• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI IMUNOMODULATOR DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI IMUNOMODULATOR DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UJI IMUNOMODULATOR DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT DARI

EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.)

PADA MENCIT PUTIH JANTAN

Yufri Aldi1, Onesis Novita Dewi2, Rahimatul Uthia2

1

Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang.

2

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

Email : yufrialdi@gmail.com,

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk menguji aktivitas imunomodulator dari ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L.). Parameter yang diamati adalah densitas optic zat karbon yang disuntikkan secara intravena, jumlah leukosit dan berat limpa relatif dari mencit putih jantan. Hewan uji dibagi atas 4 kelompok yang masing-masingnya terdiri dari 5 mencit. Kelompok pertama adalah hewan yang hanya diberi NaCl fisiologis Kelompok 2, 3 and 4 diberikan ekstrak daun kemangi dengan dosis 10 mg/kgBB, 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB secara oral selama 6 hari. Pada hari ke-7 ditentukan persentase dan jumlah total leukosit dan sete padalah itu semua tikus disuntikkan secara intravena 0,2 ml larutan koloid karbon 6,4%. Nilai densitas optik karbon dalam darah mencit diukur di menit ke-0, 3, 6, 9, 12, dan 15 pada panjang gelombang 637, 5 nm dan hasilnya digunakan untuk mengukur indeks fagositosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi dapat berefek imunostimulan yang ditunjukkan dengan data indeks fagositosis lebih besar dari 1, peningkatan angka total leukosit, peningkatan persentase sel neutrofil, eosinofil dan limfosit serta adanya pertambahan berat relatif limpa mencit putih jantan.

Kata Kunci : Ocimum basilicum L., imunomodulator, leukosit

ABSTRACT

The research about basil (Ocimum basilicum L.) extracts on immunomodulatory activity had been done . Parameters measured to determining the optical density of the carbon that was administered intravenously at a certain time, the number of leukocytes and spleen weights relative to male white mice. The experiment animals consisted of 4 groups, each consisting of 5 mice were randomly divided. The first group was normal animal (physiological NaCl), group 2, 3 and 4 give each basil leaf extract at a dose of 10 mg/kgBB, 50 mg/kgBB and 100 mg/kgBB orally for 6 days in a row. On day 7, it has been determined the percentage and the total number of leukocytes and then all mice were injected with colloidal carbon 6.4%, volume 0.2 ml intravenously.The value of the optical density of the carbon in the blood of mice were determined at minute 0, 3, 6, 9, 12, and 15 at a wavelength of 637, 5 nm and the results were used to get the index of phagocytosis.After the research done, basil leaf extract was immunostimulatory, as evidenced by the phagocytic index value greater than one, an increase in the total number of leukocytes, an increase in percentage of neutrophil cell, eosinophil and lymphocyte counts and an increase in weight of spleen in male white mice.

(2)

PENDAHULUAN

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan mikroorganisme dalam lingkungan kehidupan. Pertahanan tersebut terdiri atas sistem imun non spesifik (natural/innate) dan spesifik (adaptive/acquired). Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme dan dapat memberikan respons langsung terhadap antigen. Sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya (Baratawidjaja, 2006).

Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau yang fungsinya berlebihan. Imunomodulator membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sistem imun yang merupakan sistem utama yang berperan dalam pertahanan tubuh dimana kebanyakan orang mudah mengalami gangguan sistem imun (Suhirman, 2013).

Indonesia sangat kaya akan sumber keanekaragaman hayati yang menyediakan berbagai bahan baku obat-obatan. Keadaan ini sangat berguna dalam mengatasi berkembangnya berbagai macam penyakit yang mengancam kehidupan manusia. Salah satu diantaranya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar yang bermanfaat bagi kesehatan adalah daun kemangi (Ocimum basilicum L.). Tanaman ini meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menyegarkan, menghilangkan bau badan, bau mulut, untuk mengobati demam, peluruh ASI dan rasa mual. Selain itu kemangi (Ocimum basilicum L.) dapat dimanfaatkan untuk sayur atau lalap sebagai pemacu selera makan. Hal ini disebabkan karena daun kemangi (Ocimum

basilicum L.) mudah ditemukan di Indonesia, harganya relatif terjangkau dan telah digunakan oleh masyarakat (Pitojo, 1996).

Daun kemangi (Ocimum basilicum L.) mengandung antioksidan alami yang berkhasiat menjaga kesehatan badan. Senyawa antioksidan alami tersebut berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid dan asam fenolat), senyawa nitrogen (alkoloid,

asam -

-karoten yang terkandung dalam kemangi merupakan senyawa antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel tubuh manusia (Maryati, et al., 2007).

METODE PENELITIAN Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah

rotary evaporator (Ika), gelas ukur (Pyrex),

erlemeyer (Pyrex), gunting, tabung reaksi (IWAKI Pyrex), pipet tetes, spatel, wadah maserasi (botol gelap), lumpang dan stamfer, kaca objek (slider), pinset, kertas saring, botol timbang krus (Pyrex), mikropipet (Eppendorf), rak tabung reaksi, plat tetes (Pyrex), sonde (Terumo) , mikroskop (Smic) kertas saring, plat KLT sillica gel 60 F254 (Merck), waterbath (Memmert), oven (Memmert), spektrofotometri UV-Vis (Simadzu), Sinar UV (Camag) dan haemocytometer

(Asisstent).

Bahan yang digunakan adalah daun kemangi, aquadest, Natrium carboxy methyl cellulose (NaCMC) (Merck), etanol 70 % (Merck), pewarna Giemsa (D6 100-Darmstadt), tinta cina (Faber-Castell Drawing ink GmBH & Co D-90546), asam asetat (Merck)), NaCl fisiologis 0,9 % (Widatra), heparin (Pratapa Nirmala), metanol ( Brataco), larutan Turk (Segara Husada Mandiri), dan mencit putih jantan. Prosedur Penelitian

Pengambilan sampel

Sampel yang diambil adalah daun kemangi (Ocimum basilicum L.) diambil daun hijau tanaman kemangi dengan cara mengambil daun yang bermutu baik, yang berwarna hijau pada tanaman Kemangi sebanyak 6 kg di Kayu Aho Mangkak Koto Lanang, Kecamatan Depati Tujuh, Kabupaten Kerinci.

(3)

Identifikasi tanaman

Untuk identifikasi tumbuhan yang diambil adalah tumbuhan utuh dari akar sampai bunga kemangi. Identifikasi kemangi (Ocimum basilicum L) dilakukan di Herbarium Universitas Andalas (ANDA) Jurusan Biologi Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Kampus Limau Manih Padang Sumbar.

Penyiapan simplisia

Daun kemangi yang telah dipilih kemudian dibersihkan dari pengotornya, dirajang dengan ukuran ± 2-3 cm dan keringkan anginkan sampai kadar air 10%. Setelah itu dilakukan sortasi kering dan dihaluskan dengan cara diblender kemudian diperoleh serbuk simplisia daun kemangi (Departemen Kesehatan RI, 2008). Penetapan kadar air simplisia

Timbang seksama 1 g simplisia dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara. Ratakan bahan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm, masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu hingga bobot tetap (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi Buat ekstrak dari 300 g serbuk kering simplisia dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Masukkan serbuk kering simplisia daun kemangi ke dalam maserator, tambahkan 3 L pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-kali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Ulangi proses penyarian tiga kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstak kental. Hitung rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara rendemen dengan bobot rajangan simplisia daun kemangi yang digunakan dengan penimbang (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Ekstrak yang diperoleh ditentukan karakteristik non spesifik berupa susut

pengeringan, kadar abu dan karekteristik spesifik berupa kelarutan dalam air, kelarutan dalam etanol dan profil KLT (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Perlakuan pada Hewan Percobaan Hewan dibagi atas empat kelompok dengan masing-maing kelompok terdiri dari lima ekor, yaitu:

Kelompok 1 yaitu kelompok mencit kontrol negatif hanya diberi larutan NaCMC 0,5%.

Kelompok II yaitu kelompok mencit yang diberikan suspensi ekstrak daun kemangi dosis 10 mg/kg BB.

Kelompok III yaitu kelompok mencit yang diberikan suspensi ekstrak daun kemangi dosis 50 mg/kg.

Kelompok IV yaitu kelompok mencit yang diberikan suspensi ekstrak daun kemangi dosis 100 mg/kg BB.

Masing-masing sediaan diberikan secara per oral 1 kali sehari selama 6 hari

Penetapan Kadar Karbon

Tinta cina sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan penguap dan diuapkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 30 menit. Pengeringan kemudian dilanjutkan dalam desikator sampai berat konstan.

Pembuatan Kurva Baku Karbon

Tinta cina yang telah dikeringkan lalu ditimbang sebanyak 100 mg, didispersikan dalam 100 mL asam asetat sehingga konsentrasi 1 mg/ml. Masing-masing larutan dipipet sebanyak 2, 3, 4, 5, dan 6 ml, kemudian dicukupkan dengan asam asetat 1% hingga volume 50 mL, sehingga didapatkan kadar karbon 40, 60, -masing kadar tersebut dipipet sebanyak 4 ml, selanjutnya ditambahkan darah mencit yang diambil dari ujung vena ekor sebanyak adsorbannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 637,5 nm. Plot adsorben yang diperoleh dengan kadar karbon, digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. Sebagai blanko digunakan darah mencit putih jantan dan aquadest saja.

(4)

Metode Carbon Clearence

Selama 6 hari hewan percobaan diberi suspensi ekstrak kulit buah naga secara per oral satu kali sehari sedangkan kontrol hanya diberi NaCMC 0,5%. Pada hari ke-7, ekor mencit dibasahi etanol dengan menggunakan kapas agar pembuluh darah vena ekor berdilatasi kemudian ujung ekor mencit di potong dan darah ditampung pada plat tetes yang telah diberi sedikit he

dan dilisis dengan 4 mL asam asetat 1%. Contoh darah pertama ini dipakai sebagai blanko (menit ke-0). Kemudian 0,1 mL/10 g BB suspensi karbon disuntikkan secara intravena pada bagian ekor, darah mencit lama menit ke 3, 6, 9, 12, dan 15 setelah penyuntikan. Masing-masing darah dilisis dengan 4 ml asam asetat 1% dan diukur serapannya pada panjang gelombang 637,5 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Menghitung jumlah sel leukosit

Darah yang digunakan adalah darah segar pada prosedur metode carbon

clearence. Darah segar ditetesi pada kaca

objek satu tetes dan ratakan dengan kaca objek lain sehingga diperoleh lapisan darah yang homogen (hapusan darah), lalu dikeringkan. Setelah kering ditetesi dengan metanol, sehingga melapisi seluruh hapusan darah, dibiarkan selama 5 menit. Lalu ditambahkan satu tetes larutan giemsa yang telah diencerkan dengan air suling dan dibiarkan selama 20 menit, cuci dengan air suling, dikeringkan. Setelah kering, tetesi sedikit minyak emersi, dan dilihat dibawah mikroskop. Dihitung jumlah sel eusinofil, neutrofil batang, limfosit, dan monosit di bawah mikroskop perbesaran 1000x. Perhitungan jumlah total sel leukosit dengan hemositometer

Darah segar yang telah diberi heparin dihisap dengan pipet leukosit sampai angka 0,5 tambahkan larutan Turk sampai angka 11 selanjutnya dikocok selama 3 menit dengan alat. Larutan dari dalam pipet 1-2 tetes pertama dibuang dan teteskan satu tetes pada kamar hitung haemocytometer. Biarkan cairan selama 2 menit agar leukosit mengendap. Jumlah sel

darah putih dihitung pada keempat sudut kamar hitung.

Perhitungan bobot limpa relatif

Mencit dibedah dan limpa yang berada di sebelah kiri rongga perut yang berwarna merah kehitaman diambil dan dibersihkan dari lemak yang menempel lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Analisa Data

Data hasil penelitian diolah dengan statistik menggunkan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi tanaman telah dilakukan di Herbarium Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Andalas (ANDA) Kampus Limau Manih Padang Sumatra Barat. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut dapat diketahui kepastian bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kemangi

Ocimum basilicum L. dari Family Lamiaceae.

Simplisia daun kemangi yang akan dimaserasi dirajang terlebih dahulu dengan tujuan agar pelarut dapat berpenetrasi dengan mudah sehingga penarikan zat aktif lebih sempurna (Harbone, 1987). Maserasi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70 %. Karena di dalam etanol 70 % terdapat 30 % air yang dapat membasahi dinding sel sehingga penetrasi etanol ke dalam sel akan lebih, selanjutnya akan mempercepat proses penarikan zat aktif yag ada di dalam sel tersebut. Penggunaan etanol sebagai pelarut universal disebabkan karena sifatnya yang mudah melarutkan senyawa zat aktif baik yang bersifat polar, semi polar dan nonpolar (Harbone, 1987).

Setelah proses maserasi dilakukan, hasil maserasi disaring, selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator, sampai mendapatkan ekstrak

kental yang tidak dapat dituang. Ekstrak kental yang diperoleh dari 300 g sampel daun kemangi adalah 64,25 g dengan rendemen 21,41 %. Ekstrak yang diperoleh

(5)

dilakukan karakterisasi berupa uji parameter nonspesifik dan parameterspesifik. Parameter nonspesifik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah susut pengeringan dan kadar abu ekstrak. Tujuan dilakukan penetapan susut pengeringan adalah memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air didalam bahan untuk ekstrak yang tidak mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi. Hasil yang diperoleh dari susut pengeringan ekstrak adalah 34,78 %. Sedangkan kadar abu diperoleh 4,43 %. Kadar abu total bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari awal sampai terbentuknya ekstrak.

Karakterisasi spesifik meliputi organoleptik yang bertujuan untuk pengenalan awal yang sederhana kemudian dilakukan uji kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis ekstrak daun kemangi yang dilarutkan dengan etanol 70% dengan eluen Dikloroetana(10) yang a. Fase diam : Silika gel 60 F254, b. Fase

gerak: Dikloroetana (10 ml), c. Penampak

no fsampel

yang diperoleh :(1) Rf= 0,61 (2) Rf= 0,73, f=

0,73.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk melihat efek imunomodulasi ekstrak daun kemangi terhadap respon imun spesifik dan non spesifik. Respon imun non spesifik dilakukan dengan menggunakan metode

carbon clearance dan menghitung

persentase sel leukosit dengan metode hapusan darah dan jumlah total leukosit yang menggunakan alat hemasitometer, sedangkan respon imun spesifik dapat dilihat dengan peningkatan bobot limpa mencit yang digunakan. Metoda bersihan karbon merupakan pengujian kemampuan fagositosis dengan menggunakan karbon sebagai antigen yang diberikan secara intravena. Karbon akan berkurang jumlahnya dalam darah seiring pertambahan waktu, karena adanya peristiwa fagositosis oleh sel-sel leukosit terutama neutrofil, monosit, makrofag dan eosinofil (Baratawidjaya, 2009).

Untuk melihat efek fagositosis uji bersihan karbon dapat dibuatkan suatu kurva baku antara kadar karbon dalam darah dengan density optik, Pembuatan kurva baku ini gunanya untuk melihat hubungan linier antara kadar karbon dalam darah mencit dengan densiti optik yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 639 nm. Dari kurva baku tersebut diperoleh persamaan regresi serapan dan konsentrasi karbon yaitu y = 0,0049 + 0,036214x dengan r = 0,9977. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan linier antara konsentrasi karbon dalam darah mencit putih jantan dengan nilai absorban.Semakin tinggi konsentrasi karbon dalam darah maka akan semakin tinggi pula nilai absorban yang diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan terhadap nilai density optik terlihat bahwa terjadinya penurunan nilai

density optik pada semua kelompok dosis

ekstrak daun kemangi dibanding kelompok kontrol negatif. Penurunan nilai absorban yang terbesar adalah terjadi pada dosis 100 mg/kg BB, lalu setelah itu dosis 50 mg/kg BB dan kemudian dosis 10 mg/kg BB. Semakin rendah nilai absorban berarti konsentrasi karbon yang tinggal dalam darah mencit semakin sedikit. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas fagositosis pada masing-masing kelompok variasi dosis. Dari hasil nilai density optik yang diperoleh tersebut dapat dihitung nilai konstanta fagositosis (Tabel 1) dan selanjutnya ditentukan indeks fagositosis (Tabel 2). Tabel I. Harga Perhitungan Fagositosis dari

Mencit Putih Jantan setelah Pemberian Ekstrak Daun Kemangi selama 6 hari

Waktu (menit) Konstanta Fagositosis I II III IV 3 0,042 0,035 0,124 0,360 6 0,013 0,033 0,089 0,058 9 0,024 0,036 0,016 0,024 12 0,021 0,029 0,046 0,029 15 0,016 0,101 0,056 0,113 0,098 0,231 0,245 0,306

(6)

rata

SD 0,084 0,030 0,041 0,140

Efek pemberian ekstrak daun kemangi terhadap peningkatan aktifitas fagositosis dapat terlihat pada nilai rata-rata indeks fagositosis > 1 untuk semua kelompok dosis, artinya ekstrak daun kemangi ini memiliki kemampuan sebagai imunostimulan, dimana daya tubuh akan semakin meningkat. Peningkatan indeks bersihan karbon (carbon clearence) mencerminkan peningkatan fungsi fagositosis dari makrofag mononuklear dan systim imun non spesifik (Dashputre & Naikwade, 2010).

Tabel II. Hasil Perhitungan Indeks Fagositosis dari Mencit Putih Jantan setelah Pemberian Ekstrak daun kemangi selama 6 hari Waktu (menit) Indeks Fagositosis I II III 3 0,841 2,945 8,492 6 2,538 6,846 4,462 9 1,500 0,667 1,000 12 1,381 2,190 1,381 15 6,313 3,500 7,063 X 13,065 14,786 17,323 Rata-rata 2,514 3,229 4,479 SD 2,210 2.284 3,334

Pada penghitungan sel leukosit dengan metoda hapusan darah menggunakan larutan Giemsa sebagai pewarna, kemudian menggunakan minyak emersi sebagai penjelas bentuk sel leukosit terlihat sel neutrofil batang, sel eusinofil, sel monosit, sel neutrofil segmen, dan sel limfosit. Sedangkan sel basofil yang bersifat basa tidak dapat diamati karena sel ini larut dalam pewarna Giemsa.

Gambar 1: Grafik hubungan antara dosis dengan sel leukosit dari hapusan darah mencit putih jantan setelah pemberian ekstrak daun kemangi selama 6 hari.

Dari hasil uji statistik menggunakan analisis variansi satu arah, terlihat bahwa efek dari perlakuan terhadap kontrol

berbeda secara nyata pada peningkatan jumlah eusinofi (P>0,05) , netrofil batang (P>0,05), netrofil segmen (P>0,05) dan

(7)

jumlah limfosit (P>0,05). Setelah di lanjutkan dengan uji Duncan ternyata semakin tinggi dosis yang diberikan maka jumlah tersebut semakin tinggi dan masing masing dosis memberikan efek yang berbeda beda.

Selain itu juga dilakukan uji leukosit total. Dengan uji anova satu arah menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

daun kemangi dapat meningkatlkan jumlah total sel leukosit (P<0,05). Hubungan dosis dan jumlah total leukosit dapat dilihat Gambar 2. Analisis selanjutnya dilakukan dengan uji Duncan, terlihat masing masing dosis memberikan efek yang berbeda beda.

Gambar 2. Grafik jumlah total sel leukosit pada mencit putih jantan setelah pemberian ekstrak daun kemangi

Kemudian dilakukan dengan pengujian uji respon imun spesifik dilakukan dengan menimbang bobot limpa dan penghitungan jumlah sel limfosit pada limpa mencit. Limpa merupakan tempat pembentukan limfosit yang digiatkan untuk masuk ke dalam darah. Limpa bereaksi terhadap antigen yang terbawa darah dan

merupakan organ pembentukan antibodi. Hasil penimbangan bobot limpa dan bobot limpa relatif beberapa variasi dosis ekstrak daun kemangi dapat dilihat pada Gambar 3. 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Kontrol Dosis 10 mg/kg BB Dosis 50 mg/kg BB Dosis 100 mg/kg BB

(8)

Gambar 3. Grafik bobot limpa relatif setelah pemberian ekstrak daun kemangi selama 6 hari. Dapat dilihat dari kenaikan nilai

bobot limpa relatif dari tiap perlakuan dengan dosis yang berbeda. Ini berarti semakin tinggi bobot limpa maka semakin tinggi sel limfosit yang dihasilkan dalam pembentukan antibodi. Berdasarkan data bobot limpa didapatkan peningkatan bobot limpa yang optimal terjadi pada kelompok dosis 100 mg/kg BB. Pada uji anova satu arah menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan dengan nilai (P <0,05). Analisis selanjutnya dilakukan dengan uji Duncan, dimana kontrol tidak berbeda nyata dengan dosis 10 mg/kg BB dan dosis 50 mg/kg BB, tetapi kontrol sangat berbeda nyata dengan dosis 100 mg/kg BB, dari hasil perhitungan bobot limpa relatif setiap dosis menunjukkan adanya efek ekstrak daun kemangi terhadap aktivitas imunostimulan. Dalam limpa, sel B menjadi aktif dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang terdiri dari sel-sel B, sel T, makrofag, dendritik sel, sel-sel pembunuh alami dan sel darah merah, yang menangkap benda asing (antigen) dari darah yang melewati limpa (Nagarathna et al, 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang uji immunomodulator dari ekstrak daun kemangi (Ocimum

basilicum L.) dengan metode carbon

clearence dan penentuan jumlah sel

leukosit pada mencit putih jantan dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kemangi yang diberikan terhadap mencit putih jantan selama 6 hari pada dosis 10 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dapat memberikan efek imunostimulan karena indeks fagositosisnya lebih dari 1 dan efek stimulannya tersebut juga didukung oleh efek ekstrak dalam meningkatkan jumlah total sel leukosit, meningkatkan jumlah persentase sel eusinofil, netrofil batang, netrofil segmen, limfosit, dan juga meningkatkan bobot limfa relatif dimana semakin tinggi dosis yang digunakan maka efek imunostimulannya semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K.G., 2006, Imunologi

Dasar Edisi ke-7, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Dashputre, L.N., Naikwade, S.N., 2010, Preliminary Immunomodulatory Activity of Aqueous and Ethanolic Leaves Extracts of Ocimum

basilicum Linn in Mice,

International Journal of

PharmTech Research, 2(2),

1342-1349.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

(9)

Ekstrak Tumbuhan Obat. Depkes

Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia (Edisi I), Departemen

kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Harbone, J. B., 1987, Metoda Fitokimia,

Penuntun Cara Modern

Menganalisis Tumbuhan. (edisi

ke-2). Diterjemahkan oleh K. Padmawinata danI. Soediro ITB, Bandung

Maryati., Fauzia. R.S., dan Rahayu.T., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap

Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 8, (1), 30-38.

Nagarathna, P.K.M., Reena, K., Reddy, S., & Wesley, J., 2013, Review on

immunomodulation and

immunomodulatory activity of some herbal plants. International

Journal of Pharmaceutical

Sciences Review and Research. 22,

(1), 223-230.

Pitojo, S., 1996, Kemangi dan Selasih. Ungaran: Trubus Agriwidya Suhirman, S., Winart C., 2013, Prospek dan

Fungsi Tanaman Obat sebagai Imunomodulator, Jurnal Penelitian

Gambar

Tabel I. Harga Perhitungan Fagositosis dari  Mencit  Putih  Jantan  setelah  Pemberian  Ekstrak  Daun  Kemangi selama 6 hari
Tabel  II.  Hasil  Perhitungan  Indeks  Fagositosis  dari    Mencit  Putih  Jantan  setelah  Pemberian  Ekstrak  daun kemangi selama 6 hari  Waktu  (menit)  Indeks Fagositosis  I  II  III  3  0,841  2,945  8,492  6 2,538 6,846 4,46291,5000,6671,000121,3812
Gambar 2. Grafik jumlah total sel leukosit pada mencit putih jantan setelah pemberian  ekstrak   daun kemangi
Gambar 3.  Grafik bobot limpa relatif setelah pemberian ekstrak  daun kemangi selama 6 hari

Referensi

Dokumen terkait

^« &#34;AB invented prose narrative that i» ufUAlly long and oooplex and deals e^eclally with hmaan e^^erlenee tdiroQg^ a osaally eoaneeted sequence of events*. — Webester* s

Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan me- ningkatkan profesionalisme akuntan publik,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi adopsi inovasi teknologi pada kegiatan Upsus Pajale di Kabupaten Malang adalah umur petani,

Stenosis Arteri Renalis (SAR) adalah suatu kondisi penyempitan dari arteri renalis penyempitan diameter lumen sejumlah lebih atau sama dengan 50%.2 Stenosis Arteri Renalis

perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa para pemegang saham pada perusahaan go public di Indonesia cenderung menginginkan direktur utama untuk melakukan

Penggunaan sosial media yang baik dan tepat oleh bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya akan sangat membantu untuk meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas teknis penggunaan panel surya pada gedung perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS dan mengukur tingkat