• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2007 – 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Dedy Setya Atmaji

NIM: 151324007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2007 – 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Dedy Setya Atmaji

NIM: 151324007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)

SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH

ISTlMEWA YOGYAKARTA

T

AHUN 2007 - 2017

Oleh:

DedySetya Atmaji NIM:151324007

Telah disetuJui oleh.

Dosen Pembimbing,

KurniaMartikasari, S.Pd., M.Sc.

II

(4)

SKRIPSI

PENGARUHPERTUMBUHANEKONOMITDAN

PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2007 - 2017

Dipersiapkan dan ditulis oleh: DOOy SetyaAtmaji

NIM: 151324007

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada 19 November 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia ,Penguji

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Nama Lengkap

: 19. Bondan Suratno, S.Pd., M Si.

: Dra. C. Wigati Retno Astuti, M Si., M Ed. . Kurnia Martikasari, S.Pd., M Sc.

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., MSi.

. Ora. C. Wigati Retno Astuti, M. Si., M. Ed.

Tanda Tangan

·:::::?r::"

Yogyakarta, 19 November 2019

Fakultas Keguruan dan TImu Pendidikan Universitas Sanata Dhanna

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya ucapkan syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan rahmat dan curahan roh kudus-Nya dalam membimbing dan memberikan petunjuknya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teriring rasa terimakasih dan ketulusan, karya istimewa ini saya persembahkan sebagai ucapan pengabdian cinta yang tulus dan penuh kasih teruntuk.

1. Orangtua saya: Antonius Jupri dan Heryana Sutarsanti yang selalu memberi dukungan, motivasi, doa, dan kasih sayang kepada penulis selama kuliah. 2. Adik saya: Elsa Pawestri Setyaningtyas yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis selama kuliah.

3. Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis selama kuliah.

(6)

v MOTTO

“Nyasar adalah sebagian dari petualangan karena dengan nyasar kita bisa mengetahui hal-hal baru yang belum pernah kita jumpai”.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya lulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang disebutkan di dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 November 2019 Penulis

Dedy Setya Atmaji

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dedy Setya Atmaji

Nomor Mahasiswa : 151324007

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan universitas sanata dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN

PEMERINTAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007-2017

beserta perangkat yang diperiukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau dimedia lain untuk kepentingan akademis tanpa periu meminta izin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 November 2019 Yang menyatakan

~

Dedy Setya Atmaji

(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007 – 2017

Dedy Setya Atmaji Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori. Data dalam penelitian merupakan data sekunder yang mencakup pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017; (2) pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017; dan (3) pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017.

Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, indeks pembangunan manusia

(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF REGIONAL ECONOMIC GROWTH AND GOVERNMENT EXPENDITURE ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI)

IN THE PROVINCE OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YEAR OF 2007-2017

Dedy Setya Atmaji Sanata Dharma University

2019

This research aimed to examine and analyze the effect of regional economic growth and government expenditure on human development index (HDI) in the Province of Daerah Istimewa Yogyakarta year of 2007-2017.

This research is an explanatory study. The data is a secondary data, covered regional economic growth, government expenditure, and human development index (HDI). The data collection technique is documentation which is from Daerah Istimewa Yogyakarta Central Bureau of Statistics (BPS-Statistics Indonesia). The data was analyzed using multiple linear regression.

The results of data analysis showed that: (1) regional economic growth had no effect on human development index; (2) government expenditure had a positive effect on human development index; and (3) regional economic growth and government expenditure had a positive effect on human development index.

Keywords: regional economic growth, government expenditure, human

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Allah Bapa didalam Surga, karena atas berkat dan kelimpahan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2007-2017”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari mulai awal sampai pada penulisan skripsi ini selesai, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si.,M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan ekonomi.

4. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan dukungan, dan meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

(12)

5. Segenap dosen Program Pendidikan ekonorni Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonorni yang telah banyak memberikan pengetahuan, mendidik dan membirnbing saya selama perkuliahan.

6. Orangtua saya: Antonius Jupri dan Heryana Sutarsanti yang selaJu memberi dukungan, motivasi, doa, dan kasih sayang kepada penulis selama kuliah. 7. Keluarga besar Pendidikan Ekonorni angkatan 2015 yang selalu kompak

dan memberikan dukungan satu sarna lain.

8. Keluarga besar Alumni Derticik: Birgita Deily Adelina, Santi Hapsari, Dani Siswanto Mada, Monika Avinda Sari, Vita Deovita Karlina, Ratri Herda Ferdiani Theofil, Fania Dewi Titisari, Sinta Debi Dianingsih, Vicensius Adhi Ristanto, Felix Adrian Dimas Putra yang selalu memberikan motivasi dan dukungan satu sama lain.

9. Calon masa depanku yang selalu memberikan dukungan dalarn banyak hal dan penulisan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu yang telah memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesaJahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai mesti diharapkan daJam dunia ilmiah dan akademik.

Y

O'eJ1;:

No'="''' 2019

Dedy Setya Atrnaji

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB IPENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8 E. Definisi Operasional ... 9

BAB IIKAJIAN TEORETIK ... 11

A. Indeks Pembangunan Manusia ... 11

1. Sejarah Indeks Pembangunan Manusia ... 11

2. Definisi Indeks Pembangunan Manusia ... 13

3. Pengukuran dan komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 14

B. Pertumbuhan Ekonomi ... 24

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 24

2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 24

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 26

4. Komponen-Komponen Pertumbuhan Ekonomi ... 29

(14)

xiii

C. Pengeluaran Pemerintah ... 30

1. Definisi Pengeluaran Pemerintah ... 30

2. Kegiatan dan Pengeluaran Pemerintah Selalu Meningkat ... 31

3. Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah ... 32

4. Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Kesehatan dan Sektor Pendidikan ... 33

5. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 35

D. Penelitian Yang Relevan ... 36

E. Kerangka Berpikir Teoretik dan Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Jenis dan Sumber Data... 40

C. Variabel Penelitian... 41

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Uji Prasyarat ... 44

H. Uji Asumsi Klasik... 45

I. Pengujian Hipotesis ... 47

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Data ... 51

1. Deskripsi Indeks Pembangunan Manusia ... 52

2. Deskripsi Pertumbuhan Ekonomi ... 55

3. Pengeluaran Pemerintah ... 56

B. Analisis Data ... 57

C. Pembahasan ... 68

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017 ... 68

2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017 ... 70

3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017 ... 71

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

(15)

xiv

C. Keterbatasan ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN... 80

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Pula Jawa... 5

Gambar 2.1 Aspek Penghitung Indeks Pembangunan Manusia ... 17

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 39

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Perhitungan

Daya Beli (PPP) ... 17

Tabel 2.2 Indeks untuk Masing-Masing Komponen IPM ... 18

Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ... 36

Tabel 4.1 Data Penelitian ... 52

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas ... 57

Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas ... 58

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedasitas ... 61

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 64

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Berganda... 66

(18)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan ekonomi di Provinsi D.I.Yogyakarta 2007-2017 .... 3 Grafik 1.2 Pengeluaran pemerintah Provinsi D.I.Yogyakarta 2007-2017 ... 4 Grafik 1.3 Indeks Pembangunan Manusia D.I.Yogyakarta 2011-2015 ... 6 Grafik 2.1 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia 2006-2012 ... 13 Grafik 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2007-2017 ... 52 Grafik 4.2 Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2017 ... 53 Grafik 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2017 ... 55 Grafik 4.4 Pengeluaran Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2017 ... 56

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Penelitian ... 80

Lampiran 2. Hasil Pengujian Normalitas ... 81

Lampiran 3. Hasil Uji Linearitas ... 81

Lampiran 4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 81

Lampiran 5. Hasil Uji Heteroskedasitas... 82

Lampiran 6. Hasil Uji Autokorelasi ... 82

Lampiran 7. Hasil Uji F ... 82

Lampiran 8. Hasil Uji Regresi Berganda ... 83

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Proses pembangunan meliputi berbagai perubahan diberbagai aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan suatu negara. Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara, di mana pembangunan suatu negara belum bisa dikatakan berhasil apabila dilihat hanya dari besarnya pendapatan domestik bruto tanpa adanya upaya peningkatan pembangunan manusia. Banyak cara yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan manusia suatu negara, salah satunya adalah mengukur keberhasilan pembangunan manusia dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), indeks pembangunan manusia merupakan suatu indeks yang digunakan dalam mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk

(21)

mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor pertama yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia adalah pertumbuhan ekonomi. Menurut Dewi, dkk (2016), pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ekonomi sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa perkembangan ekonomi fisik yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan produksi barang dan jasa, dan perkembangan infrastruktur. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Menurut Zulhanafi, dkk (2013) apabila pertumbuhan ekonomi meningkat berarti telah terjadi kenaikan terhadap produksi barang dan jasa karena kenaikan produksi barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap faktor-faktor produksi salah satunya adalah tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi akan mendorong terciptanya lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pembangunan manusia dan dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja yang menggambarkan hasil pembangunan yang telah dicapai, khususnya dalam bidang ekonomi. Berikut Grafik yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan pada PDRB provinsi.

(22)

Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai edisi Grafik 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2017

Berdasarkan Grafik 1.1, laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017 sifatnya fluktuatif atau tidak stabil. Tingkat pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2007 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,31%. Tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni mencapai angka 5,47%. Naik turunnya pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh kinerja birokrasi pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih maju lagi.

Selain pertumbuhan ekonomi, faktor yang dapat mempengaruhi indeks pembangunan manusia adalah pengeluaran pemerintah. Menurut Astri (2013), pengeluaran pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada sektor pendidikan dan kesehatan pada umumnya mengalami kenaikan, namun besarannya masih di bawah pengeluaran pemerintah pada sektor industri, perumahan dan pemukiman, serta sektor ekonomi lainnya. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa pemerintah Indonesia masih kurang memperhatikan

(23)

sektor pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan merupakan dua dari beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia. Kedua faktor tersebut merupakan layanan jasa yang normatifnya disediakan oleh pemerintah, bukan bertumpu pada swasta terlebih pasar. Dalam hal peningkatan pembangunan manusia, pendidikan dan kesehatan yang baik bagi setiap manusia bisa terwujud melalui alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan kesehatan yang baik disuatu daerah dapat meningkatkan pembangunan manusia dan dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia di daerah tersebut.

Selain untuk meningkatkan pembangunan manusia pengeluaran pemerintah digunakan untuk kepentingan masyarakat. Pengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluaran untuk gaji pegawai pemerintahan dan pengeluaran untuk insfrastruktur dibuat untuk kepentingan masyarakat. Berikut ini grafik pengeluaran pemerintah dalam sektor pendidikan dan kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sumber: www.djpk.kemenkeu.go.id

Grafik 1.2

Pengeluaran Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2017

(24)

Berdasarkan grafik 1.2 terlihat bahwa pengeluaran pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2007-2017 bergerak fluktuatif. Sedangkan pengeluaran pemerintah dari tahun 2008-2016 selalu mengalami peningkatan. Dari tahun 2016-2017 penurunan pengeluaran pemerintah sebesar Rp93.266.343.402. pengeluaran pemerintah terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp145.009.558.934, sedangkan pengeluaran tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar Rp557.298.811.502.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Secara geografis, letak Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada peta berikut.

Sumber: Google.com

Gambar 1.1

Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Di Pulau Jawa

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang pada tahun 2011 sampai 2015 mengalami kenaikan indeks pembangunan manusia yang cukup signifikan. Kondisi indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

(25)

Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah Grafik 1.3

Indeks Pembangunan Manusia D.I.Yogyakarta tahun 2011-2015

Pada grafik 1.3, terlihat bahwa selama tahun 2011 sampai 2017 indeks pembangunan manusia mengalami kenaikan. Tahun 2011 sampai 2016 mengalami kenaikan dari 75,93 naik menjadi 78,38, sedangkan tahun 2017 memiliki indeks pembangunan mencapai 78,89. Angka indeks pembangunan manusia tersebut meningkat 0,51 poin dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 78,38. Peningkatan tersebut ditandai dengan pembangunan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan pengeluaran pemerintah sehingga dapat meningkatkan pembangunan manusia dan dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia. Peningkatan indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi indeks pembangunan manusia adalah pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah.

(26)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017?

3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017.

(27)

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017.

D. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, diharapkan apa yang telah diteliti oleh peneliti bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis berguna untuk pengembangan disisplin ilmu yang berkaitan lebih lanjut dan manfaat praktis berguna untuk memecahkan masalah yang aktual. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti yaitu:

1. Bagi Pemerintah

Sebagai sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pustaka bagi Universitas Sanata Dharma terutama tambahan pustaka tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia.

(28)

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang dipelajari saat kuliah dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia.

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha 2007-2017 yang dinyatakan dalam satuan persen.

2. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah dalam penelitian ini adalah besarnya belanja APBD Daerah Istimewa Yogyakarta menurut fungsinya di sektor pendidikan dan sektor kesehatan tahun 2007-2017 yang dinyatakan dalam rupiah.

3. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia dalam penelitian ini adalah perbandingan dari angka harapan hidup, melek huruf, dan standar hidup layak untuk warga

(29)

menurut komponen di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2017 yang dinyatakan dalam satuan persen.

(30)

11 BAB II

KAJIAN TEORETIK A. Indeks Pembangunan Manusia

1. Sejarah Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) dikembangkan pada tahun 1990 oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan indeks pembangunan manusia tahunannya. Yang dalam hal ini, Amartya Sen menggambarkan indeks pembangunan manusia sebagai “pengukuran vulgar” oleh karena batasannya. Indeks pembangunan manusia lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguan dari pada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks pembangunan manusia juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya (gurupendidikan.co.id).

Ide dasar pembangunan manusia adalah memposisikan manusia sebagai asset bangsa yang sesungguhnya dan menciptakan pertumbuhan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pemikiran ini, tujuan utama dari pembangunan manusia adalah mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakat untuk memiliki umur panjang, sehat, dan

(31)

menjalankan kehidupan yang produktif (Human Development Report 1990 dalam BPS, 2018).

Konsep pembangunan manusia diukur dengan menggunakan pendekatan tiga dimensi dasar manusia, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Dimensi umur panjang dan sehat diwakili oleh indikator harapan hidup saat lahir. Dimensi pengetahuan diwakili oleh indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi standar hidup layak diwakili oleh pengeluaran per kapita. Ketiga dimensi ini terangkum dalam suatu indeks komposit yang membentuk indeks pembangunan manusia.

Indeks pembangunan manusia diperkenalkan oleh United Nations Development Programe (UNDP) sejak tahun 1990. Dalam perjalanannya, metode penghitungan IPM telah beberapa kali mengalami revisi. Pada tahun 2010 metode penghitungan IPM direvisi kembali secara mendasar oleh UNDP. Dalam metode baru ini diperkenalkan indikator harapan lama sekolah yang menggantikan indikator melek huruf dan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita yang menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita (BPS, 2018).

Indonesia mulai menghitung IPM sejak tahun 1996 dan melakukannya secara berkala setiap tiga tahun sekali. Untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah, terutama dalam menghitung Dana Alokasi Umum (DAU), mulai tahun 2004 indeks pembangunan manusia dihitung setiap tahun. Sejak tahun 2014, indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM di Indonesia sudah mengacu pada metode baru yang diterapkan oleh UNDP dengan beberapa penyesuaian. Indikator pengeluaran per kapita digunakan sebagai proksi pendapatan yang menggantikan.

(32)

Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita yang belum tersedia di tingkat kabupaten/kota (BPS, 2018).

2. Definisi Indeks Pembangunan Manusia

Secara khusus, indeks pembangunan manusia (IPM) mengukur capaian manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang menggambarkan ke empat komponen yaitu, angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu: umur panjang dan sehat, pengetahuan serta kehidupan layak (BPS, 2006-2007).

Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami perbaikan, terlihat dari angka indeks pembangunan manusia yang terus menerus meningkat sejak tahun 2006 hingga 2012 dapat dilihat pada grafik berikut.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 2.1

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2006-2012 70,1 70,59 71,17 71,76 72,27 72,77 73,29 68 69 70 71 72 73 74 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(33)

Berdasar grafik 2.1 tersebut, indeks pembangunan manusia Indonesia mengalami kenaikan selama kurun waktu 6 tahun. Capaian indeks pembangunan manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Indonesia yang dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (BPS, 2012).

Indeks pembangunan manusia (IPM) menjadi suatu keharusan bagi pemerintah untuk dipenuhi karena dalam indiaktor IPM sudah mencakup semua akan kebutuhan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Keberhasilan dalam pembangunan bukan hanya diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan lain sebagainya tetapi pembangunan akan sumber daya manusia menjadi langkah yang strategis untuk kemajuan suatu negara. Sumber daya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Mengingat manusia bukan hanya sebagai objek dalam pembangunan tetapi juga sebagai subjek untuk menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara.

3. Pengukuran dan komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) a. Komponen-komponen Indeks Pembangunan Manusia

Berikut merupakan komponen-komponen Indeks Pembangunan Manusia. 1) Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Penghitungan angka harapan hidup melalui pendekatan tak langsung (indirect estimation). Jenis data yang

(34)

digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya, dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston 2004 dalam BPS, 2010-2011).

2) Tingkat Pendidikan

Salah satu komponen pembentuk IPM adalah dari dimensi pengetahuan yang diukur melalui tingkat pendidikan. Dalam hal ini, indikator yang digunakan adalah rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) dan angka melek huruf. Pada proses pembentukan IPM, rata-rata lama sekolah memilki bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua per tiga, kemudian penggabungan kedua indikator ini digunakan sebagai indeks pendidikan sebagai salah satu komponen pembentuk IPM.

Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Penghitungan rata-rata lama sekolah menggunakan dua batasan yang dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Rata-rata lama sekolah memiliki batas maksimumnya 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun.

Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Seperti halnya rata-rata lama sekolah, angka melek huruf juga menggunakan batasan yang dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Batas maksimum untuk angka melek

(35)

huruf adalah 100, sedangkan batas minimumnya 0 (nol). Nilai 100 menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, sedangkan nilai 0 mencerminkan kondisi sebaliknya (BPS, 2010-2011). 3) Standar Hidup Layak

Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP (United Nations Development Programe) mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

𝐶 (𝐼) = 𝐶(𝑖) 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝐶(𝑖) < 𝑍

= 𝑍 + 2(𝐶(𝑖) − 𝑍) 1⁄2 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑍 < 𝐶(𝑖) < 2𝑍 = 𝑍 + 2(𝑍) 1⁄2 + 3(𝐶(𝑖) − 2𝑍) 1⁄3 𝐽𝑖𝑘𝑎 2𝑍 < 𝐶(𝑖) < 3𝑍 Keterangan :

C(i) = PPP dari nilai rill pengeluaran per kapita

Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp 549.500 Per kapita per tahun atau Rp 1.500 per kapita per hari. Penghitungan indeks daya beli dilakukan berdasarkan 27 komoditas kebutuhan pokok seperti terlihat dalam tabel 2.1. Batas maksimum daya beli adalah sebesar Rp732.720 sementara sampai dengan tahun 1996 batas minimumnya adalah Rp300.000. Berikut yang menjelaskan daya beli dan aspek-aspek penghitungan IPM:

(36)

Tabel 2.1

Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Perhitungan Daya Beli (PPP)

Komoditi Unit Komoditi Unit

1. Beras Lokal Kg 15. Pepaya Kg 2. Tepung Terigu Kg 16. Kelapa Butir 3. Singkong Kg 17. Gula Ons 4. Tuna/Cakalang Kg 18. Kopi Ons

5. Teri Ons 19. Garam Ons

6. Daging Sapi Kg 20. Merica Ons 7. Ayam Kg 21. Mie Instan 80 Gram 8. Telur Butir 22. Rokok Kretek 10 Batang 9. Susu Kental Manis 397 Gram 23. Listrik Kwh 10. Bayam Kg 24. Air Minum M3 11. Kacang Panjang Kg 25. Bensin Liter 12. Kacang Tanah Kg 26. Minyak Tanah Liter 13. Tempe Kg 27. Sewa Rumah Unit

14. Jeruk Kg

(Sumber:BPS, 2010-2011: 70)

Dalam tabel di atas dapat dijelaskan komoditi kebutuhan untuk mengukur daya beli masyarakat dalam menentukan tinggi rendahnya IPM.

b. Aspek-Aspek Untuk Menghitung Indeks Pembangunan Manusia

(Sumber: BPS, 2010-2011)

Gambar 2.1

(37)

Sebelum penghitungan IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut.

Keterangan:

= Komponen IPM ke-i

= Nilai minimum dari komponen IPM ke-i = Nilai maksimum dari komponen IPM ke-i (Sumber: BPS, 2010-2011)

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimun dan minimun seperti yang terlihat pada berikut ini.

Tabel 2.2

Indeks Untuk Masing-Masing Komponen IPM

Komponen IPM Maximum Minimum Keterangan 1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25 Standar UNDP 2. Angka Melek Huruf (Persen) 100 0 Standar UNDP 3. Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 15 0 -

4. Daya Beli (Rupiah PPP) 732.720 300.000 (1996) Pengeluaran Per Kapita Riil Disesuaikan 360.000 (1999, dst) (Sumber: BPS,2010-2011) Keterangan:

1) Perkiraan maksimun pada akhir PJP II tahun 2018

2) Penyusaiaan garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai:

Keterangan:

Indeks = Indeks komponen IPM ke i untuk wilayah ke-j i = 1, 2, 3 (urutan komponen IPM)

j = 1, 2 ……. k (wilayah) (Sumber: BPS, 2010-2011)

Indeks X

(i)

=

X i - X min

X maks - X(min)

(38)

Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran reduksi shortfall per tahun. Reduksi shortfall menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal (100). Semakin tinggi nilai reduksi shortfall, semakin cepat peningkatan IPM.

Reduksi shortfall dihitung dengan :

Keterangan:

r = Reduksi Shortfall t = Tahun

n = Selisih tahun antar-IPM 𝐼 = 100

(Sumber: BPS, 2010-2011)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia, yaitu: a. Pengangguran

Menurut Sukirno (2004:139), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena pengangguran tentunya akan meningkatkan peluang terjebak dalam kepada rendahnya indeks pembangunan manusia karena tidak dapat memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan untuk kebutuhannya. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi

r = [

IPMIPMt+n- IPMt

(39)

kesejahteraan masyarakat dan prospek meningkatkan indeks pembangunan manusia dalam jangka menengah sampai jangka panjang.

b. Pertumbuhan ekonomi

Menurut Lumbantoruan (2014), aktivitas rumah tangga memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan indikator pembangunan manusia melalui belanja rumah tangga untuk makanan, air bersih, pemeliharaan kesehatan dan sekolah. Kecenderungan aktivitas rumah tangga untuk membelanjakan sejumlah faktor yang langsung berkaitan dengan indikator pembangunan manusia di atas dipengaruhi oleh tingkat dan distribusi pendapatan, tingkat pendidikan serta sejauhmana peran perempuan dalam mengontrol pengeluaran rumah tangga.

Ketika tingkat pendapatan atau PDB per kapita rendah akibat dari pertumbuhan ekonomi yang rendah, menyebabkan pengeluaran rumah tangga untuk peningkatan pembangunan manusia menjadi turun. Begitu juga sebaliknya, tingkat pendapatan yang relatif tinggi cenderung meningkatkan belanja rumah tangga untuk peningkatan pembangunan manusia. pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat langsung terhadap peningkatan pembangunan manusia melalui peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan alokasi belanja rumah tangga untuk makanan yang lebih bergizi dan pendidikan, terutama pada rumah tangga miskin.

c. Pengeluaran pemerintah

Menurut Salem (2018), dalam rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtera pemerintah membuat berbagai macam program pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah dalam melakukan pembangunan membutuhkan dana yang

(40)

cukup besar. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk barang dan jasa yang dihasilkan untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang memuat pilihan atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Tingginya belanja pemerintah daerah untuk pelayanan publik dalam hal pendidikan dan kesehatan dapat memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap pemberantasan buta huruf dan umur panjang melalui penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan yang memadai. Hal ini dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia karena pendidikan dan kesehatan merupakan hal yang penting dalam peningkatan pembangunan manusia yang ada di suatu daerah.

d. Rasio ketergantungan daerah

Menurut Damayanti (2018), ketergantungan daerah merupakan suatu kondisi dimana pemerintah daerah memiliki kemampuan yang kecil untuk membiayai kegiatannya sehingga pemerintah daerah mengandalkan sebagian besar dana yang diberikan oleh pemerintah pusat. Semakin besar jumlah pendapatan ini, maka peningkatan kesejahteraan akan semakin tinggi. Bila pemerintah daerah mampu meningkatkan PAD sehingga pendapatan total meningkat, maka dikatakan bahwa pemerintah daerah mampu membiayai kegiatan pemerintahannya sendiri. Semakin besar persentase dana transfer terhadap total penerimaan, maka semaikin besar tingkat ketergantungan suatu daerah. Ketergantungan daerah yang besar akan menurunkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) karena jumlah alokasi dana yang digunakan untuk

(41)

peningkatan kesejahteraan masyarakat akan semakin bergantung pada jumlah dana transfer pusat yang besarnya tidak seberapa.

e. Kemiskinan

Menurut Dewi, dkk (2016), jika garis kemiskinan semakin meningkat dan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka maka akan terciptanya lingkaran setan dimana akan terlihat dari rendahnya pendapatan nyata sehingga akan mengakibatkan permintaan menjadi rendah sehingga investasi juga rendah dan dapat mengurangi produktivitas. Selain itu, lingkaran setan juga menyangkut keterbelakangan manusia dan sumberdaya alam, dimana perkembangan sumberdaya alam itu tergantung pada kemampuan produktivitas manusianya. Jika tingkat kemiskinannya tinggi maka manusia tidak akan mampu untuk memperoleh pendidikan sehingga terciptalah penduduk yang terbelakang dan buta huruf sehingga kemampuan untuk mengolah sumberdaya alam yang produktif tidak terpenuhi bahkan terbengkalai.

Berpengaruhnya kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia ini sesuai dengan teori pertumbuhan baru atau teori kemiskinan absolut menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan IPM dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan

(42)

produktivitas yang tinggi, sehingga perusahaan juga akan memberikan gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan.

f. Kemandirian keuangan daerah

Menurut Amalia (2014), kemandirian keuangan daerah tidak terlepas dari peran PAD (Pendapatan Asli Daerah) dalam membiayai pengeluaran pemerintah. Dengan adanya peningkatan PAD maka ketergantungan terhadap bantuan ekstern dapat dikurangi sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Rendahnya kemandirian keuangan daerah disebabkan minimnya pengelolaan sumber-sumber pendapatan yang berpotensi meningkatkan PAD. Tingkat kemandirian fiskal menurun karena adanya peningkatan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu meningkatkan sumber penerimaan di daerah sehingga pelaksanaan pembangunan manusia di daerah dan pelayanan publik terjamin. Dengan meningkatnya penerimaan di daerah maka dapat meningkatkan produktivitas daerah dalam mengembangkan daerahnya dan sumberdaya manusia yang berada di wilayah tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, faktor yang dapat mempengaruhi indeks pembangunan manusia dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah.

(43)

B. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2006:19), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses di mana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar.

Pertumbuhan ekonomi menurut Arsyad (2004:13) diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Menurut Prasetyo (2009:237) istilah pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang paling sering digunakan oleh suatu negara khususnya negara yang sedang berkembang.

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan faktor produksi.

2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar berpijak dalam menentukan

(44)

strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa‐masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil‐hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran‐sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer kesektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.

Untuk mengetahi tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan nasional/ regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya dibidang ekonomi. Angka‐angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan faktor produksi yang dimiliki residen atau non‐residen.

(45)

Ada dua metode perhitungan PDRB yaitu: PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto dalam penelitian ini diperoleh dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Laju pertumbuhan tersebut dihitung dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke‐n terhadap nilai pada tahun ke n‐1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun ke n‐ 1, kemudian dikalikan dengan 100%. Laju pertumbuhan menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap waktu sebelumnya. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun dan PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara (BPS, 2013). 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Model atau teori pertumbuhan ekonomi menurut beberapa ahli, yaitu: a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Teori pertumbuhan neo klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Solow ini

(46)

memenangkan hadiah nobel ekonomi tahun 1987 atas karyanya tentang pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2004: 62).

Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan teori ini didasarkan kepada anggapan yang mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi (Arsyad, 2004 : 62).

b. Teori Schumpeter

Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah inovasi. Perkembangan ekonomi atau development adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi disini berarti perbaikan “teknologi” dalam arti luas, mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru, dan sebagainya. Inovasi mempunyai tiga pengaruh. Yang pertama adalah diperkenalkannya teknologi baru. Yang kedua, inovasi menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi kapital. Yang ketiga, inovasi pada tahap-tahap selanjutnya, akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi, yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut (Boediono:1982).

(47)

c. Teori pembangunan Lewis

Salah satu model teoritis awal tentang pembangunan yang sangat terkenal dan berfokus pada transformasi struktural perekonomian subsisten primer adalah model yang dirumuskan W. Arthur Lewis. Teori umum yang menjelaskan proses pembangunan di negara-negara berkembang yang memiliki surplus tenaga kerja selama hampir keseluruhan dasawarsa 1960-an dan awal 1970-an dan adakalanya masih diterapkan. Tekanan pada teori ini adalah pada perpindahan kelebihan penduduk di sektor pertanian tradisional ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus (Todaro: 2011).

d. Teori Pertumbuhan Rostow

Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial, dan struktur kegiatan ekonominya. Dan dalam bukunya “The Stages of economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam lima tahap, yaitu (Arsyad 2004:48):

1) Masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang strukturnya dibangun dari fungsi produksi yang terbatas. Produksinya menggunakan cara-cara yang masih kuno, cara hidup masih menggunakan kebiasaan yang berlaku secara turun menurun, dan IPTEK belum digunakan secara maksimal.

2) Persyaratan tinggal landas yaitu masayarakat ini untuk mencapai prasyarat tinggal landas dengan merubah masyarakata tradisional dan tanpa mengubah masyarakat tradisional karena masyarakatnya sudah mempunyai

(48)

syarat-syarat yang dibutuhkan sebab para penduduknya kebanyakan pendatang (imigran).

3) Tinggal landas yaitu pada tahap ini berlaku perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti ada resolusi politik dan tercipta terbukanya pasar. 4) Menuju kematangan yaitu masyarakat yang sudah dapat mampu dengan

kekuatan sendiri untuk lebih maju ke tahap berikutnya.

5) Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi yaitu masa perekonomian yang di cita-citakan segala sesuatu kebutuhan telah dapat terpenuhi, memungkinkan orag yang tidak bekerja mendapatkan pendapatan.

4. Komponen-Komponen Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2011), ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a. Akumulasi modal, mencakup semua investasi baru dalam lahan, peralatan fisik, dan sumber daya manusia melalui peningkatan kesehatan, pendidikan, dan keterampilan kerja.

b. Pertumbuhan populasi yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja (labor force).

c. Kemajuan teknologi atau cara-cara baru menyelesaikan tugas.

5. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Dewi, dkk (2016), pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Menurut Zulhanafi, dkk (2013) apabila pertumbuhan ekonomi

(49)

meningkat berarti telah terjadi kenaikan terhadap produksi barang dan jasa karena kenaikan produksi barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap faktor-faktor produksi salah satunya adalah tenaga kerja. Banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka akan menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat. Dengan demikian jika pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan meningkatkan indeks pembangunan manusia. Sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi menurun maka indeks pembangunan manusia di suatu daerah juga akan menurun.

C. Pengeluaran Pemerintah

1. Definisi Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah nilai dari pembelanjaan yang dilakukan oleh pemerintah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Pengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluaran untuk gaji pegawai pemerintahan dan pengeluaran untuk insfrastruktur dibuat untuk kepentingan masyarakat. Pembelian pemerintah untuk barang dan jasa dapat digolongkan menjadi dua golongan utama yaitu pengeluaran penggunaan pemerintah untuk konsumsi dan investasi pemerintah (Sukirno 2004: 268). Konsumsi pemerintah adalah pembelian barang dan jasa yang akan digunakan untuk membayar gaji pegawai, membeli alat-alat kantor dan untuk pengeluaran operasional pemerintah. Investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk pembangunan untuk sarana dan

(50)

prasarana seperti jalan umum, sekolah, pemberian subsidi sekolah maupun kesehatan.

Pengeluaran pemerintah dapat bersifat exhaustive yaitu merupakan pembelian barang dan jasa dalam perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula untuk menghasilkan barang lainnya. Disamping itu, pengeluaran pemerintah dapat pula bersifat transfer saja, yaitu berupa pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, kepada perusahaan-perusahaan sebagai subsidi atau mungkin pula kepada negara-negara sebagai hadiah. Oleh karena itu, dalam mengatur pengeluarannya, pemerintah harus mempertimbangkan berbagai pertimbangan, sehingga keputusan yang diambil mengenai pengeluarannya dapat dilaksanakan tepat sasaran, baik untuk yang akan menikmati ataupun pihak lain yang terkena kebijakan tersebut (Baeti, 2013). 2. Kegiatan dan Pengeluaran Pemerintah Selalu Meningkat

Sebab-sebab dari kegiatan pemerintah yang selalu meningkat menurut Suparmoko (2000), yaitu:

a. Adanya Perang

Sekali pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan perang itu diadakan akan sulit sekali untuk dikurangi meskipun perang sudah selesai. Pengeluaran harus tetap diadakan bagi tentara-tentara yang sudah terlanjur diangkat sebagai pegawai negeri, dimana mereka sebelumnya menganggur dan tidak menjadi tanggungan pemerintah. Akibatnya baik pengeluaran maupun penerimaan negara tetap cenderung meningkat.

(51)

b. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat

Dengan meningkatnya tingkat penghasilan, maka jelas kebutuhan akan konsumsi barang maupun jasa-jasa akan meningkat. Banyak barang-barang dan jasa-jasa yang tidak mungkin diusahakan oleh swasta, seperti misalnya kegiatan pendidikan, kesehatan umum, pemeliharaan sarana dan prasarana ini jelas harus ditangani pemerintah.

c. Adanya urbanisasi

Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota, perlu dilayani oleh pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja, kebutuhan listrik, air minum, perumahan, keamanan dan kesehatan.

d. Perkembangan demokrasi

Perkembangan demokrasi memerlukan biaya yang sangat besar, terutama untuk mengadakan musyawarah-musyawarah, pemungutan suara, rapat-rapat dan sebagainya. Dan pemerintahlah yang harus mengusahakan semua ini.

3. Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah

Menurut Suparmoko (2000), pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi sebagai berikut. a. Pengeluaran pemerintah merupakan investasi untuk menambah kekuatan

dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang.

b. Pengeluaran pemeritah langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

(52)

d. Pengeluaran pemerintah merupakan sarana penyedia kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran daya beli yang lebih luas.

Oleh karena itu pengeluran pemerintah dapat dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu sebagai berikut.

a. Pengeluaran yang self liquiditing sebagian atau seluruhnya, artinya pengeluaran pemerintah yang mendapatkan timbal balik dari masyarakat yang menerima jasa atau barang yang bersangkutan.

b. Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-keuntungan yang ekonomis bagi masyarakat, di mana dengan naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain dan pada akhirnya akan menaikkan penerimaan pemerintah.

c. Pengeluran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat.

d. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan, misalnya untuk pembiayaan pertahanan atau perang meskipun pada saat pengeluaran terjadi kenaikan penerimaan.

e. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang. Misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim piatu.

4. Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Kesehatan dan Sektor Pendidikan

a. Pengeluaran Pada Sektor Kesehatan

Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dan sehat fisik, batin maupun jiwa yang membuat seseorang dapat melakukan kegiatannya dan menghasilkan

(53)

produktivitas. Kesehatan memiliki keterkaitan erat satu sama lain dengan pembangunan. Todaro (2008) menyebutkan bahwa kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar; terlepas dari hal-hal yang lain, sehingga menjadi hal yang penting. Oleh karena itu, kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan suatu masyarakat yang dimana menjadi perhatian utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah harus dapat menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for health) dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara adil, merata, memadai, terjangkau dan berkualitas.

b. Pengeluaran Pemerintah pada sektor Pendidikan

Pendidikan merupakan ilmu pengetahuan, keterampilan, pelatihan maupun bimbingan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok agar menjadi sosok yang dapat menghasilkan suatu kreativitas maupun inovasi yang bermanfaat dan berguna. Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan, Todaro (2008:434) juga menyebutkan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga, sehingga merupakan hal fundamental untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan.

Pendidikan merupakan bentuk suatu investasi sember daya manusia sama halnya dengan kesehatan. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat pembangunan manusia. Karena pendidikan merupakan salah satu komponen

(54)

utama dalam indeks pembangunan manusia, jika tingkat pendidikan meningkat maka pembangunan manusia akan meningkat.

5. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Pengeluaran pemerintah dapat berpengaruh pada indeks pembangunan manusia suatau daerah. Dengan pengeluaran pemerintah dalam bentuk APBD yang dialokasikan pada sektor-sektor tertentu dapat menentukan keberhasilan pemerintah daerah untuk mewujudkan kualitas manusia. Pembangunan tidak hanya memprioritaskan pada aspek fisik seperti yang dibayangkan pada umumnya tetapi juga aspek manusia sebagai objek sekaligus subjek dalam pembangunan. Tujuan utama dari proses pembangunan yang dirancangkan oleh setiap pemerintah daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dengan banyaknya pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan sektor kesehatan, maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat dan dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia di suatu daerah.

(55)

D. Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.3

Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Metode Hasil Penelitian 1. Baeti, Nur (2013) Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, dan Indeks Pembangunan Manusia Analisis regresi data panel model efek tetap (FEM) dengan metode Generalize d Least Square (GLS). Variabel pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. 2. Zakaria Rizaldi (2018) Pengaruh tingkat jumlah penduduk, pengangguran, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2016 Tingkat jumlah penduduk, pengangguran, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, belanja modal, dan indeks pembangunan manusia Analisis regresi data panel model Fixed Effect Model Variabel tingkat jumlah penduduk, pengangguran, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia 3. Mirza, Denni Sulistio (2012) Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Belanja Modal Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Modal, dan Indeks Analisis Data Panel Variabel kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan

(56)

No Peneliti Judul Penelitian

Variabel Metode Hasil Penelitian Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Jawa Tengah Tahun 2006-2009 Pembangunan Manusia terhadap IPM. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap IPM dan Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.

E. Kerangka Berpikir Teoretik dan Hipotesis

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (independent) yaitu pengangguran, partumbuhan ekonomi, dan pengeluaran pemerintah yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM). Berdasarkan landasan teori dan uraiaan penelitian sebelumnya, maka disusun kerangka penelitian sebagai berikut.

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah salah satu bentuk keberhasilan pembangunan yang mengartikan bahwa kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah atau daerah tertentu sudah memberikan kontribusi yang positif terhadap terciptanya kesejahteraan masyarakat dan berimplikasi pada tinggi rendahnya angka indeks pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi indeks pembangunan manusia. Artinya tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia

(57)

yang dicapai di daerah atau provinsi bahkan negara. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

: Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.

2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia Besarnya jumlah pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk kepentingan publik dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk memfasilitasi serta memberikan banyak pilihan kepada masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup, serta dengan besarnya pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di suatu daerah meningkat, namun bila jumlah pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk sektor pendidikan dan kesehatan tidak memadai maka akan menyebabkan menurunnya indeks pembangunan manusia disuatu daerah atau wilayah. Artinya pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia. Berdasarkan penjelasn di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

: Pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.

3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja yang bekerja disuatu daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup mereka yang dilihat dari pendidikan dan kesehatan mereka. meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada meningkatnya indeks pembangunan manusia, bila pertumbuhan ekonomi semakin menurun maka akan

Gambar

Grafik 1.1 Pertumbuhan ekonomi  di Provinsi D.I.Yogyakarta 2007-2017 .... 3  Grafik 1.2 Pengeluaran pemerintah Provinsi D.I.Yogyakarta 2007-2017 ......
Tabel 4.1  Data Penelitian  Tahun  Indeks Pembangunan Manusia (%)  Pertumbuhan Ekonomi (%)  Pengeluaran Pemerintah (Rupiah)  Y  2007  74,15  4,31  Rp 157.713.000.000  2008  74,88  5,03  Rp 145.009.558.934  2009  75,23  4,43  Rp 206.621.021.004  2010  75,77
Tabel 4.3  Hasil Uji Linearitas
Gambar 4.1  Uji Autokorelasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Yun naman ang isang tema ng kwento, dahil naman sa mga salitang ginamit at paglalarawan sa dalawang pangunahing tauhan na sila Doray at Intoy.. Nag-iiwan din naman ang kwento

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh isi skripsi dengan judul “Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Dengan Menggunakan Soal PISA Pada Konten Bumi dan Antariksa DI SMP Negeri

H 0 0, Artinya tidak terdapat hubungan antara penyampaian pesan keagamaan Tsani Liziah dengan dimensi ritual (the ritualistic dimension) Komunitas MCM (Muslimah Cerdas Multitalenta)

Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada mata kuliah Manajemen Audit diatas maka dilakukan penyusunan bahan ajar dan dilengkapi dengan kertas kerja pemeriksaan

Hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, &#34;asilitas

Ada tiga permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini, yang pertama bagaimana bimbingan belajar di luar sekolah, yang kedua bagaimana motivasi belajar siswa dan

Dalam rangka memeriahkan HUT Paroki SanMaRe yang ke-3, akan diadakan bazar pada hari Minggu, 25 Agustus 2013, bazar terbuka bagi seluruh umat. Bagi yang berminat membuka

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) meyakini pembangunan jalan tol ruas tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan target yakni pada 2018 kendati pembebasan lahan baru mencapai 40%