• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih dari dua milyar orang diperkirakan akan kekurangan vitamin dan mineral penting, khususnya vitamin A, yodium, zat besi (Fe) dan zinc (Zn). Sebagian besar orang-orang ini tinggal di negara miskin dan biasanya kekurangan lebih dari satu mikronutrien. Kekurangan terjadi ketika mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan kaya mikronutrien seperti buah, sayuran, dan produk hewani. Peningkatan defisiensi mikronutrien ini mempunyai resiko terhadap penyakit menular dan kematian akibat diare, campak, malaria dan pneumonia. Kondisi ini menjadi 10 diantara penyebab utama penyakit di dunia saat ini (WHO et al., 2007).

Anak dengan defisiensi zinc banyak dijumpai pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Hampir satu dari tiga anak usia pra sekolah di negara miskin mengalami stunting, dimana stunting mengindikasikan kegagalan dalam pertumbuhan, diasumsikan sama dengan anak defisiensi zinc. Estimated risk defisiensi zinc di Indonesia sebagai negara sedang berkembang, dikategorikan tinggi, ditunjukkan proporsi stunting mencapai 47,3 (Hotz and Brown, 2004).

Penelitian tentang seplementasi zinc pada bayi menunjukkan bahwa dampak positif terhadap pertumbuhan anak, diare, pneumonia, morbiditas dan mortalitas. Selain itu defisiensi zinc dapat membahayakan perilaku pada fungsi kognitif termasuk aktivitas dan atensi. Zinc (Zn) merupakan mineral yang memainkan peran sentral dalam pertumbuhan seluler, khususnya produksi enzim diperlukan untuk sintesis RNA dan DNA. Zinc lazim terdapat dalam otak, mengikat protein, sehingga memberikan kontribusi untuk kedua struktur dan fungsi otak. Kekurangan zinc berat hewan telah dikaitkan dengan malformasi struktural otak seperti anencephaly, mikrosefali, dan hidrosefali, masalah perilaku seperti penurunan aktivitas, defisit dalam memori jangka pendek dan spatial learning. Pada manusia, defisiensi zinc berat dapat menyebabkan kelainan fungsi sebelum dan merusak respon perilaku dan emosional (Black, 2003).

(2)

Dari data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 angka kemiskinan di Indonesia periode 2007-2008 mencapai 34,96 juta orang (15,42%), sebagian besar mereka tinggal di daerah pedesaan (64,47%). Kemiskinan merupakan isu yang menyita perhatian semua kalangan. Dampak dari kemiskinan ialah penurunan kemampuan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan dan daya beli ekonomi. Kemiskinan merupakan hambatan besar pemenuhan kebutuhan makan sehat, sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan keterlambatan tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2008).

Usia adalah faktor yang penting dipertimbangkan dalam hubungan antara kekurangan kadar zinc dan perkembangan kognitif anak karena sangat rentan terhadap defisiensi zinc selama periode pertumbuhan dan perkembangan pesat, seperti bayi dan remaja. Defisiensi zinc pada anak menyebabkan masalah dalam perkembangan fungsi kognitif dan motorik. Pada bayi prematur memiliki masalah gizi dan penyakit kronis yang mengganggu penyerapan atau pertumbuhan, membuat mereka lebih berisiko tinggi dalam defisit fungsi kognitif dan motorik (Black, 1998).

Memori adalah salah satu dari lima domain fungsi kognitif, yaitu: attention, language, memory, visuospatial dan executive function. Dewasa ini telah terjadi pergeseran fokus masalah kesehatan anak, dari masalah penyakit-penyakit infeksi bergeser pada masalah yang mengganggu kesehatan, seperti masalah emosional, psikologis dan belajar. Performa akademik selain ditentukan fungsi afektif juga intelegensi anak. Fungsi kognitif anak tergantung dari fungsi-fungsi otak seperti memori jangka panjang dan jangka pendek.

Kapasitas penyimpanan informasi berkembang pesat pada periode kanak-kanak sampai usia remaja. Perkembangan kemampuan penyimpanan informasi ini menggambarkan perubahan kompleks pada komponen proses, meliputi analisa perseptual, konstruksi dan pemeliharaan dari memori, penyimpanan informasi, rehearsel, retrieval dan redintegration. Perkembangan lain yang cukup krusial tahap usia ini adalah perkembangan memori kerja, kemampuan memanipulasi dan menyimpan informasi secara simultan. Faktor yang menentukan peningkatan

(3)

fungsi memori pada usia ini adalah peningkatan proses memori dan atensi (Lynch, 2004).

Mengingat pentingnya peran mikronutrien dan seriusnya efek yang ditimbulkan jika tidak terpenuhi dengan adekuat, terutama kadar zinc memegang peranan penting dalam morbiditas, mortalitas dan tumbuh kembang anak. Pentingnya peran memori dalam meningkatkan fungsi kognitif anak, berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia ke depan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara zinc dengan memori pada anak SD.

B. Rumusan Masalah

Defisiensi kadar zinc sering terjadi pada masyarakat ekonomi rendah terutama di negara miskin atau sedang berkembang. Dari berbagai defisiensi mikronutrien, terdapat dua micronutrien yang tinggi prevalensinya dan mempunyai kaitan kuat terhadap fungsi kognitif, yaitu besi dan zinc. Perkembangan kognitif anak sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Memori adalah salah satu aspek yang menyusun kemampuan kognitif anak. Kemampuan anak untuk memberikan memori sangat diperlukan, terutama saat mereka melakukan pembelajaran. Pengalaman belajar anak optimal akan menjadi dasar bagi pencapaian perkembangan kognitif. Anak-anak adalah bagian dari populasi berisiko mengalami defisiensi kadar besi dan zinc. Defisiensi besi dan zinc mempunyai konsekuensi terhadap masalah kesehatan, berperan dalam kegagalan pertumbuhan, kerusakan fungsi neurobehavior dan fungsi imune, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui “apakah ada pengaruh defisiensi zinc terhadap memori pada anak usia sekolah”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara defisiensi kadar zinc dengan memori pada anak usia sekolah.

(4)

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui nilai rata-rata kadar zinc pada anak mengalami defisiensi zinc. b. Mengetahui nilai rata-rata memori jangka pendek pada anak yang

mengalami defisiensi zinc.

c. Mengetahui nilai rata-rata anak memori jangka panjang pada anak yang mengalami defisiensi zinc.

d. Mengetahui hubungan antara defisiensi kadar zinc terhadap memori jangka pendek.

e. Mengetahui hubungan antara defisiensi kadar zinc terhadap memori jangka panjang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

Memberikan data anak-anak yang mengalami defisiensi zinc dan defisit memori jangka pendek dan defisit memori jangka panjang, untuk mendapatkan intervensi lebih dini, stimulasi tumbuh kembang terutama bagi keluarga dan institusi terkait

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Memberikan data atau bukti-bukti tentang peranan zinc terhadap memori jangka pendek dan memori jangka panjang pada anak usia sekolah, guna pengembangan tentang peran dan fungsi zinc bagi kelompok resiko tinggi.

3. Manfaat bagi Institusi Pelayanan kesehatan

Memberikan data sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan program kesehatan, baik program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, melalui pemberdayaan usaha kesehatan sekolah (UKS).

(5)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai hubungan kadar zinc terhadap perkembangan anak telah dilakukan dibeberapa negara, antara lain:

1. Umamaheswari et al. (2011) melakukan penelitian berjudul “Effect of iron and zinc deficiency on short term memory in children” dalam interventional study terhadap 100 anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan semua anak yang mengalami defisit besi atau zinc setiap kelompok usia mengalami defisit memori. Anak yang defisit keduanya yaitu besi dan zinc, mengalami defisit memori berat (verbal dan non verbal p < 0.01). mengalami peningkatan memori setelah mendapat suplementasi (p = 0.05 dan p < 0.01). Kesimpulan adalah defisiensi besi dan zinc berhubungan erat dengan defisit memori pada anak dan terjadi peningkatan memori setelah pemberian suplementasi. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan pada metode penelitian, lokasi, waktu dan variabel bebas. Persamaan penelitian pada variabel terikat yaitu defisiensi zinc.

2. Imdad and Bhutta (2011) melakukan penelitian berjudul “Effect of preventing zinc supplementation on linear growth in children under 5 years of age in developing countries: a meta analysis of studies for in put to the lives saved tool”. Dalam penelitian literatur review yang dibatasi pada penelitian clinical trial pada manusia hingga tahun 2010. Hasil penelitian ini terdapat pengaruh positif yang signifikan suplementasi zinc terhadap pertumbuhan linear (effect size: 0.13 (95% CI 0.04, 0.21). Kesimpulannya suplementasi zinc mempunyai efek positif signifikan terhadap pertumbuhan linear terutama jika suplementasi zinc diberikan sendiri, dan disarankan menjadi program strategis nasional untuk mengurangi stunting anak < 5 tahun di negara berkembang. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada metode, lokasi, waktu dan variabel yang diteliti. Persamaannya ialah meneliti efek kadar seng terhadap tumbuh kembang anak.

3. Islam et al. (2010) melakukan penelitian tentang “Effect of oral zinc supplementation on growth of preterm infant”. Penelitian ini penelitian ramdomized controlled trial di Dhaka Shisu Hospital, Bangladesh tahun

(6)

2006-2007. Intervensi diberikan kepada bayi prematur dengan berat badan antara 1000-2500 gram dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 diberikan suplementasi zinc dan multivitamin, sedangkan kelompok 2 hanya diberikan suplementasi multivitamin. Hasil penelitian ini terjadi perbedaan signifikan dalam berat badan dan panjang badan antara 2 kelompok (p > 0.05). Kesimpulan penelitian ini bahwa suplementasi zinc terhadap bayi prematur berat badan lahir rendah terbukti efektif meningkatkan pertumbuhan pada bulan awal kehidupannya. Perbedaan pada metode, waktu, tempat penelitian, sedangkan persamaannya variabel penelitian.

4. Leung et al. (2011) melakukan penelitian berjudul “Does prenatal micronutrient supplementation improve children's mental development? A systematic review”. Hasil penelitian ini menyeleksi publikasi RCT dari tahun 1983-2010. Kesimpulan penelitian ini adalah studi tentang perkembangan mental anak dan pengaruh suplementasi prenatal masih relatif baru, tetapi hasil sistematik review menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap suplementasi micronutrient dapat mempengaruhi perkembangan mental anak. Perbedaan penelitian terletak pada metode, lokasi, waktu dan variabel yang diteliti. Persamaannya pada efek kadar zinc terhadap tumbuh kembang anak. 5. Kar et al. (2008) dalam riset yang berjudul “Cognitive development in

children with Chronic Protein Energy Malnutrition”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa chronic energy malnutrition (stunting) mempengaruhi proses perkembangan kognitif pada usia kanak-kanak. Stunting dapat mengakibatkan kerusakan fungsi kognitif pada usia yang lebih besar. Perbedaan dari penelitian ini pada variabel terikat, waktu dan tempat penelitian, sedangkan persamaannya pada metode penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahan berlignoselulosa (biasanya kayu), dalam bentuk tertentu (partikel) yang dikombinasikan dengan resin

Media edukasi yang sesuai dengan segmen pendengar baru, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Surabaya, sehingga Jazz di Surabaya tidak hanya menjadi tren

Akidah Akhlak) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa di SMA Ulul Albab Sepanjang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, sedanglcan

Pemantauan dan evaiuasi atas capaian output Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, dapat dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah (APIP)

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai

Bila 100 mL contoh larutan jenuh masing masing garam Pb berikut ini, manakah yang mengandung konsentrasi ion Pb 2+ (aq) paling tinggiA. Berikut ini, manakah pernyataan yang

Sistem investigasi kematian yang wajib telah banyak diterapkan pada Negara berkembang (seperti Australia, Japan, USA, dan Eropa). Sistem memeriksa mayat sudah diberlakukan, sedangkan