• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa terjadinya perubahan secara cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.

Menurut WHO dalam Soetjiningsih (2010), berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja melewati tiga tahapan yaitu, masa remaja awal (11-13 tahun), masa remaja pertengahan (14-16 tahun) dan masa remaja akhir (17-20 tahun), sedangkan menurut PPFA, adolescence sexuality pada tahun 2001 batasan remaja pada perempuan dibagi menjadi 3, yaitu remaja awal usia 11-14 tahun, remaja pertengahan usia 14-17, dan remaja akhir >17 tahun.

2.2 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap materi atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya yang mencakup semua hal dari fakta-fakta yang sangat khusus sampai semua teori yang sangat kompleks. Pengetahuan gizi sangat erat

(2)

hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi, dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan dan tidak berlebihan (Basir, 2008). Pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan keterampilan gizi secara bersama-sama akan menentukan prilaku gizi.

2.3 Kebutuhan Gizi Remaja

Remaja membutuhkan energi dan zat gizi lain untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan, karena dalam masa remaja awal terjadi pertumbuhan tercepat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan pada remaja berbanding lurus, jika kebutuhan nutrisi dipenuhi dengan baik, maka pertumbuhan akan berlangsung dengan optimal. Kekurangan zat gizi dapat berpengaruh terhadap kematangan seksual dan pertumbuhan terhambat. Beberapa nutrisi yang penting dan dibutuhkan pada masa remaja untuk pertumbuhan dan perkembangan adalah energi, energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada dalam bahan makanan. energi berfungssi untuk pertumbuhan, perkembangan, aktifitas otot, metabolisme sel-sel dalam tubuh, dan untuk masa pemulihan setelah sakit. Energi dapat diperoleh dari beberapa sumber makanan yang berasal dari karbohidrat, selain karbohidrat, lemak dan protein juga merupakan sumber energi.

Tumbuh kejar pada remaja sangat sensitif terhadap pemenuhan energi. Asupan energi yang rendah menyebabkan retardasi pertumbuhan, sehingga proses tumbuh kembang seseorang dapat terhambat.

(3)

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Remaja dan Dewasa Awal pada Kelompok Laki-Laki dan Perempuan

Sumber: AKG 2004

2.4 Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Kecukupan gizi (recommended dietary allowance) adalah jumlah masing masing zat gizi yang dianjurkan untuk dipenuhi oleh seseorang agar hidup sehat. Kebutuhan dan kecukupan gizi disusun untuk kelompok umur dan berat badan tertentu menurut jenis kelamin (Hardiansyah & Martianto, 1992 dalam Basir, 2008). Tingkat kecukupan gizi dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian (Supariasa, 2002) yaitu: Zat gizi Laki-laki Perempuan Tahun Tahun 10-12 13-15 16-18 10-12 13-15 16-18 BB 35 46 55 37 48 50 TB 138 150 160 145 153 154 Energi (kkal) 2050 2400 2600 2050 2350 2200 Protein (gr) 50 60 65 50 57 50 Vitamin A (gr) 600 600 600 600 600 600 Vitamin D (gr) 5 5 5 5 5 5 VitaminE (mg) 11 15 15 11 15 15 Vitamin K (gr) 35 55 35 55 55 55 Vitamin C (mg) 50 50 50 65 60 60 Thiamin (mg) 1 1,2 1 1 1,1 1,1 Riblofafin (mg) 1 1,2 1 1 1 1 Niasin (mg NE) 12 14 12 12 13 14 Folat (gr) 300 400 400 300 400 400 Vitamin B12(gr) 1,8 2,4 2,4 1,8 1,2 1,2 Kalsium (mg) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 Fosfor (mg) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 Magnesium (mg) 170 200 270 180 230 240 Besi (mg) 13 19 15 20 26 26 Seng (mg) 14 17,4 17 12,6 15,4 14 Iodine (g) 120 150 150 120 150 150 Selenium (g) 20 30 30 20 30 35

(4)

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Zat Gizi

No. Kategori % AKG

1. Baik ≥100%

2. Sedang 80-90%

3. Kurang 70-80%

4. Defisit <70%

Sedangkan menurut Gibson (2005), tingkat kecukupan untuk zat gizi mikro dibedakan menjadi dua, yaitu kurang dan cukup.

Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Zat Gizi Mikro

No Kategori % AKG

1 Kurang <77%

2 Cukup >77%

2.4.1 Energi

Energi merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam aktifitas seseorang. Seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan membutuhkan bahan bakar, energi yang dimiliki akan diubah menjadi energi dalam bentuk lain sehingga tubuh dapat melakukan aktifitas fisik. Masa pertumbuhan pada usia remaja sangat dipengaruhi oleh kecukupan energi seseorang, asupan energi yang kurang dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan berat badan kurang. Pada usia 10 hingga 18 tahun, terjadi proses pertumbuhan jasmani yang cepat serta perubahan bentuk, susunan syaraf, dan jaringan tubuh, selain itu kebutuhan akan energi juga dipengaruhi oleh lama aktifitas tubuh dalam melakukan sesuatu, semakin berat aktifitas seseorang, maka kebutuhan energi juga semakin banyak. Berkurangnya energi dapat disebabkan oleh asupan makanan yang mengandung energi kurang, kebutuhan tubuh akan energi yang meningkat, dan sedang mengidap penyakit infeksi (Almatsier, 2009).

(5)

Zat-zat gizi seperti protein, vitamin, dan mineral tidak dapat bekerja secara optimal oleh tubuh jika seseorang mengalami kekurangan energi. Kekurangan energi pada anak-anak akan menghambat pertumbuhan, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Kelebihan energi dapat mengakibatkan bertambahnya berat badan hingga obesitas. Sumber energi terdapat pada makanan seperti, jagung, sagu, gandum, kentang, ubi, singkong, dan olahannya.

Manfaat dari energi adalah:

1. Mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh 2. Aktifitas otot

3. Fungsi metabolik tubuh seperti, menjaga suhu tubuh, menyimpan lemak tubuh 4. Memperbaiki kerusakan jaringan dan tulang yang diakibatkan sakit dan cedera

yang dialami seseorang. 2.4.2 Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar kedua setelah air. Kebutuhan protein sangat besar kaitannya dengan pertumbuhan, karena salah satu fungsi protein adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Kekurangan protein dapat dikarenakan kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung energi, sehingga tubuh mengambil protein sebagai pengganti fungsi energi, sehingga protein tidak tersedia untuk pemeliharaan jaringan dan pertumbuhan, dan jika bersamaan dengan kekurangan energi maka dapat menyebabkan marasmus (Sediaoetama, 2008). Selain itu, seseorang yang kekurangan protein akan menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Kelebihan protein dapat mengakibatkan tubuh

(6)

kelebihan berat badan, dan dapat mengakibatkan obesitas. Kecukupan protein menjadi indikator sensitif pada masa pertumbuhan.

Sumber protein terbagi menjadi 2, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani adalah makanan yang mengandung protein dan bersumber dari hewan, sedangkan protein nabati adalah makanan sumber protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Tabel 2.4 Daftar Nilai Protein Pada Bahan Makanan

Jenis protein Bahan makanan Nilai protein (mg)

Hewani Daging sapi 18,8

Ayam 18,2

Telur ayam 12,0

Telur bebek 13,1

Udang 21

Ikan 16

Nabati Kacang kedelai 34,9

Kacang merah 29,1

Tempe 18,3

Tahu 7,8

Jagung kuning 9,2

Menurut Almatsier (2009), fungsi protein adalah : 1. Pertumbuhan dan pemeliharaan

2. Pemeliharaan ikatan essensial tubuh

3. Mengatur keseimbangan air, jika tubuh kekurangan protein, keseimbangan cairan tubuh akan terganggu dan dapat mengakibatkan edema

4. Memelihara netralitas tubuh, karena protein berfungsi sebagai buffer

5. Pembentukan antibodi, semakin rendah kadar protein dalam tubuh, menyebabkan tubuh gampang sakit.

6. Mengangkut zat-zat gizi 7. Sebagai sumber energi

(7)

2.4.3 Zat Besi

Zat besi merupakan mineral mikro yaitu mineral yang terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam tubuh. Remaja adalah kelompok rawan defisiensi zat besi, terlebih pada perempuan. Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan. Pada remaja laki-laki kebutuhan zat besi meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb). Pada perempuan, kebutuhan zat besi lebih tinggi dikarenakan kehilangan zat besi selama menstruasi, sehingga perempuan rawan terkena anemia besi dibandingkan laki-laki (Soetjiningsih, 2004). Kekurangan zat besi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi dari intake makanan sehari-hari, gangguan absorbsi karena penyakit gastro intestinal, dan pendarahan karena cacingan atau luka (Almatsier, 2009).

Kekurangan zat besi dapat berpengaruh terhadap produktifitan kerja, penampilan kognitif, dan sistem kekebalan tubuh, selain itu, kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anemia besi, kualitas sumber daya manusia yang menurun.

Fungsi zat besi, antara lain: 1. Metabolisme energi

2. Untuk pembentukan hemoglobin baru

3. Untuk mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya 4. Sistem kekebalan tubuh

5. Pelarut obat-obatan

6. Pada laktasi untuk sekresi air susu

Kekurangan zat besi bagi pembentukan sel darah dapat mengakibatkan anemia, dan dapat menurunkan kekebalan individu sehingga mudah terserang

(8)

penyakit. Sumber makanan yang memiliki kandungan zat besi tinggi dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Daftar Makanan Sumber Zat Besi

Makanan Kandungan zat besi

Tempe 10,0 Kacang hijau 6,7 Udang segar 8,0 Hati sapi 6,6 Daging sapi 2,8 Telur ayam 2,7 Ikan segar 2,0 Bayam 3,9 Sawi 2,9 Daun singkong 2,0 Daun katuk 2,7 Jagung 2,4 2.4.4 kalsium

Remaja membutuhkan kalsium dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, karena berfungsi untuk pertumbuhan skeletal tubuh. Kalsium identik dengan pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi, sehingga sangat penting dalam pertumbuhan seseorang, dengan terpenuhinya kebutuhan kalsium tubuh dapat meminimalkan resiko osteoporosis.

Kalsium dapat diperoleh dari beberapa makanan, seperti, susu, keju, yogurt, brokoli, udang, ikan teri, bayam, dan kacang kedelai,. Faktor yang berpengaruh pada metabolisme kalsium adalah kecukupan vitamin D, baik dari asupan makanan atau sinar matahari. Fungsi kalsium untuk tubuh, antara lain (Budiyanto, 2009) :

1. Pembentukan dan pertumbuhan tulang dan gigi 2. Kontraksi otot

(9)

3. Proses pembekuan darah 4. Integritas membran sel

5. Katalisator reaksi-reaksi biologis

Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan masa tulang seseorang berkurang dan dapat menyebabkan tulang kurang kuat, rapuh, dan mudah bengkok. Pada usia 50 tahun dapat menyebabkan osteoporosi, dan dapat terjadi lebih awal jika didukung dengan kondisi psikologis sehari-hari. Kelebihan kalsium dapat mengakibatkan batu ginjal atau gagal ginjal, dan konstipasi atau susah buangn air besar.

2.5 Pengertian Status Gizi

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh kejadian gondok merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

2.5.1 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagi metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (Hartriyanti dan triyanti, 2007 dalam Khairina, 2008). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan langsung dan tidak langsung. Cara pengukuan secara langsung adalah menggunakan antropometri,

(10)

klinis, biokimia, dan biofisik, sedangkan penilaian secara tidak langsung dengan cara survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, atau pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi (Supariasa, 2002). Antropometri merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat beberapa indikator, yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak dibawah kulit. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum dapat digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, selain itu dapat juga digunakan untuk melihat ketidakseimbangan pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Penilaian ststus gizi dengan antropometri dapat digunakan dengan melakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi seseorang. Seseorang yang memiliki berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.

Pada usia remaja dapat digunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut usia untuk mengetahui status gizinya. Pertama, dihitung dulu BMI remaja dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(11)

Kemudian dilihat pada tabel baku mutu WHO BMI for age untuk dilihat status gizinya. Pengukuran antropometri menggunakan beberapa parameter, parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, yaitu:

1. Usia

Tiap golongan usia memiliki kebutuhan gizi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga penentuan umur yang tepat menentukan hasil dari status gizi seseorang

2. Berat Badan

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun.

3. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat digunakan dengan cara survei konsumsi makanan. Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu, sehingga dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002). 2.5.2 Metode Pengukuran Konsumsi Pangan

Metode yang dapat digunakan dalam survei status gizi adalah dengan melakukan cara record 24 jam. Prinsip dari food record 24 jam adalah pencatatan oleh responden terhadap semua makanan yang dikonsumsi selama satu hari atau

(12)

lebih. Food record ini dilakukan 2 hari pada santri, yaitu 1 hari efektif kerja atau sekolah, dan 1 hari saat libur.

Menurut Hartriyanti dan Triyati (2007) dalam Khairina (2008), keuntungan menggunakan metode record 24 jam adalah:

1. Porsi dapat diukur secara langsung sehingga tidak perlu mengira porsi yang telah dimakan

2. Lebih akurat, karena makanan yang ada dapat dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum dimakan

Sedangkan kelemahan dari food record menurut Supariasa (2001) adalah: 1. Kegiatan mencatat setiap kali mengkonsumsi makanan membuat responden

malas

2. Metode ini membutuhkan motivasi dari responden yang tinggi untuk mau melakukan pencatatan

3. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat reponden.

4. The flat slope syndrom, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate). 5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian.

Untuk membandingkan antara komsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang biasanya dilakukan dengan membandingan pencapaian komsumsi zat gizi individu terhadap AKG (Angka kecukupan Gizi). Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi sensial, didasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.

(13)

2.5.3 Macam-Macam Status Gizi

Kriteria status gizi dapat dibedakan sebagai berikut:

Tabel 2.6 Klasifikasi Status Gizi (IMT/U) Menggunakan Z-Score No Nilai IMT/U pada z-score Kategori

1 < -3 SD Sangat kurus

2 ≥ -3 sampai < -2 SD Kurus

3 ≥ -2 sampai ≤ 2 SD Normal

4 ˃ 2SD gemuk

Sumber: WHO 2005

2.5.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang terbagi menjadi 2, yaitu langsung dan tidak langsung (Budiyanto, 2009) :

1. Langsung a. Kejadian Infeksi

Timbulnya gizi kurang tidak hanya disebabkan oleh makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering mengalami diare atau demam, dapat mengakibatkan gizi kurang. Sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi. Beberapa penyakit infeksi yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk adalah Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas (ISPA) dan diare. Menurut Ezzel dan Gordon (2000) dalam Ernawati (2006), penyakit paru-paru kronis juga dapat menyebabkan gizi buruk.

b. Tingkat Konsumsi Zat Gizi

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat karena tidak cukup makan dalam jangka waktu tertentu (Winarto, 1990). Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan

(14)

status gizi. Anak yang makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah terserang infeksi.

c. Ketersediaan Pangan 2. Tidak langsung

a. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan b. Higiene sanitasi lingkungan

Keadaan lingkungan yang kotor dan tidak terawat mengakibatkan seseorang mudah terserang penyakit, hal ini menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh, menurunnta zat gizi dalam tubuh dan akan berpengaruh pada status gizi seseorang.

c. Tingkat Pendapatan/uang saku

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di masyarakat. Masalah utama penduduk miskin pada umumnya sangat tergantung pada pendapatan per hari yang pada umumnya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar secara normal. Penduduk miskin cenderung tidak mempunyai cadangan pangan karena daya belinya rendah.

Tingkat pendapatan yang cukup pada suatu keluarga meningkatkan daya beli terhadap makanan. pada santri yang tinggal berjauhan tingkat pendapatan orang tua juga mempengaruhi jumlah uang saku yang diberikan setiap bulannya. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua maka uang saku yang diperoleh lebih banyak, sehingga meningkatkan kemampuan santri untuk membeli makanan tambahan selain yang diberikan oleh asrama.

(15)

d. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang gizi. Selain itu, tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia menyerap informasi yang diterima, termasuk informasi gizi.

2.6 Konsumsi Pangan 2.6.1 Pola Konsumsi

Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga kali sehari, yaitu makan pagi, siang, dan malam, ada juga keluarga yang makan dua kali sehari, yaitu siang dan malam, bahkan beberapa keluarga juga mengembangkan pola makan jika lapar dan berhenti ketika kenyang.

Konsumsi pangan adalah banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Pola makan adalah suatu sistem, cara kerja, atau usaha untuk melakukan sesuatu, Budiyanto (2009).

Menurut ahli antropologi Mead dalam Almatsier (2009), pola pangan atau food pattern adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio budaya yang dialami.

(16)

2.7 Pengertian Pekerjaan

Menurut Muhammad (1999), pekerjaan adalah hal-hal yang memiliki beberapa unsur, yaitu pekerja, kegiatan atau bidang yang dikerjakan, dilakukan secara terus-menerus, dilakukan secara nyata dan terang-terangan, dan ada penghasilan yang diperoleh. Pekerja adalah orang yang melaksanakan pekerjaan, baik pekerja perusahaan, swasta atau instansi pemerintah, kegiatan atau bidang pekerjaan adalah bidang apa saja yang bernilai ekonomi (profit oriented), seperti kegiatan ekonomi social politik, pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Dilakukan terus-menerus adalah kegiatan yang dilakukan secara tetap dan berkesinambungan (konsisten), sedangkan dilakukan secara nyata dan terang-terangan adalah, pekerjaan yang dikerjakan dan mendapat pengakuan dari masyarakan (legal), atau perusahaan yang telah melembaga memperoleh izin dari pejabat pemerintah yang berwenang. Penghasilan yang diperoleh adalah imbalan dalam bentuk sejumlah uang atau barang yang dibiayai secara berkala.

2.8 Pengertian Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian lain, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup dan cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak

(17)

dengan bantuan orang lain. Pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal menurut Axin dalam Irzu (2012), adalah kegiatan belajar yang disengaja oleh warga dan pembelajar di dalam suatu latar yang diorganisasi (berstruktur) yang terjadi di luar sistem persekolahan, sedangkan pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf, termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus (Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1). Dalam penelitian ini, pendidikan orang tua responden adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua baik ayah maupun ibu, dibagi menjadi 4 kategori, yaitu tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat PT.

2.9 Penghasilan dan Uang Saku

Penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva, sedangkan menurut Kuswandi pendapatan adalah peningkatan perolehan dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas perusahaan selama satu periode. Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan anak. Penghasilan dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang diperoleh orang tua responden selama satu bulan, baik dari pihak ibu atau ayah, dan dari pekerjaan utama maupun sampingan, sedangkan uang saku adalah jumlah uang yang diberikan oleh orang tua untuk menunjang kebutuhan makan responden selain jatah makanan yang diberikan oleh pihak asrama.

(18)

Penghasilan adalah salah satu faktor yang dapat mempegaruhi penyediaan makanan dalam suatu keluarga, sehingga berpengaruh pada peningkatan status gizi seseorang, pada seseorang yang bertempat tinggal disuatu asrama, penghasilan orang tua akan mempengaruhi besar kecilnya uang saku yang yang diterima setiap bulannya, sehingga akan mempengaruhi konsumsi makanan yang dapat menunjang selain makanan yang diberikan oleh pihak asrama.

Gambar

Tabel  2.1 Kebutuhan  Nutrisi  Remaja  dan  Dewasa  Awal  pada Kelompok  Laki- Laki-Laki dan Perempuan
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Tabel 2.4 Daftar Nilai Protein Pada Bahan Makanan
Tabel 2.5 Daftar Makanan Sumber Zat Besi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu masalah yang paling sering muncul adalah kegiatan informal di bidang perdagangan, yaitu kegiatan pedagang kaki lima (PKL). Tidak berbeda dengan sektor ekonomi

Pengukuran tingkat capaian kinerja Pengadilan Agama Mukomuko Tahun 2020, dilakukan dengan cara membandingkan antara Realisasi pencapaian

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

Dari nilai uji parsial atau uji t masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen didapati hasil bahwa variabel pemahaman SAP, variabel pendidikan dan

Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan

Example : software for the military, missile/UAV operations, software for hospitals and medical equipment, software being written inside banks and other financial

Memberikan kuasa dan wewenang kepada Dewan Komisaris Perseroan dengan memperhatikan rekomendasi komite audit, untuk menunjuk Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan