• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PERSUASI EXCHANGE PROGRAM YOUTH AMBASSADOR YANG DILAKUKAN OLEH ORGANISASI AIESEC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PERSUASI EXCHANGE PROGRAM YOUTH AMBASSADOR YANG DILAKUKAN OLEH ORGANISASI AIESEC"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

TEKNIK PERSUASI EXCHANGE PROGRAM YOUTH AMBASSADOR

YANG DILAKUKAN OLEH ORGANISASI AIESEC

MAKALAH NON-SEMINAR

Diajukan sebagaisalah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi

GITA ANINDITA

10066694984

FAKULTAS IMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HUBUNGAN MASYARAKAT

DEPOK

(2)

Teknik Persuasi Exchange Program Youth Ambassador yang Dilakukan

oleh Organisasi AIESEC UI

Gita Anindita

1. Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Jalan Lingkar Kampus Raya, Depok, 16424, Indonesia

Email:gita.anindita@gmail.com

Abstrak

Makalah ini membahas tentang kasus kampanye online “I am an AIESECer” yang dijalankan oleh organisasi AIESEC UI untuk mempersuasi khalayak sasaran agar berpartisipasi di dalam program exchange Youth Ambassador. Kasus ini dibahas menggunakan teori kampanye dan model AISAS milik Dentsu. Dari pembahasan kasus menggunakan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa kampanye yang telah dilakukan AIESEC telah sesuai dengan teori yang ada sehingga tujuan kampanye dapat tercapai.

Kata Kunci: persuasi, kampanye, program pertukaran, organisasi, AISAS

Abstract

This paper discusses about the online campaign “I am an AIESECer” by AIESEC UI which aims to persuade the targetted public to participate in the Youth Ambassador Exchange Program. The case itself is analyzed using the campaign theory and AISAS model by Dentsu. From the anaylisis, we may conclude that the campaign is aligned with the theory and thus the initial objectives can be pursued.

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara sadar maupun tidak sadar, setiap orang dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan tindakan persuasi. Istilah persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Tindakan persuasi dapat dikemas melalui komunikasi persuasif yang bertujuan membantu khalayak membuat keputusan cerdas, berdasarkan pada informasi mengenai pesannya. Pesan persuasif adalah proses mengubah sikap orang atau memengaruhi tindakan mereka yang juga bertujuan untuk membina kredibilitas, menciptakan minat, dan mendorong keinginan dengan menekankan manfaat yang diketahui akan diperhatikan oleh pembaca (Wahdi, 2011:106).

Melalui buku berjudul Komunikasi Persuasif, Soemirat (2004) mengatakan bahwa persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Sedangkan, persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah.

Dari beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, tampak bahwa persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal. Komponen-komponen dalam persuasi meliputi bentuk dari proses komunikasi yang dapat menimbulkan perubahan, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang tepat.

Persuasi dilakukan tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat kelompok, seperti di dalam organisasi dan perusahaan. Dalam hal ini, eksistensi suatu organisasi tentunya memiliki kepentingan tertentu dan ingin mencapai suatu tujuan bersama.

Organisasi AIESEC merupakan salah satu diantaranya. AIESEC adalah sebuah organisasi global yang dijalankan oleh pemuda yang memiliki tujuan mengembangkan

(4)

kepemimpinan, salah satunya melalui program exchange ke seluruh dunia. Saat ini organisasi AIESEC sudah memberikan dampak positifnya selama lebih dari 65 tahun dan beroperasi di 124 negara. Karena keberadaannya yang sudah sejak lama, jaringan AIESEC menjadi sangat luas. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah anggota (100,000), alumni (1,000,000), dan partner (8,000) yang dimilikinya saat ini. Perlu diketahui pula bahwa visi AIESEC adalah peace and fulfillment of humankind’s potential yang mana dijalankannya melalui program-program pengembangan kepemimpinan yang dimilikinya.

1.2 Permasalahan

Salah satu program yang dimiliki AIESEC bernama Youth Ambassador, sebuah program exchange sosial dimana melalui program ini pemuda mendapatkan kesempatan untuk mengasah potensi kepemimpinannya dengan bekerja di dalam sebuah projek sosial yang bersifat sukarela dengan durasi enam hingga delapan minggu. Projek yang ditawarkan juga sangat beragam, mulai dari budaya, pendidikan, anak-anak, kesehatan, dan pariwisata.

Kegiatan promosi pun dilakukan oleh AIESEC UI demi meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama mahasiswa Universitas Indonesia, akan adanya program Youth Ambassador. Meskipun terdapat berbagai ragam bentuk promosi, disini penulis mengambil sebuah kampanye bernama “I am an AIESECer” Campaign, sebuah kampanye yang berisikan cerita pribadi, pengalaman exchange mahasiswa terdahulu.

(5)

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1 Persuasi

Pace, Peterson dan Burnett (1979) (Venus, 2004:30) mendefinisikan persuasi sebagai “tindakan komunikasi yang bertujuan untuk membuat komunikan mengadopsi pandangan komunikator mengenai suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu”. Ini adalah definisi persuasi yang paling umum. Johnston (1994) memberikan definisi lebih spesifik dengan menyatakan bahwa “persuasi adalan proses transaksional diantara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi realitas melalui pertukaran makna simbolis yang kemudian menghasilkan perubahan kepercayaan, sikap dan atau perilaku secara sukarela”. Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa persuasi pada prinsipnya adalah setiap tindakan komunikasi yang ditujukan untuk mengubah atau memperteguh sikap, kepercayaan dan perilaku khalayak secara sukarela sehingga sejalan dengan apa yang diharapkan komunikator.

Perlu diketahui bahwa tindakan persuasi tidak selalu bertujuan memodifikasi sikap atau perilaku. Kenyataannya, terkadang tujuannya justru untuk memodifikasi suatu kepercayaan atau nilai tertentu saja. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan persuasi sebagai komunikasi manusia yang diciptakan untuk memengaruhi orang lain, dengan memodifikasi kepercayaan, nilai atau sikap (Simons, 1976:22).

2.2 Kampanye

Kampanye merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari persuasi. Ditemukan melalui situs Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id/kampanye), kampanye berarti suatu gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi). Sedangkan sosial adalah semua hal yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi, kampanye sosial merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah suatu perilaku yang berkenaan dengan kelompok masyarakat agar menuju ke arah tertentu sesuai dengan gerakan yang dilaksanakan oleh pembuat kampanye.

(6)

Rogers dan Storey (1987) (Venus, 2004:7) mendefiniskan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mangandung empat unsur-unsur pokok, yaitu: tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Charles U. Larson (1992) (Venus, 2004:11) sendiri membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni:

a. Product-Oriented Campaigns

Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk yang baru. Umumnya kampanye ini terjadi di lingkungan bisnis/perdagangan. Sedangkan kampanye PR bertujuan untuk membangun citra positif perusahaan melalui program kepedulian dan tanggung jawab social.

b. Candidate-Oriented Campaigns

Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik (political campaign).

c. Ideological or Cause Oriented Campaigns

Jenis kampanye ini berorientasi yang tujuannya bersifat khusus dan berdimensi perubahan social dan bersifat non-komersil. Oleh karena itu, kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.

Selanjutnya terdapat lima teknik kampanye, yaitu:

a. Teknik Partisipasi (Participating), yaitu teknik yang mengikutsertakan (partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama ke dalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama dan toleransi.

(7)

b. Asosiasi (Association), yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau obyek yang tengah ramai atau sedang “in” dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat.

c. Teknik Integratif (Integrative), yaitu bagaimana komunikator menyatukan diri dengan khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata ‘kita, kami, anda’ yang artinya mengandung makna bahwa yang disampaikan komunikator adalah untuk kepentingan bersama.

d. Teknik ganjaran (pay off technique), yaitu untuk mempengaruhi komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan dengan sesuatu “iming-iming hadiah”, dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan. Pertama berupa benefit (manfaat) kegunaan dan sebagainya. Kemungkinan yang pertama ini berusaha menumbuhkan gairah komunikasi dan lebih menitikberatkan pada emosional komunikan (emotional appeal). Kedua berupa ancaman, kekhawatiran, dan sesuatu yang menakutkan. Kemungkinan yang kedua ini digunakan untuk meningkatkan rasa takut, ketegangan, atau kekhawatiran yang akan terjadi di kemudian hari.

e. Memperoleh empati (emphaty), yaitu dimana komunikator berusaha menempatkan diri dalam posisi komunikan, ikut merasakan dan peduli situasi serta kondisi pihak komunikan. Hal ini biasa dikenal dengan social responsibility and human relations. Persuasi secara inheren terkandung dalam kampanye. Dengan demikian setiap tindakan kampanye pada prinsipnya adalah tindakan persuasi (Venus, 2004:29). Meski inti kampanye adalah persuasi, namun tindakan persuasif dalam kampanye berbeda dengan tindakan persuasif perorangan. Sekurang-kurangnya ada empat aspek dalam kegiatan kampanye persuasif yang tidak dimiliki tindakan persuasif perorangan yakni:

a. Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan “tempat” tertentu dalam pikiran khalayak tentang produk, kandidat atau gagasan yang disodorkan.

b. Kampanye berlangsung dalam berbagai tahapan mulai dari menarik perhatian khalayak, menyiapkan khalayak untuk bertindak, hingga akhirnya mengajak mereka melakukan tindakan nyata.

c. Kampanye juga mendramatisasi gagasan-gagasan yang disampaikan pada khalayak dan mengundang mereka untuk terlibat baik secara simbolis maupun praktis, guna mencapai tujuan kampanye.

d. Kampanye juga secara nyata menggunakan kekuatan media massa dalam upaya menggugah kesadaran hingga mengubah perilaku khalayak.

(8)

2.3. Model AISAS

Model AISAS merupakan model perilaku konsumen online yang diciptakan oleh Dentsu (http://www.dentsumedia-network.com/approach/index.html), salah satu perusahaan iklan dan public relation besar dari Jepang. AISAS sendiri terbentuk dari Attention (perhatian), Interest (ketertarikan), Search (pencarian), Action (aksi), dan Share (Berbagi).

Gambar 2.2 Model AISAS oleh Dentsu yang terbentuk dari Attention, Interest, Search, Action, dan Share

Model AISAS menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan signifikan pada pola perilaku konsumen yang sebelumnya pernah dijelaskan oleh model AIDA (Attention, Interest, Desire dan Action). Perubahan pola perilaku ini didorong oleh perkembangan pesat teknologi internet sehingga menciptakan era digital atau online. Model AISAS menjelaskan bahwa kini konsumen lebih aktif dan dapat melakukan tahap pencarian informasi (Search) di internet melalui search engine. Selain itu, pada model AISAS konsumen dapat melakukan kegiatan berbagi informasi (Share) kepada orang-orang di sekitarnya mengenai pengalamannya terhadap sebuah produk atau gagasan, baik di dunia nyata maupun online melalui social media. Tahap berbagi ini lah yang nantinya dapat menciptakan word of mouth dan viral.

AISAS adalah suatu model perilaku konsumen online yang dikembangkan oleh Dentsu Group yang merupakan satu perusahaan iklan terbesar di dunia yang didirikan di Jepang. Model AISAS ini dinilai dapat menjelaskan perilaku konsumen secara lebih akurat dari model-model sebelumnya.

Model AISAS secara spesifik dan simpel menjelaskan dan menampilkan kepada pemasar bahwa terjadi perubahan-perubahan perilaku pada konsumen dalam pemasaran online. Setelah memiliki perhatian (Attention) dan tertarik (Interest) pada sesuatu hal, konsumen biasanya langsung menuju berbagai search engine, seperti Google ataupun YouTube untuk mencari informasi lebih lanjut. Dengan berbekal informasi yang didapat, selanjutnya konsumen memutuskan apakah akan berlanjut hingga tahap aksi (Action)

Attention

(9)

kemudian berbagi (Share) informasi yang didapat ataukah tidak. Jika informasi yang didapat cukup baik dan menarik minat dari konsumen, maka akan tercipta word of mouth serta perbincangan mengenai informasi tersebut baik di social media maupun di dunia nyata.

Di era di mana media baru, internet, telah berkembang pesat dan hampir menggeser peran media konvensional, tahapan mencari serta menyebarkan informasi menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Dengan AISAS, kita dapat menyederhanakan elemen pada perubahan psikologis konsumen dan memperluas elemen pada segmen aksi dalam tahap S-A-S yang berisikan tahapan mencari informasi, melakukan aksi, kemudian menyebarkan informasi yang telah didapatkan dari pengalaman aksi tersebut. Dalam rangka merebut perhatian konsumen, perspektif dalam model ini menjadi sangat relevan digunakan.

(10)

BAB 3 PEMBAHASAN

4.1 Analisis Situasi

Melalui program Youth Ambassador yang dimiliki AIESEC UI, secara jelas AIESEC melalukan teknik persuasi yang bertujuan untuk memengaruhi tindakan khalayak luas secara disengaja. Kampanye program ini juga dilakukan secara besar-besaran, terutama di saat menjelang peak season atau beberapa minggu sebelum libur perkuliahan mahasiswa. Dengan dilakukannya hal ini, mahasiswa yang terterpa kampanye diharapkan akan merasa tertarik, mendaftar, dan berpartisipasi dalam program Youth Ambassador.

Bentuk promosi untuk menunjang kegiatan persuasi program Youth Ambassador sebenarnya sangatlah beragam, namun disini penulis mengambil sebuah kampanye bernama “I am an AIESECer” Campaign, sebuah kampanye yang berisikan cerita pribadi, pengalaman exchange mahasiswa terdahulu. Pada setiap tahunnya, AIESEC UI dapat memberangkatkan sekitar 120 pemuda Indonesia dan setelah mereka kembali ke tanah air, AIESEC memanfaatkan cerita-cerita yang dimiliki mereka sebagai bahan kampanye yang dituangkan kedalam bentuk poster dan dimuat di website internal maupun dicetak dan ditempelkan di banyak tempat. Tujuan AIESEC melakukan ini tentunya bukan hanya untuk berbagi cerita dan pengalaman mahasiswa yang sudah lebih dahulu mengikuti exchange, tetapi juga untuk mengajak mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk juga melakukan hal yang sama. Dengan adanya cerita-cerita ini, AIESEC berharap akan terdapat semakin banyak orang yang ingin merasakan hal yang sama karena terinspirasi oleh kisah-kisah yang mereka baca. Kemudian, oleh karena itu target sasaran jadi memiliki keinginan untuk merasakan pengalaman itu sendiri.

4.2 Kaitannya dengan Kampanye dan Persuasi

Selanjutnya dihubungkan dengan teori kampanye pada bab sebelumnya, kampanye Youth Ambassador dilakukan dengan sangat terencana karena target khalayaknya yang sudah jelas dan juga dijalankan dalam kurun waktu tertentu. Saat ini AIESEC UI berlokasi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sehingga tentunya sasaran utama kampanye ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Indonesia. Namun, perlu diketahui bahwa sebenarnya

(11)

program ini juga terbuka untuk mahasiswa di luar Universitas Indonesia. Kampanye juga dilakukan dalam kurun waktu tertentu saja, ketika menjelang libur perkuliahan, yaitu di bulan November dan Desember untuk libur semeter ganjil dan selanjutnya di bulan Mei dan Juni untuk libur semester genap.

Dihubungan dengan jenis kampanye yang ada, maka kampanye “I am an AIESECer” dapat dikategorikan sebagai ideological or cause oriented campaign dikarenakan tujuan utamanya yang berdimensi perubahan sosial dan bersifat non-komersil. Dengan berpartisipasi di dalam program Youth Ambassador, para mahasiswa secara langsung akan menangani suatu masalah sosial dengan partisipan lainnya di dalam projek tersebut. Sebagai contoh, salah satu projek yang pernah penulis ikuti bernama Wexplore China. Projek ini berlangsung selama delapan minggu, mulai dari minggu pertama Januari 2012 hingga minggu ketiga Februari 2012 di Changsha, ibu kota provinsi Hunan, Cina. Penyelenggara projek menyadari bahwa semakin berkembangnya zaman, justru semakin banyak anak-anak di Cina yang justru kurang menghargai kultur yang sejak dahulu dimiliki negara ini. Dengan demikian, enam orang asing pun diundang untuk berpartisipasi di dalam projek ini dengan tujuan akhir memberikan pelajaran dan sosialisasi kembali kepada anak-anak Cina bersama panitia projek. Namun, sebelum para partisipan mampu melakukan hal ini, penyelenggara projek melakukan kolaborasi dengan beberapa institusi untuk mengajari para partisipan mengenai beberapa kultur Cina, yaitu opera tradisional, jamuan minum teh, teknik menganyam, dan teknik melipat kertas tradisional. Setelah menjalani pelatihan intensif selama empat minggu, keenam partisipan berasal dari lima negara yang berbeda, yakni Indonesia, Australia, Brazil, Taiwan, dan Polandia, menjadi siap untuk melakukan sosialisasi kepada anak-anak Cina di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengan keatas. Latar belakang keenam partisipan yang sangat berbeda menarik menarik perhatian anak-anak Cina untuk mendengarkan sosialisasi yang diberikan dan berpartisipasi aktif pada setiap latihan yang diberikan. Projek ini juga bersifat sukarela yang berarti para partisipan sadar mereka melakukan hal ini dengan tujuan positif dan bersedia bekerja di dalam projek tanpa dibayar. Pada jangka panjangnya, projek ini bertujuan menangani masalah sosial melalui perubahan sikal dan perilaku publik yang terkait.

Metode persuasi yang digunakan dalam studi kasus ini adalah social-scientific dengan teknik persuasi berupa benefit. Dalam metode social-scientific, orang yang mempersuasi ikut terlibat langsung dan hal ini dapat dilihat dari cerita dan pengalaman yang diberikan dari peserta program Youth Ambassador sebelumnya kepada khalayak sasaran berikutnya. Peserta sebelumnya sudah pernah merasakan programnya secara langsung dan setelah mereka

(12)

merasakan manfaat (benefit) nya, mereka pun berbagi cerita dimana secara tidak langsung mereka melakukan persuasi. Namun pada akhirnya, tentu saja penerimaan atau penolakan menjadi keputusan khalayak sendiri.

4.3 Kaitannya dengan Model AISAS

Model AISAS menjadi relevan dengan pembahasan ini mengingat kampanye “I am an AIESECer” dilaksanakan melalui media online AIESEC UI yaitu website (www.aiesecui.org) dan Facebook. Melalui kedua media ini, beberapa poster kampanye diperlihatkan dengan tujuan menarik perhatian (attention) khalayak luas sehingga menimbulkan ketertarikan (interest) pada diri mereka tentang apa yang menjadi tema kampanye, yaitu program Youth Ambassador. Dengan semakin canggihnya teknologi, kemudian orang-orang ini dapat melakukan pencarian (search) sendiri tentang program Youth Ambassador, baik itu secara langsung lewat situs atau Facebook AIESEC UI, maupun lewat search engine seperti Google. Setelah orang-orang tersebut memutuskan untuk berpartisipasi di dalam program, mereka dapat mendaftarkan diri secara online dan mengikuti proses sebelum keberangkatan sebelumnya, yaitu wawancara dan orientasi. Setelah orang tersebut telah berhasil menjalani keduanya, maka ia pun dinyatakan layak untuk pergi exchange (actions).

Nantinya selama enam hingga delapan minggu perjalanan, partisipan akan mendapatkan banyak pengalaman dan cerita-cerita menarik yang tak sabar untuk ia bagi. Pada tahap ini terjadilah tahapan terakhir dari model AISAS yaitu share. Share bisa dilakukan lewat word of mouth, maupun dengan mediaonline, seperti social media. Biasanya, partisipan akan berbagi ceritanya tidak lama setelah pengalaman terjadi, bisa saat ia masih berada di negara tujuan, maupun saat ia sudah kembali ke tanah air.

AIESEC UI sebagai organisasi yang memberangkatkan orang tersebut, kemudia akan mengadakan suatu acara untuk menyambut kembali kepulangan partisipan exchange program Youth Ambassador. Acara ini pun dijadikan sebagai wadah bagi para partisipan untuk menceritakan pengalaman-pengalaman berharganya dan apabila partisipan ingin menuangkan ceritanya ke dalam bentuk tulisan, AIESEC UI akan membuatkan poster kampanye “I am an AIESECer” untuk dipublikasikan kembali ke beberapa media online yang dimilikinya.

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

BAB 4 PENUTUP

Teknik persuasi pada dasarnya dilakukan hampir setiap saat, tidak hanya pada tingkatan individual tetapi juga pada tingkatan organisasi. Organisasi AIESEC sebagai contoh pada makalah ini secara sengaja ingin memengaruhi khalayak sasarannya dengan melakukan persuasi, lebih tepatnya dengan cara melakukan kampanye berjudul “I am an AIESECer” yang berisikan cerita dan pengalaman partisipan program exchange terdahulu.

Melalui kampanye ini terjadilah pertukaran pesan dari komunikator kepada komunikan dan tidak terdapat unsur paksaan yang bearti khalayak secara sukarela dapat menerima ataupun menolak pesan yang disampaikan.

Meskipun memang tujuan akhir diadakannya “I am an AIESECer” Campaign adalah agar terdapat semakin banyak orang yang berpartisipasi dalam program exchange, namun kampanye juga pada dasarnya berharap meningkatkan awareness masyarakat akan manfaat program Youth Ambassador. AIESEC selaku organisasi not-for-profit ingin memberikan dampak positif sebanyak-banyaknya kepada lingkungan sekitar dan program ini tentunya sangat relevan dengan tujuan utama organisasi ini, yaitu untuk mengembangkan potensi kepemimpinan pemuda.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Venus, Antar, M.A. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Simons, Herbet W. 1976. Persuasion: Understanding, Practice, and Analysis. New York: Random House

Wahdi, Mohamad. 2011. Keterampilan dan Strategi Komunikasi Bisnis dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: CAPS

Soemirat, Soleh. 2004. Komunikasi Persuasif. Jakarta: Universitas Terbuka

---, http://massofa.wordpress.com/2009/12/08/konsep-dasar-komunikasi-persuasif/ (diakses di Depok pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 14:05 WIB)

---, http://www.sagepub.com/upm-data/4985_Dainton_Chapter_5.pdf (diakses di Depok pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 14:08 WIB)

(19)

FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS

Yang bertandatangan di bawahini: Nama : Drs. AG. Sudibyo, M.Si NIP/NUP : 196005271992031001 Pembimbing dari mahasiswa S1:

Nama : GITA ANINDITA

NPM : 1006694984

Fakultas : FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Program Studi : S1 REGULER / ILMU KOMUNIKASI Judul Naskah Ringkas :

TEKNIK PERSUASI EXCHANGE PROGRAM YOUTH AMBASSADOR YANG DILAKUKAN OLEH ORGANISASI AIESEC UI

Menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa, diperbaiki, dipertimbangkan dan dinyatakan dapat diunggah di UI-ana (lib.ui.ac.id/unggah) dan (pilih salah satu dengan memberi) tanda silang:

x Dapat diakses dan dipublikasikan di UI-ana (lib.ui.ac.id).

☐ Akan diproses diterbitkan pada Jurnal Prodi/Jurusan/Fakultas di UI. ☐ Akan diterbitkan pada prosiding seminar nasional pada Seminar

………... yang diprediksi akan dipublikasikan pada ………(bulan/tahunterbit) ☐ Akan diterbitkan pada Jurnal Nasional yaitu

………..……… (namajurnal), yang diprediksiakan dipublikasikan pada ………(bulan/tahunterbit) ☐ Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada prosiding Konferensi

Internasional pada……… yang diprediksiakan dipublikasikan pada ………(bulan/tahunterbit) ☐ Naskah ringkas ini baik, dan akan diubah/digabung dengan hasil penelitian

lain dan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan kejurnal

internasional, yaitu: ………. dan akan dipublikasikan pada ………...……(bulan/tahun) ☐ Ditunda publikasi onlinenya karena akan/sedang dalam proses paten/HKI

Depok,

(Drs. AG. Sudibyo, M.Si)

(20)

HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah ini diajukan oleh

Nama : GITA ANINDITA

NPM : 1006694984

Program Studi : SARJANA REGULER / ILMU KOMUNIKASI

Fakultas : FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JenisKarya : MAKALAH NON-SEMINAR

Nama Mata Kuliah : TEKHNIK NEGOSIASI DAN PERSUASI Judul Karya Ilmiah :

TEKNIK PERSUASI EXCHANGE PROGRAM YOUTH AMBASSADOR YANG DILAKUKAN OLEH ORGANISASI AIESEC UI

Telah disetujui oleh dosen pengajar mata kuliah untuk diunggah di

lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika Universitas Indonesia

Dosen Mata Kuliah : Drs. AG. Sudibyo, M. Si. ( ) Ditetapkan di : Universitas Indonesia, Depok

(21)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gita Anindita

NPM : 1006694984

Program Studi : Sarjana Reguler / Hubungan Masyarakat Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : FISIP

Jenis Karya : Makalah Non Seminar

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Teknik Persuasi Exchange Program Youth Ambassador yang Dilakukan oleh Organisasi AIESEC UI

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesa berhak menyimpan, mengalihmediakan/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Universitas Indonesia, Depok Pada tanggal : 13 Januari 2014

Yang menyatakan

Gambar

Gambar  2.2  Model  AISAS  oleh  Dentsu  yang  terbentuk  dari    Attention,  Interest,  Search,  Action, dan Share

Referensi

Dokumen terkait

Aspek sosio culture menjadi penting untuk dilihat dalam acara katakan putus, karena aspek tersebut tidak bisa dipisahkan karena meliputi wacana-wacana antara

Jenis penelitian yang digunakan adalah exploratory study untuk menggambarkan dan menjelaskan keadaan sistem Kelistrikan Kepulauan Selayar ketika terjadi gangguan

!  Kabel coaxial, microwave dan kabel fiber-optic juga digunakan !  T1 yang menggunakan STP membutuhkan repeater setiap 6000 feet !  Multiple T1!.  

Dengan asumsi variabel usia dianggap tetap, penilaian kepuasan dengan menyatakan puas kode (0) maka mahasiswa yang menyatakan puas akan berada di kelompok program reguler

Sasaran dari strategi ini adalah kelompok inti dan militan yang ada di dalam Lapas sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) narapidana terorisme maupun di luar

Pada fase nimfa instar III, ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan jantan, tubuh nimfa betina masih berwarna kuning.. Fase ini merupakan stadium nimfa paling

Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur, kemudian setiap kelompok

Menimbang, bahwa mengenai objek gugatan 4.2 Sertipikat Hak Milik nomor NOMOR SERTIPIKAT tanggal 01 Mei Tahun 1992 Surat Ukur no 176 /1991 luas 10.000 M2 atas