• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pemberantasan tindakan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan mendukung tata kelola pemerintahan yang baik, saat ini keberadaan dan peran auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Sejalan dengan perkembangan pemberantasan tindakan korupsi, audit pemerintahan atau audit sektor publik juga mengalami perkembangan. Audit yang merupakan salah satu bagian dari pengawasan, pada praktisnya terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa, membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan (Sukriah, 2009).

Keinginan masyarakat yang semakin tinggi akan transparansi dan akuntabilitas, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) diwujudkan dengan adanya pelaksanaan fungsi pengawasan dan sistem pengendalian internal yang baik atas pelaksanaan pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara. Mengevaluasi bahwa pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif diperlukan pihak ketiga

(2)

yang indpenden yaitu auditor. Undang-Undang Keuangan Negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Sistem yang dibutuhkan untuk pengelolaan keuangan negara dikenal sistem pengendalian intern, dimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008. Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan bertujuan untuk tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap perundang-undangan. PP 60 Tahun 2008 juga memaparkan bahwa adanya tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan akuntabilitas aparat pemerintah.

Mardiasmo (2005) dalam Setyaningrum (2012) menjelaskan tiga aspek utama yang mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Auditor pemerintah dalam jasa auditnya melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). LKPP dan LKPD adalah pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan anggaran belanja negara dan daerah sebagaimana diatur dalam paket undang-undang keuangan negara.

Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Mardiasmo (2005) juga menjelaskan bahwa terdapat

(3)

beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Selain itu, berkaitan dengan masalah struktur lembaga audit terhadap pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia. Permasalahannya adalah banyaknya lembaga pemeriksa fungsional yang overlapping antara satu dengan yang lain sehingga menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan pelaksanaan pengauditan.

Di Indonesia, pelaksanakan fungsi pemeriksaan secara garis besar dipisahkan menjadi dua yaitu auditor eksternal dan auditor internal. Auditor eksternal pemerintah di implementasikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan auditor internal pemerintah diimplementasikan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dan badan pengawas internal di setiap departemen yaitu Inspektorat Jendral (IRJEN). BPK berperan sebagai pengawas agar tidak terjadi penyelewengan penggunaan anggaran, yang pada nantinya BPK memberikan sebuah opini atas penyajian laporan keuangan oleh sektor publik.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD , dan DPRD. Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa

(4)

untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. BPK-RI diamanatkan UU No. 15/ 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara untuk melakukan audit atas LKPD. Tujuannya untuk mendorong agar lebih accountable pengelolaan keuangan negara/daerah dan kemudian semakin diperlukannya peningkatan kinerja kualitas audit pemerintah. Kualitas audit pemerintah, dalam hal ini yaitu kualitas audit yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sebagai eksternal auditor dari pemerintahan, yang melakukan pemeriksaan dan pemberian opini terhadap LKPP dan LKPD. Pemeriksaan oleh BPK-RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. Temuan tersebut menjelaskan kelemahan pengendalian internal dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil audit juga memberikan informasi potensi kerugian negara yang ditemukan dalam proses audit akibat dari penyalahgunaan dan inefisiensi penggunaan APBN/APBD. Beberapa hasil audit BPK-RI tersebut ditindaklanjuti menjadi audit investigasi, kasus korupsi dan kasus pidana.

BPK memiliki tugas dalam pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan mencakup pada: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, lembaga atau badan lain yang melakukan pengolahan keuangan negara seperti Mahkamah Agung, setiap lembaga yang tercantum berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

(5)

negara, serta memberikan hasil pada DPR. BPK bertugas untuk melakukan pelaporan kepada instansi yang berwenang, yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fungsi BPK sebagai lembaga tinggi negara yaitu melakukan pengkajian, pada penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan, perumusan dan pelaksanaan dalam kebijakan terhadap pengawasan keuangan dan pembangunan, koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas, melakukan pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan yang berjalan pada pemerintahan Indonesia.

Perwakilan BPK memiliki dasar hukum yang kuat karena merupakan amanat dari hasil amandemen Undang-undang Dasar 1945, dimana pada Pasal 23G ayat (1) yang menyatakan Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Dalam pelaksanaannya, Perwakilan BPK berfokus pada pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian atas pengelolaan keuangan negara, baik yang dilakukan oleh Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota, Perwakilan BPK juga melakukan pemeriksaan kinerja dan pemeriksan dengan tujuan tertentu serta pemeriksaan keuangan atas BUMD. Mengingat pentingnya peran BPK dalam

(6)

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, maka dilakukan penelitian mengenai kualitas audit.

Kualitas audit menurut De Angelo (1981) merupakan sebagai probabilitas auditor dalam menemukan dan melaporkan pelanggaran-pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Mengingat masih banyak faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas audit sektor publik, maka penelitian ini berupaya untuk mengembangkan kembali mengenai fakto-faktor yang mempengaruhi kualitas audit sektor publik, khususnya dalam hal audit keuangan yang dilakukan oleh BPK. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh skeptisisme profesional, independensi, akuntabilitas, pelatihan teknis terhadap kualitas audit pemerintah.

Skeptisisme merupakan suatu sikap yang harus dimilki oleh pemeriksa untuk tidak mudah percaya atas asersi klien yang bebas dari salah saji material dalam pelaporan keuangan (Nelson, 2009). SA Seksi 230 (SPAP, 2011) menyatakan bahwa skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, skeptisme sebagai suatu aliran yang melihat sesuatu selalu tidak pasti atau meragukan dan mencurigakan dan dapat diartikan sebagai pilihan untuk memenuhi tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan perilaku orang lain (SA seksi 230). Sikap skeptis bagi seorang auditor eksternal sangat penting dalam membuktikan kewajaran laporan keuangan.

(7)

Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor “. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum dan tidak dibenarkan untuk memihak. Independensi dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit bersumber dari penelitian Alim et al.. (2007). Hal yang sama dilakukan oleh Mardisar dan Sari, (2007) yang memberikan hasil penelitian bahwa pekerjaan dengan kompleksitas rendah berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Castellani (2008) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit baik secara parsial maupun simultan.

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Messier dan Quilliam (1992) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan. Chaikan (1980) melakukan penelitian tentang akuntabilitas seseorang yang dikaitkan dengan sesuatu yang mereka senangi dan tidak disenangi. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa untuk subjek yang memiliki akuntabilitas tinggi, setiap mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional tidak hanya semata-mata berdasarkan sesuatu itu mereka senangi atau tidak (dalam Mardisar dan Sari, 2007).

(8)

Pelatihan audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2011) SA Seksi 210 menyebutkan untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Noe (1999) dalam Hambali (2010) mendefinisikan pelatihan adalah uapaya terencana dari sebuah perubahan dalam memfasilitasi pembelajaran yang dilakukan karyawan terkait dengan koompetensi yang mereka miliki dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya.

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit, yaitu: Mock dan Samet (1982), Schroeder et al., (1986), Carcello et al., (1992), Sutton (1993), Bhen et al., (1997), Ishak (2000), Widagdo (2002), Samelson et al., (2006) dan Lowensohn et al., (2007). Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut, rata-rata menilai kualitas audit Kantor Akuntan Publik (KAP) independen/CFA Firm, hanya penelitian Samelson et al., (2006) dan Lowensohn et al., (2007) yang menggunakan objek penelitian kualitas audit pemerintahan. Selain itu di Indonesia penelitian kualitas audit telah banyak dilakukan. Muliani dan Bawono (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa independensi, due professional care, dan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit, sementara pengalaman tidak berpengaruh. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sukriah (2009) yang menunjukkan bahwa independensi tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman berpengaruh secara signifikan. Netty, et al.. (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa due professional care secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

(9)

1.2 Perumusan Masalah

Melaksanakan suatu aktivitas audit, auditor dituntut dapat mencerminkan kompetensi dengan profesional yang tinggi. Selain dituntut harus memiliki kompetensi yang tinggi, seorang auditor dituntut pula untuk memiliki independensi yang tinggi agar tidak mudah dipengaruhi. Akan tetapi, tidak hanya kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang baik , melainkan sikap objektivitas, akuntabilitas serta integritas yang sesuai dengan etika profesi akuntan publik yang telah ditetapkan. Namun dalam melakukan aktivitas audit, seorang auditor juga harus memiliki sikap skeptisisme dan pelatihan audit yang sudah diatur dalam SPKN (2007) maupun pada SPAP (2011).

Tuntutan masyarakat terhadap auditor yang berkualitas semakin meningkat dari waktu ke waktu. Auditor dituntut untuk bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan untuk kepentingan banyak pihak. Auditor dituntut untuk profesional dan bekerja penuh rasa kebertanggungjawaban dalam menghasilkan kualitas audit yang baik. Faktanya, munculnya beberapa kasus mengenai independensi seorang auditor seperti kasus penyuapan terhadap auditor BPK terkait dengan upaya mendapatkan penilaian wajar tanpa pengecualian dari BPK. Kasus lainnya empat auditor BPK ditahan oleh Kejati terkait indikasi mark-up (penggelembungan) anggaran dalam pembebasan lahan kantor BPK tahun 2006. Hal ini berkaitan dengan beberapa kasus yang terjadi di Indonesia menjadi pemicu keraguan masyarakat terhadap aktivitas audit yang dilakukan oleh BPK. Fenomena ini memunculkan pertanyaan

(10)

sejauh mana auditor pemerintah dapat konsisten menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya. Selain itu, apakah opini yang di berikan oleh BPK sudah sesuai. Hal ini karena BPK-RI adalah lembaga Negara yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan dan tanggung jawab pengelolaan keuangan Negara.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah skeptisme profesional auditor pemerintah pada Badan Pemeriksa Keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

2) Apakah independensi auditor pemerintah pada Badan Pemeriksa Keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

3) Apakah akuntabilitas auditor pemerintah pada Badan Pemeriksa Keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

4) Apakah pelatihan audit auditor pemerintah pada Badan Pemeriksa Keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis seberapa besar skeptisisme profesional berpengaruh terhadap kualitas audit pada audit pemerintah.

2) Menganalisis seberapa besar independensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada audit pemerintah.

(11)

3) Menganalisis seberapa besar akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit pada audit pemerintah.

4) Menganalisis seberapa besar pelatihan audit berpengaruh terhadap kualitas audit pada audit pemerintah.

1.5 Motivasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam penelitian mengenai kualitas audit pada sektor audit pemerintah serta memberikan informasi dan referensi kualitas audit mengenai isu skeptisisme profesional, independensi, akuntabilitas, dan pelatihan audit sehingga dapat dilakukannya upaya-upaya perbaikan kedepannya. Standar dan pedoman pemeriksaan sudah menegaskan bahwa auditor harus memiliki kompetensi dan independensi dalam melakukan audit untuk meningkatkan auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas.

1.6 Kontribusi Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang akan dibuat oleh peneliti ini dapat memberikan kontribusi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan sumbangan konseptual dalam bidang pemeriksaan keuangan pada audit peemerintah khususnya tentang skeptisisme profesional, independensi, akuntabilitas, pelatihan teknis dan kualitas audit pada audit pemerintah.

(12)

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam upaya meningkatkan kualitas audit pada pemeriksaan sebagai auditor pemerintah. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, masukan dan evaluasi mengenai kualitas audit sehingga kualitas audit dapat ditingkatkan.

3. Bagi Akademisi

1. Penelitian ini memberikan bukti mengenai pengaruh skeptisisme profesional, independensi, akuntabilitas, pelatihan teknis dan kualitas audit di BPK Perwakilan Kalimantan Timur

2. Memberikan tambahan informasi terhadap auditor untuk meningkatkan kualitas kinerjanya

3. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan BPK dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kinerjanya.

1.7 Sistematika Penelitian

Tesis ini terdiri dari lima bab yang disusun secara terperinci untuk menjelaskan model penelitian dan hasil pengujian hipotesis. Pada penulisan penelitian ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab pembahasan, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang dan isu penelitian, pertanyaan penelitian yang diajukan, tujuan penelitian ini dilakukan, motivasi yang menunjukkan isu penelitian ini perlu diteliti, kontribusi yang dapat diberikan oleh penelitian ini, tahapan dalam melaksanakan penelitian ini dan sistematika penyajian laporan hasil riset.

(13)

BAB II : TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori, konsep-konsep dan penelitian penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan hipotesis dan menjelaskan hasil fenomena penelitian.

BAB III : METODA PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian, jenis penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, proses seleksi data, teknik dan alat yang digunakan untuk menganalisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian dan menunjukkan hasil dari pengujian hipotesis menggunakan data-data penelitian yang dikumpulkan dan diolah sesuai dengan model penelitian yang diajukan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan hasil penelitian secara ringkas, keberhasilantujuan penelitian, hipotesis yang didukung atau tidak didukung, keterbatasan-keterbatasan penelitian, dan saran untuk perbaikan pengembangan penelitian di masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan pustaka yang diteliti dalam penelitian ini diperoleh dari peraturan perundang-undangan, Buku Hukum, Artikel, Internet, Kamus Hukum, Tesis, Distertasi dan referensi lainnya,

Dalam skala pe- mungutan suara pemili- han serentak tahun 2020 di Provinsi Sulawesi Tengah, ada 7 (tujuh) kabupaten/kota dan 1 pemilihan Gubernur yang menyelenggarakan

Dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut peningkatan peran, fungsi dan tanggung jawab Partai Politik dalam kehidupan demokrasi secara konstitusional

Skor rata-rata data responden sebesar 77,91% atau berada dalam kriteria baik, maka aplikasi komik fisika berbasis Android layak digunakan sebagai suplemen pembelajaran pada

Validitas didapatkan dari hasil va lidasi dari 3 dosen kimia , Hasil penelit ian yang diperoleh menunjukkan bahwa permainan yang dike mbangkan yaitu Catch the Erlenmeyer

Tujuan dari kompresi lossy adalah untuk mencapai ketepatan terbaik yang dapat diberikan pada tingkat komunikasi yang tersedia atau kapasitas penyimpanan bit atau untuk

Rendahnya keterampilan menulis cerpen disebabkan adanya beberapa faktor,beberapa factor tersebut muncul dari dalam diri siswa itu sendiri atau minat dan kemampuan