.4%). Condusion : There is a relations between of status knowledge of posyandu elderly and families with, the lower the knowledge of posyandu elderly and families status of the presence of behavioral sopport to elderly posyandu.

Key Words : Presence, Behavioral Soppot To Elderly Posyandu

PENDAHULUAN

Lansia (Lanjut Usia) atau manusia usia lanjut (Manula) adalah kelompok penduduk berumur tua. Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik di negara maju maupun negara sedang berkemang. Peningkatan penduduk lansia di negara maju tampak relatif lebih cepat dibanding dengan yang terjadi di negara berkembang.1,2

Data dari Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2009, jumlah penduduk Kota Semarang menurut register sampai dengan akhir Desember 2009 sebesar 1.506.924 jiwa,3 terdiri dari 748.515 jiwa penduduk laki-laki dan 758.409 jiwa penduduk perempuan. Perkembangan penduduk dari tahun 2004-2009 menunjukkan hasil yang

berfariasi dan mengalami peningkatan 1.399,133-1.506.924 jiwa. Dengan meningkatnya jumlah penduduk itu menunjukkan peningkatan jumlah pra usila dan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 45 tahun ke atas. Pada tahun 2009 sebesar 90.842 (54,93%) dari 165.375 jumlah yang ada. Dari jumlah tersebut terdiri dari pra usila (45-59) tahun sebanyak 48.055 orang dan usila (≥60) tahun sebanyak 42.787 orang, jumlah ini sedikit menurun dari tahun 2008.4

Namun hal ini mempunyai dampak demografis atau piramida penduduk berupa peningkatan proporsi lansia. Proses ini akan berkaitan dengan proses degeneratif bentuk pelayanan kesehatan, karena kehidupan lansia

(3)

mempunyai masalah 40% tentang kesehatan.2 Dengan segala penyakit yang terkait, mulai dari gangguan mobilitas alat gerak sampai gangguan jantung. Dengan demikian, lansia akan mempunyai masalah kesehatan yang khusus memerlukan pelayanan kesehatan yang mudah terjangkau.2,3

Jumlah penduduk Kecamatan Banyumanik Kota Semarang menurut registrasi sampai dengan akhir Desember 2010 sebesar 122.931 jiwa, terdiri dari 60.667 jiwa penduduk laki-laki dan 62.264 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah sebesar itu di bina oleh 4 Puskesmas yaitu: 1) Puskesmas Ngesrep dengan jumlah penduduk 33.244 jiwa terdiri dari 16.346 jiwa penduduk laki-laki dan 16.898 jiwa penduduk perempuan. 2) Puskesmas Padangsari dengan jumlah penduduk 25.519 jiwa terdiri dari 12.820 jiwa penduduk laki-laki dan 25.519 jiwa penduduk perempuan. 3) Puskesmas Srondol dengan jumlah penduduk 40.440 jiwa terdiri dari 19.742 jiwa penduduk laki-laki dan 20.698 jiwa penduduk perempuan. 4) Puskesmas Pudak Payung dengan jumlah penduduk 23.728 jiwa terdiri dari 11.880 jiwa dan 11.848 jiwa penduduk perempuan.5

Berdasarkan data di Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, terdapat 22 unit posyandu lansia dan 8 unit posyandu Ibu, balita, sehingga semua posyandu yang menjadi binaan Puskesmas Ngesrep ada 30 unit posyandu. Dari hasil survei, penduduk lansia di RW III Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Kota Semarang menduduki angka tertinggi di wilayah binaan Puskesmas Ngesrep, dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 244 jiwa yang terbagi di 6 RT.

Terdapat penurunan jumlah kunjungan peserta posyandu lansia, dari 90 jiwa menurun menjadi 68 jiwa pada akhir Desember tahun 2010, jadi penurunan jumlah kunjungan peserta posyandu lansia adalah (24%) pada bulan Desember tahun 2010.5 Menurut data Puskesmas Ngesrep, program target pencapain sasaran posyandu lansia belum mencapai target, karena data aktual 16% sedangkan target 60%.5

Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan lansia, karena merasa memperoleh dukungan keluarga, secara emosional karena merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada

dirinya dan perilaku suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati maupun tidak.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu dengan mengunakan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat di ambil dalam waktu yang bersamaan dengan tujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dengan menggunakan kuesioner.7

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang berumur ≥ 60 tahun yang akan datang pada posyandu lansia, di Kelurahan Tinjomoyo yang berjumlah 68 orang pada akhir Mei tahun 2011. Besar sampel sebanyak 68 orang di ambil dan dihitung mengunakan rumus sampel minimal.8

Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah pengetahuan tentang posyandu lansia

dan dukungan keluarg terhadap posyandu

lansia, sedangkan variabel terikatnya adalah

perilaku mengikuti posyandu lansia.

Data yang di gunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden, serta pengukuran dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dengan cara mengutip secara langsung dari pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Ngesrep dan Kelurahan Tinjomoyo khususnya di RW III dari kader posyandu lansia, meliputi: pencatatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan, kegiatan kunjungan rumah, penyuluhan kesehatan.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif yaitu menggunakan minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dan distribusi frekuensi. Analitik Uji hubungan atau korelasi yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson Produkct Moment bila data berdistribusi normal dan Rank Sperman bila data berdistribusi tidak normal, untuk menguji kenormalan data mengunakan Uji Kolmogorov Smirnov Liliefors Singnifican Correction. Waktu dan tempat penelitian akan dilakukan di RW III Kelurahan Tinjomoyo Wilayah Binaan Puskesmas Ngesrep.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif

a. Jenis Kelamin

Jumlah responden posyandu lansia diRW III Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang sebanyak 42 responden yang terbagi dari perempuan dan laki-laki.:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 11 31 26,2 73,8 Jumlah 42 100,0

Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah jenis kelamin responden mayoritas perempuan yaitu sebanyak 31 responden dengan persentase (73,8%)

b. Pendidikan

Pendidikan responden sangat bervariasi dari SD sampai Sarjanah. Presentase

pendidikan responden terbanyak adalah SD yaitu 18 responden dengan persentase (42,9%) dan yang paling sedikit adalah Sarjanah yaitu 3 responden dengan persentase (7,1%). Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong dalam pendidikan rendah yaitu 39 responden dengan persentase (92,9%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pendidikan

Pendidikan n % SD SMP SMA Diploma-Sarjana 18 14 7 3 42,9 33,3 16,7 7,1 Jumlah 42 100,0 c. Umur

Berdasarkan dari hasil pengumpulan data dengan cara wawancara menggunakan kuesioner diketahui, rata-rata umur responden. Pada Tabel 3 terlihat bahwa umur responden

berkisar antara 60 sampai 85 tahun dengan rata-rata sebesar dengan presentase 63,07 tahun dan standar deviasi 4,582 tahun.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi

Umur 42 60 85 63,07 4,582

d. Pengetahuan tentang Posyandu Lansia

Skor pengetahuan posyandu lansia responden berkisar antara 1 sampai 9 dengan persentase sebesar 5,69 ± 1,854.

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa sebagian besar pengetahuan tentang posyandu lansia adalah kurang dengan persentase (66,7%).

(5)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Posyandu Lansia Kat. Pengetahuan n % Kurang Sedang Baik 28 10 4 66,7 23,8 9,5 Jumlah 42 100,0

e. Dukungan Keluarga terhadap Posyandu Lansia

Jumlah skor terendah dukungan keluarga terhadap perilaku mengikuti posyandu lansia

adalah 24 dan sekor tertinggi adalah 43 dengan rata-rata persentase 31,36 ± 4,705. Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa sebagian besar responden memberikan dukungan baik terhadap posyandu lansia dengan persentase (57,1%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mengikuti Posyandu Lansia

Dukungan keluarga n % Kurang baik Baik 18 24 42,9 57,1 Jumlah 42 100,0

f. Perilaku Mengikuti Posyandu Lansia

Data pengukuran perilaku kehadiran ke Posyandu lansia diRW III Kelurahan Tinjomoyo Kota Semarang sebanyak 42 responden, ditemukan jumlah kedatangan responden terendah adalah 2 kali dan tertinggi adalah 12 kali yang datang mengikuti posyandu lansia selama 1 Tahun, terhitung

dari bulan awal Mei 2010 sampai Mei 2011. Kehadiran dipantau melalui KMS lansia. Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar perilaku responden mengikuti posyandu lansia adalah kurang baik dengan persentase (54,8%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perilaku kehadiran keposyandu Perilaku Mengikuti Posyandu

Lansia n % Kurang baik Baik 23 19 54,8 45,2 Jumlah 42 100,0 2. Analisis Analitik a. Uji Normalitas Data

Hasil uji normalitas data mengunakan Uji Korelasi Rank Sperman pada kelompok pengetahuan tentang posyandu lansia diperoleh nilai skor nilai p-value = 0,197, jumlah skor dukungan keluargan ke posyandu lansia dengan nilai p-value = 0,200 dan kehadiran responden ke posyandu lansia nilai p-value = 0,007. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data yang berdistribusi normal dan tidak normal. Data yang berdistribusi normal

(p>0,05) adalah pengetahuan, dukungan keluargadan perilaku kehadiran ke posyandu lansia, tidak normal sehingga uji yang digunakan adalah Uji Korelasi Rank Sperman karena variabel minimal diukur dalam skala ordinal dan data dari kedua variabel tidak harus bentukdistribusi normal. Jadi Uji Korelasi Rank Sperman bekerja dengan data ordinal atau berjenjang atau rangking dan bebas distribusi. Menunjukkan bahwa variabel Pengetahaun tentang posyandu lansia, dukungan keluarga berdistribusi normal

(6)

karena (p>0,05). Perilaku kehadiran keposyandu lansia berdistribusi tidak normal

karena(p<0,05) sehingga uji yang digunakan adalah Uji Korelasi Rank Sperman.

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas variabel bebas dan terikat (Kolmogorov Smirnov)

Variabel p ɑ Keterangan

Pengetahaun tentang posyandu lansia 0,197 0,05 Normal

Dukungan keluarga 0,200 0,05 Normal

Perilaku kehadiran keposyandu lansia 0.007 0,05 Tidak normal

Pengetahuan tentang posyandu lansia berdistribusi normal karena (p>0,05).

Jumlah skor nilai yang diperoleh adalah p-value = 0,197

Gambar 1 Diagram uji normalitas pengetahuan tentang posyandu lansia

Dukungan keluarga terhadap posyandu lansia berdistribusi normal karena (p>0,05). Jumlah skor dukungan

keluargan terhadap posyandu lansia dengan nilai p-value = 0,200.

(7)

Gambar 2 Diagram uji normalitas dukungan keluarga terhadap posyandu lansia

Perilaku kehadiran keposyandu lansia berdistribusi tidak normal karena (p<0,05). Jumlah skor perilaku kehadiran keposyandu lansia dengan nilai p-value = 0,007.

(8)

b. Uji Hubungan

1) Hubungan Pengetahuan Tentang Posyandu Lansia Dengan Perilaku Kehadiran Keposyandu Lansia

Hasil Uji Korelasi Rank Sperman untuk hubungan pengetahuan tentang posyandu lansia dengan perilaku kehadiran keposyandu lansia diperoleh hasil nilai r = 0,441 dan p = 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang singnifikan antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan perilaku kehadiran keposyandu lansia. Nilai r berpola linier negatif dan mempunyai hubungan lemah, yaitu semakin rendah kedatangan responden ke posyandu lansia. 2) Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Posyandu Lansia Dengan Perilaku Kehadiran Keposyandu Lansia

Hasil Uji Korelasi Rank Sperman, untuk hubungan dukungan keluarga terhadap posyandu lansia dan perilaku kehadiran keposyandu lansia diperoleh nilai r = 0,505 dan p = 0,001. Hal ini berarti ada hubungan yang singnifikan antara dukungan keluarga terhadap posyandu lansia dengan perilaku kehadiran keposyandu lansia. Nilai r berpola linier positif yaitu semakin tinggi dukungan keluarga terhadap posyandu lansia semakin tinggi pula perilaku kehadiran responden keposyandu lansia.

3. Pembahasan

a. Hubungan Antara Pengetahuan Posyandu Lansia Dengan Kedatangan Responden ke Posyandu Lansia

Hasil Uji Korelasi Rank Sperman antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan perilaku kehadiran ke posyandu lansia diperoleh nilai p = 0,033 (< 0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan perilaku kehadiran ke posyandu lansia. Dari hasil yang telah dianalisis terlihat bahwa 66,7% dari seluruh responden menunjukkan bahwa pengetahuan tentang posyandu lansia tergolong pada kategori kurang, sehingga dimungkinkan pengetahuan tentang posyandu lansia perorangan yang kurang baik dapat mempengaruhi praktekperilaku mengikuti posyandu lansia.

Dari hasil pengukuran perilaku mengikuti posyandu lansia diperoleh data sebagian besar responden 23 responden (54,8%) tergolong pada kategori kurang baik. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Rank Sperman diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (<0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku kehadiran keposyandu lansia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Selamet Mulyani yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang kegiatan posyandu lansia dengan partisipasi lansia di posyandu wilayah Puskesmas Patuk I Kabupaten Gunung Kidul. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku mengikuti posyandu lansia itu sangat tinggi yang dipengaruhi oleh pengetahuan responden tentang posyandu lansia.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) dan sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleg pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.9 Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian dari responden. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin kita ketahui.atau kita ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan.10 Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan dan oleh sebab itu dilihat dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak langsung.11,12

b. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mengikuti Posyandu Lansia

Kondisi dukungan keluarga yang diukur dengan kuesioner menunjukkan hasil yang baik, hal ini terlihat dari semua responden yang diperiksa 24 responden (57,1%)

(9)

termasuk golongan pada kategori baik dalam mengikuti posuandu lansia dan hanya 18 responden (42,9%) termasuk golongan kurang baik mengikuti posyandu lansia, sehingga dimungkinkan dukungan keluarga yang kurang baik dapat menyebabkan kurangnya perilaku mengikuti posyandu lansia. Hasil pengukuran perilaku kehadiran keposyandu lansia mengikuti posyandu lansia menunjukkan 23 responden (54,8%) termasuk dalam golongan kurang baik. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Person Produkct Moment diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (<0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku mengikuti posyandu lansia.

Dukungan keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan untuk indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak. menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya yang termasuk diatas. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperluka.13 Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka sistem di dalam keluarga akan terganggu, oleh karena itu keluarga sangat berarti. 13

Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan dan sanitasi yang sehat.9

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar responden 28 lansia (66,7% ) termasuk dalam golongan tingkat pengetahuan kurang. Sebagian besar dukungan keluarga kepada responden yaitu sebanyak 24 lansia ( 57,1%) termasuk dalam kategori

mendapatkan dukungan baik dari keluarga. Perilaku mengikuti posyandu oleh responden setengah dari responden termasuk dalam kategori baik dan kurang baik yang masing-masing 23 lansia (54,8%). Ada hubungan pengetahuan tentang posyandu lansia dengan perilaku menikuti posyandu lansia (p = 0,015). Ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku mengikuti posyandu lansia (p = 0,034).

Saran kepada Responden Posyandu Lansia untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatan dirinya sendiri misalnya dengan cara selalu berperilaku hidup sehat, mengingat usia responden yang sudah tua dan rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Kepada Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk ikut turut serta melakukan pemberian dukungan dan motivasi posyandu lansia agar derajat kesehatan dapat meningkat.

Saran untuk masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatan dirinya sendiri misalnya dengan cara selalu berperilaku hidup sehat, mengingat usia responden yang sudah tua dan rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan ikut turut serta melakukan pemberian dukungan dan motivasi posyandu lansia agar derajat kesehatan dapat meningkat.

REFERENSI

1. Bustan M N. Epidemiologi Penyakit tidak menular. Cet 2 (Edisi Revisi). Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. 2007

2. Nugroho, SKM. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000

3. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan. Semarang. 2009

4. Badan Informasi Daerah (BID). Kota Semarang. 2009

5. Dinas Kesehatan Puskesmas Ngesrep. Profil Kesehatan. Semarang. 2009

6. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Jakarta. Penerbit Salemba Medika. 2003

7. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. 2006

(10)

8. Rumidi S. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta. Penerbit Gadjah Mada University Press. 2004 9. Notoatmojo S. Pendidikan dan Perilaku.

Jakarta. Rineka Cipta. 2003

10. 22. Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Edisi 2. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2010

11. Notoatmojo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. 2007

12. Notoatmojo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta Rineka Cipta. 2010

13. Departemen Kesehatan RI. APRIME Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta. 2000.

Gambar

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas variabel bebas dan terikat (Kolmogorov Smirnov)
Gambar 2 Diagram uji normalitas dukungan keluarga terhadap posyandu lansia

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Karena probabilitas signifikansi lebih kecil dengan sig. 0,05 maka model

Daya dukung lahan dihitung dari total nilai produksi biohayati aktual yang ada pada lahan di wilayah tertentu, dibandingkan dengan kebutuhan lahan per hektar yang

Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat Disajikan narasi tentang perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat menunjukkan tanda tanda beriman

Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpkir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS di MI Darussaadah Pandeglang.. Jurnal penelitian

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal, antara lain: keadaan ekonomi yang lemah sehingga keluarga tidak

1 Anes Anastasia Hidayat, “Kegiatan Preservasi Naskah Kuno” (Universitas Padjadjaran, 2009)... adalah berbagai tindakan yang dilakukan seseorang, masyarakat, organisasi

4.2.1.6 Distribusi responden tentang tingkat kepuasan pasien pengguna kartu BPJS terhadap pelayanan rawat jalan di Puskesmas Getasan. Hasil penelitian secara

Untuk piringan dan cincin yang memiliki massa lebih ringan menggunakan beban yang juga relatif ringan agar putaran benda tidak berlangsung secara cepat sehingga nilai RPM